Selasa, 26 April 2016

kel. 4 (HI) perkembangan corak penulisan sejarah




MAKALAH

HISTORIOGRAFI ISLAM
 PERKEMBANGAN CORAK-CORAK PENULISAN SEJARAH ISLAM KLASIK
Disusun Oleh:

v  Okvi Sabtarini           :           14210178
v  Choirul Mukmin       :           1532100094

Dosen Pembimbing : Nyayu Soraya, M.Hum

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TAHUN AJARAN 2015/2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Perkembangan corak-corak penulisan sejarah islam klasik”.
Makalah ini berisikan tentang informasi mengenai perkembangan corak-corak penulisan sejarah islam klasik. Diharapkan makalah ini dapat menjadi bahan dalam belajar dan sebagai pengetahuan bagi mahasiswa/i Pendidikan Agama Islam.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini.










                                                                                 Palembang,     Maret 2016

            Penulis


DAFTAR ISI

A.Perkembangan penulisan sejarah pasca ibn ishaq............................................. 2
B.Perkembangan corak islam pra sejarah............................................................. 5
C.Perkembangan langgam bahasa dalam karya sejarah....................................... 7









BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
 Dalam perkembangan selanjutnya penulisan sejarah mengalami Kemajuaan, yaitu Dengan munculnya gagasan baru dalam penulisan sejarah. Setelah Indonesia merdeka Sejarah sudah menjadi ilmu yang wajib dipelajari dan Diteliti kebenarannya teori dan Metode yang modern. Hal ini disebabkan nation Bulding, yaitu sejarah nasional akan Mewujudkan kristalisasi identitas bangsa , Serta memperbudayakan ilmu sejarah dalam Masyarakat Indonesia yang menuntut Pertumbuhan rakyat, meningkatkan kesejahteraan Sejarah tentang perkembangan Bangsa-bangsa.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana perkembangan penulisan sejarah islam paska Ibn Ishaq?
2.      Bagaimana perkembangan corak penulisan sejarah?
3.      Bagaimana perkembangan langgam bahasa dan karya sejarah?
4.      Apa saja konsepsi historiografi dengan riwayat  seperti yang dipraktikan al-Thabari?
5.      Mengapa para teolog dan filosof yang menganut aliran mu’tazilah tidak mau menerima metoda historiografi degan riwayat?
6.      Apa yang dimaksud dengan historiografi dengan dirayah?

C.     Batasan Masalah
1.      Perkembangan penulisan sejarah islam paska Ibn Ishaq.
2.      Perkembangan corak penulisan sejarah.
3.      Perkembangan langgam bahasa dan karya sejarah.
4.       Konsepsi historiografi dengan riwayat seperti yang dipraktikan al-Thabari.
5.       Alasan  para teolog dan filosof yang menganut aliran Mu’tazilah yang tidak mau     menerima metode historiografi dengan riwayat.
6.       Historiografi dengan dirayah.



BAB II
  PEMBAHASAN
A.     Perkembangan Penulisan Sejarah Paska Ibn Ishaq
Perkembangan penulisan sejarah dalam islam tidak dapat di pisahkan dari perkembangan budaya secara umum.[1] Puncak dari perkembangan budaya Itu terjadi pada masa dinasti Abbasyiyah, Tepat nya pada abad ke 9 dan ke 10M.
Setelah aliran-aliran penulisan sejarah di masa awal islam memisahkan Didalam Karya-karya sejarah Ibn Ishaq, Al-Waqidi, dan Muhammad Ibn Sa’d, Para sejawahwan Baesar islam semakin banyak barmunculan. Dalam Perjalanan ilmiah itu, terjadi dialog Intelektual antara satu aliran dengan aliran Lain, dan disamping banyak masukan-masukan Wawasan yang mereka Peroleh dari pengalaman pengembaraan intelektual itu. Hal ini Semakin Mendorong perkembangan penulisan sejarah. Corak penulisan secara bukanya Menjadi satu, justru menjadi beragam. Dengan ringkas dapat dikatakan, pada Masa Suburnya penulisan sejarah ini, ragam bahasa digunakan   dalam Penulisan sejarah Semakin beragam, corak dan tema sejarah semakin banyak, Dan metodologi penelitian Dan kritik secara semakin komleks. Diantara Sejarahwan  itu adalah sebagai berikut :
1.      Ibn Qatadah al-Dinawari ( w. 276 H/ 889 M)
Pada masa Dinasti Bani Abbas, sejarahwan muslim mulai manulis Sejarah umum, Terpengaruh oleh contoh-contoh kitab-kitab sejarah persia Seperti di terjemahkan oleh Ibn Al-Muqaffa’ (w. 140 H/757 M), yaitu Kitab Siyar Muluk al-‘Ajam ( buku tentang Biografi raja-raja persia).  Buku sejarah umum yang tertua adalah karya Ibn Qatadah al-Dinawari ( W. 276 H/ 889 M), yaitu Uyun al-Akhbar. Namun dia juga menulis karya Sejarah yang bukan yang merupakan sejarah umum, seperti Thabaqat al-Syu’ara’ (Tingkatan para penyair). Karya-karyanya berjumlah sekitar 46 Buku itu, diantaranya Disamping yang sudah disebutkan diatas adalah Kitabal-Ma’araif  ( Buku tentang Pengetahuan) dan al-Imamah wa al-Siyasah,( kepemimpian dan politik).

2.      Al-Ya’qubi ( Wafat di Mesir pada tahun 284/897 M)
Penulis yang sezaman dengan Ibn Qatadah al-Dinawari di atas Adalah Ahmad Ibn Abi Ya’qub Ibn Wadhi yang dikenal dengan nama al-Ya’qubi ( Wafat di Mesir pada tahun 284/897 M). Dia adalah seorang Sejarahwan penggembara, yang hidup di Baghdad pada Masa Pemerintahan khalifa Abbasiyahan, al-Mu’tamid (870-892). Nama Lengkapnya Adalah Ahmad bin Abi ya’qub Ishak bin Ja’far bin Wahhab Bin Wadhih, dan dikenal Dengan nama Al-Ya’qubi.
Dia menggarang buku kitab al-Bulda ( Buku Negeri-negeri). Pada Tahun 891 di Mesir. Al-Ya’qubi juga menulis buku sejarah lam yang Dikenal dengan nama Tarikh al-Ya’qubi, 2 jilid. Jilid pertama berisi Sejarah dunia kuno, yakni peristiwa-peristiwa yang Berhubungan dengan Penciptaan alam, Nabi Adam as. Dan putra-putranya, Nabi Nuh as Dan Peristiwa banjir besar, kemudian sejarah Nabi-nabi sampai dengan Nabi Isa as. Jilid Kedua berisi sejarah islam, yang disusun berdasarkan urutan Para khalifa, sampai tahun 259 H, pada masa pemberintahan al-Mu’tamid ( 257-279 H/ 870-892 M). Iya Mengawalinya dari kelahiran, riwayah Hidup ( al-Sirah), serta perang ( al-Maghazi dan al-Saraya ). Nabi Muhammad saw., dan baru kemudian baru tentang khalifa.
Di samping dua buku diatas, dia juga meninggalkan sebuah karya Singkat berjudulMusyakalat al-Nas li Zamanihim ( kesamaan manusia Pada masa mereka). Buku ini Membahas bagaimana masyarakat berusaha Mengikuti dan mencontoh kehidupan para Pengguasa, terutama tentang Para khalifa Bani Umayyah dan Bani Abbas.
3.      Al-Baladzuri ( w. 279 H/ 892 M)
Nama lengkapnya adalah Abu Ja’far Ahmad bin Yahyah bin Jabir Bin Daud al-Baladzuri. Ia dilahirkan di Baghdat pada akhir abad ke-2 H. Muhammad Ibn Sa’ad adalah Seorang gurunya. Sejak usia muda dia sudah Menggembara untuk menuntuk ilmu di Beberapa Negeri  Islam. Hal Penggembaraannnya ini dapat dilihat dari sumber-sumber Pengambilan Riwayat sejarah didalam kitabnya Kitab Futuh al-Buldan ( Buku Pembukaan Negeri-negeri ). Ia pergi ke Damaskus, Homs, dan Antakia.
Dia dapat dikatakan sebagai seorang sejarahwan istana. Hubungannya dengan khalifa Al-Mutawakkil (khalifah Abbasyah, Memerintah tahun 232-247 H/ 847-861 M) sangat Dekat. Khalifa Abbasyah berikutnya al-Mu’tazz ( memerintah tahun 252-256 H/ 866-869 M), bahkan menggatnya sebagai pendidik putranya yang bernama Abbdullah.
Sebagai seorang ilmuan produktif, dia meninggalkan banyak karya, Diantaranya kitab Al-Buldan al-Saghir ( Buku Kecil Negeri-negeri ), Kitab Al-Buldan al-Kabir ( Buku Besar Negeri-negeri ) yang belum selesai, Kitab al-Akhbar wa al-Ansab ( Buku Sejarah Dan Silsilah / Geneologi ), Kitab an-Ansab al- Asyraf  ( Buku Silsilah para Syarif ), dan Kitab Futuh Al-Buldan. Di samping menggarang beberapa buku, ia juga Menerjemahkan Sebuah buku berbahasa Persia ke dalam bahasa Arab Dalam bentuk Syair, yang dalam Bahasa Arab yang berjudul ‘Ahd Ardasyir (masa Ardasyir).
Buku nya kitab Futuh al-Buldan membahasa sejarah ekspansi Islam ke Negeri-negeri Timur dan Barat. Metodi sejarahnya dapat dilihat Pada sistem matika penulisan Kitab Futuh al-Buldan. Ia tidak lagi Menggunakan metode Hawliyat ( peneulisan sejarah Berdasarkan urutan Tahun kejadian ), melinkan pendekatan tematik, yaitu berdasarkan Wilayah ( Negeri ). Ia memulai pembahasan dengan Negeri-negeri yang ditaklukan pada Zaman Nabi Muhammad saw.
Dalam membicarakan setiap Negeri yang dimasuki Islam, Pembahsan dilanjutkan Sampai kemassa hidupnya, dengan tetap Memperhatikan faktor kronologi dan kadang-Kadang menggabungkanya Dengan metode Isnad  ( Metode periwayatan ).
4.      Abu Hanifah al-Dinawari ( w. 282 H-895 M )
Nama lengkapnya ialah Abu Hanifah Ahmad bin Daud bin Wathad Al-Dinawari al-Nahwi. Ia banyak meninggalkan karya tulis dalam Berbagai displin ilmu. Karyanya dalam Bidang sejarah adalah Kitab al-Akhbar al-Thiwal ( Buku sejarah panjang ) dan Kitab al-Buldan ( Buku Negeri-negeri ). Para sejarawan sangat memujanya dan karya-karyanya.
Didalam Kitab al-Akhbar al-Thiwal ( Buku Sejarah Panjang ), ia Pertama-tama Bercerita tentang kisah anak-anak Adam, para Nabi, sampai Ke Nabi Ismail, secara Ringkas. Dalam membicarakan ekspansi Islam ke Tersia itu, ia secarah rinci menyebutkan urutan-urutan peristiwa sampai Terbunuhnya Raja Persia yang terakhir Khusrah Yasdajird III pada tahun 30 H.
Al-Dinawari tidak menyebutkan sumber pengambilan (Pengutipan). Informasi-Informasi sejarah yang ditulisnya didalam Kitabnya itu, karena berbeda dengan Sejarahwan semassa dengannya, ia Tidak menggunakan metode Isnad, dan tidak pula Menyebutkan buku-Buku yang dikutipnya.
Ketika pembahas sejarah khalifah Harun al-Rasyid, ia sedikit Menyimpang dari Metode penulisan yang digunakannya didalam buku ini, Yaitu ia menghimpun pristiwa-Pristiwa yang terjadi dan yang disusunya Berdasarkan tahun.
5.      Abu Ja’far Muhammad Ibn Jarir al-Thabari ( w. 310 H/ 922 M ) dan al-Mas’udi ( w. 957 M )
Al-Thabari adalah seorang sejarahwan besar muslim yang juga ahli Dalam ilmu-ilmu tafsir, Qiraat, hadis dan fiqh. Sebagai penulis produktif Dia menulis banyak buku dalam Berbagai displin tersebut.
Karya sejarahnaya berjudul Tarikh al-Rusul wa al-Muluk ( Sejarah Para Rusul dan Para Raja ) dan Tarikh al-Rijal ( Sejarah Para Tokoh ). Dalam Kitabnya yang pertama, dia Memulai sejarah dengan para Rasol Dan Raja-raja dengan mengetengahkan sejarah Nabi Adam dan Nabi -nabi Dan sistem pemerintahan mereka.
Adapun yang berkenaan dengan al-Mas’udi, Kitabnya yang terkenal Adalah Muruj Al-Dzahab wa Ma’adin al-Jawhar dan al-Tanbih wa al-Isyarf. Berbeda dari kitab-kitab Sejarah yang lain, dalam Kitabnya yang Pertama termuat juga sejarah Hindu ( Hindia), Persia, Romawi, dan Yahudi. Sedangkan Kitabnya yang kedua berisi pendapat-pendapat filsafat Sejarah dan hubungan-hubungan antara hewan, tumbuh-tumbuhan dan Tambang. Didalam nya juga terdapat sejarah klasik, sejarah Islam, dan Negeri-negeri lain.[2]

B.     Perkembangan Corak Penulisan Sejarah
Mulai dari massa awal pertumbuhan Histriografi Islam hinga massa Munculnya Sejarahwan-sejarahwan besar tersebut diatas, corak penulisan Sejarah dalam karya-karya Sejarah mereka dapat dikelomokan menjadi tiga Bagian yaitu corak Khabar, corak Hawliyat ( kronologi berdasarkan tahun ), dan corak Mawdhu’iyat ( tematik ).
1.      Khabar
Sejarahwan muslim pada mulanya menulis sejarah disandarkan Pada riwayat, yang Sebagaimana dalam penulisan hadits, dengan Menggunakan sanad. Beberapa ciri Berkenaan dengan riwayat-riwayat Itu :
a.       Antara satu riwayat dan riwayat lain tidak ada hubungan, masing-masing Berdiri sendiri-Sendiri.
b.      Riwayat itu ditulis dalam bentuk cerita ( kisah ) yang biasanya dalam bentuk dialog.
c.       Riwayat-riwayat itu diselang-selingi dengan syair yang sering kali digunakan sebagai penguat kandungan khabar itu.
Setengah abad setelah wafatnya Rasulullah saw kaum muslimin belum melahirkan tradisi menulis. Pada masa itu riwayat berpindah dari satu orang ke orang lain melalui lisan. Para sejarawan mengumpulkan riwayat-riwayat itu dan menulisnya dengan bersumber dari ingatan dan hapalan orang Arab. Baru pada abad ke-2 H, para sejarawan  ada yang menulis karya sejarah dengan bersumber kepada tulisan-tulisan para penulis sebelumnya.
2.      Hawliyat
Kalau sebelumnya para sejarahwan Isalm menulis peristiwa-Peristiwa sejarah itu secara Acak dan tidak berurutan ( kronologi ), dalam Perkembangan seterusnya para sejarahwan Kemudian menggunakan dua Metode penulisan,  yaitu : metode penulisan sejarah Berdasarkan urutan Tahun  ( al-Tarikh al-Hawli, atau al-Tarikh ‘ala al-Sinin, atau yang Lebih SingkatHawliyat, annalistic form dan metode penulisan sejarah Berdasarkan tema ( Tematik ).
 Yang di maksudkan dengan halwiyatadalah metode penulisan Sejarah yang Menggunakan pendekatan tahun demi tahun. Dalam metode Ini, bermacam-macam Peristiwa yang banyak yang terjadi pada tahun Tertentu dihubungkan dengan kata Wafiha (dan pada tahun ini juga).
At-thabari, salah seorang tokoh dan rujuknya sejarawan islam, oleh Banyak Pemerhati histografi Islam sering di pandang sebagai sejarawan Muslim yang pertama Menghasilkan metode hawiliyat; yang menulis Didalam karya sejarah nya Tarikh al-Rusul Wal al-Muluk (sejarah para Rosul dan para raja) yamg juga di kenal dengan dengan judul Lain Tarikh Al-Umam wa al-muluk. Namun rosenthal meragukan bahwa al-thabari Adalah Sejarawan pertama yang menggunakan metode hawliyat dalam Menulis sejarah.
Menurut Rosenthal, At Thabari bukanlah sejarahwan pertama yang Menggunakan Metode hawliyah. hal ini terjadi setelah Rosenthal Memahami buku milik Muhammad Ibn yazdad yang telah menggunakan Metode halwiyah.
Metode hawiyah seperti itu masuk pertama kali dan di pergunakan Oleh sejarahwan Muslim yang yang pertama melalui hubungan dengan Para ilmuan kristen asal siryani dan Kemudian di susul oleh melalui Bacaan mereka terhadap sumber-sumber ahli yunani Secara Langsung.singkatnya dalam pandangan Rosenthal sejarawan muslim Mendapat Insfirasi dalam metode halwiyah dalam penulisan sejarah dan Sejarah Yunani dan Siryani,Padahal menurut Abd al-Aziz salim karya-Karya tulis Yunani dan Siryani belum Mempengaruhi sejarahwan muslim Apa yang mereka kutip dari mereka terbatas dalam Masalah-masalah yang Berkaitan dengan ilmu filsapat, matematika, falak, geografi, kimi Kedokteran, dan obat-obatan.

3.      Kritik tehadap metode hawliyat dan munculnya corak tematik
Metode halwiyah mengandung kelemahan karna itu memutus Kontinuistas sejarah yang panjang yang saling berhubungan dan Berkelanjutan dalam beberapa tahun.sejarah yang memakai metode Seperti ini tidak menyebutkan peristiwa- peristiwa sejarah kecuali yang Terjadi pada tahun bersangkutan dan berkelanjutan pada tahun-tahun Berikutnya, maka peristiwa itu terpisah-pisah, informasih yang terpisah-Pisah itu kemudian di gabungkan dengan peristiwa-peristiwa lain yang Terjadi pada tahun itu.Ibn al-Atsir telah berusaha menghindarkan diri dari Kelemahanhalwiyat. Untuk itu ia menghimpun unsur-unsur peristiwa yang berkelanjutan dalam beberapa tahun, dan menghubungkan bagian-bagian dalam satu tahun tertentu dalam satu tema sehingga peristiwa itu Menjadi jelas dan dapat di pahami.di samping itu juga ibn al Atsirsangat Memperhatikan kemudahan bagi para pembaca, yaitu dengan memberikan Judul bagi peristiwa-peristiwa yang menggambarkan isinya. Penulis besar Lainnya,syihaib al-Din Ahmad ibn ‘Abd al-Wahhab Al-Nuwayri (w.732 H).juga mengeritik metode hauliyat dan menulis sejarah berdasarkan Tema.

C.     Perkembangan Langgam Bahasa dalam Karya Sejarah
            Kalau dari segi teknik penulisan ( al-thariqah), penulisan sejarah terus mengalami perkembangan, dalam bidang langgam bahasa ia juga mengalami perkembangan, dalam bidang langgam bahasa ia juga mengalami perkembangan. Pada mulanya karya-karya sejarah, sebagaian besarnya, menghimpun khabar-khabar itu dalam bentuk kalimat-kalimat pendek yang kering, yang tidak berkaitan satu sama lainnya.[3] Dalam perkemb langgam bahasa sejarah menjadi bebas, sederhana, jelas, hampir-hampir tidak ada lagi syair didalamnya. [4]angannya,

            Banyak juga yang menggunakan sajak ( kalimat-kalimat yang digunakan didalamnya bersajak) dalam tulisan sejarah, meskipun sejarah sama sekali bukan cabang dari susastra yang biasanya menggunakan sajak. Di antara para sejarawan yang terkenal banyak menggunakan sajak dalam karya-karya sejarahnya adalah al-‘imad al-ashbahani dan alal-fath ibn khaqan , seorang sejarawan asal andalus.[5]
            Ada juga sejarawan muslim yang menggabungkan antara tulisan bebas ( prosa) dan kalimat-kalimat bersajak, seperti abu marwan hayyan bin khallaf yang di kenal dengan nama ibn hayyan (w.460 H), seorang sejarawan muslim asal andalus. Sementara yang lainnya ada juga yang dalam karya sejarahnya menggunakan bahasa yang mudah dipahami, sederhana, dengan berusaha menghindari bahasa-bahasa yang dibuat- dibuat agar enak didengar dan lafal-lafal yanng berbelit-belit. Di antara mereka adalah ibn hayyan, ibn al-atsir dan ibn thabathaba. Bagi mereka yang terpenting adalah jelasnya materi sejarah dengan kalimat-kalimat pendek, yang pengertiannya jelas dan cepat dipahami oleh poembaca.

Pada masa-masa yang lebih akhir tulisan-tulisan sejarah banyak dirasupi oleh kata-kata asing atau logat-logat daerah tertentu. Pada abad ke-9 dan 10 H, logat-logat daerah semakin banyak ditemui. Di antara sejarawan yang banyak memasukan kata-kata asing dan logat-logat daerah itu adalah ibn ‘iyas (w.930 H), sejarawan muslim asal mesir, di dalam karya sejarahnya yang berjudul bada’i al-zuhuburfi ba’dai al-duhur, abu al-mahasin ibn taghri bardi, juga seorang sejarawan asal mesir, dalam karya sejarahnya yang berjudul al-nujum al-zhabirab fi muluk mishr wa al-Qahirah, dan ibn al-fhurat di dalam karya sejarahnya yang berjudul tarikh al-duwal wa al-muluk.



BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Perkembangan penulisan sejarah dalam islam tidak dapat di pisahkan dari perkembangan budaya secara umum. Puncak dari perkembangan budaya Itu terjadi pada masa dinasti Abbasyiyah, Tepat nya pada abad ke 9 dan ke 10M.
Beberapa sejarawan yang mempengaruhi perkembangan penulisan sejalah islam, diantaranya:
1.      Ibn Qatadah al-Dinawari ( w. 276 H/ 889 M)
2.      Al-ya’qubi (wafat dimesir pada tahun 284 H/879 M)
3.      Al-Baladzuri (w. 279 H/892 M)
4.      Abu Hanifah Al-Dinawari (w. 282 H/895 M)
5.      Abu Ja’far Muhammad Ibn Jarir al-Thabari ( w. 310 H/ 922 M ) dan al-Mas’udi ( w. 957 M )
Beberapa perkembangan corak sejarah, diantaranya:
1.      Khabar
2.      Hawliyat
3.      Kritik terhadap metode hawliyat dan munculnya corak tematik
Pada Masa yang Lebih akhir tulisan-tulisan sejarah banyak di rasupi oleh kata-kata asing atau Logat-logat daerah tertentu.karna pada abad ke -9 dan 10 H, logat-logat Daerah semakin Banyak di temui.
Menurut konsepsi historiografi dengan riwayat seperti yang dipraktikan al-thabari ini, metode sejarah pertama-tama adalah pengecekan riwayat, penelitian teks-teks, dan pengkajian terhadap sanad, dan baru setelah itu tinjauan terhadap kandungan apa yang dituturkan dan kontemplasi filosofis atau metodis terhadap isinya. Dengan demikian, informasi-informasi sejarah yang disampaikan al-Thabari adalah sesuai dengan apa  yang dituturkan penuturnya dan disampaikannya secara netral dan objektif dan para teolog dan filosof khususnya yang menganut aliran Mu’tazilah menurut Effat al-Sharqawi tidak mau menerima metoda historiografi dengan riwayat karena metode itu tidak memperhatikan prinsip-prinsip rasional dalam mrenginterpretasikan teks-teks sejarah
DAFTAR PUSTAKA

 Al-aziz duri abd, al-babts fi Nasy’ah ‘ilm al-tarikh ind al-arab, (Beirut:1960)
Ahmadbinhanbal.2013.wordpress.com
Abdullah, Yusri Abdul Ghani. 2004. Historiografi Islam. Jakarta: Rajawali Pers.
 Solahudin, M. Agus dan Agus Suyadi. 2009. Ulumul Hadits. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Swasono, Edi dan K.H.O. Gadjahnata Sri. 1986. Masuk dan Berkembangnya Islam. Jakarta: Penerbit Universitas Indo [UI-Press]
Yatim, Badri.1997. Historiografi Islam cet.1 (Jakarta: Logos Wacana Ilmu)


[1] Abd al-aziz duri, al-babts fi Nasy’ah ‘ilm al-tarikh ind al-arab, (Beirut:1960). Hlm: 13

[2] Ahmadbinhanbal.wordpress.com/2013
[3] Abdullah, Yusri Abdul Ghani. 2004. Historiografi Islam. Jakarta: Rajawali Pers.

[4] Solahudin, M. Agus dan Agus Suyadi. 2009. Ulumul Hadits. Bandung: CV. Pustaka Setia.
[5] Swasono, Edi dan K.H.O. Gadjahnata Sri. 1986. Masuk dan Berkembangnya Islam. Jakarta: Penerbit Universitas Indo [UI-Press]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar