Pertumbuhan dan Perkembangan Manusia
Serta Fungsi Pendidikan Bagi Perkembangan Manusia
Makalah Ini Di Susun Untuk Memenuhi
Tugas Mata Kuliah
Ilmu
Pendidikan Islam
Dosen
Pengampu:
Nurlaila, S.Ag, M.Pd.I
Nurlaila, S.Ag, M.Pd.I
Disusun
Oleh Kelompok 7 :
Aidil
Asbi (1532100077)
Delsie Iin Syafutri (1532100096)
Delva
Amelia Futri (153200097)
Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan
Universitas Islam Negeri
Raden Fatah Palembang
Tahun 2016/2017
DAFTAR ISI
Pertumbuhan dan Perkembangan Manusia
Serta Fungsi Pendidikan Bagi Perkembangan Manusia
Istilah – istilah pertumbuhan dan perkembangan sering digunakan
orang secara “interchangeably”
artinya kedua istilah itu dipakai secara silih berganti dengan maksud yang
sama. Sebenarnya masing – masing istilah ini mempunyai pengertian yang berbeda,
dan perbedan ini masih jarang diperhatikan orang.
Sebagian bahan ilustratif untuk mengenal
perbedaan pengertian pengertian tentang pertumbuhan dan perkembangan, dibawah
ini kami kemukakan suatu gambaran logis tentang manusia sebagai makhluk yang
tumbuh dan berkembang.
Dalam
makala ini kami akan membahas Definisi Pertumbuhan dan Perkembangan Manusia,
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Perkembangan Manusia, Hukum –
Hukum yang Mengatur Pertumbuhan dan Pekembangan Manusia, Fase Pertumbuhan dan
Pekembangan Manusia, Fungsi Pendidikan Bagi
Perkembangan Manusia, dan Manfaat Pengetahuan
Perkembangan
Dalam
pertumbuhan manusia, baik yang jasmaniah maupun yang rohaniah, terdapat dua
bagian yang berbeda sebagai kondisi yng menjadikan pribadi manusia berubah
menuju kearah kesempurnaan yaitu :
a.
Bagian
pribadi materil yang kuantitatif yaitu bagian yang mengalami pertumbuhan.
b.
Bagian
pribadi fungsional yang kualitatif yaitu bagian yang mengalami perkembangan.
Pertumbuhan
dapat diartikan sebagai perubahan kuantitatif pada materil sebagai akibat dari
adanya pengaruh lingkungan. [1]
Menurut Rohmalina Wahab, pertumbuhan
merupakan proses atau tahapan peningkatan dan pertambahan aspek kuantitatif
yang bermuara pada perubahan-perubahan struktural manusia dalam hal jumlah,
ukuran dan arti penting lainnya, seperti dari kecil menjadi besar, dari
pendek menjadi panjang dan lainnya. [2]
Perkembangan
merupakan suatu perubahan dan perubahan ini tidak bersifat kuantitatif,
melainkan kualitatif. Perkembangan tidak ditekankan pada segi materi, melainkan
pada segi fungsional. Dari uraian ini, perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan
kualitatif dari fungsi – fungsi.[3]
Perkembangan adalah proses atau
tahapan perubahan yang meliputi aspek kualitatif dari setiap fungsi-fungsi
kejiwaan dan kepribadian ke arah yang lebih maju. Penekanan perkembangan ini
berpusat pada penyempurnaan psikologis, kejiwaan atau rohaniah yang
terrefleksikan dari tingkah laku dan perbuatan.[4]
Anak
sebagai keseluruhan tumbuh oleh kondisi dan interaksi dari setiap aspek
kepribadian yang ia miliki. Intelek anak berhubungan dengan kesehatan jasmaniahnya, kesehatan jasmani
sangat di pengaruhi oleh emosi–emosinya, sedangakan emosinya dipengaruhi oleh
keberhasilannya di sekolah. Pertumbuhan anak, baik fisik, intelektual, maupun
sosial sangat ditentukan oleh latar belakang keluarganya, pribadinya, dan
aktivitas sehari – harinya.
Umur
mental anak mempengaruhi kapasitas mentalnya. Kapasitas mental anak menentukan
prestasi belajarnya. Penelitian tentang hubungan antara prestasi belajar dengan
pertumbuhan anak pada umumnya telah dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan
adanya hubungan yang erat antara prestasi belajar dan pertumbuhan atau tingkat
kematangan anak.
Anak
yang pertumbuhannya cepat , lambat, atau tidak teratur sering kali menimbulkan
problem pembelajaan. Anak memiliki energi yang diperoleh dari makanan dan gizi.
Energi anak digunakan untuk aktivitas dan pertumbuhan. Jika energy banyak
digunakan untuk pertumbuhan maka aktivitas berkurang dan sebaliknya.[5]
Peristiwa
yang terjadi pada anak akibat pertumbuhan dan setelah dihadapkan dengan
tantangan kultural masyarakat terutama harapan orang tua, guru, dan teman –
teman sebayanya, tercermin di dalam penyesuaian sosialnya. Anak yang tidak
menunjukan kelainan – kelainan menonjol dalam pergaulan sosialnya, itu dapat
berarti, bahwa pertumbuhan anak itu normal. Pertumbuhan luar biasa yang dialami
oleh anak dapat menyebabkan kelainan atau kesulitan dalam menyesuaikan diri
dalam pergaulan.[6]
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan yang mungkin berdampak
positif atau negatif terhadap masa depan manusia tak terkecuali pada peserta
didik Anda.
Nativisme (nativism) adalah sebuah
doktrin filosofis yang berpengaruh besar terhadap aliran pemikiran psikologis.
Tokoh utama aliran ini bernama Arthur Schopenhauer (1788-1860) seorang filosof
Jerman. Aliran filsafat berkeyakinan, bahwa perkembangan manusia itu hanya
ditentukan oleh pembawanya, sedangkan pengaaman dan pendidikan tidak
berpengaruhapa-apa. Dalam ilmu pendidikan, pandagan seperti ini disebut
“pesimisme pedagogis”.
Namun, perhatikan contoh ini! Sepasang suami
istri yang memiliki keistimewaan di bidang musik, tentu anaknya dapat menjadi
musisi. Tetapi, apabila lingkungan, khususnya lingkungan pendidikannya tidak
menunjang, misalnya karena ia memasuki sekolah pertanian dan tidak pernah belajar
musik, sudah tentu ia tidak akan pernah menjadi musisi tetapi menjadi petani.[7]
Aliran nativisme hingga kini masih cukup
berpengaruh di kalangan sejumlah ahli, tetapi sudah tidak semutlak dulu lagi.
Di antara ahli yang dipandang sebagai nativis ialah Noam A. Chomsky kelahiran
1928, seorang ahli linguistik yang sangat terkenal hingga saat ini. Chomsky
menganggap, bahwa perkembangan penguasaan bahasa pada manusia tidak dapat di
jelaskan semata-mata oleh proses belajar, tetapi juga (yang lebih penting) oleh
adanya “biological predisposition” (kecenderungan biologis) yang dibawa
sejak lahir.
Kebalikann dari aliran nativisme adalah aliran
empirisisme dengan tokoh utama John Locke (1632-1704). Nama asli aliran ini
adalah “The School of British Empiricism” (Aliran Empirisisme Inggris).
Namun, aliran ini lebih berpengaruh terhadap para pemikir Amerika Serikat,
sehingga melahirkan sebuah aliran filsafat bernama “environmentalism” (aliran
lingkungan) dan psikologi bernama “environmental psychology” (psikologi
lingkungan) yang relatif masih baru.
Doktrin aliran empirisisme yang amat manshyur
adalah “tabula rasa”, sebuah istilah bahasa Latin yang berarti batu tulis
kosong atau lembaran kosong (blank slate/blank tablet). Doktrin ini
menekankan arti penting pengalaman, lingkungan, dan pendidikan, sehingga
perkembangan manusia pun semata-mata bergantung pada lingkungan dan pengalaman
pendidikannnya. Dalam hal ini, para penganut empirisisme menganggap setiap anak
lahir dalam keadaan kosong, tak punya kemampuan dan bakat apa-apa. Hendak
menjadi apa seorang anak kelak bergantung pada pengalaman/lingkungan yang
mendidiknya.[8]
Memang amat sukar diingkari bahwa
lingkunganmemiliki pengaruh besar terhadap proses perkembangan dan masa depan
peserta didik. Jika seorang peserta didik memeroleh kesempatan yang memadai
untuk mempelajari ilmu politik, tentu kelak ia akan menjadi seorang politisi.
Karena ia memiliki pengalaman belajar di bidang polik, ia tak akan pernah
menjadi pemusik, walaupun orangtuanya pemusik sejati.
Aliran konvergensi (covergence) merupakan gabungan antara
aliran empirisisme dengan aliran nativisme. Aliran ini menggabungkan arti
penting hereditas (pembawaan0 dengan lingkungan sebagai faktor-faktor yang
berpengaruh dalam perkembangan manusia. Tokoh utama konvergensi bernama Louis William
Stern (1871-1938), seorang filosof dan psikolog Jerman.
Dalam menetapkan faktor yang memengaruhi perkembangan manusia, Stern
dan para ahli yang mengikutinya tidak hanya berpegang pada
lingkungan/pengalaman juga tidak berpegang pada pembawaan saja, tetapi
berpegang pada kedua faktor yang sama pentingnya itu. Faktor pembawaan tidak
tidak berarti apa-apa jika tanpa faktor pengalaman.demikian pula sebaliknya,
faktor pengalaman tanpa faktor bakat pembawaan tak akan mampu mengembangkan
manusia yang sesuai dengan harapan.
Para penganut aliran konvergensi berkeyakinan bahwa baik faktor
pembawaan maupun fator lingkungan andilnya sama besar dalam menentukan masa
depan seseorang. Jadi, seorang peserta didik yang lahir dari keluarga santi
atau kiai, umpamanya, kelak ia aka menjadi ahli agama apabila ia dididik di
lingkungan pendidikan keagamaan.[9]
Pertumbuhan
mencakup dua aspek perubahan, yaitu perubahan kuantitatif dan perubahan
kualitatif, perubahan kuantitatif mencakup “ division” dan perbanyakan
kromosom, sel – sel, penambahan jumlah seperti gigi, rambut, pembesaran materil
jasmani.
Hal
yang demikian bisa kita sebut sebagai “tumbuh”. Disamping itu, ada perubahan
kuantitatif yang mencakup penyempurnaan struktur fisiologis sepeti penyiapan
fungsi – fungsi pada setiap bagian tubuh dan sebagainya. Kejadian semacam itu
dapat disebut bertumbuh.
Mengenai
hal tumbuh sudah jelas konteksnya yaitu materil jasmaniah, sedangkan bertumbuh
disampin g aspek jasmaniah (struktur dan fungsi ) juga dapat dihubungkan dengan
aspek rohaniah (bertambahnya kesan, ide, pengetahuan sebagai akibat dari
belajar “
Antara
tumbuh dan bertumbuh terdapat perbedaan peristiwa, namun keduanya terjadi
secara sambung – menyambung dan saing menunjang. Dengan demikian dalam
pertumbuhan terjadi dua proses yang hamper berbarengan yaitu pertumbuhan dan
pematangan. Pertumbuhan dapat diamati misalnya dengan adanya penambahan besar
tubuh, sedangkan pematangan ditandai dengan adanya perubahan dalam struktur
tubuh beserta fungsinya. [10]
Pertumbuhan merupakan
proses yang berkesinambungan, mulai dari keadaan sederhana sampai pada keadaan
yang kompleks. Kesinambungan pertumbuhan ini pada manusia dapat kita renungkan,
bagaimana bayi yang lemah, tergantung, tidak bercakapan secara berangsur –
angsur dapat menjadi orang yang kuat, berdiri sendiri dan bercakapan dalam
menghadapi ujian hidup.
Urutan
pertumbuhan tidak bergerak dalam waktu yang konstan. Indikator- indikator
kematangan tidak muncul dalam saat-saat yang teratur. Ada saat dimana
pertumbuhan berlangsung cepat, dan ada pula pertumbuhan yang berlangsung
lambat. Selama masa bayi dan pra sekolah, anak mengalami pertumbuhan pesat dan
in dikator – indictor kematangan muncul silih berganti secara cepat. Pada masa
sesudah pra sekolah hingga pada masa sekolah, pertumbuhan anak menjadi lambat.
Tidak semua aspek pertumbuhan
seperti fungsi jasamani, bahasa dan kapasitas intelektual berkembang dengan
taraf yang sama dan waktu yang sama. Sebagai contoh, orang tua sering khawatir
berhubung anak –anaknya berumur satu tahun sudah dapat menyebutkan tiga atau
sampai tujuh kata, tetapi pada umur tiga atau empat bulan berikutnya jarang
sekali menyebutkan kata- kata baru bahkan beberapa kata yang pernah dikuasi
terlupakan.[11]
e. Kecepatan Serta Pola Pertumbuhan dapat
Dimodifikasi oleh Kondisi – Kondisi di Dalam dan Diluar badan
Kondisi
– kondisi internal seperti gizi, aktivitas, istirahat, tekanan kejiwaan,
kesehatan jasmani, dan sebagainya sangat menentukan kecepatan pertumbuhan serta
keterlibatan potensi – potensi pertumbuhan pada individu.
Lingkungan
di mana individu hidup yang jelek dan kurang bersih akan menganggu kesehatan,
lingkungan sosial yang kacau dan kurang toleran akan menganggu ketenangan jiwa,
lingkungan yang sibuk dan menetang aktivitas akan mengurangi istirahat. Keadaan
lingkungan eksternal semacam itu sangat mempengaruhi kecepatan dan keterlibatan
potensi – potensi pertumbuhan pada individu.
Tidak
semua individu mengalami pertumbuhan dengan cara yang sama. Ini terbukti, bahwa
beberapa ada yang tinggi, pendek, gemuk dan kurus. Keunikan pertumbuhan pada
masing – masing individu antara lain disebabkan oleh :
1) Perbedaan kondisi lingkungan internal
2) Perbedaan kondisi lingkungan eksternal
3) Perbedaan aktivitas
4) Perbedaan usia
5) Perbedaan jenis kelamin
6) Perbedaan hasil belajar[12]
Perkembangan
tidak mengenai materi, melainkan mengenai fungsi. Telah dikemukakan diatas,
bahwa perubahan fungsi tidak terjadi secara kauntitatif, melainkan secara
kualitatif. Dengan demikia, perkembangan itu adalah kuantitatif. Kualitatif
disini dihubungkan dengan hasil dari perubahan yang tidak dapat dihargai secara
kuantitatif.
Dengan belajar orang memperoleh
pengalaman. Pengalaman belajar meliputi aspek- aspek pengetahuan, keterampilan,
dan sikap. Belajar merupakan kegiatan yang dinamis, karena itu wajarlah bahwa
pengetahuan, keterampilan dan sikap seseorang menjadi berkembang. Perkembangan
pengetahuan, keterampilan dan sikap seseorang ini akan menentukan tingkat
kedewasaan seseorang. Tingkat – tingkat kedewasaan seseorang merupakan
indicator penting bagi perkembangan orang itu, baik secara jasmaniah maupun rohaniah.
Dengan
bertambahnya usia, maka perkembangan seseorang bertambah langsung menuju kepada
tingkat kematangan –kematangan tertentu pada fungsi – fungsi jasmaniah.
Kematangan fungsi jasmaniah dapat mempercepat proses perkembangan, baik pada
fungsi jasmaniah itu sendiri maupun pada fungsi kejiwaan. [13]
Dalam
keadaan normal, perkembangan seseorang ebrlangsung dalam tempo tertentu yang
tidak mesti sama bila dibandingkan dengan tempo perkembangan orang lain. Tempo
perkembangan pada seorang individu cenderung menunjukan kelangsungan
perkembangan secara tetap dari bayi samapai dewasa demikian pula pada orang
lain.
Faktor Heraditas dan lingkungan sma
penting bagi perkembangan individu. Heraditas mnimbulkan fungsi – fungsi dan
kapasitas, sedangkan pendidikan dan lingkungan mengembangkan fungsi –fungsi dan
kapasitas itu. Usaha- usaha melakukan pendidikan :
1)
Menciptakan
lingkungan belajar yang kondusif
2)
Memotivasi
kegiatan anak untuk belajar
3)
Membimbing
perkembangan anak kearah perkembangan optimal
Penyakit,
tekanna batin, kekecewaan, keputusan, dan kemasabodohan yang diderita oleh
individu dapat mnyebabkan keterlambatan perkembangan pribadinya. Perkembangan
seseorang dikatakan lambat apabila pribadinya tidka berkembang sesuai pola
perkembangannya sendiri yang normal. Kelambatan perkembngan ini dpata
dipercepat melalui kepemimpinan
pengajaran yang didaktis, penciptaan lingkungan yang kondusif di sekolah
dan diluar sekolah, serta motivasi kegiatan pada nak didik.[14]
Proses individuasi adalah proses dengan
jalan mendefinisikan gerakan- gerakan khusus secara berangsur – angsur dari
pola gerak global atau umum.
Perkembangan juga merupakan proses
integrasi. Perkembangan pribadi kita terjadi dari sederhana menuju semakin
kompleks. Kecakapan – kecakapan yang bersifat komples berkembang melalui
koordinasi dan integrasi dari fungsi – fungsi yang lebih sederhana dan kecil.[15]
1. Fase Pra-Natal
Fase pranatal (sebelum lahir) mulai
masa konsepsi sampai proses kelahiran yaitu sekitar 9 bulan 20 hari. Ibnu
Mas`ud berkata bahwa Rasulullah bersabda yang artinya :
“Sesungguhnya seorang baru kalian
dikumpulkan kejadiannya dalam perut ibunya selama 40 hari (asal sperma),
selanjutnya menjadi segumpal darah beku itupun selama 40 hari. Selanjutnya
Allah Swt, mengutus malaikat, maka ia pun meniupkan ruh ke dalam tubuhnya.
Malaikat ini diperintah mencatat (menetapkan) empat hal, yaitu mengenai
rezekinya, amalnya, celakanya dan bahagianya” (H.R Bukhari dan Muslim).
2. Fase Lahir
Fase lahir merupakan permulaan atau
periode awal keberadaan sebagai individu dan pada masa ini dimulai dari
kelahiran dan berakhir pada saat bayi menjelang dua minggu dan periode ini juga
bayi mulai menyesesuaikan dirinya dengan kehidupan di luar rahim.
Fase ini terbagi menjadi dua
periode, yaitu : periode pertunate (mulai kelahiran sampai antara lima
belas dan tiga puluh menit sesudah kelahiran), sedangkan periode neonate (dari
pemotongan dan pengikatan tali pusar sampai sekitar akhir minggu kedua dari
kehidupan paseamatur, yaitu lingkungan di luar tubuh ibu).
