MAKALAH
ONTOLOGI, EPISTIMOLOGI, DAN AKSIOLOGI
DALAM PENDIDIKAN ISLAM
Disusun
untuk Memenuhi Tugas
Ilmu
Pendidikan Islam
DOSEN
PENGAMPU:
Nurlaila,
M.Pd.I
DISUSUN OLEH KELOMPOK 13 :
Adam
Wahyudi (1532100072)
Adi
Feby Hidayat (1532100074)
Ayu
Septiani (1532100090)
JURUSAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS
TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN
RADEN FATAH PALEMBANG
2015
PENDAHULUAN
Pendidikan Islam merupakan pendidikan yang berlandaskan atas
dasar-dasar ajaran Islam, yakni Al Qur'an dan Hadits sebagai pedoman hidup bagi
seluruh umat Islam. Melalui
pendidikan inilah, kita dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam
sesuai dengan
ketentuan Al-Qur’an dan As-sunnah.
Sehubungan dengan hal tersebut, tingkat pemahaman, penghayatan, dan pengamalan
kita terhadap ajaran Islam sangat tergantung pada tingkat kualitas pendidikan
Islam yang kita terima.
Pendidikan Islam di Indonesia
seringkali berhadapan dengan berbagai problematika. Sebagai sebuah sistem
pendidikan Islam mengandung berbagai komponen antara satu dengan yang lain
saling berkaitan. Akan tetapi, seringkali dilakukan apa adanya, tanpa
perencanaan dan konsep yang matang. Sehingga mutu pendidikan Islam kurang
berjalan sesuai yang diharapkan.
Menyikapi hal itu, pendidikan Islam,
berupaya mengatasi masalah tersebut untuk dengan mengetahui hakikat, cara,
kandungan nilai-nilai yang hendak dicapai dalam tujuan pendidikan Islam. Kajian
pendidikan Islam dari segi ontologi, epistemologi, dan aksiologi memberikan
manfaat besar bagi kita sebagai calon pendidik. Oleh karena itu, pada makalah
ini kami akan membahas pendidikan Islam dalam lingkup ontologi, epistimologi,
dan aksiologi.
PEMBAHASAN
A.
Ontologi Pendidikan Islam
Ontologi pendidikan Islam membahas hakikat substansi dan
pola organisasi pendidikan Islam. Secara ontologis, Pendidikan Islam adalah
hakikat dari kehidupan manusia sebagai makhluk berakal dan berfikir. Jika
manusia bukan makluk berfikir, tidak ada pendidikan. Selanjutnya pendidikan
sebagai usaha pengembangan diri manusia, dijadikan alat untuk mendidik.[1]
Kajian ontologi ini tidak dapat dipisahkan dengan Sang
Pencipta. Allah telah membekalkan beberapa potensi kepada kita untuk berfikir.
1.
Ta’lim, kata ini telah
digunakan sejak periode awal pelaksanaan pendidikan Islam. Mengacu pada
pengetahuan, berupa pengenalan dan pemahaman terhadap segenap nama-nama atau
benda ciptaan Allah. Rasyid Ridha, mengartikan ta’lim sebagai proses transmisi
berbagai Ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasan dan ketentuan
tertentu.
2.
Tarbiyah, kata ini berasal
dari kata Rabb, mengandung arti memelihara, membesarkan dan mendidik
yang kedalamannya sudah termasuk makna mengajar.
3.
Ta’dib, Syed Muhammad
Naquib al-Attas mengungkapkan istilah yang paling tepat untuk menunjukan
pendidikan Islam adalah al-Ta’dib, kata ini berarti pengenalalan dan
pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan ke dalam diri manusia
(peserta didik) tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam
tatanan penciptaan.
Dari ketiga kata kunci di atas, berbagai pakar telah
merumuskan tentang pendidikan Islam, sebagai berikut:[3]
a. Ahmad. D. Marimba mengatakan bahwa
pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani menuju terbentuknya
kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.
b. Saefuddin Anshari mengatakan pendidikan
Islam adalah proses bimbingan (pimpinan, tuntutan, susulan) oleh subjek didik
terhadap perkembangan jiwa (pikiran, perasaan dan kemauan, intuisi, dsb).
c. M. Yusuf al Qardawi mengatakan bahwa
pendidikan Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya akal dan hatinya, rohani
dan jasmaninya, akhlak dan keterampilannya.
d. Ahmad Tafsir mendefinisikan pendidikan
Islam sebagai bimbingan yang diberikan oleh seseorang agar ia berkembang secara
maksimal sesuai dengan ajaran Islam.
Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan
Islam adalah suatu sistem yang dapat mengarahkan kehidupan peserta didik sesuai
dengan ideologi Islam.
Dengan demikian secara ontologis pemahaman terhadap
pendidikan Islam tidak dapat dipisahkan dengan Allah selaku Pencipta manusia.
Karena pendidikan Islam ditujukan pada terbentuknya kepribadian Muslim yang
dapat memenuhi hakikat penciptaannya, yakni menjadi Pengabdi Allah.
B.
Epistemologi Pendidikan Islam
Epistemologi pendidikan Islam membahas seluk beluk dan
sumber-sumber pendidikan Islam. Pendidikan Islam bersumber dari Allah SWT, Yang
Maha Mengetahui Sesuatu. Hukum-hukum yang diciptakan Allahpun dapat dipahami
dengan berbagai metode dan pendekatan. Pendidikan Islam merujuk pada
nilai-nilai Al-Qur’an yang universal dan abadi. Serta didukung oleh hadist Nabi
Muhammad SAW.
Ketiga
kata kunci tentang Pendidikan Islam di atas disebutkan dalam Al-Qur’an dan
hadist berikut ini:
“Dan
Dia mengajarkan kepada Adam
nama-nama benda-benda seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Malaikat,
lalu berfirman:
“Sebutkanlah
kepada-Ku jika kamu memang orang-orang yang benar” (Al-Baqarah ayat: 31)
“Wahai
Tuhanku kasihilah mereka berdua, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku di masa kecil.”(Al-Isra’ ayat 24).
Hadist Nabi Muhammad SAW “Aku dididik oleh Tuhanku
(addabani Rabbi), maka dia memberikan kepadaku sebaik-baik pendidikan (fa ahsana
ta’dibi).
Selanjutnya objek material Pendidikan
Islam yaitu segala hal yang berkaitan dengan usaha manusia untuk menciptakan
kondisi yang memberi peluang berkembangnya kecerdasan dan kepribadian melalui
pendidikan. Objek formal: Usaha yang rasional, mendasar, general, dan
sistematis dalam mengembangkan kecerdasan dan kepribadian melalui pendidikan.
Untuk
lebih jelasnya, objek materi ilmu pendidikan Islam yaitu anak didik. Sedangkan
objek formalnya ialah perbuatan mendidik yang membawa anak, ke arah tujuan
pendidikan Islam. Sehingga secara epistemologi, Kurikulum pendidikan Islam
harus merujuk pada Al-Qur’an dan hadist. Antara lain sebagai berikut:[4]
a.
Larangan mempersekutukan Allah
b.
Berbuat baik kepada orang tua
c.
Memelihara, mendidik, dan membimbing anak sebagai tanggung jawab terhadap
amanat Allah.
d.
Menjauhi perbuatan keji dalam bentuk sikap lahir dan batin
e.
Menjaui permusuhan dan tindakan tercela
f.
Menyantuni anak yatim
g.
Tidak melakukan perbuatan diluar kemampuan
h.
Berlaku jujur dan adil
i.
Menepati janji dan menunaikan perintah Allah
j.
Berpegang teguh kepada ketentuan hukum Allah, dsb.
Sumber-sumber
yang menunjukkan bahwa manusia sebagai makhluk yang dapat menerima pelajaran
dari Tuhan tentang apa yang tidak diketahuinya ada pada surat Al-Alaq (96): ayat
1-5:
“Bacalah
dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia
dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang
mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa
yang tidak diketahuinya.”
Manusia
sebagai makhluk yang memiliki kemampuan mengatur waktu terdapat dalam QS. Al-Ashr, (103): 1-3, yang
artinya:
“Demi masa,
Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati
kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
Manusia mendapatkan bagian dari apa yang telah
dikerjakannya, (QS an-Najm, 53-39). “Dan bahwasanya seorang manusia tiada
memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.”
Manusia sebagai makhluk yang memiliki keterikatan dengan
moral atau sopan santun (QS. Al Ankabut 29:8).
“Dan
Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-bapaknya. Dan
jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada
pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya
kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku kabarkan kepadamu apa yang telah kamu
kerjakan.”
Dari sebagian ayat di atas, jelaslah bahwa sumber-sumber pendidikan
Islam berasal dari Allah SWT, Sang Maha Pencipta. Al-Qur’an sebagai pedoman
hidup manusia.
C.
Aksiologi Pendidikan Islam
Ajaran Islam merupakan perangkat sistem nilai yaitu pedoman hidup
secara Islami, sesuai dengan tuntunan Allah SWT.
Aksiologi Pendidikan Islam berkaitan
dengan nilai-nilai, tujuan, dan target yang akan dicapai dalam pendidikan Islam. Nilai-nilai tersebut harus dimuat dalam kurikulum pendidikan
Islam, diantaranya:[5]
1. Mengandung petunjuk Akhlak
2. Mengandung upaya meningkatkan kesejahteraan hidup manusia di bumi dan kebahagiaan di akhirat.
3. Mengandung usaha keras untuk meraih kehidupan yang baik.
4. Mengandung nilai yang dapat memadukan
antara kepentingan kehidupan dunia dan akhirat.
Menurut Abuddin Nata, tujuan pendidikan Islam, untuk mewujudkan manusia yang shaleh, taat beribadah dan
gemar beramal untuk tujuan akhirat.[6]
Muhammad
Athiyah al-Abrasy mengatakan “the fist and highest goal of Islamic is moral
refinment and spiritual, training” (tujuan pertama dan tertinggi dari pendidikan
Islam adalah kehalusan budi pekerti dan pendidikan jiwa)”[7]
Menurut Abdul Fatah Jalal, tujuan umum pendidikan Islam
ialah terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. Jadi
menurut Islam, pendidikan haruslah menjadikan seluruh manusia yang menghambakan
kepada Allah. Yang dimaksud menghambakan diri ialah beribadah kepada Allah.[8]
Islam menghendaki agar manusia dididik supaya ia mampu
merealisasikan tujuan hidupnya sebagaimana yang telah digariskan oleh Allah.
Tujuan hidup menusia itu menurut Allah ialah beribadah kepada Allah. Dalam surat Ad Dzariyat ayat 56:
yang artinya: ”Dan aku tidak menciptakan
jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan tujuan utama pendidikan Islam adalah untuk mendapatkan Ridha Allah SWT. Dengan
pendidikan Islam, diharapkan lahir individu-indidivu yang baik, bermoral, berkualitas,
sehingga bermanfaat bagi diri, keluaga, masyarakat, negara dan ummat manusia secara keseluruhan.
Meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.
Beberapa
indikator dari tercapainya tujuan pendidikan islam dapat dibagi menjadi tiga
tujuan mendasar, yaitu:[9]
1.
Tercapainya anak didik yang cerdas. Ciri-cirinya adalah memiliki tingkat
kecerdasan intelektualitas yang tinggi sehingga mampu menyelesaikan masalah
yang dihadapi oleh dirinya sendiri maupun membantu menyelesaikan masalah orang
lain yang membutuhkannya.
2.
Tercapainya anak didik yang memiliki kesabaran dan kesalehan emosional,
sehingga tercermin dalam kedewasaan menghadapi masalah di kehidupannya.
3.
Tercapainya anak didik yang memiliki kesalehan spiritual, yaitu menjalankan
perintah Allah dan Rasulullah SAW. Dengan melaksanakan rukun Islam yang lima
dan mengejawantahkan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya menjalankan shalat
lima waktu, menjalankan ibadah puasa, menunaikan zakat, dan menunaikan
haji ke Baitullah.
PENUTUP
Kesimpulan:
Ontologi
pendidikan Islam membahas hakekat tentang pendidikan Islam. Dirumuskan dalam
tiga konsep yaitu ta’lim, tarbiyah, dan ta’dib. Pendidikan Islam merupakan suatu sistem yang dapat mengarahkan kehidupan peserta
didik sesuai dengan ideologi Islam.
Epistemologi
pendidikan Islam membahas seluk beluk dan sumber-sumber pendidikan Islam. Pendidikan Islam bersumber dari Allah SWT, yaitu Al-Qur’an
dan hadist.
Aksiologi Pendidikan Islam berkaitan dengan nilai-nilai, tujuan, dan target
yang akan dicapai dalam pendidikan Islam. tujuan utama pendidikan Islam adalah untuk mendapatkan Ridha Allah SWT. Dengan
pendidikan Islam, diharapkan lahir individu-indidivu yang baik, bermoral, berkualitas,
sehingga bermanfaat bagi diri, keluaga, masyarakat, negara dan ummat manusia secara keseluruhan.
Meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.
DAFTAR PUSTAKA
Basri, Hasan. 2009. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia.
http://jurnalpendidikan .blogspot.com.
Jalaludin. 2012. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
Nata, Abuddin. 2008. Manajemen Pendidikan. Jakata: Kencana.
Rusmaini. 2014. Ilmu
Pendidikan. Palembang: Grafika
Telindo Press.
[5] Camelia Huzain, Nilai Pendidikan Islam, http://camelzain.co.id, diakses pada 7 April 2016, pukul 14.38 WIB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar