Rabu, 18 November 2015

makalah (Std Islm) islam dan studi agama

Add caption

MAKALAH STUDI KEISLAMAN
ISLAM DAN STUDI AGAMA





DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1
1.      ABY SYARIPUNNAHAR (  1532100071 )
2.      ANGGUN VIOLITA           ( 1532100085 )
3.      DESI AMBARWATI           (1532100098 )



                                               Dosen Pembimbing
 Febro Aini,M.Pd.I


JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2015-2016
PENDAHULUAN

            Studi metodolgi di UIN baru di mulai awal 1970-an. Anggapan itu ada benarnya jika yang di maksudkan adalah mata kuliah studi islam penelitian yang di ajarkan berdiri sendiri tetapi kalau di cermati, sesungguhnya yang baru adalah metodologi penelitian islam. Sedangkan untuk metodologi penelitian budaya, banyak skripsi sejak tahun 1960-an, meskipun tanpa menyebut demikian, telah menggunakannya, khususnya untuk studi naskah dan pemikiran. Lebih dari itu, sebetulnya sejak awal UIN telah mengajarkan metodologi studi islam yang secara konvensional telah berkembang sejak lahirnya ilmu-ilmu keislaman.
            Paling sedikit ada tiga jenis konvensional yang telah berkembang. Pertama, penelitian metode tafsir yang menekankan pada, misalkan, pentingnya ilmu asbak al nuzul(sebab-sebab turunnya ayat al-quran, limuistka (ospek-ospek kebahasaan) ayat al-quran, konsep nasikh mansukh (abrogation), dan lain-lain.
            Islam merupakan agama yang terakhir sebagai penutup semua agama, isalm merupakan agama rahmatal lil a’lamin untuk semua umat. Untuk mengetahui islam lebih mendalam muncul lah ilmu yang di namakan studi islam akan tetapi, studi islam itu sendiri merupakan bidang kajian yang cukup lama maka itu studi islam menimbulkan sebagai permasalahan yang umum diantaranya: apa pengertian studi islam, apa ruang lingkup/objek studi islam, bagaimana pendekatan dan metodologi dalam studi islam.
            Seiiring dinamika dan perkembangan zaman, kesempatan mempelajari studi islam dapat melalui segala hal yang mana berkaitan dengan persoalan tentang mempelajari studi islam, islam memberikan kesempatan secara luas kepada manusia untuk menggunakan akal pikirannya secara maksimal untuk mempelajarinya, namun jangan sampai penggunaannya melampaui batas dan keluar dari rambu-rambu ajaran Allah SWT. Dan di dalam makalah ini akan membahas permasalahan-permasalahan itu secara lebih umum.




PEMBAHASAN
A.    Pengertian Pendidikan Islam
            Islam adalah agama yang di turunkan kepada nabi Muhammad SAW sebagai nabi dan rasul terakhir untuk menjadi pedoman hidup seluruh umat islam hingga akhir zaman.
            Pendidikan dalam islam berpedoman kepada al-qur’an dan hadis. Sebagai umat islam mengikuti pedoman tersebut. Pendidikan islam merupakan pendidikan yang secara khas memiliki ciri yang islami, berbeda dengan konsep pendidikan lain yang kajian lebih memfokuskan pada pemberdayaan umat berdasarkan al-qur’an dan hadist. Artinya, kajian pendidikan islam bukan sekedar menyangkut ospek normatif ajaran islam, tetapi juga terapannya dalam ragam materi, institusi, budaya, nilai, dan dampaknya terhadap pemberdayaan umat.
            Untuk itu, para ahli mencoba untuk mendefinisikan terminologi pendidikan dalam persspektif islam secara khusus pada beberapa visi yaitu:
1.      M. Arifin memandang bahwa pendidikan islam adalah suatu proses sistem pendidikan yang mencakup seluruh ospek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba Allah ( anak didik) dengan berpedoman pada ajaran islam.[1]
2.      Burlian Somad, seperti yang dikutip oleh Djamaluddin, mengatakan bahwa pendidikan islam bertujuan membentuk individu menjadi makhluk yang bercorak diri, berderajat tinggi menurut ukuran Allah.[2]
3.      Ahmad D. Marimba melihat bahwa pendidikan islam adalah suatu konsep berupa bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama islam  menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran islam[3].
4.      M.Kamal Hasan sebagaimana di kutip Taufik Abdulah dan sharon shiddique,memberikan pengertian bahwa pendidikan islam adalah suatu proses komprehensif dari pengembangan kepribadian manusia secara keseluruhan yang meliputi intelektual, spritual, emosi, dan fisik.[4]
Dari berbagai pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan islam adalah rangkaian proses sistematis, terencana, dan komprehensif dalam upaya mentrasfer nilai-nilai kepada para perserta didik serta mengembangkan potensi yang ada pada diri mereka sehingga mampu melaksanakan tugasnya di muka bumi dengan sebaik-baiknya sesuai dengan nilai-nilai Ilahiah yang didasarkan pada al-quran dan hadist di semua demensi kehidupan dengan demikian, hal tersebut akan menimbulkan sejumlah implikasi, antara lain sebagai berikut:
1.      Pendidikan di lakukan oleh pendidik yang benar-benar kompeten di bidangnya, sekaligus memiliki nilai-nilai agama.
2.      Pendidikan dilakukan dengan berdasarkan norma iilahiah.
3.      Pendididkan dilakukan dengan sesuai dengan potensi anak didik.
4.      Pendidikan tidak hanya berorientasi pada kehidupan duniawi, tetapi juga berorientasi pada kehidupan ukhrawi.
5.      Pendidikan harus bertanggung jawab penuh pada perkembangan anak didik, baik kepada masyarakat maupun kepada allah.
6.      Pendidikan harus merencanakan dan melaksanakan kegiatan pendidikan sesuai dengan sunnatullah.
7.      Proses pendidikan harus melihat semua saluran, baik formal maupun informal, dalam mengembangkan pribadi anak didik sehingga maupun menangkal nilai-nilai amoral.
Dari implikasi tersebut, akan tercipta suatu interaksi yang komunikatif antara pendidik, peserta didik, dan masyarakat secara integral dalam meningkatkan generasi yang berkualitas, beriman, dan bertakwa. Dengan demikian, tugas pendidikan islam adalah mempersiapkan anak, baik dari segi jasmani, akal, dan rohani sehingga menjadi anggota masyarakat yang bermanfaat untuk dirinya dan umat[5].




Dengan demikian, pendidikan islam fokus pada pembentukkan  diri manusia seutuhnya sebagai hamba. fakta ini selaras dengan tujuan islam yang secara garis besar adalah untuk pembina manusia agar menjadi hamba allah yang shaleh dalam seluruh aspek kehidupannya[6].
Oleh sebab itu, konsep pendidikan islam mencakup kehidupan manusia sehutunya,tidak hanya memperhatikan segi akidah, ibadah, dan akhlak, tetapi jauh lebih luas dan lebih dalam daripada hal tersebut. Konsep pendidikan dalam islam dapat dijabarkan sebagai berikut:
1.      Pendidikan Islam mencakup semua dimensi manusia sebagaimana ditentukan oleh islam.
2.      Pendidikan islam menjangkau kehidupan di dunia dan di akhirat secara seimbang.
3.      Pendidikan islam memperhatikan manusia dalam semua gerak kegiatannya termasuk hubungan dengan orang lain.
4.      Pendidikan islam berlangsung sepanjang hayat sejak di dalam kandungan sampai berakhirnya hidup di dunia ini.
5.      Kurikulum yang dibuat menghasilkan manusia yang memperoleh hak di dunia dan di akhirat.
Kekuatan fisik merupakan kemampuan dan keterampilan adalah tujuan utama,maka pendidikan harus bertujuan mengembangkan kemampuan dan keterampilan fisik secara normatif, tujuan pendidikan islam adalah membina manusia secara pribadi dan kelompok sehingga dunia ini sesuai dengan konsep yang di tetapkan allah.
Tujuan yang ingin di capai adalah membina manusia agar mampu  menjalankan fungsinya sebagai hamba dan wakil allah. adapun manusia yang dibina adalah makhluk yang memilki unsur-unsur material (tafsiran) dan imaterial (akal dan jiwa).
Pembinaan akal menghasilkan ilmu dan pembinaan jasmaniah menghasilkan keterampilan dengan menggabungkan unsur-unsur tersebut, terciptalah makhluk dwi dimensi dalam satu keseimbangan, dunia dan akhirat, ilmu dan iman. itu sebabnya dalam pendidikan islam dikenal istilah adab ad-din dan adab ad-dunya.


        Dari aspek praktis, pendidikan islam memiliki lima tujuan asasi, yaitu sebagai berikut:
1.      Membantuh  pembentukan akhlak yang mulia.
2.      Mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat.
3.      Mempersiapkan mencari penghidupan dan pemeliharaan segi-segi kemanfaatan.
4.      Menumbuhkan semangat keilmuan pada para pelajar dan memuaskan keingin tahuan mereka sehingga timbul keinginan mengkaji ilmu sebagai ilmu.
5.      Menyiapkan para pelajar dari segi profesionalitas, teknis, dan perubahan supaya mereka ahli dalam profesi tertentu dan hidup mulia dengan sisi keagamaan tetap terjaga[7].
        Darai beberapa deskripsi tentang tujuan pendidikan islam tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri pendidikan islam adalah sebagai berikut:
1.      Mengarahkan manusia agar menjadi khalifah dimuka bumi yang memakmurkan           dan mengelola bumi sesuai kehendak tuhan.
2.      Mengarahkan manusia agar seluruh tugas kekhalifaannya dilaksanakan dalam rangka beribadah kepada Allah Swt sehingga pelaksanaannya terasa ringan.
3.      Mengarahkan manusia agar berakhlak mulia, sehingga tidak menyalahgunakan fungsi kekhalifaannya.
4.      Membina dan mengarahkan potensi akal jasmaniah dan rohaniah untuk mendukung tugas pengabdian dan kekhalifannya.
5.      Mengarahkan manusia agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Dengan demikian, tujuan pendidikan islam memang besar dan universal tersebut hakikinya tidak berlangsung temporal, tetapi bersinabungan sampai akhir dari babak kemanusiaan. keberlangsungan kegiatan ini tergantung pada pelaksaan perangkat, dan kontinuitas seluruh masyarakat dalam merealisasikan konsep pendidikan menuju tujan yang benar.



B.     ARAH PENGEMBANGAN STUDI AGAMA

a. definisi agama dalam islam
       Istilah agama digunakan dalam bahasa indonesia. Dalam bahasa inggris digunakan istilah religion. Dalam bahasa arab digunakan istilah al-din (baca: addin). Dalam setiap istilah yang berbeda memiliki makna yang berbeda pula walaupun ada kesamaannya. Dalam istilah yang sama pun dapat berbeda makna, demikian pula dalam perbedaan istilah. Oleh karena itu, bagi umat islam salah satu istilah yang paling relavan dengan sumber ilmu dan pemahaman umat islam, yakni menggunakan istilah al-din untuk memahami pengertian agama.
      Istilah al-din terdapat dalam bahasa arab sekaligus juga dalam al-qur’an sebagai sumber ilmu umat islam. Istilah al-din ini yang akan di jelaskan dalam makalah ini sebagai pengertian agama.
  Terdapat 3 istilah yang akan dijelaskan:
1.      AL-Din al-Haqq
Dalam al-qur’an, pengertian agama yaitu al-din al-haqq (baca: addinul haq) artinya agama yang benar Allah Swt.
2.      AL-Din al-Qayim
Dalam al-qur’an terdapat istilah al-din al-qayyim (baca: addinul qayyim) yaitu agama yang tegak lurus.
3.      AL-Din al-Hanif
Dalam al-qur’an, terdapat istilah aldinul hanif yaitu agama yang sejalan dengan fitra manusia.
Agama masehi di ambil dari nama isa-al masih; Agama yahudi di ambil dari nama yahuzha; agama budha diambil dari pendirinya budha. Begitulah seterusnya[8]. Agama islam berbeda dengan agama yang lain.

            Manusia tidak dapat melepaskan diri dengan agama. Sebab itu kita perlu mendudukan agama dalam kehidupan secara benar. Menempatkan agama secara benar dapat menghantarkan hidup kita selamat baik di dunia sekarang maupun di akhirat kelak.
            Menurut Muthahari, bahwa fenomena kehidupan manusia itu dipengaruhi oleh kebutuhan manusia itu sendiri. Kebutuhan manusia ada dua bagian, yaitu kebutuhan alamiah dan non-alamiah[9]. Kebutuhan almiah ialah kebutuhan manusia yang tidak mungkin dapat ditinggalkan. Kebutuhan non-alamiah ialah kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan manusia, akan tetapi manusia itu memiliki kemampuan untuk melepaskan diri daripadanya dan menggantikannya dengan yang lain.
            Agama yang langgeng memiliki dua syarat, yaitu pertama agama merupakan kebutuhan fitri, artinya tidak bertentangan dengan fitrah manusia. Kedua, agamamenjadi sarana pokok guna memenuhi kebutuhan fitrah manusia. Artinya, agama merupakan satu-satunya sarana yang paling baik dapat mengatur tata cara pemenuhan kebutuhan fitrah.
            Agama fitrah  adalah agama yang dirancang sesuai dengan fitrah manusia. Seperti yang kita ketahui bahwa agama yang masih asli dari Allah Swt. adalah agama islam. Menurut Fazlur Rahman, tugas para Nabi adalah menjagakan hati nurani manusia sehingga ia dapat membaca apa-apa yang telah digoreskan pada hatinya itu dengan lebih jelas dan lebih meyakinkan[10].
            Percaya kepada suatu “tuhan” adalah hal yang  taken for grandted (bawaan dasar) pada manusia, sepenuhnya manusiawi sehingga menurut  Nurcholish Madjid bahwa memaksa manusia untuk percaya kepada Tuhan adalah tindakan berlebihan[11]. Mengenai kefitraan agama bagi manusia, dapat kita rasakan di saat-saat adanya suatu guncangan jiwa seperti, cemas, was-was, kekhawatiran, ketakutan, kesedihan, kerinduan, dan berbagai perasaan yang menyesak di dada manusia, maka pada saat itulah tanpa di sadari, kita akan sangat mengharapkan datangnya bantuan dari juru penyelamat Yang Maha Kuasa sebagai penguasa yang menguasai semuanya itu.


C.    DASAR-DASAR PENDIDIKAN ISLAM
            Dasar adalah landasan tempat berpijak atau tegaknya sesuatu agar dapat berdiri kokoh. Dasar suatu bangunan, yaitu fundamen yang menjadi landasan bangungan tersebut agar tegak dan kokoh berdiri. demikian pula dasar pendidikan, yaitu fundamen yang menjadi landasan atau asas agar pendidikan islam dapat tegak berdiri dan tidak mudah roboh karna tiupan angin kencang berupa idiologi yang muncul, baik di daerah sekarang maupun yang akan datang. Dasar pendidikan islam, menurut Nur Uhbiyati, secara garis besar ada tiga, yaitu Al-quran, sunnah, dan perundang-undangan yang berlaku di negara kita.[12]
1.      AL-QURAN
Al-quran merupakan kitab suci terahir yang di wahyukan Allah kepada Nabi Muhmamad untuk dijadikan sebagai pedoman bagi manusia, [13]sekaligus sebagai sumber nilai dan norma setelah sunnah[14]. Akhlak merupakan salah satu aspek ajaran islam yang penting dalam perjalan hidup manusia sebab akhlak memberi norma yang baik dan buruk.[15] Uniknya Alquran yang berbeda di tengah-tengah masyarakat dewasa ini diyakini tidak berbeda dengan Alquran yang disampaikan oleh Nabi Muhammad 15 abad yang lalu.[16]hal ini menunjukkan bahwa Alquran adalah kekuatan pengubah dunia yang harus diakui dan dipahami.[17]
Dengan demikian dapat disimpulkan, supaya manusia menemukan jati dirinya sebagai insan yang bermartabat maka harus menyelenggarakan pendididkan.[18]

2.       SUNNAH (HADIS) [19]
Sumber utama agama Islam, yaitu Alquran, maka akan ditemukan pernyataan bahwa Nabi Muhammad merupakan uswah hasanah yang paling utama bagi umatnya yang benar-benar beriman kepada Allah dan kehidupan akhirat. Lain halnya dengan Al-Jurjani yang mengrtikan dengan jalan atau jalan yang direlakan dan yang tidak direlakan. Di samping itu, Zakiah Daradjat, seperti diungkapkan oleh Saiful, mengartikan sunnah sebagai perkataan, perbuatan, atau pengakuan Rasulullah. Hadis adalah segala berita yang bersumber dari Nabi Muhammad berupa ucapa, perbuatan, takrir (peneguhan kebenaran dengan alasan), dan deskripsi sifat-sifat beliau. Ada salah satu pendsapat yang diungkapkan oleh mohammed reza modarres bahwa hadis dapat berupa perkataan, sikap dan perkataan Rasululloh degan cara diam atau membiarkannya.[20] dengan demikian hadis sebagai suatu perkataan nabi muhammad yang dimaksudkan untuk membumikan ajaran islam ,tidak dapat mengela dari dinamika sosial sebagai wadah operasionalisasi dari nilai-nilai pormatik islam. Terbukti dengan sebagian besar hadis-hadis nabi muhammad dalam sejarahy muamalah mengambil porsi lebih banyak hal ini mempunyai corak yang unik. Dalam kompleks-kompleks ini, hadis meyajikan semacam cuplikan sejarah yang menjelaskan peroses masyarakat awal islam yang dinamis dan bersinabungan. Dengan cara itu  pula sebuah wacana dalam hadis dapat tertangkap. 



Hadis atau sunnah merupakan jalan atau cara yang pernah di contohkan oleh nabi muhammad dalam perjalanan kehidupannya menjalankan dakwah islam. Contoh dakwah beliau dapat dibuktikan mejadi 3 yaitu hadis qauliyah, fi’liyah dan takrir liyah.
Dari sisnilah dapat dilihat bagaimana posisi hadis nabi muhammad sebagai sumber dasar islam yang utamasetelah Al-Qur’an. Eksitensinya merupakan sumber inspirasi ilmu pengetahuan yang berisikan ketitisan dan penjelasan lebih dari pesan-pesan ilahiah yang tidak terdapat dalam Al-Qur’an atau yang terdapat didalamnya. Tetapi masih memberikan penjelasan lebih lanjut secara terperinci.
            Dalam konteks tersebut, pendidikan Islam yang dilakuan Nabi Muhammad dapat dibagi menjadi dua bentuk.
a.       Pola pendidikan saat beliau di Mekkah. Pada mamasa ini beliau memanfaatkan potensi akal masyarakat Mekkah yang terkenal cerdas dengan cara mengajari mereka membaca, memperhatikan, dan memikirkan kekuasaan Allah baik yang ada di alam semesta maupun di dala diri.
b.      Pola pendidikan saat beliau di Madina yang secara geografis merupakan daerah agraris. Pola pendidikan yang diterapkan beliau lebih berorientasi pada pemantapan nilai-nilai persaudaraan.
Bahkan dalam konteks pendidikan pula, hadis memiliki dua fungsi. Pertama, menjel askan metode pendidikan Islam yang bersumber dari Alquran secara konkret dan penjelasan lain yang belum di jelaskan di dalam kitab suci tersebut. Kedua, menjelaskan metode metode pendidikan yang telah dilakukan Rasulullah dalam kehidupan kesehariannya dan cara beliau menanamkan keimanan.[21]





                                                            KESIMPULAN
Ilmu Pendidikan Islam merupakan suatu disiplin ilmu pendidikan yang mengkaji tentang seluk-beluk nilai edukasi dalam islam yang besumber dari Al-Qur’an, hadis, dan ijtihad ulama. Konstruksi teori yang ada dalam ilmu ini didasarkan pada nilai-nilai luhur yang terdapat dalam ajaran agama islam, diantaranya seperti nilai kepatuhan kepada tuhan dan nillai kemanusiaan.
Didalam buku ini dibahas mengenai Pendidikan Islam yang memiliki karakter khas yang tidak memisahkan antara dunia dan akhirat. Dengan pendidikan yang seperti itu, diharapkan muncul generasi insan kamil (manusia paripurna) yang mampu mengembalikan Islam kemasa kejayaan, seperti masa kejayaan Dinasti Abassiyah dimasa lalu.















                                                     DAFTAR PUSTAKA

    Abul A’la Al-Maududi, Prinsip-Prinsip Islam, Bandung, PT.Al-Ma’arif,1985.   
    Daradjat, Zakiyah. 1995. Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah.Bandung: Remaja Rosadakarya.
    Muhaimin, dkk. 2009. Rekonstruksi Pendidikan Islam; Dari Paradigma Pengembangan, Manajem  Kelembapan, Kurikulum, Hingga Strategi pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo persada.
    Nasir, M. Ridlwan. 2005. Mencari Tipologi Format Pendidikian Ideal: pondok pesantren di tengah arus perubahan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
    Ramayulis dan Samsul Nizar. 2009. Filsafat Pendidikan Islam: telah sistem pendidikan dan pemikiran para tokohnya. Jakarta: kalam mulia.
    Ridha, Muhammad Rasyid. Al-Wahyu Al-Muhammadi. Al-Maktab Al-Islami.
    Tauhied, Abu. Beberapa Aspek Pendidikan Islam. Yogyakarta: sekretariat ketua jurusan Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga.
    Uhbiyati, Nur. 2005. ilmu  Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia.   




[1] Ibid.,hlm.2.lebih detailnya lihat Aminullah El-Hady,”pendidikan berwawasan islam:Tarbiyah atau Ta’dib: Tinjauan Terhadap Pandangan Naguip Al-Attas”,dalam jurnal Al-Adalah (vol.lV,no.3,desember 2001),hlm.67-73
[2] M.Arifin ,ilmu pendidikan islam: tinjauan teoristis dan praktis berdasarkan pendekatan Interdisipliner,hlm.29.
[3] Djamaluddin,Kapita Selekta pendidikan islam,(bandun:pustaka setia,1999),hlm.9.
[4] Ibid.,hlm.9.
[5] Abu Tauhied, Beberapa Aspek Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Sekretariat Ketua Jurusan Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga ), hlm. 11.
[6] Zakiyah Daradjat, Pendidikan islam dalam keluarga dan sekolah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995), hlm.35
[7] M.Ridwan Nasir, Mencari Tipologi Format pendidikan ideal. Pondok Pesantren di tengah arus perubahan, hlm. 65-66.
[8] Abul A’la Al-Maududi, prinsip-prinsip islam (Bandung: PT Al-Ma’arif, 1985), hal 7.
[9] Murthada Muthahari, Manusia dan Agama, (Selanjutnya disebut Agama), (Bandung: Mizan, 1984), hlm. 43.
[10] Fazlur Rahman, Tema Pokok Al-Qur’an, (Bandung : Pustaka, 1996), hlm. 117.
[11] Nurcholish Madjid, Islam: Doktrin dan Peradaban, (Jakarta: Paramadina, 2000), hlm. xxi
[12] Nur Uhbuyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2005), hlm. 19.
[13] Muhammad Rasyid Ridha telah memerinci tujuan-tujuan Alquran menjadi 10 macam, yaitu (1) menerangkan hakikat agama, meliputi iman kepada Tuhan, hari akhir, dan amal shaleh; (2) menjelaskan masalah kenabian dan kerasulan serta tugas-tugasnya; (3) menjelaskan tentang Islam sebagai agama fitrah; (4) membina umat manusia dalam satu kesatuan yang meliputi kesatuan umat, agama, undang-undang, persaudaraan seagama, bangsa, hukum, dan bahasa; (5) menjelaskan tentang keistimewaan Islam; (6) menjelaskan prinsip dasar berpolitik dan bernegara; (7) menata kehidupan material; (8) memberi pedoman umum mengenai perang dan cara-cara mempertahankan diri; (9) memberikan hak-hak wanita; (10) memberikan petunjuk dalam hal pemerdekaan budak. Lebih detailnya lihat Muhammad Rasyid Ridha, Al-Wahyu Al-Muhammadi, (Al-Maktab Al-Islami), hlm. 166-327
[14] Mayoritas ahli hadis berpendapat bahwa pengertian sunnah identik dengan pengertian hadis, yaitu segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad, baik berupa perkataan, perbuatan, budi pekerti, sifat kepribadian, maupun perjalanan hidupnya sebelum diutus sebagai rasul atau sesudahnya. Lihat Muhammad Tahir Al-Jawabi, Juhud al-Muhadditsin (Mu’assasah Abdul Karim bin Abdullah), hlm. 59.
[15] Ahmad Azhar Basyir, Beragama Secara Dewasa: Akhlak Islam, (Yogyakarta: UUI Press, 2002), hlm. 69.
[16] M. Quraisy Shihab, “Posisi Sentral Alquran dalam Studi Islam”, dalam Metode Penelitian Agama: Sebuah Pengantar, disusun Taufik Abullah dan M. Rusli karim, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya1990), hlm. 135.    
[17] Amina Wadud Mushin, Wanita di dalam Alquran, (Bandung: Pustaka, 1994), hlm. xix.
[18] Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan  Islam, hlm.. 19-21.
[19] Di masa rasululallah pemeliharaan terhada sunnah tidak dilakukan seperti terhadap al-quran.ketika itu beliau tidak memperkenankan orang menulisnya,sebab  masih dikuatirkan akan terjadinya pencampuran antar al-qur’an dan selainnya. Untuk mencatat  wahyu yang turun, beliau mempunyai sekertaris sebagai pencatat khusus yaitu zaid bin tsabit. Sunnah atau hadis lalu dibubukan oleh secara resmi pada masa khalifah ummar bin abdul aziz dari bani ummayah pada akhir abad 1.hijrah atau sekita 90 tahun setelah rasulloh wafat. Lihat nur rodjiah,kurmen,’’kedudukan sunnah dan penomena inkarus sunnah’’,dalam jurnal al-‘adalah (vol.Iv,nomor 2,agustus 2001), hlm. 70.
[20][20] Mohammed Reza Modarresee, syi’ah dalam sunnah: Mencari  titik temu yang terabaikan,(citra,2005), hlm.58.







[21] M. Suyudi, Pendidikan dalam perspektif Al-Qur’an, hlm. 58.