3. Fase Dua Tahun Pertama
Pada fase 2 tahun pertama ini dapat dilihat
dari khasnya yaitu anak mulai memusarkan dirinya untuk mengenal lingkungannya,
menguasai gerak-gerik fisik dan belajar berbicara dan pada masa ini Rasulullah
bersabda, yang artinya :
“Mulailah mendidik anak-anak
kalian dengan kalimat pertama : Laa ilaha illallah (tidak ada tuhan selain
Allah), bimbinglah mereka ketika mereka berada dalam sekarat dengan Laa ilaha
illallah,” (H.R Al-Baihaqi).
Kalau kita cermati hadits di atas
adalah pendidikan pertama ditanamkan kepada anak adalah meng-Esakan Allah
dengan kalimat tauhid, dengan kalimat Laa ilaha illallah (tiada tuhan
selain Allah).
4. Fase Kanak-kanak
Masa kanak-kanak ini berlangsung
selama enam tahun, oleh pendidik disebut pra sekolah. Awal masa kanak-kanak ini
sering dianggap sebagai usia kritis dalam penggolongan peran seks. Pada masa
inilah anak paling peka dan siap untuk belajar dan dapat memahami pengetahuan
dan selalu ingin bertanya dan memahami.
Perkembangan kembangan kepribadian
anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosial dan kognitifnya. Hal ini
membentuk persepsi anak mengenai dirinya sendiri, dalam kompetensi sosialnya,
dalam peran jenis kelaminnya, dan dalam menegakkan pendapatnya mengenai apa
yang benar dan yang salah.[16]
Periode ini merupakan masa
pertumbuhan dan perubahan yang pesat dan masa ini terjadi pada usia yang berbeda
bagi anak laki-laki dan anak perempuan. Kriteria umum yang digunakan fase ini
adalah bagi anak laki-laki ditandai dengan mimpi basah, sedangkan pada anak
perempuan ditandai dengan masa haid pertama.[17]
Adapun
periode masa puber terbagi menjadi tiga masa, antara lain :
a.
Masa pra pubertas : usia 12-14
tahun, masa ini merupakan peralihan dari akhir masa kanak-kanak ke masa awal
pubertas. Cirinya yaitu :
1)
Anak tidak suka diperlakukan seperti
anak kecil lagi
2)
Anak mulai bersikap kritis
b. Masa pubertas : masa remaja awal
usia 14-16 tahun. Adapun cirinya, antara lain sebagi berikut :
1)
Mulai cemas dan bingung tentang
perubahan fisiknya
2)
Memperhatikan penampilan
3)
Sikapnya tidak menentu
4)
Suka berkelompok dengan teman sebaya
dan senasib
c.
Masa akhir
pubertas : usia 17-18 tahun, masa ini meupakan peralihan dari masa pubertas ke
masa adolesen. Cirinya, antara lain :
1)
Pertumbuhan fisik sudah mulai matang
tetapi kedewasaan psikologisnya belum tercapai sepenuhnya.
2)
Proses kedewasaan jasmaniah
pada remaja putri lebih awal dari remaja pria.
6.
Fase Dewasa
Masa
dewasa adalah pencarian kemantapan dan masa reproduktif, yaitu suatu masa yang
penuh masalah dan ketegangan emosional, periode isolasi sosial, periode
komitmen dan masa ketergantungan, perubahan nilai-nilai, kreativitas dan
penyesesuaian hidup yang baru.[18]
Pada fase
ini sebaiknya yang perlu ditanamkan pada diri sendiri adalah menjalankan
ketaatan, karena pada fase ini individu sudah menetukan sendiri kemana mereka
akan melangkah.
7.
Fase Lansia
Pada fase
ini memiliki ciri sebagai berikut : periode kemunduran, perbedaan individual
pada efek menua, usia tua dinilai dengan kriteria yang berbeda. Masalah umum
yang unik bagi orang-orang yang lanjut usia ini adalah ditandai dengan keadaan
fisik yang lemah dan tak berdaya, sehingga tergantung pada orang lain.
Pendidikan
merupakan sistem untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dalam segala aspek
kehidupan. Dalam sejarah umat manusia, hampir tidak ada kelompok manusia yang
tidak menggunakan pendidikan sebagai alat pembudayaan dan peningkatan
kualitasnya. Pendidikan dibutuhkan untuk menyiapkan anak manusia demi menunjang
perannya di masa datang. Upaya pendidikan yang dilakukan oleh suatu bangsa
memiliki hubungan yang signifikan dengan rekayasa bangsa tersebut di masa
mendatang. Dengan demikian, pendidikan merupakan sarana terbaik untuk
menciptakan suatu generasi baru pemuda-pemudi yang tidak akan kehilangan ikatan
dengan tradisi mereka sendiri tapi juga sekaligus tidak menjadi bodoh secara
intelektual atau terbelakang dalam pendidikan mereka atau tidak menyadari
adanya perkembangan-perkembangan disetiap
cabang pengetahuan manusia. Pendidikan merupakan proses budaya
untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia yang berlangsung sepanjang
hayat. Pendidikan selalu berkembang, dan selalu dihadapkan pada perubahan
zaman. Untuk itu, mau tak mau pendidikan harus didisain mengikuti irama perubahan
tersebut, apabila pendidikan tidak didisain mengikuti irama perubahan, maka
pendidikan akan ketinggalan dengan lajunya perkembangan zaman itu sendiri.
Bagi perkembangan manusia pendidikan adalah. Pertama transformasi budaya dari generasi ke generasi, mempertahankan unsure-unsur esensi dari kebudayaan dengan membuka diri pada usur positif dari luar. Kedua Pendidikan bertanggung jawab terhadap generasi masa kini, artinya pendidikan tidak dapat pejam mata terhadap pengangguran dan harus mewujudkan kesejahteraan dalam kehidupan. Ketiga dalam tugas yang paling berat pendidikan adalah menyiapkan generasi masa depan dalam perkembangan kehidupan, yang dulu hidup dalam keadaan tradisional harus mempersiapkan generasi yang mampu menerobos kehidupan modern dan berperan aktif.[19]
Bagi perkembangan manusia pendidikan adalah. Pertama transformasi budaya dari generasi ke generasi, mempertahankan unsure-unsur esensi dari kebudayaan dengan membuka diri pada usur positif dari luar. Kedua Pendidikan bertanggung jawab terhadap generasi masa kini, artinya pendidikan tidak dapat pejam mata terhadap pengangguran dan harus mewujudkan kesejahteraan dalam kehidupan. Ketiga dalam tugas yang paling berat pendidikan adalah menyiapkan generasi masa depan dalam perkembangan kehidupan, yang dulu hidup dalam keadaan tradisional harus mempersiapkan generasi yang mampu menerobos kehidupan modern dan berperan aktif.[19]
Pengetahuan mengenai
proses perkembangan dengan segala aspeknya itu banyak manfaatnya bagi Anda. Di
antaa manfaat-manfaaat yang bisa dipetik dari pemahaman mngenai perkembangan,
ialah bahwa Anda selaku guru akan dapat:
1.
Memberikan layanan bantuan dan bimbingan yang
tepat kepada peserta didik, relevan dengan tigkat perkembangannya;
2.
Mengantisipasi kemungkinan-kemunginan
timbulnya kesulitan belajar peserta didik tertentu, lalu segera mengambil
langkah-langkah yang tepat untuk menanggulanginya;
3.
Mempertimbangkan waktu yang tepat untuk
memulai aktivitas proses pembelajaran bidang studi tertentu;
4.
Menemukan dan menetapkan tujuan-tujuan
pembelajaran baik berupa kompetensi dasar (KD) maupun kompetensi inti (KI) yang
harus dicapai para peserta didik.[20]
H.
Kesimpulan
Pertumbuhan
merupakan
proses atau tahapan peningkatan dan pertambahan aspek kuantitatif yang bermuara
pada perubahan-perubahan struktural manusia dalam hal jumlah, ukuran dan
arti penting lainnya, seperti dari kecil menjadi besar, dari pendek
menjadi panjang dan lainnya.
Perkembangan adalah proses atau
tahapan perubahan yang meliputi aspek kualitatif dari setiap fungsi-fungsi
kejiwaan dan kepribadian ke arah yang lebih maju. Penekanan perkembangan ini
berpusat pada penyempurnaan psikologis, kejiwaan atau rohaniah yang
terrefleksikan dari tingkah laku dan perbuatan.
Faktor – faktor yang Mempengaruhi
Pertumbuhan Manusia Anak sebagai keseluruhan,Umur Mental Anak Mempengaruhi
Pertumbuhannya, Permasalahan Tingkah
Laku Sering Berhubungan dengan Pola – Pola Pertumbuhan, Penyesuaian Pribadi dan
Sosial Mencerminkan Dinamika Pertumbuhan
Faktor – faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Manusia yaitu : Pandangan Aliran
Nativisme, Pandangan Aliran Empirisisme, Pandangan Aliran Konvergensi
Hukum – Hukum
yang Mengatur Pertumbuhan Manusia : Pertumbuhan adalah kuantitatif serta
kualitatif, Pertumbuhan mencakup dua
aspek perubahan, Pertumbuhan Merupakan Suatu Proses yang Berkesinambungan dan
Teratur, Tempo Pertumbuhan Adalah Tidak Sama, Taraf Perkembangan Berbagai Aspek
Pertumbuhan Adalah Berbeda – beda, Kecepatan Serta Pola Pertumbuhan dapat
Dimodifikasi oleh Kondisi – Kondisi di Dalam dan Diluar badan
Hukum – Hukum yang Mengatur Pekembangan
Manusia: Perkembangan Adalah Kulitatif, Perkembangan sangat dipengaruhi oleh
Proses dan Hasil dari belajar, Usia Itu Mempengaruhi Perkembangan, Masing –
Masing Individu Mempunyai Tempo Perkembangan Yang Berbeda – beda, Perkembangan
Di Pengaruhi Oleh Heraditas Dan Lingkungan.
I.
Daftar Pustaka
Dalyono, M.2012. Psikologi pendidikan.Jakarta : Rieneka Cipta.
Djamarah Bahri, Syamsul. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta : Rieneka
Cipta.
Jahja,
Yudrik. 2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta :Kencana Prenada Media
Group
Soemanto, Wasty.2012. Psikologi Pendidikan . Jakarta : Rieneka
Cipta
Syah, Muhibbin . 2014. Telaah Singkat Perkembangan
Peserta Didik. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Wahab, Rohmalina. 2014. Psikologi Belajar. Palembang
: Grafika Telindo Press
[1] M. Dalyono, Psikologi pendidikan,(Jakarta : Rieneka
Cipta, 2012) Hal. 61
[3] M. Dalyono, Op.Cit., Hal. 78
[5] Syamsul Bahri
Djamarah, Psikologi Belajar,(Jakarta
: Rieneka Cipta,2011), Hal. 119
[6] Ibid., Hal. 120
[7] Muhibbin Syah, Telaah Singkat Perkembangan
Peserta Didik, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2014), Hal.18
[8] Ibid.,Hal. 19
[9] Ibid.,Hal. 20-21
[10] Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Rieneka
Cipta, 2012), Hal. 49-50
[11] Ibid., Hal. 51-52
[12] Ibid.,Hal. 53
[13] Ibid.,Hal.59-60
[14] Ibid.,Hal. 60-62
[15] Wasti Soemanto.,
Loc.Cit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar