Kamis, 21 Juli 2016

Ke. 14 Tari Bambu dan two stay



Pembelajaran Kooperatif Model Tari Bambu (Bamboo Dancing) dan Pembelajaran Kooperatif Model Two Stay Two Stray (TSTS)

Disusun Sebagai Tugas Kelompok
Mata Kuliah Ilmu Pendidikan Islam


Dosen Pengampu: Nurlaila, M.Pd.I

Disusun Oleh Kelompok 10:

Askur Hadi (1532100088)
Dhea Amelya (1532100104)


UNIVERSITAS ISLAM NEGRI RADEN FATAH PALEMBANG
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TAHUN AJARAN 2015/2016


            Pembelajaran Kooperatif Model Tari Bambu (Bamboo Dancing)
v   Langkah-langkah belajar kooperatif Tari Bambu
  Adapun langkah-langkah belajar kooperatif tari bambu adalah sebagai berikut.
1.    Pembelajaran diawali dengan pengenalan topik oleh guru. Pada tahap ini guru dapat menuliskan topik atau melakukan tanya jawab kepada siswa berkaitan dengan pengetahuan peserta didik tentang topik yang diberikan. Langkah ini perlu dilakukan aar siswa lebih siap menghadapi materi yang baru.
2.    Guru membagi kelas menjadi dua kelompok besar. Misalkan jika dalam kelas terdapat 40 anak, maka tiap kelompok besar terdiri 20 orang.
3.      Pada kelompok besar 20 orang, kemudian dibagi menjadi dua kelompok masing-masing 10 orang diatur yang saling berhadap-hadapan dengan 10 orang lainnya, dengan posisi berdiri. Pasangan ini disebut dengan pasangan awal.
4.    Kemudian guru membagikan topik yang berbeda-beda kepada masing-masing pasangan untuk didiskusikan. Dalam langkah ini guru memberi waktu yang cukup agar materi yang didiskusikan benar-benar dipahami siswa.
5.    Usai berdiskusi, 20 orang dari tiap-tiap kelompok besar yang berdiri berjajar saling berhadapan itu bergeser mengikuti arah jarum jam. Dengan cara ini tiap-tiap peserta didik mendapat pasangan baru dan saling berbagi informasi yang berbeda, demikian seterusnya. Pergerakan searah jarum jam baru berhenti ketika peserta didik kembali ke tempat asalnya. gerakan saling bergeser dan berbagai informasi inilah menyerupai gerakan pohon bambu yang menari-nari.
6.    Hasil diskusi tiap-tiap kelompok besar kemudian dipresentasikan kepada seluruh kelas. Melalui kegiatan ini dimaksudkan agar pengetahuan hasil diskusi oleh tiap-tiap kelompok besar dapat diobyektifkan dan menjadi pengetahuan bersama seluruh kelas. Metode ini sangat bermanfaat guna membangun kebersamaan antar siswa. Dalam metode ini tidak terjadi persaingan, karena siswa saling berbagi in formasi. 
v  Kelebihan dan Kekurangan Model Tari Bambu (Bamboo Dancing)
a.       Kelebihan Model Belajar Kooperatif Tari Bambu
1.      Siswa dapat bertukar pengalaman dengan sesamanya dalam proses pembelajaran.
2.      Meningkatkan kerjasama diantara siswa.
3.      Meningkatkan toleransi antara sesama siswa.
b.      Kekurangan Model Belajar Kooperatif Tari Bambu
1.      Kelompok belajarnya terlalu banyak sehingga menyulitkan proses belajar mengajar.
2.      Siswa lebih banyak bermain dari pada belajar.
3.      Memerlukan periode waktu yang cukup panjang.
Walaupun model belajar koopertaif tari bambuini memiliki beberapa kekurangan , namun jika guru dapat mengatur kegiatan pembelajaran dengan baik, Insya Allah kekurangan tersebut dapat teratasi dengan baik.

Pembelajaran Kooperatif Model Two Stay Two Stray (TSTS)
A.Pengertian
               Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah model TSTS. “Dua tinggal dua tamu” yang dikembangkan oleh Spencer Kagan 1992 dan biasa digunakan bersama dengan model Kepala Bernomor (Numbered Heads). Struktur TSTS yaitu salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada kelompok membagikan hasil dan informasi kepada kelompok lain. Hal ini dilakukan karena banyak kegiatan belajar mengajar yang diwarnai dengan kegiatan-kegiatan individu. Siswa bekerja sendiri dan tidak diperbolehkan melihat pekerjaan siswa yang lain. Padahal dalam kenyataan hidup di luar sekolah, kehidupan dan kerja manusia saling bergantung satu sama lainnya

B.Tujuan
               Dalam model pembelajaran kooperatif TSTS ini memiliki tujuan yang sama dengan pendekatan pembelajaran kooperatif yang telah di bahas sebelumnya. Siswa di ajak untuk bergotong royong dalam menemukan suatu konsep. Penggunaan model pembelajaran kooperatif TSTS akan mengarahkan siswa untuk aktif, baik dalam berdiskusi, tanya jawab, mencari jawaban, menjelaskan dan juga menyimak materi yang dijelaskan oleh teman. Selain itu, alasan menggunakan model pembelajaran Two Stay Two Stray ini karena terdapat pembagian kerja kelompok yang jelas tiap anggota kelompok, siswa dapat bekerjasama dengan temannya, dapat mengatasi kondisi siswa yang ramai dan sulit diatur saat proses belajar mengajar. Dengan demikian, pada dasarnya kembali pada hakekat keterampilan berbahasa yang menjadi satu kesatuan yaitu membaca, berbicara, menulis dan menyimak. Ketika siswa menjelaskan materi yang dibahas oleh kelompoknya, maka tentu siswa yang berkunjung tersebut melakukan kegiatan menyimak atas apa yang di jelaskan oleh temannya. materi kepada teman lain. Demikian juga ketika siswa kembali ke kelompoknya untuk menjelaskan materi apa yang di dapat dari kelompok yang dikunjungi. Siswa yang kembali tersebut menjelaskan materi yang di dapat dari kelompok lain, siswa yang bertugas menjaga rumah          menyimak hal yang dijelaskanoleh temannya.
               Dalam proses pembelajaran dengan model two stay two stray, secara sadar ataupun tidak sadar, siswa akan melakukan salah satu kegiatan berbahasa yang menjadi kajian untuk ditingkatkan yaitu keterampilan menyimak. Dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif TSTS seperti itu, siswa akan lebih banyak melakukan kegiatan menyimak secara langsung, dalam artian tidak selalu dengan cara menyimak apa yang guru utarakan yang dapat membuat siswa jenuh.
               Dengan penerapan model pembelajaran TSTS, siswa juga akan terlibat secara aktif, sehingga akan memunculkan semangat siswa    dalam   belajar  (aktif).
Sedangkan tanya jawab dapat dilakukan oleh siswa dari kelompok satu dan yang lain, dengan cara mencocokan materi yang didapat dengan materi yang disampaikan. Dengan begitu, siswa dapat mengevaluasi sendiri, seberapa tepatkah pola pikirnya terhadap suatu konsep dengan pola pikir narasumber. Kemudian bagi guru atau peneliti, menjadi acuan evaluasi berapa persenkah keberhasilan penggunaan model pemelajaran kooperatif two stay two stray ini dalam meningkatkan keterampilan menyimak siswa.
C. Langkah-langkah model pembelajaran Two Stay Two Stray
1.      Adapun langkah-langkah model pembelajaran Dua Tinggal Dua Tamu (dalam Lie, 2002:60-61) adalah   sebagai berikut.
Siswa bekerja sama dalam kelompok berempat seperti biasa.
2.      Setelah selesai, dua siswa dari masing-masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu ke kelompok yang lain.
3.      Dua siswa yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka. 
4.      Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain. 
5.      Kelompok   mencocokkan  dan  membahas  hasil-hasil kerja mereka
D. Tahapan-tahapan dalam model pembelajaran TSTS
   Pembelajaran kooperatif model TSTS terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut.
1.      Persiapan
Pada tahap persiapan ini, hal yang dilakukan guru adalah membuat silabus dan sistem penilaian, desain pembelajaran, menyiapkan tugas siswa dan membagi siswa menjadi beberapa kelompok dengan masing-masing anggota 4 siswa dan setiap anggota kelompok harus heterogen berdasarkan prestasi akademik siswa dan suku.
2.      PresentasiGuru 
Pada tahap ini guru menyampaikan indikator pembelajaran, mengenal dan menjelaskan materi sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat.
3.      KegiatanKelompok 
Pada kegiatan ini pembelajaran menggunakan lembar kegiatan yang berisi tugas-tugas yang harus dipelajari oleh tiap-tiap siswa dalam satu kelompok. Setelah menerima lembar kegiatan yang berisi permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan konsep materi dan klasifikasinya, siswa mempela-jarinya dalam kelompok kecil (4 siswa) yaitu mendiskusikan masalah tersebut bersama-sama anggota kelompoknya. Masing-masing kelompok menyelesai-kan atau memecahkan masalah yang diberikan dengan cara mereka sendiri. Kemudian 2 dari 4 anggota dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya dan bertamu ke kelompok yang lain, sementara 2 anggota yang tinggal dalam kelompok bertugas menyampaikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu. Setelah memperoleh informasi dari 2 anggota yang tinggal, tamu mohon diri dan kembali ke kelompok masing-masing dan melaporkan temuannya serta mancocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.
4.      Formalisasi 
Setelah belajar dalam kelompok dan menyelesaikan permasalahan yang diberikan salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya untuk dikomunikasikan atau didiskusikan dengan kelompok lainnya. Kemudian guru membahas dan mengarahkan siswa ke bentuk formal.
5.      EvaluasiKelompokdanPenghargaan 
Pada tahap evaluasi ini untuk mengetahui seberapa besar kemampuan siswa dalam memahami materi yang telah diperoleh dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif model TSTS. Masing-masing siswa diberi kuis yang berisi pertanyaan-pertanyaan dari hasil pembelajaran dengan model TSTS, yang selanjutnya dilanjutkan dengan pemberian penghargaan kepada kelompok yang mendapatkan            skor                        rata-rata    tertinggi. 
E. Kelebihan dan kekurangan model TSTS
               Suatu model pembelajaran pasti memiliki kekurangan dan kelebihan. Adapun kelebihan dari model TSTS adalah sebagai berikut.
1.      Dapat diterapkan pada semua kelas/tingkatan
2.      Kecenderungan belajar siswa menjadi lebih bermakna
3.      Lebih berorientasi pada keaktifan. 
4.      Diharapkan siswa akan berani mengungkapkan pendapatnya.
5.      Menambah kekompakan dan rasa percaya diri siswa.
6.      Kemampuan berbicara siswa dapat ditingkatkan.
7.      Membantu meningkatkan minat dan prestasi belajar
Sedangkan kekurangan dari model TSTS adalah:
1.      Membutuhkan waktu yang lama
2.      Siswa cenderung tidak mau belajar dalam kelompok
3.      Bagi guru, membutuhkan banyak persiapan (materi, dana dan tenaga)
4.      Guru cenderung kesulitan dalam pengelolaan kelas.
               Untuk mengatasi kekurangan pembelajaran kooperatif model TSTS, maka sebelumpembelajaran guru terlebih dahulu mempersiapkan dan membentuk kelompok-kelompok belajar yang heterogen ditinjau dari segi jenis kelamin dan kemampuan akademis. Berdasarkan sisi jenis kelamin, dalam satu kelompk harus ada siswa laki-laki dan perempuannya. Jika berdasarkan kemampuan akademis maka dalam satu kelompok terdiri dari satu orang berkemampuan akademis tinggi, dua orang dengan kemampuan sedang dan satu lainnya dari kelompok kemampuan akademis kurang. Pembentukan kelompok heterogen memberikan kesempatan untuk saling mengajar dan saling mendukung sehingga memudahkan pengelolaan kelas karena dengan adanya satu orang yang berkemampuan akademis tinggi yang diharapkan bisa membantu anggota kelompok yang lain.

F.Kesimpulan
               Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kelebihan model TSTS adalah siswa lebih aktif dalam proses belajar mengajar dan pembelajaran menjadi lebih bermakna. Kekurangan model pembelajaran TSTS adalah teknik ini membutuhkan persiapan yang matang karena proses belajar mengajar dengan model TSTSmembutuhkan waktu yang lama dan pengelolaan kelas yang optimal. Selain itu berdasarkan hasil pembahasan di atas, dapat disarankan bahwa dalam menerapkan model Two Stay Two Stray hendaknya disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan oleh guru. Bagi guru selanjutnya disarankan agar tidak hanya menilai hasil belajar tapi juga menilai segala aktivitas atau keaktifan setiap siswa dalam melaksanakan langkah-langkah model ini.

Ke.13 Pair Cheks dan Keliling Keompok



PAIR CHEKS DAN KELILING KELOMPOK




DOSEN PENGAMPU: NURLAILA, S.Ag M.Pdi
MATA KULIAH: ILMU PENDIDIKAN ISLAM
DISUSUN OLEH KELOMPOK: 14

CHOIRUL MUKMIN (1532100094)
ADI KURNIAWAN (1532100075)
DESI RATNASARI (1532100100)


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG FAKULTAS
TARBIYAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TAHUN AJARAN 2015-2016
A.      Pair Checks ( Spencer Kagen, 1993).
Model Pembelajaran Pair check (pasangan mengecek) adalah model pembelajaran berkelompok atau berpasangan yang dipopulerkan oleh Spencer Kagen tahun 1993. Model ini menerapkan pembelajaran berkelompok yang menuntut kemandirian dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan persoalan yang diberikan.Model pembelajaran ini juga untuk melatih rasa sosial siswa, kerja sama dan kemampuan memberi  penilaian.
B.       Langkah-langkah Pembelajaran Pair Checks sebagai berikut:
  1. Guru menjelaskan  konsep
  2. Siswa dibagi beberapa tim. Setiap tim terdiri dari 4 orang. Dalam satu ti ada 2 pasangan. Setiap pasangan dalam satu tim ada yang menjadi pelatih dan ada yang patner.
  3. Guru membagikan soal kepada si patner
  4. Patner menjawab soal  , dan si pelatih bertugas mengecek jawabannya. Setiap soal yang benar pelatih memberi kupon.
  5. Bertukar peran. Si pelatih menjadi patner dan si patner menjadi pelatih
  6. Guru membagikan soal kepada si patner
  7. Patner menjawab soal  , dan si pelatih bertugas mengecek jawabannya. Setiap soal yang benar pelatih memberi kupon.
  8. Setiap pasangan kembali ke tim awal dan mencocokkan jawaban satu sama lain.
  9. Guru membimbing dan memberikan arahan atas jawaaban dari berbagai soal dan tim mengecek jawabannya.
  10. Tim yang paling banyak mendapat kupon diberi hadiah.[1]
C.       Kelebihan  model pembelajaran pair check:
1.    Dipandu belajar  melalui bantuan rekan 
2.    Menciptakan saling kerjasama di antara siswa 
3.    Meningkatkan pemahaman konsep dan / atau proses melatih berkomunikasi.
D.      Kekurangan atau kelemahan model pembelajaran pair check
1.    memerlukan banyak waktu
2.    memerlukan pemahaman yang tinggi terhadap konsep untuk menjadi pelatih.[2]


Tabel 2.2 Kaitan antara Aspek Kemampuan Pemecahan Masalah dengan Pair Check berbantuan Prezi

Aspek Kemampuan Pemecahan Masalah Pair Check berbantuan Prezi
Menunjukkan pemahaman masalah




Menyajikan masalah secara matematik dalam berbagai bentu

Memilih pendekatan dan metode pemecahan masalah secara tepat

Mengembangkan strategi pemecahan masalah

Menyelesaikan masalah yang tidak rutin
Dengan menggunakan slide pada Prezi
guru menampilkan permasalahan yang
dihadapi dan memberikan kesempatan
pada siswa untuk berpasangan guna
menganalisis masalah yang disampaikan guru.
Dengan menggunakan slide pada Prezi,
guru membantu siswa untuk menyajikan masalah tersebut.
Memberikan kesempatan kepada wakil
kelompok atau individu untuk memberikan ide untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Di dalam kelompok siswa
mengembangkan strategi yang
digunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Guru menampilkan sebuah masalah
yang tidak rutin melalui slide Prezi.
Kemudian siswa menyelesaikan
masalah tersebut dengan pasangannya
masing-masing.
A.      Keliling Kelompok
Model Pembelajaran Round Club Atau Keliling Kelompok adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerjasama saling membantu mengkontruksi konsep. Menyelesaikan persoalan atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4-5 orang, siswa heterogen (kemampuan gender, karakter) ada control dan fasilitasi, serta meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi. Model pembelajaran ini dimaksudkan agar masing-masing anggota kelompok mendapat serta pemikiran anggota lain.
B.        Langkah-langkah pembelajaran:
1.        Guru menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompotensi dasar
2.        Guru membagi siswa menjadi kelompok.
3.        Guru memberikan tugas atau lembar kerja
4.        Salah satu siswa dalam masing-masing kelompok menilai dengan memberikan pandangan dan pemikiran mengenai tugas yang sedang mereka kerjakan
5.        iswa berikutnya juga ikut memberikan kontribusinya
6.        Demikian seterusnya giliran bicara bisa dilaksanakan arah perputaran jarum jamk atau dari kiri ke kanan.
C.      Kelebihan Round Club Atau Keliling Kelompok:
1.        Adanya tanggung jawab setiap kelompok
2.        Adanya pemberian sumbnagan ide pada kelompoknya
3.        Lebih dari sekedar belajar kelompok
4.        Bisa saling mendengarkan dan mengutarakan pendapat, pandangan serta hasil pemikiran
5.        Hasil pemikiran beberapa kepala lebih kaya dari pada satu kepala
6.        Dapat membina dan memperkaya emosional
D.      Kekurangan Round Club Atau Keliling Kelompok:
1.        Banyak waktu yang terbuang dalam pembelajaran keliling kelompok
2.        Suasana kelas menjadi rebut
3.        Tidak dapat diterapkan pada mata pelajaran yangmemerlukan pengayaan
E.       Unsur-unsur yang perlu diperhatikan:
1.        Setiap kelompok mendapat kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka
2.        Ketika suatu kelompok mempresentasikan hasil dari deskripsinya, maka kelompok lain lebih bertanya dari hasil deskripsi materinya
3.        Setelah selesai dari kelompok yang satu maka yang lainnya atau kelompok selanjutnya yang mempresentasikan dan yang alinnya bisa mengajukan pandangan dan pemikiran anggota lainnya
4.        Kegiatan tersebut terus-menerus sampai kelompok yang terakhir yang silaksanakan arah perputaran jarum jam.[3]
F.       Simpulan
            Model Pembelajaran Pair check (pasangan mengecek) adalah model pembelajaran berkelompok atau berpasangan. Model ini menerapkan pembelajaran berkelompok yang menuntut kemandirian dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan persoalan yang diberikan.Model pembelajaran ini juga untuk melatih rasa sosial siswa, kerja sama dan kemampuan memberi  penilaian.
            Model Pembelajaran Round Club Atau Keliling Kelompok adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerjasama saling membantu mengkontruksi konsep. Menyelesaikan persoalan atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4-5 orang, siswa heterogen (kemampuan gender, karakter) ada control dan fasilitasi, serta meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi. Model pembelajaran ini dimaksudkan agar masing-masing anggota kelompok mendapat serta pemikiran anggota lain.
Daftar Pustaka
Richard, Arends. 2008. Learning to Teach-Belajar untuk mengajar, Pustaka pelajar
                                                                                   
Huda, 2013. Model model pengajaran dam pembelajaran, Jakarta:pustaka

Sholomo, Sharan. 2009. Handbook of cooperative learning, Yogyakarta: imperium







                [1] Sholomo sharan,Handbook of cooperative learning, (Yogyakarta:imperium, 2009), hlm.29
                [2] M Huda, Model model pengajaran dam pembeljaran, (Jakarta:pustaka, 2013), hlm 211 212
                [3] Arends, Richard I,. Learning to Teach-Belajar untuk mengajar, Pustaka pelajar ,2008