Jumat, 09 Oktober 2015

perkembangan filsafat makalah filsafat umum kelompok 2



MAKALAH
LATAR BELAKANG LAHIRNYA DAN PERKEMBANGAN FILSAFAT


Disusun Sebagai Tugas Kelompok
Mata Kuliah filsafat umum


Dosen Pengampu: Syarnubi, M.Pd.I


 


Disusun Oleh Kelompok 2:

Adam Wahyudi (1532100072)
Bagus Pamungkas (1532100092)
Dewi Putri Andesta (1532100102)


UNIVERSITAS ISLAM NEGRI RADEN FATAH PALEMBANG
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TA 2015/2016

KATA PENGANTAR


Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji hanya milik Allah azza wajal, shalawat seiring salam semoga selalu tercurah kepada Nabi akhir zaman yakni Muhammad Saw. Keluarga, sahabat dan seluruh umatnya yang setia dan istiqomah berada di atas ajarannya hingga hari kiamat.
Penulis sangat bersyukur karena berkat rahmat dan karuniaNyalah penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “latar belakang lahirnya dan perkembangan filsafat”.
Penyusunan makalah ini sebagai tugas dari mata kuliah Filsafat Umum Program Studi Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negri Raden Fatah Palembang. Dalam penyusunan makalah ini penulis sangat menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah filsafat umum yang telah memberikan materi perkuliahan serta arahannya, mudah-mudahan Allah SWT. Membalas atas semua bantuan yang telah diberikan dengan tulus dan ikhlas. Penulis berharap makalah ini berguna bagi kita semua amin. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Akhirul kalam,
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Palembang, 13 Oktober  2015

Penulis



DAFTAR ISI


BAB I

PENDAHULUAN

Pada zaman sekarang ini, kita telah merasakan manfaat yang sangat besar dari perkembanagan ilmu pengetahuan dan juga kemajuan teknologi. Perkembangan dan kemajuan ini tidak lepas dari perkembanagn filsafat yang merupakan cikal bakal lahirnya disiplin-disiplin ilmu serta penemuan-penemuan teknologi modern.
Pada zaman dahulu, filsafat timbul karena keingin tahuan mereka terhadap takhayul dan ketakjuban pada alam sehingga menghasilkan pertanyaan dan dari pertanyaan ini lahirlah filsafat. Namun pada zaman sekarang ini, lahirnya filsafat lebih kepada keragu-raguan terhadap sesuatu sehingga muncul pertanyaan dan lahir filsafat.
Filsafat ini berkembang dari masa kemasa. Dan dalam setiap mas mempunyai ciri khas tertentu. Banyak yang tidak mengetahui tahap-tahap lahir dan bekembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang sebenarnya bercikal bakal dari filsafat itu sendiri. Sehingga perlu bagi kami mengangkat sebuah judul makalah “latar belakang lahirnya dan berkembangannya filsafat” agar kita mengetahui bagaimana lahir dan berkembangnya filsafat yang mudah-mudahan dapat menambah perbendaharaan tentang sejarah filsafat dan bermanfaat bagi kami juga kita semua. Aamiin.
1.         Apa yang melatarbelakangi lahirnya filsafat?
2.         Bagaimana perkembangan filsafat?
1.         Hanya membahas tentang apa yang melatarbelakangi lahirnya filsafat
2.         Hanya membahas tentang bagaimana perkembangan filsafat



BAB II

PEMBAHASAN

 Tiap bangsa betapapun biadabnya, mempunyai dongeng dan takhayul, Ada yang terjadi dari kisah perintang hari, keluar dari mulut orang yang suka bercerita. Ada muslihat yang menakut-nakuti supaya anak tidak nakal. Ada pula yang timbul dari keajaiban alam yang menjadi pangkal heran dan takut. Dari itu alam ini penuh dengan dewa-dewa. Lama kelamaan timbul berbagai fantasi. Dengan fantasi itu manusia dapat menyatukan ruhnya  dengan alam sekitarnya. Orang yang membuat fantasi itu tidak ingin membuktikan kebenaran fantasinya karena kesenangan ruhnya terletak pada fantasi itu. Tetapi kemudian ada orang yang ingin mengetahui lebih jauh. Diantaranya ada orang yang tidak percaya, ada yang bersifat kritis, lama kelamaan timbul keinginan pada kebenaran.
Orang-orang grik pada zaman dahulu banyak mempunyai dongeng dan takhayul. Tetapi yang ajaib pada mereka ialah bahwa angan-angan yang indah itu menjadi dasar untuk mencari pengetahuan semata-mata untuk tahu saja. Tidak mengharapkan untung dari itu. Berhadapan dengan alam yang indah luas, yang sangat bagus dan ajaib pada malam hari, timbul di hati mereka keinginan hendak mengetahui rahasia alam itu. Lalu timbul di dalam hati mereka, dari mana datangnya alam ini, bagaimana terjadinya, bagaimana kemajuannya dan kemana sampainya. Demikianlah selama beratus-ratus tahun alam ini menjadi pertanyaan yang memikat perhatian ahli-ahli pikir grik.”[1]
Dari kutipan panjang ini dapat kita ambil dua kesimpulan:
·      Pertama, dongeng dan takhayul dapat menimbulkan filsafat. Di antara orang-orang ada yang tidak percaya begitu saja. Ia kritis, ingin mengetahui kebenaran dongeng itu. Dari situ timbul filsafat.
·      Kedua, keindahan alam besar terutama malam hari, menimbulkan keinginan pada orang grik untuk mengetahui rahasia alam itu. Keinginan mengetahui rahasia alam, berupa rumusan-rumusan pernyataan, ini juga menimbulkan filsafat.
Beerling dalam buku filsafat umum (2013:14) mengatakan bahwa orang yunani yang mula-mula sekali berfilsafat di barat mengatakan bahwa filsafat timbul karena ketakjuban. Ketakjuban menyaksi  kan keindahan dan kerahasiaan alam semesta ini lantas menimbulkan keinginan mengetahuinya. Plato mengatakan bahwa filsafat dimulai dari ketakjuban. Sikap heran atau takjub itu akan lahir bentuk bertanya. Pertanyaan itu memerlukan jawaban. Bila pemikir menemukan jawaban, jawaban itu dipertanyakan lagi karena ia selalu sangsi pada kebenaran yang ditemukannya.
Akan tetapi hendaknya perlu segera dicatat bahwa pertanyaan yang yang menimbulkan filsafat bukan pertanyaan yang sembarangan. Pertanyaan yang dangkal seperti “apa rasa gula” dapat dijawab oleh lidah. Maka yang dimaksud dengan pertanyaan yang menimbulkan filsafat adalah pertanyaan  mendalam yang berbobot. Itulah yang akan menimbulkan filsafat bila dijawab dengan serius. Sebagai contoh “apa sebenarnya alam semesta ini?” maka ada filosuf yang menjawab air. Dengan alasan prinsip dasar alam semesta adalah air karena air dapat berubah menjadi beberapa wujud. Ada juga yang menjawab (tanah, air, udara, dan api), dan lain-lain. Pertanyaan itulah yang  menimbulkan filsafat. Pada zaman permulaan (yunani), pertanyaan itu timbul dari takhayul dan ketakjuban pada alam. Tapi pada zaman modern penyebab pertanyaan itu lain lagi.
Pada zaman modern ini penyebab timbulnya pertanyaan adalah kesangsian. Sangsi itu setingkat di bawah percaya dan setingkat dia atas tidak percaya.
Sangsi menimbulkan pertanyaan, pertanyaan menyebabkan pikiran bekerja. Pikiran bekerja menimbulkan filsafat. Jadi, ingin tahu itulah pada dasarnya penyebab timbulnya filsafat.
Ingin tahu ini dulunya disebabkan oleh dongeng dan keheranan pada kebesaran alam, sedangkan pada zaman modern ingin tahu timbul karena sangsi, lantas menginginkan kepastian. Ingin tahu muncul dalam bentuk pertanyaan. Pertanyaan menimbulkan filsafat.
Mitologi atau mitos berasal dari kata ”mite”. Seb  elum filsafat lahir dan berkembang pesat, di Yunani telah berkembang berbagai mitos. Bahkan, filsafat pertama kali dikembangkan melalui jalan mitologis. Mitos-mitos yang berkembang merupakan metode yang dijadikan cara untuk memahami segala sesuatu yang ada. Berbagai pertanyaan atas ketidaktahuan atau kepenasaran manusia atas eksistensi jagat raya ini, jawabannya  hanya ada dalam mitos. Pertanyaan dari mana asalnya bumi dan bagaimana bumi ini tercipta. Mengapa tiba-tiba bumi menjadi gelap, kemudian terang kembali? Sebelum ditemukan jawaban filosofis atau apalagi ilmiah, manusia hanya mampu menjawab dengan mitos. Bumi gelap karena digengam oleh raksasa yang sedang marah, sehingga manusia harus berusaha meredakan kemarahannya dengan berbagai cara, misalnya memberi sesajen, meyakini adanya kekuatan lain diluar alam fisik, adanya para dewa, dan sebagainya. Khayalan-khayalan itu menjadi”keyakinan” yang selanjutnya membentuk pemahaman normatik tentang setiap keberadaan dan kekuatan yang ada di dalamnya. Sebelum dunia ilmu menyatakan adanya “gerhana bulan/gerhana matahari, manusia pada umumnya mendapat jawaban dari berbagai mitos. Mitos adalah pencerahan masyarakat yang hidup pada masa lalu dalam menemukan jawaban-jawaban atas masalah yang disebabkan oleh situasi dan kondisi alam.[2]

Secara historis kelahiran dan perkembangan pemkiran yunani kuno (sistem berpikir) tidak dapat di lepskan dari keberadaan kelahiran dan perkembangan filsafat. dalam hal ini adalah sejarah filsafat. Dalam tradisi sejrah filsafat mengenal 3 tradisi besar, yakni:
1)      Sejarah filsafat india (sekitar 2000 sm-dewasa ini),
2)      Sejarah filsafat cina (sekitar 600 sm- dewasa ini),
3)      Sejarah filsafat barat (sekitar 600 sm – dewasa ini)
Dari ketiga tradisi sejarah tersebut di atas, tradisi sejarah filsafat barat adalah basis kelahiran dan perkembangan ilmu (scientiae/science/sain) sebagaimana yang kita kenal sekarang ini. Titik tolak dan orientasi sejarah filsafat baik yang diperlihatkan dalam tradisi sejarah filsafat india maupun cina di satu pihak dan sejarah filsafat barat di lain pihak, yakni semenjak periodesasi awal sudah memperlihatkan titik tolak dan orientasi sejarah yang berbeda.
Upaya mencari unsur induk segala sesuatau (arche), itulah momentum awal sejarah yang telah membongkar periode myte (mythos/mitologi) yang mengungkung pemikiran manusia pada masa itu karena rasionalitas (logos) dengan suatu metode berfikir untuk mencari sebab awal dari segala sesuatu dengan menurut dari hubungan kualitasnya (sebab akibat). Jadi unsur berpikir penting ilmiah sudah mulai dipakai, yakni: rasio dan logika (konsekuensi). Meskipun tentu saja ini arche yang dikemukakan para filosuf tadi masih bersifat spekulatif dalam arti masih belum dikembangkan lebih lanjut dengan melakukan pembuktian (verivikasi) melalui ovservasi maupun eksperimen (metode) dalam kenyataan atau (empiris), tetapi prosedur berfikir untuk menemukannya melalui sesuatu bentuk berfikir sebab akibat secara rasional itulah yang patut dicatat sebagai sesuatu arah baru dalam sejarah pemikiran manusia. Hubungan sebab akibat inilah yang dalam ilmu pengetahuan disebut sebagai hukum (ilmiah).[3]
Dari sini kita bisa ketahui bahwa mitos adalah pencerahan masyarakat jaman dahulu dalam menemukan jawaban atas masalah-masalah situasi dan kondisi yang dihadapi. Dan logos adalah prosedur berfikir untuk menemukan kebenaran melalui sesuatu bentuk berfikir sebab akibat secara rasional. Itulah yang patut dicatat sebagai sesuatu arah baru dalam sejarah pemikiran manusia. Hubungan sebab akibat inilah yang dalam ilmu pengetahuan disebut sebagai hukum (ilmiah).
Pada zaman ini dikenal sebagai abad pertengahan (400-1500). Filsafat pada abad ini dikuasai dengan pemikiran keagamaan (kristianai). Puncak filsafat kristiani ini adalah patristik (lt. “patres”/bapa-bapa gereja. Dan skolastik patristik sendiri dibagi atas patristik yunani (atau patristik timur) dan patristik latin (atau patristik barat).
Ajaran-ajaran dari bapa gereja ini adalah filsafi teologis, yang pada intinya ajaran ini ingin memperlihatkan bahwa iman sesuai dengan pikiran-pikiran paling  dalam dari manusia. Ajaran-ajaran ini banyak berpengaruh dari plotinos. Pada masa ini dapat dikatakan era filsafat yang berlandaskan akal-budi “diabdikan” untuk dogma agama.[4]
Zaman skolastik (sekitar tahun 1000), pengaruh plotinus diambil alih oleh aristoteles. Pemikiran-pemikiran kembali dikenal dalam karya beberapa filosuf yahudi maupun islam. Pengaruh aristoteles demikian besar sehingga ia (aritoteles) di sebut sebgai “yang filsuf”  sedangkan averroes yang banyak membahas karya aristoteles dengan iman kristiani menghasilkan filsuf penting sebagian besar dari ordo baru yang lahir pada masa abad pertengahan, yaitu, dari ordo dominikan dan fransiskan. Filsafatnya disebut “skolastik”. Karena  pada periode ini filsafat diajarkan dalam sekolah-sekolah biara dan universitas-universitas menurut suatu kurikulum yang baku dan bersifat internasional. Inti ajaran ini bertema pokok bahwa ada hubungan antara iman dengan akal budi. Pada masa ini filsafat mulai ambil jarak dengan agama, dengan melihat sebagai suatu kesetaraan antara satu dengan yang lain.
Jadi, zaman patristik adalah zaman dimana filsafat dikuasai oleh bapa-bapa kristen, atau juga disebut sebagai ahli agama kristen. Sehingga filsafat berkembang untuk memperlihatkan bahwa iman sesuai dengan pikiran-pikiran paling  dalam dari manusia. era filsafat ini berlandaskan akal-budi yang diabdikan untuk dogma agama.
Sedangkan zaman skolastik adalah periode di abad pertengahan dimana filsafat berkembang melalui sekolah-sekolah yang didirikan sehingga banyak muncul pengajar-pengajar ulung dalam berkembangnya filsafat tersebut.
Jembatan antara abad pertengahan dan jaman modern adalah jaman “renesanse”. pembaharuan yang sangat bermakna pada jaman ini adalah “antroposentrisme”nya. Artinya pusat perhatian pemikiran tidak lagi kosmos seperti pada jaman yunani kuno. Setelah renesanse mulailah jaman barok, pada jaman ini rasionalitas ditumbuh kembangkan oleh filsuf-filsuf. Para filsuf di sini menekankan pentingnya kemungkinan-kemungkinan akal-budi “ratio” di dalam mengembangkan pengetahuan manusia.
Pada abad ke delapan belas mulai memasuki perkembangan baru. Setelah renesanse setelah rasionalisme jaman barok, pemikiran manusia mulai dianggap telah “dewasa”. Periode perkembangan pemikiran filsafat disebut sebagai “jaman pencerahan” atau “fajar budi”. Filsuf-filsuf pada jaman ini disebut sebagai para “empirikus”, yang ajarannya lebih menekankan bahwa suatu pengetahuan adalah mungkin karena adanya pengalaman indrawi manusia.
Pengetahuan yang dimiliki manusia merupakan hasil sintesis  antara yang apriori (yang sudah ada dalam kesadaran dan pikiran manusia) dengan impresi yang dipeoleh dari pengalaman.

Jadi, pada jaman modern ini lahir dan berkembanag tradisi ilmu pengetahuan yang merupakan hasil sitesis antara pengetahuan yang memang sudah ada dalam kesadaran dan pikiran manusia, dan pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman.
Pada abad ketujuh belas dan delapan belas perkembangan filsafat pengetahuan memperlihatkan aliran-aliran besar;rasionalisme,empirisme, dan idealisme dengan mempertahankan wilayah-wilayah yang luas. Dibandingkan dengan filsafat abad ketujuh belas dan abad kedelapan belas, filsafat abad kesembilan belas dan abad kedua puluh banyak bermunculan aliran-aliran baru dalam filsafat tetapi wilayah pengaruhnya lebih tertentu. Akan tetapi justru menemukan bentuknya atau fomat yang lebih bebas dari corak spekulasi filsafati dan otonom. Aliran-aliran tersebut antara lain; positivisme, marxisme, eksistensialisme, pragmatisme, neokantianisme, neo-tomisme dan fenomenologi.
Pada periode terkini (kontemporer) setelah aliran-aliran sebagaimana disebut diatas munculah aliran-aliran filsafat, misalnya;”strukturalisme” dan “postmodernisme”. Sehingga,  dari struktur ilmu tersebut tidak lain hendak dikatakan bahwa kegiatan keilmuan/ilmiah itu tidak lain adalah penelitian(search dan research).


 

BAB III

PENUTUP

Latar belakang lahirnya filsafat adalah rasa ingin tahu yang menimbulkan pertanyaan, pertanyaan menyebabkan pikiran bekerja. Pikiran bekerja menimbulkan filsafat. Jadi, ingin tahu itulah pada dasarnya penyebab timbulnya filsafat.
Pada zaman permulaan (yunani), pertanyaan itu timbul dari takhayul dan ketakjuban pada alam, lantas menimbulkan keinginan mengetahuinya. Sehingga dari situ timbul filafat. Namun berbeda Pada zaman modern ini, penyebab timbulnya pertanyaan adalah kesangsian. Sangsi itu setingkat di bawah percaya dan setingkat dia atas tidak percaya. lantas menginginkan kepastian. Ingin tahu muncul dalam bentuk pertanyaan. Pertanyaan menimbulkan filsafat.
Perlu dipahami bahwa pertanyaan yang menimbulkan filsafat bukan pertanyaan yang sembarangan. Pertanyaan yang dangkal seperti “apa rasa gula” dapat dijawab oleh lidah. Maka yang dimaksud dengan pertanyaan yang menimbulkan filsafat adalah pertanyaan  mendalam yang berbobot. Itulah yang akan menimbulkan filsafat bila dijawab dengan serius.
Perkembangan filsafat, filsafat pertama kali dikembangkan melalui jalan mitologis. Mitos-mitos yang berkembang merupakan metode yang dijadikan cara untuk memahami segala sesuatu yang ada. Berbagai pertanyaan atas ketidaktahuan atau kepenasaran manusia atas eksistensi jagat raya ini, jawabannya  hanya ada dalam mitos. Pertanyaan dari mana asalnya bumi dan bagaimana bumi ini tercipta. Mengapa tiba-tiba bumi menjadi gelap, kemudian terang kembali? Sebelum ditemukan jawaban filosofis atau apalagi ilmiah, manusia hanya mampu menjawab dengan mitos.
Mitos adalah pencerahan masyarakat yang hidup pada masa lalu dalam menemukan jawaban-jawaban atas masalah yang disebabkan oleh situasi dan kondisi alam.
Logos di sini adalah suatu prosedur berfikir tentang sebab akibat secara rasional sebagai sesuatu arah baru dalam sejarah pemikiran manusia. Hubungan sebab akibat inilah yang dalam ilmu pengetahuan disebut sebagai hukum (ilmiah). Adapun perkembangan filsafat dari zaman-kezaman ialah:
Zaman patristik adalah zaman dimana filsafat dikuasai oleh bapa-bapa kristen, atau juga disebut sebagai ahli agama kristen. Sehingga filsafat berkembang untuk memperlihatkan bahwa iman sesuai dengan pikiran-pikiran paling  dalam dari manusia. era filsafat ini berlandaskan akal-budi yang diabdikan untuk dogma agama.
Sedangkan zaman skolastik adalah periode di abad pertengahan dimana filsafat berkembang melalui sekolah-sekolah yang didirikan sehingga banyak muncul pengajar-pengajar ulung dalam berkembangnya filsafat tersebut.
Pada jaman moderen lahir dan berkembanag tradisi ilmu pengetahuan yang merupakan hasil sitesis antara pengetahuan yang memang sudah ada dalam kesadaran dan pikiran manusia, dan pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman.
Pada periode terkini (kontemporer) setelah aliran-aliran sebagaimana disebut diatas munculah aliran-aliran filsafat, misalnya;”strukturalisme” dan “postmodernisme”. Sehingga,  dari struktur ilmu tersebut tidak lain hendak dikatakan bahwa kegiatan keilmuan/ilmiah itu tidak lain adalah penelitian(search dan research).





DAFTAR PUSTAKA


Ø Hakim, atang abdul dan Saebani, beni ahmad. 2008. Filsafat Umum, Bandung: Pustaka Setia
Ø Martini, eka. 2013. Filsafat Ilmu, Palembang: Noer Fikri Offset
Ø Tafsir, ahmad. 2013. Filsafat Umumakal dan hati sejak thales sampai capra”, Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Ø Zaprulkhan. 2013. Filsafat Umum “sebuah pendekatan tematik”, Jakarta: Rajawali Pers


[1] Ahmad tafsir, filsafat umum “akal dan hati sejak thales sampai capra”, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013). hlm. 14
[2] Atang abdul hakim dan Beni ahmad saebani, filsafat umum, (Bandung: Pustaka Setia, 2008). hlm. 41
[3] Eka martini, filsafat ilmu, (Palembang: Noer Fikri Offset, 2013). hlm. 18
[4] Eka martini, Filsafat ilmu, hlm. 21