MAKALAH KELOMPOK
MATA KULIAH
FILSAFAT UMUM
KARAKTERISTIK DAN
METODE FILSAFAT
Disusun Oleh :
·
Ali Mursyid :
1532100081
·
Aby Syaripunnahar : 1532100071
·
Bagus Hidayattullah : 1532100091
·
Dewi Nurjanah : 1532100101
Dosen Pembimbing :
Syarnubi,M.Pd.I
Jurusan
Pendidikan Agama Islam
Fakultas
Tarbiyah
Uin
Raden Fatah Palembang
2015-2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik, inayah dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang karakteristik/sifat-sifat filsafat dan metode filsafat ini dengan baik, meskipun
banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Bapak Syarnubi,M.Pd.I
selaku dosen pembimbing mata kuliah Filsafat Umum UIN Raden Fatah Palembang
yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini
dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai karakteristik/sifat-sifat
dan metode filsafat. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di
masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini
dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah
disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa depan.
Palembang,
1 OKTOBER 2015
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Kata pengantar……………………………………………………… i
Daftar
isi……………………………………………………………. ii
Bab I
pendahuluan…………………………………………………. 1
Bab II pembahasan……………………………………………….… 2
1. Karakteristik filsafat…………………………………… 2
2.
Metode filsafat………………………………………… 6
Bab III
penutup…………………………………………………….. 10
1. Kesimpulan…………………………………………….. 10
2.
Daftar
pustaka………………………………………….. 11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Filsafat, terutama filsafat Barat muncul di Yunani semenjak
kira-kira abad ke-7 SM. Filsafat muncul ketika orang-orang mulai
berpikir-pikir dan berdiskusi akan keadaan alam, dunia, dan lingkungan di
sekitar mereka dan tidak menggantungkan diri kepada agama lagi untuk mencari
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini.
Filsafat adalah jalan keluar dari suatu masalah yang tidak dapat di
pecahkan oleh sains, filsafat dapat di pecahkan secara logis, etika, estetika,
dan metafisika. Filsafat adalah induk ilmu pengetahuan, filsafat
disebut dengan induk ilmu pengetahuan karena memang filsafatlah yang telah
melahirkan segala ilmu pengetahuan yang ada
Kehadirannya yang terus menerus di sepanjang peradaban
manusia telah memberi kesaksian yang meyakinkan tentang betapa pentingnya
filsafat bagi manusia. Filsafat disebut sebagai suatu ilmu
pengetahuan yang bersifat eksistensial, artinya sangat erat hubungannya dengan
kehidupan kita sehari-hari. Bahkan justru filsafatlah yang jadi motor penggerak
kehidupan kita sehari-hari baik sebagai manusia pribadi maupun
sebagai
manusia kolektif dalam bentuk masyarakat atau bangsa.[1]
Filsafat
merupakan salah satu disiplin ilmu yang sangat mendasar, sehingga semua
disiplin ilmu yang lain akan membutuhkan pijakan filsafat. Dengan demikian,
kajian ilmiah yang terdapat dalam ilmu pengetahuan akan ditemukan hakikat,
seluk beluk, dan sumber pengetahuan yang mendasarinya.
Untuk
itu sebagai manusia yang harus mencari kebenaran, perlu bahwasanya untuk
mengetahui lebih jelas tentang filsafat. Berikut adalah pembahasan mengenai
karakteristik filsafat dan metode mempelajarinya. Bagaimanakah sifat filsafat
sebenarnya, apa yang menjadi karakteristik umum dalam filsafat dan metode apa
yang harus di pelajari dalam filsafat.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Karakteristik
filsafat
Secara umum, untuk mengetahui dan mengenal filsafat lebih
jauh maka kita harus mengetahui terlebih dahulu karakteristik filsafat. Berfilsafat adalah berfikir, namun tidak semua berfikir
adalah berfilsafat. Berfikir filsafat mempunyai karakteristik atau ciri-ciri
khusus. Bermacam-macam buku menjelaskan cirri-ciri berfikir filsafat dengan
bermacam-macam pula. Tidak lain diantaranya akan dijelaskan sebagai berikut
Pertama, kita akan membahas
karakteristik filsafat, karakteristik filsafat dirumuskan pada empat macam sifat.
