MAKALAH
HISTORIOGRAFI ISLAM
PERKEMBANGAN CORAK-CORAK
PENULISAN SEJARAH ISLAM KLASIK
Disusun Oleh:
v Okvi
Sabtarini : 14210178
v Choirul Mukmin : 1532100094
Dosen
Pembimbing : Nyayu Soraya, M.Hum
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
FAKULTAS
TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TAHUN
AJARAN 2015/2016
KATA
PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Perkembangan corak-corak
penulisan sejarah islam klasik”.
Makalah ini berisikan tentang informasi
mengenai perkembangan corak-corak penulisan sejarah islam klasik. Diharapkan
makalah ini dapat menjadi bahan dalam belajar dan sebagai pengetahuan bagi
mahasiswa/i Pendidikan Agama Islam.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini.
Palembang, Maret
2016
Penulis
DAFTAR ISIiii
A.Perkembangan penulisan sejarah pasca ibn ishaq............................................. 2
B.Perkembangan corak islam pra sejarah............................................................. 5
C.Perkembangan langgam bahasa dalam karya sejarah....................................... 7
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam perkembangan selanjutnya penulisan
sejarah mengalami Kemajuaan, yaitu Dengan munculnya gagasan baru dalam
penulisan sejarah. Setelah Indonesia merdeka Sejarah sudah menjadi ilmu yang
wajib dipelajari dan Diteliti kebenarannya teori dan Metode yang modern. Hal
ini disebabkan nation Bulding, yaitu sejarah nasional akan Mewujudkan
kristalisasi identitas bangsa , Serta memperbudayakan ilmu sejarah dalam Masyarakat
Indonesia yang menuntut Pertumbuhan rakyat, meningkatkan kesejahteraan Sejarah
tentang perkembangan Bangsa-bangsa.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana perkembangan penulisan
sejarah islam paska Ibn Ishaq?
2.
Bagaimana perkembangan corak
penulisan sejarah?
3.
Bagaimana perkembangan langgam
bahasa dan karya sejarah?
4.
Apa
saja konsepsi historiografi dengan riwayat
seperti yang dipraktikan al-Thabari?
5.
Mengapa
para teolog dan filosof yang menganut aliran mu’tazilah tidak mau menerima
metoda historiografi degan riwayat?
6.
Apa
yang dimaksud dengan historiografi dengan dirayah?
C.
Batasan Masalah
1.
Perkembangan penulisan sejarah
islam paska Ibn Ishaq.
2.
Perkembangan corak penulisan
sejarah.
3.
Perkembangan langgam bahasa dan
karya sejarah.
4.
Konsepsi historiografi dengan riwayat seperti
yang dipraktikan al-Thabari.
5.
Alasan
para teolog dan filosof yang menganut aliran Mu’tazilah yang tidak mau menerima metode historiografi dengan
riwayat.
6.
Historiografi dengan dirayah.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Perkembangan Penulisan
Sejarah Paska Ibn Ishaq
Perkembangan
penulisan sejarah dalam islam tidak dapat di pisahkan dari perkembangan budaya
secara umum.[1] Puncak
dari perkembangan budaya Itu terjadi pada masa dinasti Abbasyiyah, Tepat nya
pada abad ke 9 dan ke 10M.
Setelah
aliran-aliran penulisan sejarah di masa awal islam memisahkan Didalam
Karya-karya sejarah Ibn Ishaq, Al-Waqidi, dan Muhammad Ibn Sa’d, Para
sejawahwan Baesar islam semakin banyak barmunculan. Dalam Perjalanan ilmiah
itu, terjadi dialog Intelektual antara satu aliran dengan aliran Lain, dan
disamping banyak masukan-masukan Wawasan yang mereka Peroleh dari pengalaman
pengembaraan intelektual itu. Hal ini Semakin Mendorong perkembangan penulisan
sejarah. Corak penulisan secara bukanya Menjadi satu, justru menjadi beragam.
Dengan ringkas dapat dikatakan, pada Masa Suburnya penulisan sejarah ini, ragam bahasa
digunakan dalam Penulisan sejarah Semakin beragam, corak dan
tema sejarah semakin banyak, Dan metodologi penelitian Dan kritik secara
semakin komleks. Diantara Sejarahwan itu adalah sebagai berikut :
1.
Ibn Qatadah
al-Dinawari ( w. 276 H/ 889 M)
Pada masa
Dinasti Bani Abbas, sejarahwan muslim mulai manulis Sejarah umum, Terpengaruh
oleh contoh-contoh kitab-kitab sejarah persia Seperti di terjemahkan oleh Ibn
Al-Muqaffa’ (w. 140 H/757 M), yaitu Kitab Siyar Muluk al-‘Ajam (
buku tentang Biografi raja-raja persia). Buku sejarah umum yang
tertua adalah karya Ibn Qatadah al-Dinawari ( W. 276 H/ 889 M), yaitu Uyun
al-Akhbar. Namun dia juga menulis karya Sejarah yang bukan yang
merupakan sejarah umum, seperti Thabaqat al-Syu’ara’ (Tingkatan
para penyair). Karya-karyanya berjumlah sekitar 46 Buku itu, diantaranya
Disamping yang sudah disebutkan diatas adalah Kitabal-Ma’araif (
Buku tentang Pengetahuan) dan al-Imamah wa al-Siyasah,( kepemimpian
dan politik).
2.
Al-Ya’qubi (
Wafat di Mesir pada tahun 284/897 M)
Penulis yang
sezaman dengan Ibn Qatadah al-Dinawari di atas Adalah Ahmad Ibn Abi Ya’qub Ibn
Wadhi yang dikenal dengan nama al-Ya’qubi ( Wafat di Mesir pada tahun 284/897
M). Dia adalah seorang Sejarahwan penggembara, yang hidup di Baghdad pada Masa
Pemerintahan khalifa Abbasiyahan, al-Mu’tamid (870-892). Nama Lengkapnya Adalah
Ahmad bin Abi ya’qub Ishak bin Ja’far bin Wahhab Bin Wadhih, dan dikenal Dengan
nama Al-Ya’qubi.
Dia menggarang
buku kitab al-Bulda ( Buku Negeri-negeri). Pada Tahun 891 di
Mesir. Al-Ya’qubi juga menulis buku sejarah lam yang Dikenal dengan nama Tarikh
al-Ya’qubi, 2 jilid. Jilid pertama berisi Sejarah dunia kuno, yakni
peristiwa-peristiwa yang Berhubungan dengan Penciptaan alam, Nabi Adam as. Dan
putra-putranya, Nabi Nuh as Dan Peristiwa banjir besar, kemudian sejarah
Nabi-nabi sampai dengan Nabi Isa as. Jilid Kedua berisi sejarah islam, yang
disusun berdasarkan urutan Para khalifa, sampai tahun 259 H, pada masa pemberintahan
al-Mu’tamid ( 257-279 H/ 870-892 M). Iya Mengawalinya dari kelahiran, riwayah
Hidup ( al-Sirah), serta perang ( al-Maghazi dan al-Saraya ).
Nabi Muhammad saw., dan baru kemudian baru tentang khalifa.
Di samping dua
buku diatas, dia juga meninggalkan sebuah karya Singkat berjudulMusyakalat
al-Nas li Zamanihim ( kesamaan manusia Pada masa mereka). Buku ini
Membahas bagaimana masyarakat berusaha Mengikuti dan mencontoh kehidupan para
Pengguasa, terutama tentang Para khalifa Bani Umayyah dan Bani Abbas.
3.
Al-Baladzuri (
w. 279 H/ 892 M)
Nama lengkapnya
adalah Abu Ja’far Ahmad bin Yahyah bin Jabir Bin Daud al-Baladzuri. Ia
dilahirkan di Baghdat pada akhir abad ke-2 H. Muhammad Ibn Sa’ad adalah Seorang
gurunya. Sejak usia muda dia sudah Menggembara untuk menuntuk ilmu di Beberapa
Negeri Islam. Hal Penggembaraannnya ini dapat dilihat dari
sumber-sumber Pengambilan Riwayat sejarah didalam kitabnya Kitab Futuh
al-Buldan ( Buku Pembukaan Negeri-negeri ). Ia pergi ke Damaskus,
Homs, dan Antakia.
Dia dapat dikatakan
sebagai seorang sejarahwan istana. Hubungannya dengan khalifa Al-Mutawakkil
(khalifah Abbasyah, Memerintah tahun 232-247 H/ 847-861 M) sangat Dekat.
Khalifa Abbasyah berikutnya al-Mu’tazz ( memerintah tahun 252-256 H/ 866-869
M), bahkan menggatnya sebagai pendidik putranya yang bernama Abbdullah.
Sebagai seorang
ilmuan produktif, dia meninggalkan banyak karya, Diantaranya kitab
Al-Buldan al-Saghir ( Buku Kecil Negeri-negeri ), Kitab
Al-Buldan al-Kabir ( Buku Besar Negeri-negeri ) yang belum
selesai, Kitab al-Akhbar wa al-Ansab ( Buku Sejarah Dan
Silsilah / Geneologi ), Kitab an-Ansab al- Asyraf ( Buku
Silsilah para Syarif ), dan Kitab Futuh Al-Buldan. Di samping
menggarang beberapa buku, ia juga Menerjemahkan Sebuah buku berbahasa Persia ke
dalam bahasa Arab Dalam bentuk Syair, yang dalam Bahasa Arab yang berjudul ‘Ahd
Ardasyir (masa Ardasyir).
Buku nya kitab
Futuh al-Buldan membahasa sejarah ekspansi Islam ke Negeri-negeri
Timur dan Barat. Metodi sejarahnya dapat dilihat Pada sistem matika
penulisan Kitab Futuh al-Buldan. Ia tidak lagi Menggunakan
metode Hawliyat ( peneulisan sejarah Berdasarkan urutan Tahun
kejadian ), melinkan pendekatan tematik, yaitu berdasarkan Wilayah ( Negeri ).
Ia memulai pembahasan dengan Negeri-negeri yang ditaklukan pada Zaman Nabi
Muhammad saw.
Dalam
membicarakan setiap Negeri yang dimasuki Islam, Pembahsan dilanjutkan Sampai
kemassa hidupnya, dengan tetap Memperhatikan faktor kronologi dan kadang-Kadang
menggabungkanya Dengan metode Isnad ( Metode periwayatan
).
4.
Abu Hanifah
al-Dinawari ( w. 282 H-895 M )
Nama lengkapnya
ialah Abu Hanifah Ahmad bin Daud bin Wathad Al-Dinawari al-Nahwi. Ia banyak
meninggalkan karya tulis dalam Berbagai displin ilmu. Karyanya dalam Bidang
sejarah adalah Kitab al-Akhbar al-Thiwal ( Buku sejarah
panjang ) dan Kitab al-Buldan ( Buku Negeri-negeri ). Para
sejarawan sangat memujanya dan karya-karyanya.
Didalam Kitab
al-Akhbar al-Thiwal ( Buku Sejarah Panjang ), ia Pertama-tama
Bercerita tentang kisah anak-anak Adam, para Nabi, sampai Ke Nabi Ismail,
secara Ringkas. Dalam membicarakan ekspansi Islam ke Tersia
itu, ia secarah rinci menyebutkan urutan-urutan peristiwa sampai Terbunuhnya
Raja Persia yang terakhir Khusrah Yasdajird III pada tahun 30 H.
Al-Dinawari
tidak menyebutkan sumber pengambilan (Pengutipan). Informasi-Informasi sejarah
yang ditulisnya didalam Kitabnya itu, karena berbeda dengan Sejarahwan semassa
dengannya, ia Tidak menggunakan metode Isnad, dan tidak pula
Menyebutkan buku-Buku yang dikutipnya.
Ketika pembahas
sejarah khalifah Harun al-Rasyid, ia sedikit Menyimpang dari Metode penulisan
yang digunakannya didalam buku ini, Yaitu ia menghimpun pristiwa-Pristiwa yang
terjadi dan yang disusunya Berdasarkan tahun.
5.
Abu Ja’far
Muhammad Ibn Jarir al-Thabari ( w. 310 H/ 922 M ) dan al-Mas’udi ( w. 957 M )
Al-Thabari
adalah seorang sejarahwan besar muslim yang juga ahli Dalam ilmu-ilmu tafsir,
Qiraat, hadis dan fiqh. Sebagai penulis produktif Dia menulis banyak buku dalam
Berbagai displin tersebut.
Karya
sejarahnaya berjudul Tarikh al-Rusul wa al-Muluk ( Sejarah
Para Rusul dan Para Raja ) dan Tarikh al-Rijal ( Sejarah Para
Tokoh ). Dalam Kitabnya yang pertama, dia Memulai sejarah dengan para Rasol Dan
Raja-raja dengan mengetengahkan sejarah Nabi Adam dan Nabi -nabi Dan sistem
pemerintahan mereka.
Adapun yang
berkenaan dengan al-Mas’udi, Kitabnya yang terkenal Adalah Muruj
Al-Dzahab wa Ma’adin al-Jawhar dan al-Tanbih wa al-Isyarf. Berbeda
dari kitab-kitab Sejarah yang lain, dalam Kitabnya yang Pertama termuat juga
sejarah Hindu ( Hindia), Persia, Romawi, dan Yahudi. Sedangkan Kitabnya yang
kedua berisi pendapat-pendapat filsafat Sejarah dan hubungan-hubungan antara
hewan, tumbuh-tumbuhan dan Tambang. Didalam nya juga terdapat sejarah klasik,
sejarah Islam, dan Negeri-negeri lain.[2]
B.
Perkembangan
Corak Penulisan Sejarah
Mulai dari
massa awal pertumbuhan Histriografi Islam hinga massa Munculnya
Sejarahwan-sejarahwan besar tersebut diatas, corak penulisan Sejarah dalam
karya-karya Sejarah mereka dapat dikelomokan menjadi tiga Bagian yaitu corak Khabar, corak Hawliyat
( kronologi berdasarkan tahun ), dan corak Mawdhu’iyat (
tematik ).
1.
Khabar
Sejarahwan muslim pada mulanya menulis sejarah
disandarkan Pada riwayat, yang Sebagaimana dalam penulisan
hadits, dengan Menggunakan sanad. Beberapa ciri Berkenaan
dengan riwayat-riwayat Itu :
a.
Antara satu riwayat dan riwayat lain tidak ada
hubungan, masing-masing Berdiri sendiri-Sendiri.
b.
Riwayat itu ditulis dalam bentuk cerita ( kisah
) yang biasanya dalam bentuk dialog.
c.
Riwayat-riwayat itu diselang-selingi dengan syair
yang sering kali digunakan sebagai penguat kandungan khabar itu.
Setengah abad
setelah wafatnya Rasulullah saw kaum muslimin belum melahirkan tradisi menulis.
Pada masa itu riwayat berpindah dari satu orang ke orang lain melalui lisan. Para
sejarawan mengumpulkan riwayat-riwayat itu dan menulisnya dengan bersumber dari
ingatan dan hapalan orang Arab. Baru pada abad ke-2 H, para sejarawan ada yang menulis karya sejarah dengan
bersumber kepada tulisan-tulisan para penulis sebelumnya.
2.
Hawliyat
Kalau sebelumnya para sejarahwan Isalm menulis
peristiwa-Peristiwa sejarah itu secara Acak dan tidak berurutan ( kronologi ),
dalam Perkembangan seterusnya para sejarahwan Kemudian menggunakan dua Metode
penulisan, yaitu : metode penulisan sejarah Berdasarkan urutan
Tahun ( al-Tarikh al-Hawli, atau al-Tarikh ‘ala al-Sinin,
atau yang Lebih SingkatHawliyat, annalistic form dan metode
penulisan sejarah Berdasarkan tema ( Tematik ).
Yang di maksudkan dengan halwiyat, adalah
metode penulisan Sejarah yang Menggunakan pendekatan tahun demi tahun. Dalam
metode Ini, bermacam-macam Peristiwa yang banyak yang terjadi pada tahun
Tertentu dihubungkan dengan kata Wafiha (dan pada tahun ini juga).
At-thabari, salah seorang tokoh dan rujuknya
sejarawan islam, oleh Banyak Pemerhati histografi Islam sering di pandang
sebagai sejarawan Muslim yang pertama Menghasilkan metode hawiliyat;
yang menulis Didalam karya sejarah nya Tarikh al-Rusul Wal
al-Muluk (sejarah para Rosul dan para raja) yamg juga di kenal dengan
dengan judul Lain Tarikh Al-Umam wa al-muluk. Namun rosenthal meragukan bahwa
al-thabari Adalah Sejarawan pertama yang menggunakan metode hawliyat dalam
Menulis sejarah.
Menurut Rosenthal, At Thabari bukanlah
sejarahwan pertama yang Menggunakan Metode hawliyah. hal ini
terjadi setelah Rosenthal Memahami buku milik Muhammad Ibn yazdad yang telah
menggunakan Metode halwiyah.
Metode hawiyah seperti itu
masuk pertama kali dan di pergunakan Oleh sejarahwan Muslim yang yang pertama
melalui hubungan dengan Para ilmuan kristen asal siryani dan Kemudian di susul
oleh melalui Bacaan mereka terhadap sumber-sumber ahli yunani Secara Langsung.singkatnya
dalam pandangan Rosenthal sejarawan muslim Mendapat Insfirasi dalam metode halwiyah dalam
penulisan sejarah dan Sejarah Yunani dan Siryani,Padahal menurut
Abd al-Aziz salim karya-Karya tulis Yunani dan Siryani belum Mempengaruhi
sejarahwan muslim Apa yang mereka kutip dari mereka terbatas dalam
Masalah-masalah yang Berkaitan dengan ilmu filsapat, matematika, falak,
geografi, kimi Kedokteran, dan obat-obatan.
3.
Kritik tehadap
metode hawliyat dan munculnya corak tematik
Metode halwiyah mengandung kelemahan karna itu
memutus Kontinuistas sejarah yang panjang yang saling berhubungan dan
Berkelanjutan dalam beberapa tahun.sejarah yang memakai metode Seperti ini
tidak menyebutkan peristiwa- peristiwa sejarah kecuali yang Terjadi pada tahun
bersangkutan dan berkelanjutan pada tahun-tahun Berikutnya, maka peristiwa itu
terpisah-pisah, informasih yang terpisah-Pisah itu kemudian di gabungkan dengan
peristiwa-peristiwa lain yang Terjadi pada tahun itu.Ibn al-Atsir telah berusaha
menghindarkan diri dari Kelemahanhalwiyat. Untuk itu ia menghimpun
unsur-unsur peristiwa yang berkelanjutan dalam beberapa tahun, dan
menghubungkan bagian-bagian dalam satu tahun tertentu dalam satu tema sehingga
peristiwa itu Menjadi jelas dan dapat di pahami.di samping itu juga ibn al Atsirsangat
Memperhatikan kemudahan bagi para pembaca, yaitu dengan memberikan Judul bagi
peristiwa-peristiwa yang menggambarkan isinya. Penulis besar Lainnya,syihaib
al-Din Ahmad ibn ‘Abd al-Wahhab Al-Nuwayri (w.732 H).juga mengeritik
metode hauliyat dan menulis sejarah berdasarkan Tema.
C.
Perkembangan Langgam Bahasa
dalam Karya Sejarah
Kalau dari segi teknik penulisan ( al-thariqah), penulisan
sejarah terus mengalami perkembangan, dalam bidang langgam bahasa ia juga
mengalami perkembangan, dalam bidang langgam bahasa ia juga mengalami
perkembangan. Pada mulanya karya-karya sejarah, sebagaian besarnya, menghimpun
khabar-khabar itu dalam bentuk kalimat-kalimat pendek yang kering, yang tidak
berkaitan satu sama lainnya.[3]
Dalam perkemb langgam bahasa sejarah menjadi bebas, sederhana, jelas,
hampir-hampir tidak ada lagi syair didalamnya. [4]angannya,
Banyak juga yang menggunakan sajak (
kalimat-kalimat yang digunakan didalamnya bersajak) dalam tulisan sejarah,
meskipun sejarah sama sekali bukan cabang dari susastra yang biasanya
menggunakan sajak. Di antara para sejarawan yang terkenal banyak menggunakan
sajak dalam karya-karya sejarahnya adalah al-‘imad al-ashbahani dan alal-fath
ibn khaqan , seorang sejarawan asal andalus.[5]
Ada juga sejarawan muslim yang
menggabungkan antara tulisan bebas ( prosa) dan kalimat-kalimat bersajak,
seperti abu marwan hayyan bin khallaf yang di kenal dengan nama ibn hayyan
(w.460 H), seorang sejarawan muslim asal andalus. Sementara yang lainnya ada
juga yang dalam karya sejarahnya menggunakan bahasa yang mudah dipahami,
sederhana, dengan berusaha menghindari bahasa-bahasa yang dibuat- dibuat agar
enak didengar dan lafal-lafal yanng berbelit-belit. Di antara mereka adalah ibn
hayyan, ibn al-atsir dan ibn thabathaba. Bagi mereka yang terpenting adalah
jelasnya materi sejarah dengan kalimat-kalimat pendek, yang pengertiannya jelas
dan cepat dipahami oleh poembaca.
Pada masa-masa
yang lebih akhir tulisan-tulisan sejarah banyak dirasupi oleh kata-kata asing
atau logat-logat daerah tertentu. Pada abad ke-9 dan 10 H, logat-logat daerah
semakin banyak ditemui. Di antara sejarawan yang banyak memasukan kata-kata
asing dan logat-logat daerah itu adalah ibn ‘iyas (w.930 H), sejarawan muslim
asal mesir, di dalam karya sejarahnya yang berjudul bada’i al-zuhuburfi ba’dai
al-duhur, abu al-mahasin ibn taghri bardi, juga seorang sejarawan asal mesir,
dalam karya sejarahnya yang berjudul al-nujum al-zhabirab fi muluk mishr wa
al-Qahirah, dan ibn al-fhurat di dalam karya sejarahnya yang berjudul tarikh
al-duwal wa al-muluk.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Perkembangan
penulisan sejarah dalam islam tidak dapat di pisahkan dari perkembangan budaya
secara umum. Puncak dari perkembangan budaya Itu terjadi pada masa dinasti
Abbasyiyah, Tepat nya pada abad ke 9 dan ke 10M.
Beberapa sejarawan yang mempengaruhi perkembangan penulisan sejalah
islam, diantaranya:
1.
Ibn Qatadah al-Dinawari ( w. 276 H/ 889 M)
2.
Al-ya’qubi
(wafat dimesir pada tahun 284 H/879 M)
3.
Al-Baladzuri
(w. 279 H/892 M)
4.
Abu
Hanifah Al-Dinawari (w. 282 H/895 M)
5.
Abu Ja’far Muhammad Ibn Jarir al-Thabari ( w.
310 H/ 922 M ) dan al-Mas’udi ( w. 957 M )
Beberapa perkembangan corak sejarah, diantaranya:
1.
Khabar
2.
Hawliyat
3.
Kritik
terhadap metode hawliyat dan munculnya corak tematik
Pada Masa yang
Lebih akhir tulisan-tulisan sejarah banyak di rasupi oleh kata-kata asing atau
Logat-logat daerah tertentu.karna pada abad ke -9 dan 10 H, logat-logat Daerah
semakin Banyak di temui.
Menurut
konsepsi historiografi dengan riwayat seperti yang dipraktikan al-thabari ini,
metode sejarah pertama-tama adalah pengecekan riwayat, penelitian teks-teks,
dan pengkajian terhadap sanad, dan baru setelah itu tinjauan terhadap kandungan
apa yang dituturkan dan kontemplasi filosofis atau metodis terhadap isinya.
Dengan demikian, informasi-informasi sejarah yang disampaikan al-Thabari adalah
sesuai dengan apa yang dituturkan
penuturnya dan disampaikannya secara netral dan objektif dan para teolog dan
filosof khususnya yang menganut aliran Mu’tazilah menurut Effat al-Sharqawi
tidak mau menerima metoda historiografi dengan riwayat karena metode itu tidak
memperhatikan prinsip-prinsip rasional dalam mrenginterpretasikan teks-teks
sejarah
DAFTAR PUSTAKA
Al-aziz duri abd, al-babts
fi Nasy’ah ‘ilm al-tarikh ind al-arab, (Beirut:1960)
Ahmadbinhanbal.2013.wordpress.com
Abdullah,
Yusri Abdul Ghani. 2004. Historiografi Islam. Jakarta: Rajawali Pers.
Solahudin, M. Agus dan Agus Suyadi. 2009. Ulumul
Hadits. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Swasono, Edi dan K.H.O. Gadjahnata Sri. 1986. Masuk dan
Berkembangnya Islam. Jakarta: Penerbit Universitas Indo [UI-Press]
Yatim, Badri.1997. Historiografi Islam cet.1 (Jakarta: Logos Wacana
Ilmu)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar