Add caption |
MAKALAH
STUDI KEISLAMAN
ISLAM
DAN STUDI AGAMA
DISUSUN
OLEH:
KELOMPOK
1
1. ABY
SYARIPUNNAHAR ( 1532100071 )
2. ANGGUN
VIOLITA ( 1532100085 )
3. DESI
AMBARWATI (1532100098 )
Dosen
Pembimbing
Febro Aini,M.Pd.I
JURUSAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS
TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2015-2016
PENDAHULUAN
Studi
metodolgi di UIN baru di mulai awal 1970-an. Anggapan itu ada benarnya jika
yang di maksudkan adalah mata kuliah studi islam penelitian yang di ajarkan
berdiri sendiri tetapi kalau di cermati, sesungguhnya yang baru adalah
metodologi penelitian islam. Sedangkan untuk metodologi penelitian budaya,
banyak skripsi sejak tahun 1960-an, meskipun tanpa menyebut demikian, telah
menggunakannya, khususnya untuk studi naskah dan pemikiran. Lebih dari itu,
sebetulnya sejak awal UIN telah mengajarkan metodologi studi islam yang secara
konvensional telah berkembang sejak lahirnya ilmu-ilmu keislaman.
Paling sedikit ada tiga jenis
konvensional yang telah berkembang. Pertama,
penelitian metode tafsir yang menekankan pada, misalkan, pentingnya ilmu asbak al nuzul(sebab-sebab turunnya ayat
al-quran, limuistka (ospek-ospek
kebahasaan) ayat al-quran, konsep nasikh
mansukh (abrogation), dan lain-lain.
Islam merupakan agama yang terakhir
sebagai penutup semua agama, isalm merupakan agama rahmatal lil a’lamin untuk semua umat. Untuk mengetahui islam lebih
mendalam muncul lah ilmu yang di namakan studi islam akan tetapi, studi islam
itu sendiri merupakan bidang kajian yang cukup lama maka itu studi islam
menimbulkan sebagai permasalahan yang umum diantaranya: apa pengertian studi
islam, apa ruang lingkup/objek studi islam, bagaimana pendekatan dan metodologi
dalam studi islam.
Seiiring dinamika dan perkembangan zaman,
kesempatan mempelajari studi islam dapat melalui segala hal yang mana berkaitan
dengan persoalan tentang mempelajari studi islam, islam memberikan kesempatan
secara luas kepada manusia untuk menggunakan akal pikirannya secara maksimal
untuk mempelajarinya, namun jangan sampai penggunaannya melampaui batas dan
keluar dari rambu-rambu ajaran Allah SWT. Dan di dalam makalah ini akan
membahas permasalahan-permasalahan itu secara lebih umum.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Pendidikan Islam
Islam adalah agama yang di turunkan
kepada nabi Muhammad SAW sebagai nabi dan rasul terakhir untuk menjadi pedoman
hidup seluruh umat islam hingga akhir zaman.
Pendidikan dalam islam berpedoman
kepada al-qur’an dan hadis. Sebagai umat islam mengikuti pedoman tersebut.
Pendidikan islam merupakan pendidikan yang secara khas memiliki ciri yang
islami, berbeda dengan konsep pendidikan lain yang kajian lebih memfokuskan
pada pemberdayaan umat berdasarkan al-qur’an dan hadist. Artinya, kajian
pendidikan islam bukan sekedar menyangkut ospek normatif ajaran islam, tetapi
juga terapannya dalam ragam materi, institusi, budaya, nilai, dan dampaknya
terhadap pemberdayaan umat.
Untuk itu, para ahli mencoba untuk
mendefinisikan terminologi pendidikan dalam persspektif islam secara khusus pada
beberapa visi yaitu:
1. M.
Arifin memandang bahwa pendidikan islam adalah suatu proses sistem pendidikan
yang mencakup seluruh ospek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba Allah ( anak
didik) dengan berpedoman pada ajaran islam.[1]
2. Burlian
Somad, seperti yang dikutip oleh Djamaluddin, mengatakan bahwa pendidikan islam
bertujuan membentuk individu menjadi makhluk yang bercorak diri, berderajat
tinggi menurut ukuran Allah.[2]
3. Ahmad
D. Marimba melihat bahwa pendidikan islam adalah suatu konsep berupa bimbingan
jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama islam menuju terbentuknya kepribadian utama menurut
ukuran islam[3].
4. M.Kamal
Hasan sebagaimana di kutip Taufik Abdulah dan sharon shiddique,memberikan
pengertian bahwa pendidikan islam adalah suatu proses komprehensif dari
pengembangan kepribadian manusia secara keseluruhan yang meliputi intelektual, spritual,
emosi, dan fisik.[4]
Dari
berbagai pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan islam adalah
rangkaian proses sistematis, terencana, dan komprehensif dalam upaya mentrasfer
nilai-nilai kepada para perserta didik serta mengembangkan potensi yang ada
pada diri mereka sehingga mampu melaksanakan tugasnya di muka bumi dengan
sebaik-baiknya sesuai dengan nilai-nilai Ilahiah yang didasarkan pada al-quran
dan hadist di semua demensi kehidupan dengan demikian, hal tersebut akan
menimbulkan sejumlah implikasi, antara lain sebagai berikut:
1. Pendidikan
di lakukan oleh pendidik yang benar-benar kompeten di bidangnya, sekaligus
memiliki nilai-nilai agama.
2. Pendidikan
dilakukan dengan berdasarkan norma iilahiah.
3. Pendididkan
dilakukan dengan sesuai dengan potensi anak didik.
4. Pendidikan
tidak hanya berorientasi pada kehidupan duniawi, tetapi juga berorientasi pada
kehidupan ukhrawi.
5. Pendidikan
harus bertanggung jawab penuh pada perkembangan anak didik, baik kepada
masyarakat maupun kepada allah.
6. Pendidikan
harus merencanakan dan melaksanakan kegiatan pendidikan sesuai dengan
sunnatullah.
7. Proses
pendidikan harus melihat semua saluran, baik formal maupun informal, dalam
mengembangkan pribadi anak didik sehingga maupun menangkal nilai-nilai amoral.
Dari
implikasi tersebut, akan tercipta suatu interaksi yang komunikatif antara
pendidik, peserta didik, dan masyarakat secara integral dalam meningkatkan
generasi yang berkualitas, beriman, dan bertakwa. Dengan demikian, tugas
pendidikan islam adalah mempersiapkan anak, baik dari segi jasmani, akal, dan
rohani sehingga menjadi anggota masyarakat yang bermanfaat untuk dirinya dan
umat[5].
Dengan demikian,
pendidikan islam fokus pada pembentukkan
diri manusia seutuhnya sebagai hamba. fakta ini selaras dengan tujuan
islam yang secara garis besar adalah untuk pembina manusia agar menjadi hamba
allah yang shaleh dalam seluruh aspek kehidupannya[6].
Oleh
sebab itu, konsep pendidikan islam mencakup kehidupan manusia sehutunya,tidak
hanya memperhatikan segi akidah, ibadah, dan akhlak, tetapi jauh lebih luas dan
lebih dalam daripada hal tersebut. Konsep pendidikan dalam islam dapat
dijabarkan sebagai berikut:
1. Pendidikan
Islam mencakup semua dimensi manusia sebagaimana ditentukan oleh islam.
2. Pendidikan
islam menjangkau kehidupan di dunia dan di akhirat secara seimbang.
3. Pendidikan
islam memperhatikan manusia dalam semua gerak kegiatannya termasuk hubungan
dengan orang lain.
4. Pendidikan
islam berlangsung sepanjang hayat sejak di dalam kandungan sampai berakhirnya
hidup di dunia ini.
5. Kurikulum
yang dibuat menghasilkan manusia yang memperoleh hak di dunia dan di akhirat.
Kekuatan fisik
merupakan kemampuan dan keterampilan adalah tujuan utama,maka pendidikan harus
bertujuan mengembangkan kemampuan dan keterampilan fisik secara normatif, tujuan
pendidikan islam adalah membina manusia secara pribadi dan kelompok sehingga
dunia ini sesuai dengan konsep yang di tetapkan allah.
Tujuan yang
ingin di capai adalah membina manusia agar mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba dan wakil
allah. adapun manusia yang dibina adalah makhluk yang memilki unsur-unsur
material (tafsiran) dan imaterial (akal dan jiwa).
Pembinaan akal
menghasilkan ilmu dan pembinaan jasmaniah menghasilkan keterampilan dengan
menggabungkan unsur-unsur tersebut, terciptalah makhluk dwi dimensi dalam satu
keseimbangan, dunia dan akhirat, ilmu dan iman. itu sebabnya dalam pendidikan
islam dikenal istilah adab ad-din dan adab ad-dunya.
Dari aspek praktis, pendidikan islam
memiliki lima tujuan asasi, yaitu sebagai berikut:
1. Membantuh pembentukan akhlak yang mulia.
2. Mempersiapkan
kehidupan dunia dan akhirat.
3. Mempersiapkan
mencari penghidupan dan pemeliharaan segi-segi kemanfaatan.
4. Menumbuhkan
semangat keilmuan pada para pelajar dan memuaskan keingin tahuan mereka
sehingga timbul keinginan mengkaji ilmu sebagai ilmu.
5. Menyiapkan
para pelajar dari segi profesionalitas, teknis, dan perubahan supaya mereka
ahli dalam profesi tertentu dan hidup mulia dengan sisi keagamaan tetap terjaga[7].
Darai beberapa deskripsi tentang tujuan
pendidikan islam tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri pendidikan islam
adalah sebagai berikut:
1. Mengarahkan
manusia agar menjadi khalifah dimuka bumi yang memakmurkan dan mengelola bumi sesuai kehendak
tuhan.
2. Mengarahkan
manusia agar seluruh tugas kekhalifaannya dilaksanakan dalam rangka beribadah
kepada Allah Swt sehingga pelaksanaannya terasa ringan.
3. Mengarahkan
manusia agar berakhlak mulia, sehingga tidak menyalahgunakan fungsi
kekhalifaannya.
4. Membina
dan mengarahkan potensi akal jasmaniah dan rohaniah untuk mendukung tugas
pengabdian dan kekhalifannya.
5. Mengarahkan
manusia agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Dengan demikian, tujuan pendidikan islam
memang besar dan universal tersebut hakikinya tidak berlangsung temporal, tetapi
bersinabungan sampai akhir dari babak kemanusiaan. keberlangsungan kegiatan ini
tergantung pada pelaksaan perangkat, dan kontinuitas seluruh masyarakat dalam
merealisasikan konsep pendidikan menuju tujan yang benar.
B.
ARAH
PENGEMBANGAN STUDI AGAMA
a. definisi agama dalam islam
Istilah agama digunakan dalam bahasa
indonesia. Dalam bahasa inggris digunakan istilah religion. Dalam bahasa arab
digunakan istilah al-din (baca: addin). Dalam setiap istilah yang berbeda
memiliki makna yang berbeda pula walaupun ada kesamaannya. Dalam istilah yang
sama pun dapat berbeda makna, demikian pula dalam perbedaan istilah. Oleh
karena itu, bagi umat islam salah satu istilah yang paling relavan dengan
sumber ilmu dan pemahaman umat islam, yakni menggunakan istilah al-din untuk
memahami pengertian agama.
Istilah al-din terdapat dalam bahasa arab
sekaligus juga dalam al-qur’an sebagai sumber ilmu umat islam. Istilah al-din
ini yang akan di jelaskan dalam makalah ini sebagai pengertian agama.
Terdapat 3 istilah yang akan dijelaskan:
1. AL-Din
al-Haqq
Dalam
al-qur’an, pengertian agama yaitu al-din al-haqq (baca: addinul haq) artinya
agama yang benar Allah Swt.
2. AL-Din
al-Qayim
Dalam
al-qur’an terdapat istilah al-din al-qayyim (baca: addinul qayyim) yaitu agama
yang tegak lurus.
3. AL-Din
al-Hanif
Dalam
al-qur’an, terdapat istilah aldinul hanif yaitu agama yang sejalan dengan fitra
manusia.
Agama
masehi di ambil dari nama isa-al masih; Agama yahudi di ambil dari nama
yahuzha; agama budha diambil dari pendirinya budha. Begitulah seterusnya[8].
Agama islam berbeda dengan agama yang lain.
Manusia tidak dapat melepaskan diri
dengan agama. Sebab itu kita perlu mendudukan agama dalam kehidupan secara
benar. Menempatkan agama secara benar dapat menghantarkan hidup kita selamat
baik di dunia sekarang maupun di akhirat kelak.
Menurut Muthahari, bahwa fenomena
kehidupan manusia itu dipengaruhi oleh kebutuhan manusia itu sendiri. Kebutuhan
manusia ada dua bagian, yaitu kebutuhan alamiah
dan non-alamiah[9].
Kebutuhan almiah ialah kebutuhan
manusia yang tidak mungkin dapat ditinggalkan. Kebutuhan non-alamiah ialah kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan manusia, akan
tetapi manusia itu memiliki kemampuan untuk melepaskan diri daripadanya dan
menggantikannya dengan yang lain.
Agama yang langgeng memiliki dua
syarat, yaitu pertama agama merupakan
kebutuhan fitri, artinya tidak
bertentangan dengan fitrah manusia. Kedua, agamamenjadi sarana pokok guna
memenuhi kebutuhan fitrah manusia.
Artinya, agama merupakan satu-satunya sarana yang paling baik dapat mengatur
tata cara pemenuhan kebutuhan fitrah.
Agama fitrah adalah agama yang
dirancang sesuai dengan fitrah manusia.
Seperti yang kita ketahui bahwa agama yang masih asli dari Allah Swt. adalah
agama islam. Menurut Fazlur Rahman, tugas para Nabi adalah menjagakan hati nurani
manusia sehingga ia dapat membaca apa-apa yang telah digoreskan pada hatinya
itu dengan lebih jelas dan lebih meyakinkan[10].
Percaya kepada suatu “tuhan” adalah
hal yang taken for grandted (bawaan dasar) pada
manusia, sepenuhnya manusiawi sehingga menurut Nurcholish Madjid bahwa memaksa manusia untuk
percaya kepada Tuhan adalah tindakan berlebihan[11]. Mengenai
kefitraan agama bagi manusia, dapat kita rasakan di saat-saat adanya suatu guncangan jiwa seperti, cemas, was-was,
kekhawatiran, ketakutan, kesedihan, kerinduan, dan berbagai perasaan yang
menyesak di dada manusia, maka pada saat itulah tanpa di sadari, kita akan
sangat mengharapkan datangnya bantuan dari juru penyelamat Yang Maha Kuasa sebagai
penguasa yang menguasai semuanya itu.
C.
DASAR-DASAR
PENDIDIKAN ISLAM
Dasar adalah landasan tempat
berpijak atau tegaknya sesuatu agar dapat berdiri kokoh. Dasar suatu bangunan, yaitu
fundamen yang menjadi landasan bangungan tersebut agar tegak dan kokoh berdiri.
demikian pula dasar pendidikan, yaitu fundamen yang menjadi landasan atau asas
agar pendidikan islam dapat tegak berdiri dan tidak mudah roboh karna tiupan
angin kencang berupa idiologi yang muncul, baik di daerah sekarang maupun yang
akan datang. Dasar pendidikan islam, menurut Nur Uhbiyati, secara garis besar
ada tiga, yaitu Al-quran, sunnah, dan perundang-undangan yang berlaku di negara
kita.[12]
1.
AL-QURAN
Al-quran
merupakan kitab suci terahir yang di wahyukan Allah kepada Nabi Muhmamad untuk
dijadikan sebagai pedoman bagi manusia, [13]sekaligus
sebagai sumber nilai dan norma setelah sunnah[14].
Akhlak merupakan salah satu aspek ajaran islam yang penting dalam perjalan
hidup manusia sebab akhlak memberi norma yang baik dan buruk.[15] Uniknya
Alquran yang berbeda di tengah-tengah masyarakat dewasa ini diyakini tidak
berbeda dengan Alquran yang disampaikan oleh Nabi Muhammad 15 abad yang lalu.[16]hal
ini menunjukkan bahwa Alquran adalah kekuatan pengubah dunia yang harus diakui
dan dipahami.[17]
Dengan
demikian dapat disimpulkan, supaya manusia menemukan jati dirinya sebagai insan
yang bermartabat maka harus menyelenggarakan pendididkan.[18]
2.
SUNNAH
(HADIS) [19]
Sumber
utama agama Islam, yaitu Alquran, maka akan ditemukan pernyataan bahwa Nabi
Muhammad merupakan uswah hasanah yang paling utama bagi umatnya yang
benar-benar beriman kepada Allah dan kehidupan akhirat. Lain halnya dengan
Al-Jurjani yang mengrtikan dengan jalan atau jalan yang direlakan dan yang
tidak direlakan. Di samping itu, Zakiah Daradjat, seperti diungkapkan oleh
Saiful, mengartikan sunnah sebagai
perkataan, perbuatan, atau pengakuan Rasulullah. Hadis adalah segala berita yang bersumber dari Nabi Muhammad berupa
ucapa, perbuatan, takrir (peneguhan
kebenaran dengan alasan), dan deskripsi sifat-sifat beliau. Ada salah satu
pendsapat yang diungkapkan oleh mohammed reza modarres bahwa hadis dapat berupa
perkataan, sikap dan perkataan Rasululloh degan cara diam atau membiarkannya.[20]
dengan demikian hadis sebagai suatu perkataan nabi muhammad yang dimaksudkan
untuk membumikan ajaran islam ,tidak dapat mengela dari dinamika sosial sebagai
wadah operasionalisasi dari nilai-nilai pormatik islam. Terbukti dengan
sebagian besar hadis-hadis nabi muhammad dalam sejarahy muamalah mengambil
porsi lebih banyak hal ini mempunyai corak yang unik. Dalam kompleks-kompleks
ini, hadis meyajikan semacam cuplikan sejarah yang menjelaskan peroses
masyarakat awal islam yang dinamis dan bersinabungan. Dengan cara itu pula sebuah wacana dalam hadis dapat tertangkap.
Hadis
atau sunnah merupakan jalan atau cara yang pernah di contohkan oleh nabi
muhammad dalam perjalanan kehidupannya menjalankan dakwah islam. Contoh dakwah beliau
dapat dibuktikan mejadi 3 yaitu hadis qauliyah, fi’liyah dan takrir liyah.
Dari
sisnilah dapat dilihat bagaimana posisi hadis nabi muhammad sebagai sumber
dasar islam yang utamasetelah Al-Qur’an. Eksitensinya merupakan sumber
inspirasi ilmu pengetahuan yang berisikan ketitisan dan penjelasan lebih dari
pesan-pesan ilahiah yang tidak terdapat dalam Al-Qur’an atau yang terdapat
didalamnya. Tetapi masih memberikan penjelasan lebih lanjut secara terperinci.
Dalam konteks tersebut, pendidikan
Islam yang dilakuan Nabi Muhammad dapat dibagi menjadi dua bentuk.
a. Pola
pendidikan saat beliau di Mekkah. Pada mamasa ini beliau memanfaatkan potensi
akal masyarakat Mekkah yang terkenal cerdas dengan cara mengajari mereka
membaca, memperhatikan, dan memikirkan kekuasaan Allah baik yang ada di alam
semesta maupun di dala diri.
b. Pola
pendidikan saat beliau di Madina yang secara geografis merupakan daerah
agraris. Pola pendidikan yang diterapkan beliau lebih berorientasi pada
pemantapan nilai-nilai persaudaraan.
Bahkan
dalam konteks pendidikan pula, hadis memiliki dua fungsi. Pertama, menjel askan metode pendidikan Islam yang bersumber dari
Alquran secara konkret dan penjelasan lain yang belum di jelaskan di dalam
kitab suci tersebut. Kedua, menjelaskan
metode metode pendidikan yang telah dilakukan Rasulullah dalam kehidupan
kesehariannya dan cara beliau menanamkan keimanan.[21]
KESIMPULAN
Ilmu
Pendidikan Islam merupakan suatu disiplin ilmu pendidikan yang mengkaji tentang
seluk-beluk nilai edukasi dalam islam yang besumber dari Al-Qur’an, hadis, dan
ijtihad ulama. Konstruksi teori yang ada dalam ilmu ini didasarkan pada
nilai-nilai luhur yang terdapat dalam ajaran agama islam, diantaranya seperti
nilai kepatuhan kepada tuhan dan nillai kemanusiaan.
Didalam
buku ini dibahas mengenai Pendidikan Islam yang memiliki karakter khas yang
tidak memisahkan antara dunia dan akhirat. Dengan pendidikan yang seperti itu,
diharapkan muncul generasi insan kamil (manusia paripurna) yang mampu
mengembalikan Islam kemasa kejayaan, seperti masa kejayaan Dinasti Abassiyah
dimasa lalu.
DAFTAR PUSTAKA
Abul A’la Al-Maududi, Prinsip-Prinsip Islam, Bandung, PT.Al-Ma’arif,1985.
Daradjat, Zakiyah. 1995. Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah.Bandung:
Remaja Rosadakarya.
Muhaimin, dkk. 2009. Rekonstruksi Pendidikan Islam; Dari Paradigma Pengembangan, Manajem
Kelembapan, Kurikulum, Hingga Strategi
pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo persada.
Nasir, M. Ridlwan. 2005. Mencari Tipologi Format Pendidikian Ideal:
pondok pesantren di tengah arus perubahan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ramayulis dan Samsul Nizar. 2009. Filsafat Pendidikan Islam: telah sistem
pendidikan dan pemikiran para tokohnya. Jakarta: kalam mulia.
Ridha, Muhammad Rasyid. Al-Wahyu Al-Muhammadi. Al-Maktab Al-Islami.
Tauhied, Abu. Beberapa Aspek Pendidikan Islam. Yogyakarta: sekretariat ketua
jurusan Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga.
Uhbiyati, Nur. 2005. ilmu Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia.
[1]
Ibid.,hlm.2.lebih detailnya lihat Aminullah El-Hady,”pendidikan berwawasan
islam:Tarbiyah atau Ta’dib: Tinjauan Terhadap Pandangan Naguip Al-Attas”,dalam
jurnal Al-Adalah (vol.lV,no.3,desember 2001),hlm.67-73
[2] M.Arifin
,ilmu pendidikan islam: tinjauan teoristis dan praktis berdasarkan pendekatan
Interdisipliner,hlm.29.
[3]
Djamaluddin,Kapita Selekta pendidikan islam,(bandun:pustaka setia,1999),hlm.9.
[4]
Ibid.,hlm.9.
[5] Abu
Tauhied, Beberapa Aspek Pendidikan Islam,
(Yogyakarta: Sekretariat Ketua Jurusan Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan
Kalijaga ), hlm. 11.
[6] Zakiyah
Daradjat, Pendidikan islam dalam keluarga dan sekolah, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1995), hlm.35
[7] M.Ridwan
Nasir, Mencari Tipologi Format pendidikan ideal. Pondok Pesantren di tengah
arus perubahan, hlm. 65-66.
[8] Abul
A’la Al-Maududi, prinsip-prinsip islam (Bandung: PT Al-Ma’arif, 1985), hal 7.
[9] Murthada
Muthahari, Manusia dan Agama, (Selanjutnya
disebut Agama), (Bandung: Mizan, 1984), hlm. 43.
[10] Fazlur
Rahman, Tema Pokok Al-Qur’an, (Bandung
: Pustaka, 1996), hlm. 117.
[11]
Nurcholish Madjid, Islam: Doktrin dan Peradaban, (Jakarta: Paramadina,
2000), hlm. xxi
[12] Nur
Uhbuyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung:
Pustaka Setia, 2005), hlm. 19.
[13]
Muhammad Rasyid Ridha telah memerinci tujuan-tujuan Alquran menjadi 10 macam,
yaitu (1) menerangkan hakikat agama, meliputi iman kepada Tuhan, hari akhir,
dan amal shaleh; (2) menjelaskan masalah kenabian dan kerasulan serta
tugas-tugasnya; (3) menjelaskan tentang Islam sebagai agama fitrah; (4) membina
umat manusia dalam satu kesatuan yang meliputi kesatuan umat, agama,
undang-undang, persaudaraan seagama, bangsa, hukum, dan bahasa; (5) menjelaskan
tentang keistimewaan Islam; (6) menjelaskan prinsip dasar berpolitik dan
bernegara; (7) menata kehidupan material; (8) memberi pedoman umum mengenai
perang dan cara-cara mempertahankan diri; (9) memberikan hak-hak wanita; (10)
memberikan petunjuk dalam hal pemerdekaan budak. Lebih detailnya lihat Muhammad
Rasyid Ridha, Al-Wahyu Al-Muhammadi, (Al-Maktab
Al-Islami), hlm. 166-327
[14] Mayoritas
ahli hadis berpendapat bahwa pengertian sunnah identik dengan pengertian hadis,
yaitu segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad, baik berupa
perkataan, perbuatan, budi pekerti, sifat kepribadian, maupun perjalanan
hidupnya sebelum diutus sebagai rasul atau sesudahnya. Lihat Muhammad Tahir
Al-Jawabi, Juhud al-Muhadditsin (Mu’assasah
Abdul Karim bin Abdullah), hlm. 59.
[15] Ahmad
Azhar Basyir, Beragama Secara Dewasa:
Akhlak Islam, (Yogyakarta: UUI Press, 2002), hlm. 69.
[16] M.
Quraisy Shihab, “Posisi Sentral Alquran dalam Studi Islam”, dalam Metode Penelitian Agama: Sebuah Pengantar,
disusun Taufik Abullah dan M. Rusli karim, (Yogyakarta: Tiara Wacana
Yogya1990), hlm. 135.
[17] Amina
Wadud Mushin, Wanita di dalam Alquran,
(Bandung: Pustaka, 1994), hlm. xix.
[18] Nur
Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, hlm.. 19-21.
[19] Di masa
rasululallah pemeliharaan terhada sunnah tidak dilakukan seperti terhadap
al-quran.ketika itu beliau tidak memperkenankan orang menulisnya,sebab masih dikuatirkan akan terjadinya pencampuran
antar al-qur’an dan selainnya. Untuk mencatat
wahyu yang turun, beliau mempunyai sekertaris sebagai pencatat khusus
yaitu zaid bin tsabit. Sunnah atau hadis lalu dibubukan oleh secara resmi pada
masa khalifah ummar bin abdul aziz dari bani ummayah pada akhir abad 1.hijrah
atau sekita 90 tahun setelah rasulloh wafat. Lihat nur
rodjiah,kurmen,’’kedudukan sunnah dan penomena inkarus sunnah’’,dalam jurnal
al-‘adalah (vol.Iv,nomor 2,agustus 2001), hlm. 70.
[20][20]
Mohammed Reza Modarresee, syi’ah dalam sunnah: Mencari titik temu yang terabaikan,(citra,2005),
hlm.58.
[21] M.
Suyudi, Pendidikan dalam perspektif
Al-Qur’an, hlm. 58.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar