Kamis, 22 Oktober 2015

diksi

                                                       makalah kel. 3 diksi (pilihan) kata


MAKALAH
DIKSI (PILIHAN) KATA


Disusun Sebagai Tugas Kelompok
Mata Kuliah bahasa indonesia


Dosen Pengampu: KMS. Masud Ali, M.Pd





Disusun Oleh Kelompok 3:

Ardi Prabowo (1532100087)
Amirul Mukminin (1532100084)
Bagus Pamungkas (1532100092)


UNIVERSITAS ISLAM NEGRI RADEN FATAH PALEMBANG
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TAHUN AJARAN 2015/2016

KATA PENGANTAR


Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji hanya milik Allah azza wajal, shalawat seiring salam semoga selalu tercurah kepada Nabi akhir zaman yakni Muhammad Saw. Keluarga, sahabat dan seluruh umatnya yang setia dan istiqomah berada di atas ajarannya hingga hari kiamat.
Penulis sangat bersyukur karena berkat rahmat dan karuniaNyalah penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Diksi (Pilihan) Kata”.
Penyusunan makalah ini sebagai tugas dari mata kuliah Bahasa Indonesia Program Studi Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negri Raden Fatah Palembang. Dalam penyusunan makalah ini penulis sangat menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah memberikan materi perkuliahan serta arahannya, mudah-mudahan Allah SWT. Membalas atas semua bantuan yang telah diberikan dengan tulus dan ikhlas. Penulis berharap makalah ini berguna bagi kita semua amin. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Akhirul kalam,
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Palembang, 26 Oktober  2015

Penulis



DAFTAR ISI


BAB I

PENDAHULUAN

Harus diakui saat ini orang sering mengesampingkan pentingnya  penggunaan bahasa,  terutama  dalam tata cara  pemilihan kata atau diksi. Kita pun sering mengalami kesalahan. Hal itu terjadi karena kita tidak mengetahui pentingnya menguasai bahasa Indonesia yang baik dan benar. Penggunaan diksi sangat penting agar terciptanya komunikasi yang efektif. Hal itu agar terciptanya komunikasi yang efektif dan efisien dan untuk menghindari kesalah pahaman saat berkomunikasi. Manusia merupakan makhluk sosial sehingga kita tidak dapat terlepas dariberkomunikasi dengan sesama dalam setiap aktivitas kehidupan. Tetapi tidak jarang pula ketika sedang berkomunikasi lawan  komunikasi saat berkomunikasi mengalami kesulitan menangkap informasi, hal ini terjadi karena kata yang digunakan kurang tepat ataupun rancu sehingga menimbulkan kesalahpahaman.
Pemilihan kata yang tepat merupakan sarana pendukung dan penentu keberhasilan dalam berkomunikasi. Pilihan kata atau diksi bukan hanya soal pilih-memilih kata, melainkan lebih mencakup bagaimana efek kata tersebut terhadap makna dan informasi yang ingin disampaikan. Pemilihan kata tidak hanya digunakan dalam berkomunikasi namun juga digunakan dalam bahasa tulis (jurnalistik). Dalam bahasa tulis  pilihan kata (diksi) mempengaruhi pembaca mengerti atau tidak dengan kata-kata yang kita pilih.
Dalam makalah ini, penulis berusaha menjelaskan mengenai diksi yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Hal itu dilakukan untuk meminimalisir kesalahan yang terjadi saat berkomunikasi.
1)      Apa pengertian diksi dan ungkapan idiomatik?
2)      Apa prinsip-prinsip diksi kata?
3)      Bagaimana pemilihan kata?
1)        Hanya membahas tentang diksi dan ungkapan ideomatik
2)        Hanya membahas tentang prinsip-prinsip diksi kata
3)        Hanya membahas tentang Bagaimana pemilihan kata



BAB II

PEMBAHASAN

1)      Pengertian Diksi (Pilihan) Kata
Pilihan kata merupakan satu unsur yang sangat penting dalam karangan mengarang dan dalam tutur setiap hari (Jos Daniel Parera, 1984: 66). Pilihan kata adalah hasil dari proses atau tindakan memilih kata yang dapat mengungkapkan gagasan secara tepat Mustakim, 1994: 41).[1]
Dari kegiatan berbahasa, pilihan kata merupakan aspek yang sangat penting karena pilihan kata yang tidak tepat  selain menyebabkan ketidakefektifan bahasa yang digunakan, juga dapat mengganggu kejelasan informasi yang disampaikan. Kecuali itu kesalahfahaman informasi dan rusaknya situasai komunikasai juga tidak janrang disebabkan oleh penggunan pilihan kata yang tidak tepat.
Sebagai contoh, kita dapat memperhatikan ungkapan-ungkapan berikut.
1)      Diam!
2)      Tutup mulutmu!
3)      Saya harap anda tenang.
4)      Jangan berisik!
5)      Dapatkah anda tenang sebentar
Ungkapan-ungkapan tersebut pada dasarnya mengandung informasin yang sama, tapi dinyatakan dengan pilihan kata yang berbeda-beda, perbedaan pilihan kata itu dapat menimbulkan kesan dan efek komunikasi yang berbeda pula. Kesan dan efek itulah yang perlu dijaga dalam berkomunikasi jika kita tidak ingin situasi pembicaraan menjadi rusak. Kenyataan tersebut mengisyaratkan bahwa masalah pilihan kata hendaknya benar-benar diperhatikan oleh para pemakai bahasa agar bahasa yang digunakan menjadi efektif dan mudah dipahami sebagaimana yang kita maksudkan.
2)      Pengertian Ungkapan Idiomatik
Idiom adalah sebuah ungkapan yang artinya tidak secara langsung dapat dijabarkan. Contonhnya :
a.       Gulung tikar = bangkrut
b.      Muka tembok = tidak tau malu
c.       Adu domba = membuat fitnah
 Ungkapan idiomatik adalah konstruksi yang khas pada suatu bahasa yang salah satu unsurnya tidak dapat diganti atau dihilangkan. ungkapan idiomatik adalah kata-kata yang mempunyai sifat idiom yang tidak terkena kaidah ekonomi bahasa. Ungkapan idiomatik merupakan ungkapan yang terdiri atas dua atau tiga kata yang dapat memperkuat diksi di dalam tulisan.
Ungkapan Idiomatik Kelompok kata yang muncul bersama sebagai frasa. Namun terdapat 2 kesalahan pada ungkapan ini, yaitu :
a.       Kesalahan pemakaian gabungan kata dan kata (mana, dimana, daripada).
Contoh :
-    Mari kita dengarkan sambutan yang mana akan disampaikan oleh Pak RT.
-  Demikian tadi sambutan Pak RT dimana Beliau telah menghimbau kita untuk bergotong royong.

b.      Kesalahan pemakaian gabungan kata dengan, di dan ke.
Contoh :
-   Sampaikan salam saya dengan Biyan.
-   Mari kita tanyakan langsung dengan dokter ahlinya.
Menurut Jon Daniel Parera bahwa pilhan kata berhubungan erat dengan maslah kaidah sintaksis bahasa, kaidah makna bahasa, kaidah hubungan sosial bahasa, dan kaidah karang mengarang. Kaidah-kaidah ini saling mendukung sehingga karangan atau tutur kata berbobot dan bernilai. Ini merupakan idaman kita semua, pilihan kata tersebut harus sesuai dengan kaidah umum, kaidah makna, sosial kebahasaan, dan ragam pemakaian.[2]
4)      Diksi sesuai Kaidah Umum
Diksi sesuai kaidah umum; tepat, seksama, dan lazim.
Tepat maksudnya pemilihan dan penempatan kata sesuai dengan kelompok kata tersebut. Seksama maksudnya makna kata benar sesuai denagn apa yang hendak dikatakan. Unsur ini berhubungan pula dengan kaidah makna. Seksama  di sini lebih ditekankan pada unsur sintaksisnya. Lazim berarti kata itu sudah menjadi milik bahasa Indonesia.
5)      Diksi sesuai Kaidah Makna
Perbedaan makna sebuah kata bisa bertumpang tindih. Makna kata bahasa Indonesia bisa mengalami pelbagai macam hubungan dengan pengalaman, sejarah, tujuan, dan perasaan bahasa yang bersangkutan. Untuk tidak membuat kesalahan dalam diksi kita perlu mengetahui makna dasar sebuah kata. Kita telah epakat bahwa penentuan makna dasar sebuah kata kita serahkan kepada leksikograf (penulis kamus) dan kita percaya kepada kamus sebagai penyimpan dan perekam makna dasar sebuah bahasa. . Makna dasar itu disebut denotasi. Dan makna yang lain kita golonhgkan dalam makna konotasi.
6)      Diksi sesuai dengan Lingkungan
Pemilihan suatu kata harus sesuai dengan lingkungan pemakai. Dengan membedakan lingkungan itu, pilihan kata yang kita lakukan akan lebih tepat. Lingkungan itu dapat kita lihat berdasarkan; tingkat sosial, daerah atau geografi yang mengakibatkan terjadinya dialek; formal atau nonformal. Dan lain-lain.
7)      Diksi sesuai Ragam Bahasa
Ragam Bahasa adalah sebuah warna bahasa yang dihasilkan penulis atau pengarang. Ragam Bahasa juga ikut serta dalam menentukan ketepatan makna. Ragam Bahasa dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian, yaitu:
a)      Ragam Bahasa Kurun Waktu Penggunaan
Berdasarkan kurun waktu Ragam Bahasa ada dua, yaitu Ragam Bahasa lama dan Ragam Bahasa Baru., Ragam Bahasa lama digunakan seperti pada karya sastra lama contonya kisah panji dan lain-lain. Ragam Bahasa Indonesia baru digunakan sekitar zaman pergerakan atau kebangkitan hingga kini.
b)      Ragam Bahasa Berdasarkan Daerah
Pemakaian Ragam ini seperti ragam bahasa jawa, sunda, dan lain-lain.
Pengungkapan gagasan, pikiran, perasaan secara tepat dalam berbahasa baik lisan maupun tulisan hendaknya dapat mamanuhi bebrapa kriteria dalam pemilihan kata. Kriteria itu adalah sebagai berikut:
1)      Ketepatan
Ketepatan dalam pemilihan kata berkaitan dengan kemampuan miliha kata yang dapat mengungkapkan gagasan secara tepat dan gagasan itu dapat diterima secara tepat pula oleh penmbaca atau pendengarnya (Mustakim 1994, Hlm. 42).[3]
Ketepatan pilihan kata dapat dicapai jika pemakai bahasa mampu memahami perbedaan kata-kata yang bermakna denotatif dan konotatif serta kata-kata yang bersinonim.
2)      Kecermatan
Kecermatan dalam pemilihan kata berkaitan dengan kemampuan memilih kata yang memang benar-benar diperlukan untuk mengungkapkan gagasan tertentu. Pemakai bahasa harus mampu memahami secara cermat kata-kat yang mubazir atau kata-kata yang kehadirannya dalam konteks tertentu tidak diperlukan. Sehubungan dengan masalah itu, perlu dipahami penyebab timbulnya kemubaziran suatu kata, yaitu:
a)      Penggunaan makna jamak ganda
Contoh: kata “para guru-guru”, saharusnya cukup dengan kata “para guru/ guru-guru”.
b)      Penggunaan kata yang mempunyai kemiripan makna atau fungsi secara berganda
Contoh: kata “agar supaya”, “adalah merupakan”. Kedua contoh kata ini mempunyai kemiripan makna dan kesamaan fungsi, yaitu sebagai ungkapan penghubung. Jadi dalam penggunaannya di dalam kalimat cukup meggunakan salah satu dari kata tersebut.

c)      Penggunaan kesalingan secara berganda
Makna kesalingan adalah makna yang menyatakan berbalasan. Jadi, pelaku tindakan setidaknya-tidaknya ada dua orang atau lebih.
Contoh: mereka berjalan bergandengan
Makna kesalingan selain dapat diungkapkan dengan imbuhan ber-...-an, seperti pada contoh diatas dapat pula diungkapkan dengan menambahkan kata saling pada kata kerjanya. Maka, contoh kata diatas menjadi “mereka berjalan saling gandeng”.
d)     Konteks kalimatnya
Contoh: pertemuan kemarin membahas tentang masalah disiplin pegawai
Kalimat tersebut hendaknya dicermatkan menjadi “pertemuan kemarin membahas masalah disiplin pegawai”.
3)      Keserasian
Keserasian dalam pemilihan kata berkaitan dengan kemampuan menggunakan kata-kata yang sesuai dengan konteks pemakaiannya. Konteks pemakaian bahasa yang dimaksud adalah yang berkaitan erat dengan faktor kebahasaan dan faktor nonkebahasaan. Faktor kebahasaaan adalah hubungan makna antar kata yang satu dengan kata yang lain dan kelaziman penggunaan kata-kata tertentu. Sedangkan faktor nonkebahasaan adalah situasi pembicaraan, lawan bicara, dan sarana bicara.
Situasi bicara dalam hal ini menyangkut situasi resmi atau tidak  resmi. Dalam situasi resmi tentu harus menggunakan bahasa atau pemiliham kata yang mencerminkan keresmiannya itu.
Lawan bicara yang dimaksud adalah siapa lawan bicara, bagaimana kadudukan/status sosialnya, dan seberapa dekat anata pembicara dan lawan bicara
Sarana bicara yang dimaksud adalah sarana bicara lisan atau tulis. Dalam bahasa lisan informasi yang disampaikan dapat diperjelasa dengan intonasi, gerakan anggota tubuh, atau situasi pembicaraannya. Sarana bicara tulis dapat diperjelas dengan penggunaan tanda baca yang lengkap atau semacamnya.



BAB III

PENUTUP

Diksi adalah pilihan kata yang tepat dan selaras (dalam penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan). Idiomatik adalah sebuah ungkapan yang artinya tidak secara langsung dapat dijabarkan
Prinsip diksi harus sesuai dengan kaidah umum, kaidah makna, sosial kebahasaan, dan ragam pemakaian.
Kriteria pemilihan kata yaitu  mencakup ketepatan, kecermatan, dan keserasian.



DAFTAR PUSTAKA


Ø  Nurlaeli. 2007. Bahas Indonesia, palembang: IAIN Raden Fatah Press
Ø  http://ulumilmi.blogspot.co.id
Ø  http://coretanwnh.blogspot.co.id


                [1] Nurlaeli, Bahaasa Indonesia, (Palembang: IAIN Raden Fatah Press, 2007). Hlm. 54
                [2] Ibid, hlm. 55
                [3] Ibid, Hlm. 57