Minggu, 03 Januari 2016

makalah (Ilm Klm) pemiran kalam modern dan kontemporer

MAKALAH ILMU KALAM

PEMIKIRAN KALAM ULAMA MODERN DAN

Description: F:\Pictures\BBM\IMG_20150327_090027.jpgPEMIKIRAN ULAMA ILMU KALAM  MASA KINI

(KONTEMPORER)


Oleh Kelompok : 12

Nama :
Delva Amelia Futri                (1532100097)
Desi Ambarwati                    (1532100098)
Dewi Putri Andesta               (1532100102)

Dosen Pembimbing :
Sri Hardianti, M.Pd


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
2015




DAFTAR ISI

Daftar isi..................................................................................................... ii

PENDAHULUAN
A.    Rumusan  masalah........................................................................... 1
B.     Tujuan masalah................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN........................................................................... 2
A.    Pemikiran kalam ulama modern...................................................... 2
B.     Ilmu kalam masa kini....................................................................... 6

PENUTUP
Kesimpulsn................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 13




BAB 1
PEDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Ilmu kalam merupakan salah satu ilmu yang mesti kita pelajari dari sekian banyak ilmu-ilmu di dunia ini. Berbagai definisi telah dikemukakan toko-toko Islam mengenai ilmu ini. Begitu juga sebab-sebab penamaan serta berbagai nama lain dari ilmu kalam. Namun dari sekian keterangan disimpulkan bahwa ilmu kalam merupakan ilmu yang mempelajari masalah ketuhan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan-Nya yang dapat memperkuat akan keyakinan terhadap-Nya dan mampu memberikan hujjah dan argumentasi.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa pemikiran-pemikiran kalam ulama modern ?
2.      Apa pemikiran-pemikiran kalam masa kini ?
                       
C.    TUJUAN MASALAH
1.      Mengetahui pemikiran-pemikiran kalam ulama modern
2.      Mengetahui pemikiran-pemikiran kalam masa kini



























BAB II
PEMBAHASAN


PEMIKIRAN KALAM ULAMA MODERN DAN
ILMU KALAM MASA KINI (KONTEMPORER)

A.    PEMIKIRAN KALAM ULAMA MODERN
1.      SYEKH MUHAMMAD ABDUH
a.      Riwayat Singkat Muhammad Abduh
Syekh muhammad abduh nama lengkapnya Muhammad bin Abduh bin Hasan Khairullah dilahirkan di desa Mahhlat Nashr kabupaten Al-Buhairah Mesir, pada tahun 1849 M.
b.      Pemikiran-pemikiran Kalam Muhammad Abduh
·         Kedudukan akal dan Fungsi Wahyu
Ada dua persoalan pokok yang menjadi fokus utama pemikiran Abduh, sebagaimana diakuinya sendiri, yaitu ;
1.      Membebaskan akal pikiran dari belenggu-belenggu taqlid yang menghambat perkembangan pengethuan agama sebagaimana haknya salaf [1]al-ummah (ulama sebelum abad ke-3 hijriah), sebelum timbulnya perpecahan yakni memahami langsung dari sumber pokoknya, Al-Qur’an.
2.      Memperbaiki gaya bahasa Arab, baik yang digunakan dalam percakapan resmi di kantor-kantor pemerintah maupun dalam tulisan di media massa.
Atas dasar kedua fokus pikirannya itu, Muhammda Abduh memberikan peranan yang sangat besar pada akal. Begitu besarnya peranan yang diberikn olehnya sehingga Harun Nausution menyimpulkan bahwa Muhammad Abduh memberi kekuatan yang lebih tinggi kepada akal kepada Mu’tazilah.
                                                                          
·         Kebebasan Manusia dan Fatalisme
Bagi Abduh, di samping mempunyai daya pikir, manusia juga mempunyai kebebasan memilih, yang merupakan sifat dasar alami yang ada dalam diri manusia.
·         Sifat-sifat Tuhan
Dalam Risalah, ia menyebut sifat-sifat Tuhan. Adapun mengenai masalah apakah sifat itu termasuk esensi Tuhan atau yang lain ? ia menjelaskan bahwa hal itu terletak di luar kemampuan manusia.
·         Kehendak Mutlak Tuhan
Karena yakin akan kebebasan dan kemampuan manusia, Abduh melihat bahwa Tuhan tidak bersifat mutlak. Tuhan telah membatasi kehendak mutlak-Nya dengan memberi kebebasan dan kesanggupan kepada manusia dalam mewujudkan perruatan-perbuatannya. Kehendak mutlak Tuhan pun dibatasi oleh sunatullah secara umum.
·         Keadilan Tuhan
Karena memberikan daya besar kepada akal dan kebebasan manusia, Abduh mempunyai kecendrungan untuk memahami dan meninjau alam ini bukan hanya dari segi kehendak mutlak Tuhan, tetapi juga dari segi padangan dan kepentingan manusia.
·         Antromorfisme
Karena Tuhan termasuk dalam alam rohani, rasio tidak dapat menerima faham bahwa Tuhan mempunyai sifat-sifat jasmani. Abduh, yang memberi kekkuatan besar pada akal, berpendapat bahwa tidak mungkin esensi dan sifat-sifat Tuhan mengambil bentuk tubuh atau roh atau makhluk di alam ini.
·         Melihat Tuhan
Muhammad Abduh tidak menjelaskan pendapatnya apakah Tuhan yang bersifat rohani itu dapat dilihat oleh manusia dengan mata kepalanya di hari perhitungan kelak ? ia hanya menyebutkan bahwa orang yang percaya pada tanzih (keyakinan bahwa tidak ada satu pun dari makhluk yang menyerupai Tuhan)sepakat mengatakan bahwa Tuhan tak dapat digambarkan ataupun dijelaskan dengan kata-kata.
·         Perbuatan Tuhan
Karena berpendapat bahwa ada perbuatan Tuhan yang wajib, Abduh sefaham dengan Mu’tazilah[2]

B.     SAYYID AHMAD KHAN
1.      Riwayat Singkat Sayyid Ahmad Khan
Sayyid Ahmad Khan lahir di Delhi pada tahun 1817. Menurut suatu keterangan, ia berasal dari keturunan Husien, cucu nabi Muhammad SAW. Melalui Fatimah dan Ali. Semasa Delhi inilah ia mulai mengarang. Karya pertamanya adalah Asar As-Sanadia. Pada tahun 1855, ia pindah ke Bijnore. Di tempat ini dia tetap mengarang buku-buku penting islam di India.
2.      Pemikiran Kalam Sayyid Ahmad Khan
Keyakinan kekuatan dan kebebasan akal menjadikan Khan percaya bahwa manusia bebas untuk menentukan kehendak dan melakukan perbuatannya. Ini berarti bahwa ia mempunyai faham yag sama dengan faham Qadariyah. Menurutnya manusia telah di anugerahi Tuhan berbagai macam daya, diantaranya adalah daya berfikir berupa akal, dan daya fisik untuk merealisasikan kehendaknya. Karena kuatnya kepercyaan terhadap hukum alam dan kerasnya mempertahankan konsep hukum alam, ia menganggap kafir oleh sebagian umat islam. Sejalan dengan faham Qadariyah yang dianutnya, ia menentang keras faham taklid. Gaung peradaban klasik masih melenakan mereka sehingga tidak menyadari bahwa peradaban baru telah timbul di Barat. Peradaban baru ini timbul dengan berdasar pada ilmu pengetahuan dan teknologi, dan nilah penyebab utama bagi kemajuan dan kekuatan orang Barat. Sebagai konsekuensi dari penolakannya terhadap taklid, Khan memandang perlu diadakannya ijtihat-ijtihat baru untuk menyesuaikan pelaksanaan ajaran-ajaran Islam dengan situasi dan kondisi masyarakat yang senantiasa mengalami perubahan.
                                 
C.    MUHAMMAD IQBAL
1.      Riwayat Hidup Muhammad Iqbal
Muhammad Iqbal lahir di Sialkot pada tahun 1873. Ia berasal dari keluarga kasta Brahmana Khasmir.
2.      Pemikiran Kalam Muhammad Iqbal
Di bandingkan sebagai teolog, Muhammad Iqbal sesungguhnya lebih terkenal sebagai seorang filosof eksistensialis. Sebagai seorang pembaharu, Iqbal menyadari perlunya [3]umat islam untuk melakukan pembaharuan agar keluar dari kemundurannya.  Kemunduran umat Islam, katanya, disebabkan kebekuan umat Islam dalam pemikiran dan di tutupnya pintu ijtihad. Mereka, seperti kaum konservatif, menolak kebiasaan berpikir rasional kaum Mu’tazilah karena hal tersebut dianggapnya membawa disintregasi  umat Islam dan membahayakan kestabilan politik mereka.  Hal inilah yang dianggapnya sebagai penyimpangan dari semangat Islam, semangat dinamis dan kreatif. Islam dalam pandangan Iqbal menolak konsep lama yang mengatakan bahwa alam bersifat statis. Islam, katanya, mempertahankan konsep dinamis dan mengakui adanya gerak perubahan dalam kehidupan sosial manusia. Menurut Iqbal, peralihan kekuasaan ijtihad individu yang mewakili mazhab ertentu kepada lembaga legislatif Islam adalah satu-satunya bentuk yang paling tepat untuk menggerakkan spirit dalam sistem hukum Islam yang selama ini hilang dari umat Islam dan menyerukan kepada kaum muslimin agar menerima dan mengembangkan lebih lanjut hasil-hasil realisasi tersebut.
a.      Hakikat Teologi
Secara umum ia melihat teologi sebagai illmu yang berdemensi keimanan, mendasarkan pada esensi tauhid (universal dan inklusivistik). Teologi As’ariyah, umpamanya, menggunakan cara dan pola pikir ortodoksi Islam. Mu’tazilah sebaliknya, terlalu jauh bersandar pada akal, yng akibatnya mereka tidak menyadari bahwa dalam wilayah pengetahuan agama, pemisahan antara pemikirsn keagamaan dari pengalaman konglrit merupakan satu kesalah besar.
b.      Pembuktian Tuhan
Dalam membuktikan eksistensi Tuhan, Iqbal menolak argument kosmologis maupun ontologis. ia juga menolak argumen teleologis yang berusaha membuktikan eksistensi Tuhan yang mengatur ciptaan-Nya dari sebelah luar.
c.       Jati Diri Manusia
Manusia hidup untuk mengatahui kepribadiaanya serta menguatkan dan mengembangkan bakat-bakatnya bukan sebaliknya, yakni melemahkan diri sendiri dan gerak a[4]dalah perubahan.
d.      Dosa
Iqbal secara tegas menyatakan dalam seluruh kuliahnya bahwa Al-Qur’an menampilkan ajaran tentang kebebasan ego manusia yang bersifat kreatif. Kewajiban manusia adalah membenarkan adanya kepercayaan ini. Namun, pengakuan terhadap kemandirian(manusia) itu melibatkan pengakuan terhadap semua ketidak sempurnaan yang timbul dari keterbatasan kemandirian itu.
e.       Surga dan Neraka
Surga dan neraka kata Iqbal adalah keadaan, bukan tempat. Gambaran-gambaran tentang keduanya di dalam Al-Qur’an adalah penampilan-penampilan kenyataan batin secara visual, yaitu sifatnya.

B. ILMU KALAM MASA KINI
a. ISMAIL AL-FARUQI
1. Riwayat Singkat Ismail Al-Faruqi
            Ismail Raji Al-Faruqi,lahir pada tanggal 1 januari 1921 di Jaffa Palestina. Di antara kontribusi terbesar Faruqi adalah kepeloporannya memperkenalkan program studi-studi Islam di Universit[5]as AS. Faruqi juga sangat berjasa dalam memperkenalkan kepada masyarakat Amerika tentang hakikat Islam yang sebelumnya sebagai agama yang buruk, di samping itu ia aktif pula menghadiri berbagai pertemuan sekitar studi agama-agama yang ada.
Faruqi adalah tokoh di balik pembentukan anyak lembaga keislaman di AS.

3.      Pemikiran Kalam Al-Faruqi
Al-Faruqi menjelaskan hakikat tauhid sebagai berikut;
a.      Tauhid sebagai inti pengalaman agama
Iti pengalaman agama, kata Al-Faruqi adalah Tuhan. Kalimat syahadat menepati posisi sebtral dalam setiap kedudukan, tindakan, dan pemikiran setiap muslim. Bagikaum muslimin Tuhan benar-benar merupakan posisi yag agung. Esensi pengalaman agama dalam Islam tiada lain adalah realisasi prinsip bahwa hidup dan kehidupan adalah tidaklah sia-sia.
b.      Tauhid sebagai pandangan dunia
Tauhid merupakan pandangan umum tentang realitas, kebenaran, dunia, ruang, dan waktu, sejarah manusia, dan takdir.
c.       Tauhid sebagai inti sari Islam
Dapat dipastikan bahwa esensi peradaban Islam adalah Islam sendiri, dan esensi Islam adalah tauhid atau penegakan Tuhan.
d.      Tauhid sebagai prinsip sejarah
Tauhid menempatkan manusia pada suatu etika berbuat atau bertindak, yaitu etika ketika keberhargaan manusia sebagai pelaku moral diukur dari tingkat keberhasilan yang dicapainya dalam mengisi aliran ruang dan waktu. Eskatologi  Islam tidak mempunyai s[6]ejarah formatif. Ia terlahir lengkap lengkap dengan Al-Qur’an, dan tidak mempunyai sejarah kaitan dengan situasi para pengikutnya pada masa kelahirannya seperti halnyadalam agama Yahudi atau Kristen.
e.       Tauhid sebagai prinsip pengetahuan
Berbeda dengan”iman” Kristen, iman Islam adalah kebenaran yang diberikan kepada pikiran, bukan kepada perasaan manusia yang mudah mempercayai apa saja. Kebenaran, atau proposi iman bukanlah misteri hal yang sulit dipahami dan tidak dapat diketahui dan tidak masuk akal, melainkan bersifat kritis dan rasional.
f.        Tauhid sebagai prinsip metafisika
Dalam islam alam adalah ciptaan dan anugerah. Sebagai ciptaan, ia bersifat teologis, sempurna dan teratur. Sebagai anugerah, ia merupakan kebaikan yang tak mengandung dosa yang disediakan untuk manusia. Tujuannya adalah memungkinkan manusia melakukan kebaikan dan mencapai kebahagiaan. Tiga penilaian ini, keteraturan, kebertujuan, dan kebaikan, menjadi ciri dan meringkas pandangan umat Islam tentang alam.
g.      Tauhid sebagai prinsip etika
Tauhid menegaskan bahwa Tuhan telah memberi amanat-Nya kepada  manusia, suatu amanat yang tidak mampu dipikil oleh langit dan bumi, amanat ang meraka hindari dengan penuh ketakutan. Amanat atau keoercayaan Ilahi tersebut berupa pemenuhan unsur etika dari kehendak Ilahi, yang sifatnya mensyaratkan bahwa ia harus bahwa ia harus direalisasikan dengan kemerdekaan, dan manusia adalah satu – satunya makhluk yang mampu melaksanakannya. Dalam islam, etika tidak dapat dipisahkan dari agama dan bahkan dibangun di atasnya.
h.      Tauhid sebagai prinsip tata sosial
Dalam islam, tidak ada perbedaan antara manusia satu dan lainnya. Masyarakat islam adalah masyarakat terbuka dan setiap manusia boleh bergabung dengannya, baik sebagai anggota tetap ataupun sebagai yang dilindungi (dzimmah). Masyarakat islam harus berusaha mengembangkan dirinya untuk mencakup seluruh umat manusia. Jika tidak, ia akan kehilangan klain keislamannya. Selanjutnya, ia mungkin akan terus hidup sebagai suatu komunitas islam yang lain, atau oleh komunitas non islam.
i.        Tauhid sebagai prinsip ummah
Al-Faruqi menjelaskan prinsip ummah tauhidi dengan tiga identitas: pertama, menentang etno sentrisme. Maksudnya, tato sosial islam adalah universal, mencakup seluruh umat manusia tanpa kecuali, tidak hanya untuk segelintir etnis. Kedua, universalisme. Maksunya, islam bersifat universal dalam arti meliputi seluruh manusia. Ketiga, totalisme. Maksudnya, islam relevan dengan setiap bidang kegiatan hidup manusia.
j.        Tauhid sebagai prinsip keluarga
Al-Faruwi memandang bahwa selama tetap melastarikan identitas mereka dari gerogotan Komunisme dan ideologi-ideologi Barat, umat Islam akan menjadi masyarakat yang selamat dan tetap menepati kedudukannya yang terhormat. Keluarga Islam memiliki peluang lebih besar untuk tetap lestari sebab ditopang oleh hukum Islam dan dideterminisi oleh hubungan erat dengan tauhid.
k.       Tauhid sebagai prinsip tata politik
Al-Faruqi mengaitkan tata politik tauhidi dengan kekhalifahan. Kekhalifahan didefinisikan sebagai kesepakatan tiga dimensi, yakni kesepakatan wawasan(ijma ar-ru’yah), yakni kehendak (ijma al-iradah), tan tindakan (ijma al-amal). Kehendak yang dimaksud Al-Faruqi juga disebutnya dengan ashabiyyah, yakni kepedulian kaum muslimin menanggapi peristiwa-peristiwa dan situasi dengan satu cara yang sama, dalam kepatuha[7]n yang padu terhadap seruan Tuhan. Adapun yang dimaksud dengan tindakan adalah kepelaksaan kewajiban yang timbul dari kesepakatan.
l.        Tauhid sebagai prisip tata ekonomi
Al-Faruqi melihat bahwa premis mayor implikasi Islam untuk tata ekonomi melahirkan dua prinsip utama: pertama, bahwa tak ada seorang atau kelompok pun boleh memeras yang lain. Kedua, tak ada satu kelompok pun boleh mengasingkan atau memisahkan diri dari umat manusia lainnya dengan tujuan untuk membatasi kondisi ekonomi mereka pada diri mereka sendiri.
m.    Tauhid sebagai prinsip estetika
Tauhi tidak menentang kreativitas seni; juga tidak menentang kenikmatan dan keindahan. Sebaliknya, Islam memberkati keindahan. Islam mengangap bahwa keindahan mutlak hanya ada dalam diri Tuhan dan dalam kehendaknya yang di wahyukan dalam firman-firmannya.

B. HASAN HANAFI
 1. Riwayat Singkat Hidup Hasan Hanafi
           Hanafi dilahirkan pada tanggal 13 Februari 1935 di Kairo. Dia berasal dari keluarga musisi. Pendidikannya diawali pada tahun 1948 dengan menamatkan pendidikan tingkat dasar, dan melanjutkan studinya di MTs Khalil Agha, Kairo yang diselesaikan selama empat tahun.

2. Pemikiran Kalam Hasan Hanafi
    a.  Kritik terhadp teologi tradisional
        Dalam gagasannya tentang rekonstruksi teologi tradisional, Hanafi menegaskan perlunya mengubah orientasi perangkat konseptual sistem kepercayaan (teologi) sesuai dengan perubahan koteks politik yang terjadi. Teologi tradisional, kata Hanafi, lahir dalam konteks sejarah ketika inti keislaman sistem kepercayaan, yakni transedensi Tuhan, diserang oleh wakil dari sekte dan budaya lama. Teologi dimaksudkan untuk mempertahankan doktrin utama dan memelihara kemurniannya.
       Teologi demikian bukanlah ilmu tentang Tuhan, kerena Tuhan tidak tunduk kepada ilmu. Tuhan mengngkapkan diri dalam sabdanya yang berupa wahyu. Hanafi ingin meletakkan teologi islam tradisional pada tempat yang sebenarnya, ykni bukan pada ilmu ketuhanan yang suci, yang tidak boleh dipersoalkan lagi dan harus diterima begitu saja.
b.      Rekonstrusi teologi
      Melihat sisi kelemahan teologi tradisional, Hanafi lalu mengjukan saran rekonstruksi teologi. Menurutnya, adalah mungkin untuk memfungsikan teologi menjadi ilmu-ilmu yang bermanfaat bagi masa kini, yaitu dengan melakukan rekonstruksi dan revisi, serta membangun kembali epistemologi lama yang rancu dan palsu menuju epistemologi baru yang sahi dan lebih signifikan. Tujuan rekonstruksi adalah menjadikan teologi tidak sekedar dokma-dokma keagamaan yang kosong, melainkan menjelma sebagai ilmu tentang pejuang sosial, yang menjadikan keimanan-keimanan tradisional memiliki fungsi secara aktual sebagai landasan etik dan motifasi manusia.

C.    H.M.RASYIDI
1.      Sekilas Tentang H.M Rasyidi
           Dalam konteks pertumbuhan kajian akademik Islam di Indonesia, orang akan su[9]lit mengesampingkan kehadiran H.M Rasyidi, lulusan lembaga pendidikan tinggi Islam di Mesir yang melanjutkan ke Paris, dan kemudian memperoleh pengalaman mengajar di Kanada.
2.      Pemikiran Kalam H.M. Rasyidi
           Pemikiran kalam Rasyidi dapat ditelusuri dari kritikan-kritikan yang dialamatkan kepada Harun Nasution dan Nurcholis Madjid. Secara garis besar pemikiran kalamnya dapat dikemukakan sebagai berikut.
a.       Tentang perbedaan ilmu kalam dan teologi
Teologi terdiri dari dua perkataan, yaitu teo (theos) artinya Tuhan, dan Logos artinya illmu. Jadi teologi berarti ilmu ketuhanan. Adapun sebab timbulnya teologi dalam Kristen adalah Ketuhan Nabi Isa, sebagai salah satu dari tri-tunggal atau  trinitas. Namun, kata teologi kemudian mengandung beberapa aspek agama Kristen, yang di luar kepercayaan (yang benar), sehingga teologi dalam Kristen tidak sama dengan tauhid dan ilmu kalam.
b.      Tema-tema ilmu kalam
     Salah satu tema-tema ilmu kalam Harun Nasution yang dikriktik Rasyidi adalah deskripsi aliran-aliran kalam yang sudah tidak relevan lagi dengan kondisi umat Islam sekarang, khususnya di Indonesia. Untuk itu, Rasyidi berpendapat bahwa menonjolkan perbedaan pendapat antara Asy’ariyah dan Mu'tazilah, sebagaimana dilakukan Harun Nasution, akan melemahkan iman para mahasiswa.
c.       Hakikat iman
Bagian ini merupakan kritikan Rasyidi terhadap deskripsi iman yang diberikan sikap apresiatif epada Tuhan merupakan inti pengalaman keagamaan seseorang. Sikap ini disebut takwa. Menanggapi pernyataan di atas Rasyidi mengatakan bahwa iman bukan sekedr menuju bersatunya manusia dengan Tuhan, tetapi dapat dilihat dalam dimensi konsekuensial atau hubungan manusia dengan manusia, yakni hidup dalam bermasyarakat. Jadi aspek yang paling penting itu adalah  kepercayaan, ibadah dan kemasyarakatan.

D.    HARUN NASUTION
1.      Riwayat Hidup Harun Nasution
     Harun Nasution lahir pada hari Selasa 23 September 1919 di Sumatera. Pendidikan formalnya dimulai di sekolah Belanda HIS. Setelah tujuh tahun di HIS, ia meneruskan ke MIK (Modern Islamietische Kweekschool) di Bukit Tinggi pada tahun 1934. Pendidikannya lalu diterusskan ke Universitas Al-Azhar, Mesir. Sambil kuliah di Al-A[10]zhar, ia kuliah juga di Universitas Amerika di Mesir. Pendidikannya lalu dilanjutkan ke Mc. Gill, Kanada, pada tahun 1962.
2.      Pemikiran Kalam Harun Nasution
a.     Peranan akal
Berkenaan dengan akal ini, Harun Nasution menulis demikian, “Akal melambangkan kekuatan manusia. Karena akal lah, manusia mempunyai kesanggupan untuk menaklukan kekuatan makhluk lain sekitarnya. Bertambah tinggi akal manusia, bertambah tinggi pula kesanggupannya untuk menglahkan mahluk lain. Bertambah lemah kekuatan manusia, bertambah rendah pula kesanggupannya mengahadapi kekuatan-kekuatan lain tersebut. Tema Islalm agama rasional dan dinamis sangat kuat bergema dalam tulisan-tulisan Harun Nasution, terutama dalam buku Akal dan Wahyu dalam Islam, Teologi Islam; Aliran-aliran, Sejarah, Analisa Perbandingan, dan Muhammad Abduh dan Teoogi rasional Muhammad Abduh. Pemakain akal dalam Islam diperintahkan Al-Qur’an sendiri.
b.    Pembaharuan teologi
    Pembaharuan teologi, yang menjadi predikat Harun Nasution, pada dasarnya dibangun di atas asumsi bahwa keterbelakangan dan kemunduran umat Islam Indonesia (juga dimana saja) adalah disebabkan”ada yang salah” dalam teologi mereka. Retorika ini mengandung pengertian bahwa umat Islam dengan teologi fatalistik, irasioanal, pre-determinisme serta penyerahan nasib telah membawa nasib mereka menuju kesengsaraan dan keterbelakangan. Dengan demikian, jika hendak mengubah nasib umat Islam, menurut Harun Nasution, umat Islam hendaklah mengubah teologi mereka menuju teologi yang berwatak free-will, rasional, serta mandiri. Dalam pemikiran Islam, baik di bidang fisafat dan ilmu kalam apalagi di bidang ilmu fiqih, akal tidak pernah membatalkan wahyu.
BAB III
PENUTUP


A.    Kesimpulan
Dari  pembahasan yang telah diuraikan dalam makalah ini, maka dapat disimpulkan        sebagai berikut;
1.      Pemikiran Muhammad Abduh: kedudukan akal dan fungsi wahyu, kebebasan manusia dan fatalisme, sifat-sifat Tuhan, kehendak mutlak Tuhan, keadilan Tuhan, Antropomorfisme, melihat Tuhan, dan perbuatan Tuhan.
2.      Pemikiran Sayyid Khan: manusia telah dianugerahi Tuhan berbagai macam daya, di antaranya adalah daya berpikir berupa akal, dan daya  fisik untuk merealisasikan kehendaknya.
3.      Pemikiran kalam Muhammad Iqbal: hakekat teologi, pembuktian Tuhan, jati diri manusia, Dosa, surga dan neraka.
4.      Pemikiran kalam Ismail  Al-faruqi: tauhid sebagai inti pengalaman agama, tauhid sebagai pandangan dunia, tauhid sebagai inti sari Islam, tauhid sebagai prinsip sejarah, tauhid sebagai prinsip pengetahuan, tauhid sebagai konsep metafisika, tauhid sebagai prinsip etika, tauhid sebagai prinsip tata sosial, tauhid sebagai prinsip ummah, tauhid sebagai prinsip keluarga, tauhid sebagai konsep tata politik, tauhid prinsip tata ekonomi, tauid sebagai prinsip estetika
5.      Pemikiran kalam Hasan Hanafi: kritik terhadap teologi tradisional, rekontruksi teologi.
6.      Pemikiran kalam H.M Rasyidi: tentang perbedaan ilmu kalam dan teologi, tema-tema ilmu kalam, hakikat iman.
7.      Pemikiran kalam Harun Nasution: peranan akal, pembaharuan teologi,
8.       hubungan akal dan wahyu,























DAFTAR PUSTAKA


Anwar, Rosihon, Abdul Rozaq. 2006. Ilmu Kalam, Bndung: CV Pustaka Mulia.





[1]               Rosihon Anwar, Abdul Rozak, ILMU KALAM, (Bandung; CV PUSTAKA SETIA, 2006), hlm.211

[2]           Ibid. Hlm. 215-2117
[3]           Ibid. Hlm. 217-221
[4]           Ibid. Hlm. 222-225
[5]               Ibid. Hlm. 227-231
[6]           Ibid. Hlm. 2331-232
[7]           Ibid. Hlm. 233
[8]           Ibid. Hlm. 233-238
[9]           Ibid. Hlm. 238-240
[10]          Ibid. Hlm.  241-242




Tidak ada komentar:

Posting Komentar