Yaitu:
A.
Skeptisis
Skeptisis
adalah sifat keragu – raguan terhadap suatu kebenaran sebelum memperoleh argument
yang kuat sebelum memperoleh terhadap kebenaran tersebut, dan sifat skeptisis
ini dapat dikelompokkan kepada tiga
bagian, yaitu:
Pertama, bersifat gradusi. Yaitu sifat ragu yang naik
menjadi yakin.
Kedua, bersifat
degradasi. Yaitu sifat yakin yang turun
menjadi ragu.
Ketiga,
bersifat
bertahan. Yaitu tetap pada posisi semula.
Skeptisisme
yang dimaksud dalam filsafat ialah didalam bentuk yang pertama, yaitu graduasi. Descartes menganjurkan agar
setiap konsep / kebenaran, walau telah diketahui kebenarannya tetapi harus
diragukan terlebih dahulu sebelum memperoleh argumentasi yang kuat terhadap
kebenaran tersebut. Oleh
karena itulah sikap skeptisisme Descartes bersifat metodologis, yaitu secara metode, segala
sesuatu harus diragukan terlebih dahulu untuk menganalisanya lebih dalam,
sehingga memperoleh argumentasi tentang kebenaran sesuatu.[2]
Dalam
kaitannya dengan agama, skeptisisme memiliki makana eksklusif , yaitu bukan
meragukan kebenaran ajaran agama. Karena hal itu bertentangan dengan ajaran
agama sendiri, melainkan meragukan kemampuan manusia dalam memperoleh kebenaran
tersebut. Dengan kata lain, adanya kebenaran tidak diragukan, yang diragukan
ialah kemampuan memperoleh kebenaran tersebut.
B.
Komunalisme
Komunalisme
berasal dari kata komunal
yang berarti umum. Maksudnya ialah hasil pemikiran filsafat adalah milik
masyarakat umum. Tidak memandang ras, kelas ekonomi, dan lain – lain. Misalnya,
hasil pemikiran Yunani dimanfaatkan oleh orang Asia, Eropa, Afrika, dan lain –
lainnya. Terlepas dari sesuai atau tidaknya pemikiran tersebut dengan situasi dan kondisi dimana filsafat
itu dipraktikkan.
C.
Desintrestedness
Berasal
dari kata interest
yang berarti kepentingan, kemudian diberi awalan dis yang berarti tidak.
Disinterestedness berarti suatu kegiatan (aktifitas) kefilsafatan tidak
dimotivasi dan tidak bertujuan untuk kepentingan tertentu
Seperti dalam ungkapan Karl Marx,
“The philosopher have only interpered
the world in differen way, but howefer is to change it”
(tugas seorang filsuf tidak hanya
sekedar menjelaskan dunia, melainkan sekaligus merubahnya).[3]
Jadi, seorang filsuf adalah seorang pemikir bebas, sesuai apa
adanya bukan bagaimana seharusnya. Disinilah keberadaan seorang filsuf diuji.
Ia bertugas “menjelaskan dunia” atau bahkan “merubah dunia”. Dengan kata lain,
filsuf tidak berada pada status
mempertahankan, melainkan menjelaskan dan merobahnya kepada kondisi ideal.
D. Universalisme
Istilah
universalisme berasal dari kata universal yang berarti menyeluruh. Yaitu berfilsafat
adalah hak seluruh ummat manusia secara umum. Perbedaanya dengan
komunalisme ialah pada isinya. Jika komunalisme mengandung makna bahwa isi /
hasil temuan filsafat menjadi milik semua ummat manusia kapan dan dimana saja.
Sedangkan universalisme berbicara dari segi hak.. yaitu semua manusia berhak
melakukan kajian filsafat.
Kedua, kita akan membahas sifat berifikir filsafat, Jika di
bahas secara luas ada banyak sekali karakteristik/sifat-sifat berfikir
filsafat. Secara khusus sifat berfikir filsafat ada tiga, yaitu :
• Sifat
berfikir filsafat yang pertama adalah sifat radikal. Berfilsafat berarti berfikir radikal. Filsuf adalah pemikir yang
radikal. Karena berfikir secara radikal, ia tidak akan pernah berhenti hanya
pada suatu wujud realitas tertentu. Keradikalan berfikirnya itu akan senantiasa
mengobarkan hasratnya untuk menemukan realitas seluruh kenyataan, berarti
dirinya sendiri sebagai suatu realitas telah termasuk ke dalamnya sehingga ia
pun berupaya untuk mencapai akar pengetahuan tentang dirinya sendiri.[4]
Telah jelas bahwa artinya berfikir radikal
bisa diartikan berfikir sampai ke akar-akarnya, tidak tanggung-tanggung, sampai
kepada konsekuensinya yang terakhir. Berfikir itu tidak setengah-setengah,
tidak berhenti di jalan tetap terus sampai ke ujungnya. Berfikir radikal tidak
berarti hendak mengubah, membuang atau menjungkirbalikkkan segala sesuatu,
melainkan dalam arti sebenarnya, yaitu berfikir secara mendalam. Untuk mencapai
akar persoalan yang dipermasalahkan. Berfikir radikal justru hendak memperjelas
realitas.
Contoh ilustrasi
berpikir secara radikal yaitu, ketika rapat penetapan standar kompetensi sebuah
mata pelajaran yang akan digunakan sering kali terjadi perbedaan pendapat dari
forum, sehingga sering kali tidak mendapat jalan keluarnya. Untuk memecahkan
masalah seperti ini forum harus mencoba berfikir sampai ke akar-akarnya tentang
tujuan kompetensi lulusan yang akan dicapai. Diharapakan dengan berfikir
seperti ini akan lebih menyatukan pendapat dan menyamakan tujuan yang tadinya
masih berbeda pemahaman.
• Sifat berfikir filsafat yang kedua adalah sifat
rasional. Perenungan kefilsafatan berusaha menyusun suatu bahan konsepsional
yang bersifat rasional. Yang dimaksudkan dengan bagan konsepsionl yang bersifat
rasional ialah bagan yang bagian-bagiannya secara logis berhubungan satu dengan
yang lain.
Berpikir secara rasional
berarti berpikir logis, sistematis, dan kritis berpikir logis adalah bukan
hanya sekedar menggapai pengertian-pengertian yang dapat diterima oleh akal
sehat, melainkan agar sanggup menarik kesimpulan dan mengambil keputusan yang
tepat dan benar dari premis-premis yang digunakan.
Berpikir logis yang
menuntut pemikiran yang sistematis. Pemikiran yang sistematis ialah rangkaian
pemikiran yang berhubungan satu sama lain atau saling berkaitan secara logis. Berfikir kritis berarti membakar kemampuan untuk terus
menerus mengevaluasi argument-argumen yang mengklaim diri benar. Seorang yang
berpikir kritis tidak akan mudah menggenggam suatu kebenaran sebelum kebenaran
itu dipersoalkan dan benar-benar diuji terlebih dahulu. Berpikir logis, sistematis - kritis adalah ciri utama berfikir
rasional.[5]
Contoh berfikir filsafat dalam sifat rasional.
misalnya ketika kita berbicara mengenai “cahaya” yang begitu terang.
Dan ketika kita tahu bahwa cahaya merupakan “benda”. Dan pengamatan kita akan
cahaya yang begitu tiba-tiba menerangi daerah dengan luas yang jauh dapat
dipastikan bahwa pikiran kita akan menyimpulkan bahwa Cahaya memiliki
“kecepatan yang tinggi” meskipun tidak mengetahui kecepatan yang pastinya.
• Sifat
berfikir filsafat yang ketiga adalah sifat menyeluruh. Seorang ilmuwan tidak
puas jika mengenal ilmu hanya dari segi pandang ilmu itu sendiri. Ingin melihat
hakikat ilmu dalam pengetahuan yang lainnya, ingin mengetahui kaitan ilmu
dengan moral, kaitan ilmu dan agama, dan ingin meyakini apakah ilmu itu membawa
kebahagiaan kepada manusia. Perenungan kefilsafatan
berusaha menyusun suatu bagan konsepsional yang memadai untuk dunia tempat kita
hidup maupun diri kita sendiri. Suatu sistem filsafat harus bersifat
komprehensif, dalam arti tidak ada sesuatu pun yang berada di luar jangkauannya
jika tidak demikian, filsafat akan ditolak serta dikatakan berat sebelah dan
tidak memadai.[6]
Berfikir universal tidak berpikir khusus, terbatas
pad bagian-bagian tertentu, namun mencakup secara keseluruhan. Berpikir
filsafat harus dapat menyerap secara keseluruhan apa yang ada pada alam
semesta, tidak terpotong-potong.
Pemikiran yang tidak hanya berdasarkan pada
fakta yaitu tidak sampai kesimpulan khusus tetapi sampai pada kesimpulan yang
paling umum. Sampai kepada kesimpulan yang paling umum bagi seluruh umat
manusia di manapun kapanpun dan dalam keadaan apapun.
Contoh berfikir filsafat dalam sifat menyeluruh.
misalnya
untuk memperoleh gelar spesialis kandungan, seorang harus memulai pendidikan
secara runtut, yaitu mulai dari pendidikan dokter, profesi, hingga kespesialis.
Dokter spesialis kandungan harus memahami seluruh bagian dari anatomi tubuh
wanita, tidak hanya bagian tertentu saja. Dokter kandungan juga mempelajari
semua bidang yang ada dikedokteran, tidak hanya mempelajari satu bidang saja.
2.
Metode
Filsafat
Bagaimana seorang
filosof (ahli pikir) bekerja?
Pertanyaan tersebut
mungkin pernah terbesit dalam hati kita,
jawaban dari pertanyaan tersebut sangatlah mudah. Bekerjanya seorang filosof
mungkin sama dengan cara bekerjanya sebuah
pabrik, bekerjanya seorang filosof adalah berfikir, yaitu mengadakan kegiatan
kefilsafatan, sedangkan bekerjanya sebuah pabrik adalah menghasilkan proses
produksi.
Perlu
kita ketahui bahwa isi filsafat amatlah luas, luasnya itu pertama disebabkan
oleh luasnya objek penelitian filsafat. Kedua filsafat adalah cabang
pengetahuan tertua. Dan ketiga adalah filasfat tidak ada yang ketinggalan
zaman, filsafat selalu mengikuti perkembangan zaman yang semakin modern ini.
Dalam bidang
filsafat terdapat beberapa metode. Metode berasal dari kata meta-hodos, artinya
menuju, melalui cara, jalan. Metode sering diartikan sebagai jalan berikir
dalam bidang keilmuan.[7]
Ada banyak
macam-macam metode dalam filsafat tetapi kita akan membahas tiga macam metode dalam bidang
filsafat, yaitu :
1.
Metode dialog
Metode dialog adalah suatu metode pembelajaran yang
dilakukan dengan percakapan, perdebatan yang dilakukan oleh dua orang atau
lebih yang saling berdiskusi dan dihadapkan
dengan suatu deretan pertanyaan-pertanyaan, yang dari serangkaian pertanyaan-pertanyaan itu diharapkan
siswa mampu / dapat menemukan jawabannya, saling membantu
dalam menemukan sebuah jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang sulit. Secara
historis sokrates banyak bergulat soal isu-isu yang terkait dengan kehidupan
manusia yang mempertanyakan soal-soal yang terkait dengan kebaikan, moral, dan
keadilan.
Dalam proses belajar-mengajar metode ini sangat baik digunakan
dimana secara teknis dalam bangku perkuliahan misalnya seorang dosen
melontarkan sebuah pertanyaan atau topik secara diam-diam (kejutan) tanpa
diketahui mahasiswa sebelumnya, sehingga mahasiswa dituntut untuk berani,
percaya diri, berpartisipasi secara aktif dan kritis dalam menanggapi topik
tersebut. Elemen kejutan memberikan insentif yang kuat bagi mahasiswa untuk
memenuhi tanggung jawab dan juga mendorong untuk mempersiapkan kelas, yang akan
memungkinkan mereka untuk belajar lebih banyak terlebih dahulu.Tujuan dari
metode socrates ini adalah merangsang mahasiswa untuk menganalisis suatu
masalah dengan sebuah analogi dan berpikir kritis tentang suatu argumen. Metode
ini juga membantu mahasiswa dalam mengembangkan keterampilan penalaran serta
menanamkan pada siswa kebiasaan ketat dan analisis kritis argumen-argumen yang
mereka dengar secara tegas dan persuasif, serta praktek menilai dan merevisi
ide-ide mereka sendiri dan pendekatan dalam terang informasi baru atau
penalaran yang berbeda.[8]
2.
Metode spekulatif
Filsafat spekulatif adalah cara berpikir sistimais tentang segala
yang ada. Mengapa mereka menggunakan cara berpikir cara demikian? Mengapa
mereka tidak mencari kandungan yang tersurat, seperti halnya ahli sains
mempelajari aspek khusus realita? Jawaban-nya adalah bahwa jiwa manusia ingin
meliha segala sesuatu sebagai sesuatu keseluruhan. Mereka ingin memahami
bagaimana menemukan totalitas yang bermakna dari realitas yang berbeda dan
beraneka ragam.
Filsafat spekulatif tergolong filsafat tradisional. Dalam hal ini filsafat dianggap sebagai sesuatu bangunan pengetahuan (body of knowledge). Filsafat Yunani kuno, seperti filsafat Socrates, Plato, Aristoteles, dan filsafat lainnya, dapat dijadikan paradigma bagi seluruh filsafat spekulatif. Filsafat spekulaitf merenungkan secara rasional spekulatif seluruh persoalan manusia dalam hubungannya dengan segala yang ada pada jagat raya ini. Filsafat berusaha untuk menjawab suluruh pertanyaan yang berkaitan dengan manusia : eksisitensinya, fitrahnya di alam semesta ini, dan hubungannya dengan kekuatan-kekuatan supernatural. Filsafat spekulatif memiliki rasa kebebasan untuk membicarakan apa saja yang ia sukai. Mereka berasumsi bahwa manusia memiliki kekuatan intelektual yang sangat tinggi, sehingga Aritoteles sendiri mengemukakan bahwa manusia merupakan : animal rationale. Dengan penalaran intelektualnya, mereka berusha membangun pemikiran tentang manusia dan masyarakat.[9]
Filsafat spekulatif tergolong filsafat tradisional. Dalam hal ini filsafat dianggap sebagai sesuatu bangunan pengetahuan (body of knowledge). Filsafat Yunani kuno, seperti filsafat Socrates, Plato, Aristoteles, dan filsafat lainnya, dapat dijadikan paradigma bagi seluruh filsafat spekulatif. Filsafat spekulaitf merenungkan secara rasional spekulatif seluruh persoalan manusia dalam hubungannya dengan segala yang ada pada jagat raya ini. Filsafat berusaha untuk menjawab suluruh pertanyaan yang berkaitan dengan manusia : eksisitensinya, fitrahnya di alam semesta ini, dan hubungannya dengan kekuatan-kekuatan supernatural. Filsafat spekulatif memiliki rasa kebebasan untuk membicarakan apa saja yang ia sukai. Mereka berasumsi bahwa manusia memiliki kekuatan intelektual yang sangat tinggi, sehingga Aritoteles sendiri mengemukakan bahwa manusia merupakan : animal rationale. Dengan penalaran intelektualnya, mereka berusha membangun pemikiran tentang manusia dan masyarakat.[9]
3.
Metode Deduktif dan
Induktif
Deduksi adalah cara berpikir dimana dari pernyataan yang
bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus, selain itu metode
deduksi ialah cara penanganan terhadap sesuatu objek tertentu dengan jalan
menarik kesimpulan mengenai hal-hal yang bersifat umum, sedangkan induktif
adalah dari kesimpulan yang bersifat khusus ke pernyataan yang bersifat umu.
4.
Metode Analitis
Analisa berarti perincian atau pemerian. Jadi, menganalisa sesuatu
tidak lain adalah memerinci atau memerikan sesuatu. Menganalisa suatu
kata/istilah dengan maksud untuk menyingkapkan makna dari kata itu. Makna baru
bisa saja terungkap karena proses pemerian atau perincian istilah itu.
5.
Metode
Sistimatis
Metode ini mencari arti serta maksud dari kodrat manusia yaitu
bagaimana manusia karena kodratnya akan penyelidikan yang biasanya disebut
filsafat itu lalu dicari akibat-akibatnya.
6.
Metode
Krtitis
Metode kritis merupakan analisis istilah dan pendapat dalam
proses dialog dalam kehidupan sehari-hari, baik menyangkut fenomena sosial atau
fenomena alam. Metode
kritis merupakan hermeneutika, yang menjelaskan keyakinan, dan memperlihatkan
pertentangan dalam dialog. Dengan jalan bertanya atau berdialog secara kritis,
seseorang dapat membedakan, membersihkan, menyisihkan dan menolak sesuatu dan
akhirnya ditemukan hakikat dari sesuatu. Disebut metode kritis karena manusia dituntut untuk
terus mempertanyatakan (mengkritisi) segala sesuatu yang disaksikan, dirasakan
dengan bertanya dan berdialog antar individu dalam proses kehidupannya.[10]
contohnya: mengapa kita sekolah bukankah kita bisa pintar dengan
membaca buku dan belajar di rumah? Karena di sekolah ada pembimbing yaitu guru.
Tetapi bukankah di rumah juga ada pembimbing yaitu orang tua? Jawaban
bervariasi dan jawaban itu dipertanyakan lagi, ya mungkin sampai yang
ditanyakan itu kesal..
BAB III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Dalam
pembahasan untuk mencari apakah karakteristik atau sifat-sifat filsafat dan
metode dalam bidang filsafat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa filsafat
mempunyai karakteristik yang telah dijelaskan dalam pembahasan tersebut, yaitu:
Radikal, rasional, dan menyeluruh. Dan juga filsafat mempunyai 6 metode dalam
bidangnya, yaitu : Dialog, spekulatif, deduktif dan indtuktif, analitis, dan
kritis.
10
2. Daftar Pustaka
Ahmadi, Asmoro. 2013. Filsafat umum. Jakarta.
Rajawali Pers.
Bakti, Hasan. 2005. Filsafat Umum. Bandung.
Ciptapustaka Media.
Tafsir, Ahmad. 2013. Filsafat Umum. Bandung. Remaja
Rosdakarya.
11
[1] Yangku Templates,
“Karakteristik Filsafat”, : http://grupsyariah.blogspot.com/2012/06/latar-belakang-munculnya-filsafat.html#ixzz3pxbnqD7u, 28 okt 2015, 19.20.
1
[2] Saiful Ahmad Lubis, “Karakteristik
Filsafat”, http://as87751.blogspot.co.id/2012/10/karakteristik-filsafat_4079.html, 1 okt 2015, 11.55.
2
[4] Yangku Templates,
“Karakteristik Filsafat”, : http://grupsyariah.blogspot.com/2012/06/latar-belakang-munculnya-filsafat.html#ixzz3pxbnqD7u, 28 okt 2015, 19.23.
4
[5] Yangku Templates,
“Karakteristik Filsafat”, : http://grupsyariah.blogspot.com/2012/06/latar-belakang-munculnya-filsafat.html#ixzz3pxbnqD7u, 28 okt 2015, 19.24
[6] Yangku Templates,
“Karakteristik Filsafat”, : http://grupsyariah.blogspot.com/2012/06/latar-belakang-munculnya-filsafat.html#ixzz3pxbnqD7u, 28 okt 2015, 19.25
5
[8] Putri Juliana, “Metode Filsafat”, : http://putrijulianaptm.blogspot.co.id/2013/06/metode-pembelajaran-socrates.html, 28 okt 2015, 19.30
7
[9] Samsul, “Metode Filsafat”, :
http://marskrip.blogspot.co.id/2009/12/pengertian-filsafat.html, 28 okt 2015, 19.33.
8
[10] Priboemi, “Metode Filsafat”, : http://zangpriboemi.blogspot.co.id/2012/09/metode-kajian-filsafat.html, 28 okt 2015, 19.36.
9
Tidak ada komentar:
Posting Komentar