Sabtu, 23 April 2016

kel. 7 (IPI) fungsi pedidikan bagi perkembangan manusia



Pertumbuhan dan Perkembangan Manusia
Serta Fungsi Pendidikan Bagi Perkembangan Manusia

Makalah Ini Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Ilmu Pendidikan Islam

Dosen Pengampu:
Nurlaila, S.Ag, M.Pd.I




Disusun Oleh Kelompok 7 :
Aidil Asbi (1532100077)
Delsie Iin Syafutri (1532100096)
Delva Amelia Futri (153200097)



Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan
Universitas Islam Negeri
 Raden Fatah Palembang
Tahun 2016/2017
DAFTAR ISI




Pertumbuhan dan Perkembangan Manusia
Serta Fungsi Pendidikan Bagi Perkembangan Manusia

Istilah – istilah  pertumbuhan dan perkembangan sering digunakan orang secara “interchangeably” artinya kedua istilah itu dipakai secara silih berganti dengan maksud yang sama. Sebenarnya masing – masing istilah ini mempunyai pengertian yang berbeda, dan perbedan ini masih jarang diperhatikan orang.
Sebagian bahan ilustratif untuk mengenal perbedaan pengertian pengertian tentang pertumbuhan dan perkembangan, dibawah ini kami kemukakan suatu gambaran logis tentang manusia sebagai makhluk yang tumbuh dan berkembang.
Dalam makala ini kami akan membahas Definisi Pertumbuhan dan Perkembangan Manusia, Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Perkembangan Manusia, Hukum – Hukum yang Mengatur Pertumbuhan dan Pekembangan Manusia, Fase Pertumbuhan dan Pekembangan Manusia, Fungsi Pendidikan Bagi Perkembangan Manusia, dan Manfaat Pengetahuan Perkembangan









Dalam pertumbuhan manusia, baik yang jasmaniah maupun yang rohaniah, terdapat dua bagian yang berbeda sebagai kondisi yng menjadikan pribadi manusia berubah menuju kearah kesempurnaan yaitu :
a.         Bagian pribadi materil yang kuantitatif yaitu bagian yang mengalami pertumbuhan.
b.         Bagian pribadi fungsional yang kualitatif yaitu bagian yang mengalami perkembangan.
Pertumbuhan dapat diartikan sebagai perubahan kuantitatif pada materil sebagai akibat dari adanya pengaruh lingkungan. [1]
Menurut Rohmalina Wahab, pertumbuhan merupakan proses atau tahapan peningkatan dan pertambahan aspek kuantitatif yang bermuara pada perubahan-perubahan struktural manusia dalam hal jumlah, ukuran dan arti  penting lainnya, seperti dari kecil menjadi besar, dari pendek menjadi panjang dan lainnya. [2]

Perkembangan merupakan suatu perubahan dan perubahan ini tidak bersifat kuantitatif, melainkan kualitatif. Perkembangan tidak ditekankan pada segi materi, melainkan pada segi fungsional. Dari uraian ini, perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan kualitatif dari fungsi – fungsi.[3]
Perkembangan adalah proses atau tahapan perubahan yang meliputi aspek kualitatif dari setiap fungsi-fungsi kejiwaan dan kepribadian ke arah yang lebih maju. Penekanan perkembangan ini berpusat pada penyempurnaan psikologis, kejiwaan atau rohaniah yang terrefleksikan dari tingkah laku dan perbuatan.[4]
                        Anak sebagai keseluruhan tumbuh oleh kondisi dan interaksi dari setiap aspek kepribadian yang ia miliki. Intelek anak berhubungan dengan       kesehatan jasmaniahnya, kesehatan jasmani sangat di pengaruhi oleh emosi–emosinya, sedangakan emosinya dipengaruhi oleh keberhasilannya di sekolah. Pertumbuhan anak, baik fisik, intelektual, maupun sosial sangat ditentukan oleh latar belakang keluarganya, pribadinya, dan aktivitas sehari – harinya.

                        Umur mental anak mempengaruhi kapasitas mentalnya. Kapasitas mental anak menentukan prestasi belajarnya. Penelitian tentang hubungan antara prestasi belajar dengan pertumbuhan anak pada umumnya telah dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang erat antara prestasi belajar dan pertumbuhan atau tingkat kematangan anak.

                        Anak yang pertumbuhannya cepat , lambat, atau tidak teratur sering kali menimbulkan problem pembelajaan. Anak memiliki energi yang diperoleh dari makanan dan gizi. Energi anak digunakan untuk aktivitas dan pertumbuhan. Jika energy banyak digunakan untuk pertumbuhan maka aktivitas berkurang dan sebaliknya.[5]




                        Peristiwa yang terjadi pada anak akibat pertumbuhan dan setelah dihadapkan dengan tantangan kultural masyarakat terutama harapan orang tua, guru, dan teman – teman sebayanya, tercermin di dalam penyesuaian sosialnya. Anak yang tidak menunjukan kelainan – kelainan menonjol dalam pergaulan sosialnya, itu dapat berarti, bahwa pertumbuhan anak itu normal. Pertumbuhan luar biasa yang dialami oleh anak dapat menyebabkan kelainan atau kesulitan dalam menyesuaikan diri dalam pergaulan.[6]
   
            Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan yang mungkin berdampak positif atau negatif terhadap masa depan manusia tak terkecuali pada peserta didik Anda.
Nativisme (nativism) adalah sebuah doktrin filosofis yang berpengaruh besar terhadap aliran pemikiran psikologis. Tokoh utama aliran ini bernama Arthur Schopenhauer (1788-1860) seorang filosof Jerman. Aliran filsafat berkeyakinan, bahwa perkembangan manusia itu hanya ditentukan oleh pembawanya, sedangkan pengaaman dan pendidikan tidak berpengaruhapa-apa. Dalam ilmu pendidikan, pandagan seperti ini disebut “pesimisme pedagogis”.
Namun, perhatikan contoh ini! Sepasang suami istri yang memiliki keistimewaan di bidang musik, tentu anaknya dapat menjadi musisi. Tetapi, apabila lingkungan, khususnya lingkungan pendidikannya tidak menunjang, misalnya karena ia memasuki sekolah pertanian dan tidak pernah belajar musik, sudah tentu ia tidak akan pernah menjadi musisi tetapi menjadi petani.[7]
Aliran nativisme hingga kini masih cukup berpengaruh di kalangan sejumlah ahli, tetapi sudah tidak semutlak dulu lagi. Di antara ahli yang dipandang sebagai nativis ialah Noam A. Chomsky kelahiran 1928, seorang ahli linguistik yang sangat terkenal hingga saat ini. Chomsky menganggap, bahwa perkembangan penguasaan bahasa pada manusia tidak dapat di jelaskan semata-mata oleh proses belajar, tetapi juga (yang lebih penting) oleh adanya “biological predisposition” (kecenderungan biologis) yang dibawa sejak lahir.

Kebalikann dari aliran nativisme adalah aliran empirisisme dengan tokoh utama John Locke (1632-1704). Nama asli aliran ini adalah “The School of British Empiricism” (Aliran Empirisisme Inggris). Namun, aliran ini lebih berpengaruh terhadap para pemikir Amerika Serikat, sehingga melahirkan sebuah aliran filsafat bernama “environmentalism” (aliran lingkungan) dan psikologi bernama “environmental psychology” (psikologi lingkungan) yang relatif masih baru.
Doktrin aliran empirisisme yang amat manshyur adalah “tabula rasa”, sebuah istilah bahasa Latin yang berarti batu tulis kosong atau lembaran kosong (blank slate/blank tablet). Doktrin ini menekankan arti penting pengalaman, lingkungan, dan pendidikan, sehingga perkembangan manusia pun semata-mata bergantung pada lingkungan dan pengalaman pendidikannnya. Dalam hal ini, para penganut empirisisme menganggap setiap anak lahir dalam keadaan kosong, tak punya kemampuan dan bakat apa-apa. Hendak menjadi apa seorang anak kelak bergantung pada pengalaman/lingkungan yang mendidiknya.[8]




Memang amat sukar diingkari bahwa lingkunganmemiliki pengaruh besar terhadap proses perkembangan dan masa depan peserta didik. Jika seorang peserta didik memeroleh kesempatan yang memadai untuk mempelajari ilmu politik, tentu kelak ia akan menjadi seorang politisi. Karena ia memiliki pengalaman belajar di bidang polik, ia tak akan pernah menjadi pemusik, walaupun orangtuanya pemusik sejati.

Aliran konvergensi (covergence) merupakan gabungan antara aliran empirisisme dengan aliran nativisme. Aliran ini menggabungkan arti penting hereditas (pembawaan0 dengan lingkungan sebagai faktor-faktor yang berpengaruh dalam perkembangan manusia. Tokoh utama konvergensi bernama Louis William Stern (1871-1938), seorang filosof dan psikolog Jerman.
Dalam menetapkan faktor yang memengaruhi perkembangan manusia, Stern dan para ahli yang mengikutinya tidak hanya berpegang pada lingkungan/pengalaman juga tidak berpegang pada pembawaan saja, tetapi berpegang pada kedua faktor yang sama pentingnya itu. Faktor pembawaan tidak tidak berarti apa-apa jika tanpa faktor pengalaman.demikian pula sebaliknya, faktor pengalaman tanpa faktor bakat pembawaan tak akan mampu mengembangkan manusia yang sesuai dengan harapan.
Para penganut aliran konvergensi berkeyakinan bahwa baik faktor pembawaan maupun fator lingkungan andilnya sama besar dalam menentukan masa depan seseorang. Jadi, seorang peserta didik yang lahir dari keluarga santi atau kiai, umpamanya, kelak ia aka menjadi ahli agama apabila ia dididik di lingkungan pendidikan keagamaan.[9]



             Pertumbuhan mencakup dua aspek perubahan, yaitu perubahan kuantitatif dan perubahan kualitatif, perubahan kuantitatif mencakup “ division” dan perbanyakan kromosom, sel – sel, penambahan jumlah seperti gigi, rambut, pembesaran materil jasmani.
             Hal yang demikian bisa kita sebut sebagai “tumbuh”. Disamping itu, ada perubahan kuantitatif yang mencakup penyempurnaan struktur fisiologis sepeti penyiapan fungsi – fungsi pada setiap bagian tubuh dan sebagainya. Kejadian semacam itu dapat disebut bertumbuh.
             Mengenai hal tumbuh sudah jelas konteksnya yaitu materil jasmaniah, sedangkan bertumbuh disampin g aspek jasmaniah (struktur dan fungsi ) juga dapat dihubungkan dengan aspek rohaniah (bertambahnya kesan, ide, pengetahuan sebagai akibat dari belajar “
             Antara tumbuh dan bertumbuh terdapat perbedaan peristiwa, namun keduanya terjadi secara sambung – menyambung dan saing menunjang. Dengan demikian dalam pertumbuhan terjadi dua proses yang hamper berbarengan yaitu pertumbuhan dan pematangan. Pertumbuhan dapat diamati misalnya dengan adanya penambahan besar tubuh, sedangkan pematangan ditandai dengan adanya perubahan dalam struktur tubuh beserta fungsinya. [10]








                        Pertumbuhan merupakan proses yang berkesinambungan, mulai dari keadaan sederhana sampai pada keadaan yang kompleks. Kesinambungan pertumbuhan ini pada manusia dapat kita renungkan, bagaimana bayi yang lemah, tergantung, tidak bercakapan secara berangsur – angsur dapat menjadi orang yang kuat, berdiri sendiri dan bercakapan dalam menghadapi ujian hidup.

                        Urutan pertumbuhan tidak bergerak dalam waktu yang konstan. Indikator- indikator kematangan tidak muncul dalam saat-saat yang teratur. Ada saat dimana pertumbuhan berlangsung cepat, dan ada pula pertumbuhan yang berlangsung lambat. Selama masa bayi dan pra sekolah, anak mengalami pertumbuhan pesat dan in dikator – indictor kematangan muncul silih berganti secara cepat. Pada masa sesudah pra sekolah hingga pada masa sekolah, pertumbuhan anak menjadi lambat.

            Tidak semua aspek pertumbuhan seperti fungsi jasamani, bahasa dan kapasitas intelektual berkembang dengan taraf yang sama dan waktu yang sama. Sebagai contoh, orang tua sering khawatir berhubung anak –anaknya berumur satu tahun sudah dapat menyebutkan tiga atau sampai tujuh kata, tetapi pada umur tiga atau empat bulan berikutnya jarang sekali menyebutkan kata- kata baru bahkan beberapa kata yang pernah dikuasi terlupakan.[11]




                        Kondisi – kondisi internal seperti gizi, aktivitas, istirahat, tekanan kejiwaan, kesehatan jasmani, dan sebagainya sangat menentukan kecepatan pertumbuhan serta keterlibatan potensi – potensi pertumbuhan pada individu.
                        Lingkungan di mana individu hidup yang jelek dan kurang bersih akan menganggu kesehatan, lingkungan sosial yang kacau dan kurang toleran akan menganggu ketenangan jiwa, lingkungan yang sibuk dan menetang aktivitas akan mengurangi istirahat. Keadaan lingkungan eksternal semacam itu sangat mempengaruhi kecepatan dan keterlibatan potensi – potensi pertumbuhan pada individu.

                        Tidak semua individu mengalami pertumbuhan dengan cara yang sama. Ini terbukti, bahwa beberapa ada yang tinggi, pendek, gemuk dan kurus. Keunikan pertumbuhan pada masing – masing individu antara lain disebabkan oleh :
1)   Perbedaan kondisi lingkungan internal
2)   Perbedaan kondisi lingkungan eksternal
3)   Perbedaan aktivitas
4)   Perbedaan usia
5)   Perbedaan jenis kelamin
6)   Perbedaan hasil belajar[12]




Perkembangan tidak mengenai materi, melainkan mengenai fungsi. Telah dikemukakan diatas, bahwa perubahan fungsi tidak terjadi secara kauntitatif, melainkan secara kualitatif. Dengan demikia, perkembangan itu adalah kuantitatif. Kualitatif disini dihubungkan dengan hasil dari perubahan yang tidak dapat dihargai secara kuantitatif.

Dengan belajar orang memperoleh pengalaman. Pengalaman belajar meliputi aspek- aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Belajar merupakan kegiatan yang dinamis, karena itu wajarlah bahwa pengetahuan, keterampilan dan sikap seseorang menjadi berkembang. Perkembangan pengetahuan, keterampilan dan sikap seseorang ini akan menentukan tingkat kedewasaan seseorang. Tingkat – tingkat kedewasaan seseorang merupakan indicator penting bagi perkembangan orang itu, baik secara jasmaniah maupun rohaniah.
Dengan bertambahnya usia, maka perkembangan seseorang bertambah langsung menuju kepada tingkat kematangan –kematangan tertentu pada fungsi – fungsi jasmaniah. Kematangan fungsi jasmaniah dapat mempercepat proses perkembangan, baik pada fungsi jasmaniah itu sendiri maupun pada fungsi kejiwaan. [13]






Dalam keadaan normal, perkembangan seseorang ebrlangsung dalam tempo tertentu yang tidak mesti sama bila dibandingkan dengan tempo perkembangan orang lain. Tempo perkembangan pada seorang individu cenderung menunjukan kelangsungan perkembangan secara tetap dari bayi samapai dewasa demikian pula pada orang lain.

Faktor Heraditas dan lingkungan sma penting bagi perkembangan individu. Heraditas mnimbulkan fungsi – fungsi dan kapasitas, sedangkan pendidikan dan lingkungan mengembangkan fungsi –fungsi dan kapasitas itu. Usaha- usaha melakukan pendidikan :
1)        Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif
2)        Memotivasi kegiatan anak untuk belajar
3)        Membimbing perkembangan anak kearah perkembangan optimal

Penyakit, tekanna batin, kekecewaan, keputusan, dan kemasabodohan yang diderita oleh individu dapat mnyebabkan keterlambatan perkembangan pribadinya. Perkembangan seseorang dikatakan lambat apabila pribadinya tidka berkembang sesuai pola perkembangannya sendiri yang normal. Kelambatan perkembngan ini dpata dipercepat melalui kepemimpinan  pengajaran yang didaktis, penciptaan lingkungan yang kondusif di sekolah dan diluar sekolah, serta motivasi kegiatan pada nak didik.[14]





Proses individuasi adalah proses dengan jalan mendefinisikan gerakan- gerakan khusus secara berangsur – angsur dari pola gerak global atau umum.
Perkembangan juga merupakan proses integrasi. Perkembangan pribadi kita terjadi dari sederhana menuju semakin kompleks. Kecakapan – kecakapan yang bersifat komples berkembang melalui koordinasi dan integrasi dari fungsi – fungsi yang lebih sederhana dan kecil.[15]

1.  Fase Pra-Natal

Fase pranatal (sebelum lahir) mulai masa konsepsi sampai proses kelahiran yaitu sekitar 9 bulan 20 hari. Ibnu Mas`ud berkata bahwa Rasulullah bersabda yang artinya :
Sesungguhnya seorang baru kalian dikumpulkan kejadiannya dalam perut ibunya selama 40 hari (asal sperma), selanjutnya menjadi segumpal darah beku itupun selama 40 hari. Selanjutnya Allah Swt, mengutus malaikat, maka ia pun meniupkan ruh ke dalam tubuhnya. Malaikat ini diperintah mencatat (menetapkan) empat hal, yaitu mengenai rezekinya, amalnya, celakanya dan bahagianya” (H.R Bukhari dan Muslim).

2.        Fase Lahir

Fase lahir merupakan permulaan atau periode awal keberadaan sebagai individu dan pada masa ini dimulai dari kelahiran dan berakhir pada saat bayi menjelang dua minggu dan periode ini juga bayi mulai menyesesuaikan dirinya dengan kehidupan di luar rahim.
Fase ini terbagi menjadi dua periode, yaitu : periode pertunate (mulai kelahiran sampai antara lima belas dan tiga puluh menit sesudah kelahiran), sedangkan periode neonate (dari pemotongan dan pengikatan tali pusar sampai sekitar akhir minggu kedua dari kehidupan paseamatur, yaitu lingkungan di luar tubuh ibu).

3.        Fase Dua Tahun Pertama

Pada fase 2 tahun pertama ini dapat dilihat dari khasnya yaitu anak mulai memusarkan dirinya untuk mengenal lingkungannya, menguasai gerak-gerik fisik dan belajar berbicara dan pada masa ini Rasulullah bersabda, yang artinya :
Mulailah mendidik anak-anak kalian dengan kalimat pertama : Laa ilaha illallah (tidak ada tuhan selain Allah), bimbinglah mereka ketika mereka berada dalam sekarat dengan Laa ilaha illallah,” (H.R Al-Baihaqi).
Kalau kita cermati hadits di atas adalah pendidikan pertama ditanamkan kepada anak adalah meng-Esakan Allah dengan kalimat tauhid, dengan kalimat Laa ilaha illallah (tiada tuhan selain Allah).

4.  Fase Kanak-kanak

Masa kanak-kanak ini berlangsung selama enam tahun, oleh pendidik disebut pra sekolah. Awal masa kanak-kanak ini sering dianggap sebagai usia kritis dalam penggolongan peran seks. Pada masa inilah anak paling peka dan siap untuk belajar dan dapat memahami pengetahuan dan selalu ingin bertanya dan memahami.
Perkembangan kembangan kepribadian anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosial dan kognitifnya. Hal ini membentuk persepsi anak mengenai dirinya sendiri, dalam kompetensi sosialnya, dalam peran jenis kelaminnya, dan dalam menegakkan pendapatnya mengenai apa yang benar dan yang salah.[16]






Periode ini merupakan masa pertumbuhan dan perubahan yang pesat dan masa ini terjadi pada usia yang berbeda bagi anak laki-laki dan anak perempuan. Kriteria umum yang digunakan fase ini adalah bagi anak laki-laki ditandai dengan mimpi basah, sedangkan pada anak perempuan ditandai dengan masa haid pertama.[17]

Adapun periode masa puber terbagi menjadi tiga masa, antara lain :
a.   Masa pra pubertas : usia 12-14 tahun, masa ini merupakan peralihan dari akhir masa kanak-kanak ke masa awal pubertas. Cirinya yaitu :
1)         Anak tidak suka diperlakukan seperti anak kecil lagi
2)         Anak mulai bersikap kritis

b.    Masa pubertas : masa remaja awal usia 14-16 tahun. Adapun cirinya, antara lain sebagi berikut :
1)        Mulai cemas dan bingung tentang perubahan fisiknya
2)        Memperhatikan penampilan
3)        Sikapnya tidak menentu
4)        Suka berkelompok dengan teman sebaya dan senasib

c.  Masa akhir pubertas : usia 17-18 tahun, masa ini meupakan peralihan dari masa pubertas ke masa adolesen. Cirinya, antara lain :
1)        Pertumbuhan fisik sudah mulai matang tetapi kedewasaan psikologisnya belum tercapai sepenuhnya.
2)        Proses  kedewasaan jasmaniah pada remaja putri lebih awal dari remaja pria.





6.        Fase Dewasa
Masa dewasa adalah pencarian kemantapan dan masa reproduktif, yaitu suatu masa yang penuh masalah dan ketegangan emosional, periode isolasi sosial, periode komitmen dan masa ketergantungan, perubahan nilai-nilai, kreativitas dan penyesesuaian hidup yang baru.[18]
Pada fase ini sebaiknya yang perlu ditanamkan pada diri sendiri adalah menjalankan ketaatan, karena pada fase ini individu sudah menetukan sendiri kemana mereka akan melangkah.

7.        Fase Lansia
Pada fase ini memiliki ciri sebagai berikut : periode kemunduran, perbedaan individual pada efek menua, usia tua dinilai dengan kriteria yang berbeda. Masalah umum yang unik bagi orang-orang yang lanjut usia ini adalah ditandai dengan keadaan fisik yang lemah dan tak berdaya, sehingga tergantung pada orang lain.

            Pendidikan merupakan sistem untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dalam segala aspek kehidupan. Dalam sejarah umat manusia, hampir tidak ada kelompok manusia yang tidak menggunakan pendidikan sebagai alat pembudayaan dan peningkatan kualitasnya. Pendidikan dibutuhkan untuk menyiapkan anak manusia demi menunjang perannya di masa datang. Upaya pendidikan yang dilakukan oleh suatu bangsa memiliki hubungan yang signifikan dengan rekayasa bangsa tersebut di masa mendatang. Dengan demikian, pendidikan merupakan sarana terbaik untuk menciptakan suatu generasi baru pemuda-pemudi yang tidak akan kehilangan ikatan dengan tradisi mereka sendiri tapi juga sekaligus tidak menjadi bodoh secara intelektual atau terbelakang dalam pendidikan mereka atau tidak menyadari adanya perkembangan-perkembangan disetiap cabang pengetahuan manusia. Pendidikan merupakan proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia yang berlangsung sepanjang hayat. Pendidikan selalu berkembang, dan selalu dihadapkan pada perubahan zaman. Untuk itu, mau tak mau pendidikan harus didisain mengikuti irama perubahan tersebut, apabila pendidikan tidak didisain mengikuti irama perubahan, maka pendidikan akan ketinggalan dengan lajunya perkembangan zaman itu sendiri.
            Bagi perkembangan manusia pendidikan adalah. Pertama transformasi budaya dari generasi ke generasi, mempertahankan unsure-unsur esensi dari kebudayaan dengan membuka diri pada usur positif dari luar. Kedua Pendidikan bertanggung jawab terhadap generasi masa kini, artinya pendidikan tidak dapat pejam mata terhadap pengangguran dan harus mewujudkan kesejahteraan dalam kehidupan. Ketiga dalam tugas yang paling berat pendidikan adalah menyiapkan generasi masa depan dalam perkembangan kehidupan, yang dulu hidup dalam keadaan tradisional harus mempersiapkan generasi yang mampu menerobos kehidupan modern dan berperan aktif.[19]

Pengetahuan mengenai proses perkembangan dengan segala aspeknya itu banyak manfaatnya bagi Anda. Di antaa manfaat-manfaaat yang bisa dipetik dari pemahaman mngenai perkembangan, ialah bahwa Anda selaku guru akan dapat:
1.        Memberikan layanan bantuan dan bimbingan yang tepat kepada peserta didik, relevan dengan tigkat perkembangannya;
2.        Mengantisipasi kemungkinan-kemunginan timbulnya kesulitan belajar peserta didik tertentu, lalu segera mengambil langkah-langkah yang tepat untuk menanggulanginya;
3.        Mempertimbangkan waktu yang tepat untuk memulai aktivitas proses pembelajaran bidang studi tertentu;
4.        Menemukan dan menetapkan tujuan-tujuan pembelajaran baik berupa kompetensi dasar (KD) maupun kompetensi inti (KI) yang harus dicapai para peserta didik.[20]

H.      Kesimpulan
Pertumbuhan merupakan proses atau tahapan peningkatan dan pertambahan aspek kuantitatif yang bermuara pada perubahan-perubahan struktural manusia dalam hal jumlah, ukuran dan arti  penting lainnya, seperti dari kecil menjadi besar, dari pendek menjadi panjang dan lainnya.
Perkembangan adalah proses atau tahapan perubahan yang meliputi aspek kualitatif dari setiap fungsi-fungsi kejiwaan dan kepribadian ke arah yang lebih maju. Penekanan perkembangan ini berpusat pada penyempurnaan psikologis, kejiwaan atau rohaniah yang terrefleksikan dari tingkah laku dan perbuatan.
       Faktor – faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Manusia Anak sebagai keseluruhan,Umur Mental Anak Mempengaruhi Pertumbuhannya,  Permasalahan Tingkah Laku Sering Berhubungan dengan Pola – Pola Pertumbuhan, Penyesuaian Pribadi dan Sosial Mencerminkan Dinamika Pertumbuhan
       Faktor faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Manusia yaitu : Pandangan Aliran Nativisme, Pandangan Aliran Empirisisme, Pandangan Aliran Konvergensi
       Hukum – Hukum yang Mengatur Pertumbuhan Manusia : Pertumbuhan adalah kuantitatif serta kualitatif,       Pertumbuhan mencakup dua aspek perubahan, Pertumbuhan Merupakan Suatu Proses yang Berkesinambungan dan Teratur, Tempo Pertumbuhan Adalah Tidak Sama, Taraf Perkembangan Berbagai Aspek Pertumbuhan Adalah Berbeda – beda, Kecepatan Serta Pola Pertumbuhan dapat Dimodifikasi oleh Kondisi – Kondisi di Dalam dan Diluar badan
       Hukum – Hukum yang Mengatur Pekembangan Manusia: Perkembangan Adalah Kulitatif, Perkembangan sangat dipengaruhi oleh Proses dan Hasil dari belajar, Usia Itu Mempengaruhi Perkembangan, Masing – Masing Individu Mempunyai Tempo Perkembangan Yang Berbeda – beda, Perkembangan Di Pengaruhi Oleh Heraditas Dan Lingkungan.



I.         Daftar Pustaka
Dalyono, M.2012. Psikologi pendidikan.Jakarta : Rieneka Cipta.
Djamarah Bahri, Syamsul. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta : Rieneka Cipta.
Jahja, Yudrik. 2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta :Kencana Prenada Media Group
Soemanto, Wasty.2012. Psikologi Pendidikan . Jakarta : Rieneka Cipta
Syah, Muhibbin . 2014. Telaah Singkat Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Wahab, Rohmalina. 2014. Psikologi Belajar. Palembang : Grafika Telindo Press



[1] M. Dalyono, Psikologi pendidikan,(Jakarta : Rieneka Cipta, 2012) Hal. 61
[2] Dra. Rohmalina Wahab, Psikologi Belajar, (Palembang : Grafika Telindo Press, 2014) Hal. 112.
[3]  M. Dalyono, Op.Cit., Hal. 78
[4] Dra. Rohmalina Wahab., Loc. Cit.
[5] Syamsul Bahri Djamarah, Psikologi Belajar,(Jakarta : Rieneka Cipta,2011), Hal. 119
[6] Ibid., Hal. 120
[7] Muhibbin Syah, Telaah Singkat Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2014), Hal.18
[8] Ibid.,Hal. 19
[9] Ibid.,Hal. 20-21
[10] Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Rieneka Cipta, 2012), Hal. 49-50
[11] Ibid., Hal. 51-52
[12] Ibid.,Hal. 53
[13] Ibid.,Hal.59-60
[14] Ibid.,Hal. 60-62
[15] Wasti Soemanto., Loc.Cit.
[16] Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group,2011) Hal. 203

[17] Dra. Rohmalina Wahab, Op.cit., Hal. 128
[18] Dra. Rohmalina Wahab, Loc.Cit.
[20] Muhibbin Syah, Op.Cit.,Hal 10-11