MAKALAH ILMU KALAM
Oleh Kelompok : 12
Nama :
Delva Amelia Futri (1532100097)
Desi Ambarwati (1532100098)
Dewi Putri Andesta (1532100102)
Dosen Pembimbing :
Sri Hardianti, M.Pd
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2015
DAFTAR ISI
Daftar
isi.....................................................................................................
ii
PENDAHULUAN
A.
Rumusan
masalah...........................................................................
1
B.
Tujuan
masalah................................................................................
1
BAB
II
PEMBAHASAN...........................................................................
2
A.
Pemikiran kalam
ulama modern...................................................... 2
B.
Ilmu kalam masa
kini....................................................................... 6
PENUTUP
Kesimpulsn...................................................................................................
12
DAFTAR
PUSTAKA..................................................................................
13
BAB
1
PEDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Ilmu
kalam merupakan salah satu ilmu yang mesti kita pelajari dari sekian banyak
ilmu-ilmu di dunia ini. Berbagai definisi telah dikemukakan toko-toko Islam
mengenai ilmu ini. Begitu juga sebab-sebab penamaan serta berbagai nama lain
dari ilmu kalam. Namun dari sekian keterangan disimpulkan bahwa ilmu kalam
merupakan ilmu yang mempelajari masalah ketuhan dan segala sesuatu yang
berhubungan dengan-Nya yang dapat memperkuat akan keyakinan terhadap-Nya dan
mampu memberikan hujjah dan argumentasi.
B.
RUMUSAN
MASALAH
1.
Apa
pemikiran-pemikiran kalam ulama modern ?
2.
Apa
pemikiran-pemikiran kalam masa kini ?
C.
TUJUAN
MASALAH
1.
Mengetahui
pemikiran-pemikiran kalam ulama modern
2.
Mengetahui pemikiran-pemikiran
kalam masa kini
BAB
II
PEMBAHASAN
PEMIKIRAN KALAM ULAMA MODERN DAN
ILMU KALAM MASA
KINI (KONTEMPORER)
A.
PEMIKIRAN KALAM ULAMA MODERN
1.
SYEKH MUHAMMAD ABDUH
a.
Riwayat Singkat Muhammad Abduh
Syekh muhammad abduh nama lengkapnya Muhammad bin Abduh bin Hasan
Khairullah dilahirkan di desa Mahhlat Nashr kabupaten Al-Buhairah Mesir, pada
tahun 1849 M.
b.
Pemikiran-pemikiran Kalam Muhammad Abduh
·
Kedudukan
akal dan Fungsi Wahyu
Ada dua persoalan pokok yang menjadi fokus utama pemikiran Abduh,
sebagaimana diakuinya sendiri, yaitu ;
1.
Membebaskan
akal pikiran dari belenggu-belenggu taqlid yang menghambat perkembangan
pengethuan agama sebagaimana haknya salaf [1]al-ummah
(ulama sebelum abad ke-3 hijriah), sebelum timbulnya perpecahan yakni memahami
langsung dari sumber pokoknya, Al-Qur’an.
2.
Memperbaiki
gaya bahasa Arab, baik yang digunakan dalam percakapan resmi di kantor-kantor
pemerintah maupun dalam tulisan di media massa.
Atas
dasar kedua fokus pikirannya itu, Muhammda Abduh memberikan peranan yang sangat
besar pada akal. Begitu besarnya peranan yang diberikn olehnya sehingga Harun
Nausution menyimpulkan bahwa Muhammad Abduh memberi kekuatan yang lebih tinggi
kepada akal kepada Mu’tazilah.
·
Kebebasan
Manusia dan Fatalisme
Bagi Abduh, di samping mempunyai daya pikir, manusia juga mempunyai
kebebasan memilih, yang merupakan sifat dasar alami yang ada dalam diri
manusia.
·
Sifat-sifat
Tuhan
Dalam Risalah, ia menyebut sifat-sifat Tuhan. Adapun
mengenai masalah apakah sifat itu termasuk esensi Tuhan atau yang lain ?
ia menjelaskan bahwa hal itu terletak di luar kemampuan manusia.
·
Kehendak
Mutlak Tuhan
Karena yakin akan kebebasan dan kemampuan manusia, Abduh melihat
bahwa Tuhan tidak bersifat mutlak. Tuhan telah membatasi kehendak mutlak-Nya
dengan memberi kebebasan dan kesanggupan kepada manusia dalam mewujudkan
perruatan-perbuatannya. Kehendak mutlak Tuhan pun dibatasi oleh sunatullah secara
umum.
·
Keadilan
Tuhan
Karena memberikan daya besar kepada akal dan kebebasan manusia,
Abduh mempunyai kecendrungan untuk memahami dan meninjau alam ini bukan hanya
dari segi kehendak mutlak Tuhan, tetapi juga dari segi padangan dan kepentingan
manusia.
·
Antromorfisme
Karena Tuhan termasuk dalam alam rohani, rasio tidak dapat menerima
faham bahwa Tuhan mempunyai sifat-sifat jasmani. Abduh, yang memberi kekkuatan
besar pada akal, berpendapat bahwa tidak mungkin esensi dan sifat-sifat Tuhan
mengambil bentuk tubuh atau roh atau makhluk di alam ini.
·
Melihat
Tuhan
Muhammad Abduh tidak menjelaskan pendapatnya apakah Tuhan yang
bersifat rohani itu dapat dilihat oleh manusia dengan mata kepalanya di hari
perhitungan kelak ? ia hanya menyebutkan bahwa orang yang percaya pada tanzih
(keyakinan bahwa tidak ada satu pun dari makhluk yang menyerupai
Tuhan)sepakat mengatakan bahwa Tuhan tak dapat digambarkan ataupun dijelaskan
dengan kata-kata.
·
Perbuatan
Tuhan
Karena berpendapat bahwa ada perbuatan Tuhan yang wajib, Abduh
sefaham dengan Mu’tazilah[2]
B.
SAYYID AHMAD KHAN
1.
Riwayat Singkat Sayyid Ahmad Khan
Sayyid Ahmad Khan lahir di Delhi pada tahun 1817. Menurut suatu
keterangan, ia berasal dari keturunan Husien, cucu nabi Muhammad SAW. Melalui
Fatimah dan Ali. Semasa Delhi inilah ia mulai mengarang. Karya pertamanya
adalah Asar As-Sanadia. Pada tahun 1855, ia pindah ke Bijnore. Di tempat
ini dia tetap mengarang buku-buku penting islam di India.
2.
Pemikiran Kalam Sayyid Ahmad Khan
Keyakinan kekuatan dan kebebasan akal menjadikan Khan percaya bahwa
manusia bebas untuk menentukan kehendak dan melakukan perbuatannya. Ini berarti
bahwa ia mempunyai faham yag sama dengan faham Qadariyah. Menurutnya
manusia telah di anugerahi Tuhan berbagai macam daya, diantaranya adalah daya
berfikir berupa akal, dan daya fisik untuk merealisasikan kehendaknya. Karena
kuatnya kepercyaan terhadap hukum alam dan kerasnya mempertahankan konsep hukum
alam, ia menganggap kafir oleh sebagian umat islam. Sejalan dengan faham Qadariyah
yang dianutnya, ia menentang keras faham taklid. Gaung peradaban
klasik masih melenakan mereka sehingga tidak menyadari bahwa peradaban baru
telah timbul di Barat. Peradaban baru ini timbul dengan berdasar pada ilmu
pengetahuan dan teknologi, dan nilah penyebab utama bagi kemajuan dan kekuatan
orang Barat. Sebagai konsekuensi dari penolakannya terhadap taklid, Khan
memandang perlu diadakannya ijtihat-ijtihat baru untuk menyesuaikan pelaksanaan
ajaran-ajaran Islam dengan situasi dan kondisi masyarakat yang senantiasa
mengalami perubahan.
C.
MUHAMMAD IQBAL
1.
Riwayat Hidup Muhammad Iqbal
Muhammad Iqbal lahir di Sialkot pada tahun 1873. Ia berasal dari
keluarga kasta Brahmana Khasmir.
2.
Pemikiran Kalam Muhammad Iqbal
Di bandingkan sebagai teolog, Muhammad Iqbal sesungguhnya lebih
terkenal sebagai seorang filosof eksistensialis. Sebagai seorang pembaharu,
Iqbal menyadari perlunya [3]umat
islam untuk melakukan pembaharuan agar keluar dari kemundurannya. Kemunduran umat Islam, katanya, disebabkan
kebekuan umat Islam dalam pemikiran dan di tutupnya pintu ijtihad. Mereka,
seperti kaum konservatif, menolak kebiasaan berpikir rasional kaum Mu’tazilah
karena hal tersebut dianggapnya membawa disintregasi umat Islam dan membahayakan kestabilan
politik mereka. Hal inilah yang
dianggapnya sebagai penyimpangan dari semangat Islam, semangat dinamis dan
kreatif. Islam dalam pandangan Iqbal menolak konsep lama yang mengatakan bahwa
alam bersifat statis. Islam, katanya, mempertahankan konsep dinamis dan
mengakui adanya gerak perubahan dalam kehidupan sosial manusia. Menurut Iqbal,
peralihan kekuasaan ijtihad individu yang mewakili mazhab ertentu kepada
lembaga legislatif Islam adalah satu-satunya bentuk yang paling tepat untuk
menggerakkan spirit dalam sistem hukum Islam yang selama ini hilang dari umat
Islam dan menyerukan kepada kaum muslimin agar menerima dan mengembangkan lebih
lanjut hasil-hasil realisasi tersebut.
a.
Hakikat Teologi
Secara umum ia melihat teologi sebagai illmu yang berdemensi
keimanan, mendasarkan pada esensi tauhid (universal dan inklusivistik). Teologi
As’ariyah, umpamanya, menggunakan cara dan pola pikir ortodoksi Islam.
Mu’tazilah sebaliknya, terlalu jauh bersandar pada akal, yng akibatnya mereka
tidak menyadari bahwa dalam wilayah pengetahuan agama, pemisahan antara
pemikirsn keagamaan dari pengalaman konglrit merupakan satu kesalah besar.
b.
Pembuktian Tuhan
Dalam membuktikan eksistensi Tuhan, Iqbal menolak argument kosmologis
maupun ontologis. ia juga menolak argumen teleologis yang
berusaha membuktikan eksistensi Tuhan yang mengatur ciptaan-Nya dari sebelah
luar.
c.
Jati Diri Manusia
Manusia hidup untuk mengatahui kepribadiaanya serta menguatkan dan
mengembangkan bakat-bakatnya bukan sebaliknya, yakni melemahkan diri sendiri
dan gerak a[4]dalah
perubahan.
d.
Dosa
Iqbal secara tegas menyatakan dalam seluruh kuliahnya bahwa
Al-Qur’an menampilkan ajaran tentang kebebasan ego manusia yang bersifat
kreatif. Kewajiban manusia adalah membenarkan adanya kepercayaan ini. Namun,
pengakuan terhadap kemandirian(manusia) itu melibatkan pengakuan terhadap semua
ketidak sempurnaan yang timbul dari keterbatasan kemandirian itu.
e.
Surga dan Neraka
Surga dan neraka kata Iqbal adalah keadaan, bukan tempat.
Gambaran-gambaran tentang keduanya di dalam Al-Qur’an adalah
penampilan-penampilan kenyataan batin secara visual, yaitu sifatnya.
B. ILMU KALAM
MASA KINI
a. ISMAIL AL-FARUQI
1. Riwayat Singkat Ismail Al-Faruqi
Ismail Raji
Al-Faruqi,lahir pada tanggal 1 januari 1921 di Jaffa Palestina. Di antara
kontribusi terbesar Faruqi adalah kepeloporannya memperkenalkan program studi-studi
Islam di Universit[5]as
AS. Faruqi juga sangat berjasa dalam memperkenalkan kepada masyarakat Amerika
tentang hakikat Islam yang sebelumnya sebagai agama yang buruk, di samping itu
ia aktif pula menghadiri berbagai pertemuan sekitar studi agama-agama yang ada.
Faruqi adalah tokoh di balik pembentukan anyak lembaga keislaman di
AS.
3.
Pemikiran
Kalam Al-Faruqi
Al-Faruqi
menjelaskan hakikat tauhid sebagai berikut;
a.
Tauhid sebagai inti pengalaman agama
Iti pengalaman
agama, kata Al-Faruqi adalah Tuhan. Kalimat syahadat menepati posisi
sebtral dalam setiap kedudukan, tindakan, dan pemikiran setiap muslim. Bagikaum
muslimin Tuhan benar-benar merupakan posisi yag agung. Esensi pengalaman agama
dalam Islam tiada lain adalah realisasi prinsip bahwa hidup dan kehidupan
adalah tidaklah sia-sia.
b.
Tauhid sebagai pandangan dunia
Tauhid
merupakan pandangan umum tentang realitas, kebenaran, dunia, ruang, dan waktu,
sejarah manusia, dan takdir.
c.
Tauhid sebagai inti sari Islam
Dapat
dipastikan bahwa esensi peradaban Islam adalah Islam sendiri, dan esensi Islam
adalah tauhid atau penegakan Tuhan.
d.
Tauhid sebagai prinsip sejarah
Tauhid
menempatkan manusia pada suatu etika berbuat atau bertindak, yaitu etika ketika
keberhargaan manusia sebagai pelaku moral diukur dari tingkat keberhasilan yang
dicapainya dalam mengisi aliran ruang dan waktu. Eskatologi Islam tidak mempunyai s[6]ejarah
formatif. Ia terlahir lengkap lengkap dengan Al-Qur’an, dan tidak mempunyai
sejarah kaitan dengan situasi para pengikutnya pada masa kelahirannya seperti
halnyadalam agama Yahudi atau Kristen.
e.
Tauhid sebagai prinsip pengetahuan
Berbeda
dengan”iman” Kristen, iman Islam adalah kebenaran yang diberikan kepada
pikiran, bukan kepada perasaan manusia yang mudah mempercayai apa saja.
Kebenaran, atau proposi iman bukanlah misteri hal yang sulit dipahami dan tidak
dapat diketahui dan tidak masuk akal, melainkan bersifat kritis dan rasional.
f.
Tauhid sebagai prinsip metafisika
Dalam islam
alam adalah ciptaan dan anugerah. Sebagai ciptaan, ia bersifat teologis,
sempurna dan teratur. Sebagai anugerah, ia merupakan kebaikan yang tak
mengandung dosa yang disediakan untuk manusia. Tujuannya adalah memungkinkan
manusia melakukan kebaikan dan mencapai kebahagiaan. Tiga penilaian ini,
keteraturan, kebertujuan, dan kebaikan, menjadi ciri dan meringkas pandangan
umat Islam tentang alam.
g.
Tauhid sebagai prinsip etika
Tauhid
menegaskan bahwa Tuhan telah memberi amanat-Nya kepada manusia, suatu amanat yang tidak mampu dipikil
oleh langit dan bumi, amanat ang meraka hindari dengan penuh ketakutan. Amanat
atau keoercayaan Ilahi tersebut berupa pemenuhan unsur etika dari kehendak
Ilahi, yang sifatnya mensyaratkan bahwa ia harus bahwa ia harus direalisasikan
dengan kemerdekaan, dan manusia adalah satu – satunya makhluk yang mampu
melaksanakannya. Dalam islam, etika tidak dapat dipisahkan dari agama dan
bahkan dibangun di atasnya.
h.
Tauhid sebagai prinsip tata sosial
Dalam islam,
tidak ada perbedaan antara manusia satu dan lainnya. Masyarakat islam adalah
masyarakat terbuka dan setiap manusia boleh bergabung dengannya, baik sebagai
anggota tetap ataupun sebagai yang dilindungi (dzimmah). Masyarakat
islam harus berusaha mengembangkan dirinya untuk mencakup seluruh umat manusia.
Jika tidak, ia akan kehilangan klain keislamannya. Selanjutnya, ia mungkin akan
terus hidup sebagai suatu komunitas islam yang lain, atau oleh komunitas non
islam.
i.
Tauhid sebagai prinsip ummah
Al-Faruqi
menjelaskan prinsip ummah tauhidi dengan tiga identitas: pertama, menentang
etno sentrisme. Maksudnya, tato sosial islam adalah universal, mencakup seluruh
umat manusia tanpa kecuali, tidak hanya untuk segelintir etnis. Kedua,
universalisme. Maksunya, islam bersifat universal dalam arti meliputi seluruh
manusia. Ketiga, totalisme. Maksudnya, islam relevan dengan setiap bidang
kegiatan hidup manusia.
j.
Tauhid sebagai prinsip keluarga
Al-Faruwi
memandang bahwa selama tetap melastarikan identitas mereka dari gerogotan
Komunisme dan ideologi-ideologi Barat, umat Islam akan menjadi masyarakat yang
selamat dan tetap menepati kedudukannya yang terhormat. Keluarga Islam memiliki
peluang lebih besar untuk tetap lestari sebab ditopang oleh hukum Islam dan
dideterminisi oleh hubungan erat dengan tauhid.
k.
Tauhid sebagai prinsip tata politik
Al-Faruqi
mengaitkan tata politik tauhidi dengan kekhalifahan. Kekhalifahan didefinisikan
sebagai kesepakatan tiga dimensi, yakni kesepakatan wawasan(ijma ar-ru’yah),
yakni kehendak (ijma al-iradah), tan tindakan (ijma al-amal). Kehendak
yang dimaksud Al-Faruqi juga disebutnya dengan ashabiyyah, yakni
kepedulian kaum muslimin menanggapi peristiwa-peristiwa dan situasi dengan satu
cara yang sama, dalam kepatuha[7]n
yang padu terhadap seruan Tuhan. Adapun yang dimaksud dengan tindakan adalah
kepelaksaan kewajiban yang timbul dari kesepakatan.
l.
Tauhid sebagai prisip tata ekonomi
Al-Faruqi
melihat bahwa premis mayor implikasi Islam untuk tata ekonomi melahirkan dua
prinsip utama: pertama, bahwa tak ada seorang atau kelompok pun boleh
memeras yang lain. Kedua, tak ada satu kelompok pun boleh mengasingkan
atau memisahkan diri dari umat manusia lainnya dengan tujuan untuk membatasi
kondisi ekonomi mereka pada diri mereka sendiri.
m.
Tauhid sebagai prinsip estetika
Tauhi tidak
menentang kreativitas seni; juga tidak menentang kenikmatan dan keindahan.
Sebaliknya, Islam memberkati keindahan. Islam mengangap bahwa keindahan mutlak
hanya ada dalam diri Tuhan dan dalam kehendaknya yang di wahyukan dalam
firman-firmannya.
B. HASAN HANAFI
1. Riwayat Singkat Hidup
Hasan Hanafi
Hanafi dilahirkan
pada tanggal 13 Februari 1935 di Kairo. Dia berasal dari keluarga musisi.
Pendidikannya diawali pada tahun 1948 dengan menamatkan pendidikan tingkat
dasar, dan melanjutkan studinya di MTs Khalil Agha, Kairo yang diselesaikan
selama empat tahun.
2. Pemikiran Kalam Hasan Hanafi
a. Kritik terhadp teologi tradisional
Dalam gagasannya tentang rekonstruksi teologi tradisional, Hanafi
menegaskan perlunya mengubah orientasi perangkat konseptual sistem kepercayaan
(teologi) sesuai dengan perubahan koteks politik yang terjadi. Teologi
tradisional, kata Hanafi, lahir dalam konteks sejarah ketika inti keislaman
sistem kepercayaan, yakni transedensi Tuhan, diserang oleh wakil dari sekte dan
budaya lama. Teologi dimaksudkan untuk mempertahankan doktrin utama dan
memelihara kemurniannya.
Teologi demikian
bukanlah ilmu tentang Tuhan, kerena Tuhan tidak tunduk kepada ilmu. Tuhan
mengngkapkan diri dalam sabdanya yang berupa wahyu. Hanafi ingin meletakkan
teologi islam tradisional pada tempat yang sebenarnya, ykni bukan pada ilmu
ketuhanan yang suci, yang tidak boleh dipersoalkan lagi dan harus diterima
begitu saja.
b.
Rekonstrusi teologi
Melihat sisi kelemahan teologi
tradisional, Hanafi lalu mengjukan saran rekonstruksi teologi. Menurutnya,
adalah mungkin untuk memfungsikan teologi menjadi ilmu-ilmu yang bermanfaat
bagi masa kini, yaitu dengan melakukan rekonstruksi dan revisi, serta membangun
kembali epistemologi lama yang rancu dan palsu menuju epistemologi baru yang
sahi dan lebih signifikan. Tujuan rekonstruksi adalah menjadikan teologi tidak
sekedar dokma-dokma keagamaan yang kosong, melainkan menjelma sebagai ilmu
tentang pejuang sosial, yang menjadikan keimanan-keimanan tradisional memiliki
fungsi secara aktual sebagai landasan etik dan motifasi manusia.
C.
H.M.RASYIDI
1.
Sekilas Tentang H.M Rasyidi
Dalam
konteks pertumbuhan kajian akademik Islam di Indonesia, orang akan su[9]lit
mengesampingkan kehadiran H.M Rasyidi, lulusan lembaga pendidikan tinggi Islam
di Mesir yang melanjutkan ke Paris, dan kemudian memperoleh pengalaman mengajar
di Kanada.
2.
Pemikiran Kalam H.M. Rasyidi
Pemikiran kalam Rasyidi dapat
ditelusuri dari kritikan-kritikan yang dialamatkan kepada Harun Nasution dan
Nurcholis Madjid. Secara garis besar pemikiran kalamnya dapat dikemukakan
sebagai berikut.
a.
Tentang
perbedaan ilmu kalam dan teologi
Teologi terdiri
dari dua perkataan, yaitu teo (theos) artinya Tuhan, dan Logos
artinya illmu. Jadi teologi berarti ilmu ketuhanan. Adapun sebab
timbulnya teologi dalam Kristen adalah Ketuhan Nabi Isa, sebagai salah satu
dari tri-tunggal atau
trinitas. Namun, kata teologi kemudian mengandung beberapa aspek
agama Kristen, yang di luar kepercayaan (yang benar), sehingga teologi dalam
Kristen tidak sama dengan tauhid dan ilmu kalam.
b.
Tema-tema
ilmu kalam
Salah satu tema-tema ilmu kalam Harun
Nasution yang dikriktik Rasyidi adalah deskripsi aliran-aliran kalam yang sudah
tidak relevan lagi dengan kondisi umat Islam sekarang, khususnya di Indonesia.
Untuk itu, Rasyidi berpendapat bahwa menonjolkan perbedaan pendapat antara Asy’ariyah
dan Mu'tazilah, sebagaimana dilakukan Harun Nasution, akan melemahkan
iman para mahasiswa.
c.
Hakikat
iman
Bagian ini
merupakan kritikan Rasyidi terhadap deskripsi iman yang diberikan sikap
apresiatif epada Tuhan merupakan inti pengalaman keagamaan seseorang. Sikap ini
disebut takwa. Menanggapi pernyataan di atas Rasyidi mengatakan bahwa iman
bukan sekedr menuju bersatunya manusia dengan Tuhan, tetapi dapat dilihat dalam
dimensi konsekuensial atau hubungan manusia dengan manusia, yakni hidup dalam
bermasyarakat. Jadi aspek yang paling penting itu adalah kepercayaan, ibadah dan kemasyarakatan.
D.
HARUN NASUTION
1.
Riwayat Hidup Harun Nasution
Harun Nasution lahir pada hari Selasa 23
September 1919 di Sumatera. Pendidikan formalnya dimulai di sekolah Belanda
HIS. Setelah tujuh tahun di HIS, ia meneruskan ke MIK (Modern Islamietische
Kweekschool) di Bukit Tinggi pada tahun 1934. Pendidikannya lalu diterusskan ke
Universitas Al-Azhar, Mesir. Sambil kuliah di Al-A[10]zhar,
ia kuliah juga di Universitas Amerika di Mesir. Pendidikannya lalu dilanjutkan
ke Mc. Gill, Kanada, pada tahun 1962.
2.
Pemikiran Kalam Harun Nasution
a.
Peranan
akal
Berkenaan dengan akal ini, Harun Nasution menulis demikian, “Akal
melambangkan kekuatan manusia. Karena akal lah, manusia mempunyai kesanggupan
untuk menaklukan kekuatan makhluk lain sekitarnya. Bertambah tinggi akal
manusia, bertambah tinggi pula kesanggupannya untuk menglahkan mahluk lain.
Bertambah lemah kekuatan manusia, bertambah rendah pula kesanggupannya
mengahadapi kekuatan-kekuatan lain tersebut. Tema Islalm agama rasional dan
dinamis sangat kuat bergema dalam tulisan-tulisan Harun Nasution, terutama
dalam buku Akal dan Wahyu dalam Islam, Teologi Islam; Aliran-aliran,
Sejarah, Analisa Perbandingan, dan Muhammad Abduh dan Teoogi rasional Muhammad
Abduh. Pemakain akal dalam Islam diperintahkan Al-Qur’an sendiri.
b.
Pembaharuan
teologi
Pembaharuan teologi, yang
menjadi predikat Harun Nasution, pada dasarnya dibangun di atas asumsi bahwa
keterbelakangan dan kemunduran umat Islam Indonesia (juga dimana saja) adalah
disebabkan”ada yang salah” dalam teologi mereka. Retorika ini mengandung
pengertian bahwa umat Islam dengan teologi fatalistik, irasioanal,
pre-determinisme serta penyerahan nasib telah membawa nasib mereka menuju
kesengsaraan dan keterbelakangan. Dengan demikian, jika hendak mengubah nasib
umat Islam, menurut Harun Nasution, umat Islam hendaklah mengubah teologi
mereka menuju teologi yang berwatak free-will, rasional, serta mandiri. Dalam
pemikiran Islam, baik di bidang fisafat dan ilmu kalam apalagi di bidang ilmu
fiqih, akal tidak pernah membatalkan wahyu.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah diuraikan dalam makalah
ini, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut;
1. Pemikiran Muhammad Abduh: kedudukan akal dan fungsi wahyu,
kebebasan manusia dan fatalisme, sifat-sifat Tuhan, kehendak mutlak Tuhan, keadilan
Tuhan, Antropomorfisme, melihat Tuhan, dan perbuatan Tuhan.
2. Pemikiran Sayyid Khan: manusia telah dianugerahi Tuhan berbagai
macam daya, di antaranya adalah daya berpikir berupa akal, dan daya fisik untuk merealisasikan kehendaknya.
3. Pemikiran kalam Muhammad Iqbal: hakekat teologi, pembuktian Tuhan,
jati diri manusia, Dosa, surga dan neraka.
4. Pemikiran kalam Ismail
Al-faruqi: tauhid sebagai inti pengalaman agama, tauhid sebagai
pandangan dunia, tauhid sebagai inti sari Islam, tauhid sebagai prinsip sejarah,
tauhid sebagai prinsip pengetahuan, tauhid sebagai konsep metafisika, tauhid
sebagai prinsip etika, tauhid sebagai prinsip tata sosial, tauhid sebagai
prinsip ummah, tauhid sebagai prinsip keluarga, tauhid sebagai konsep tata
politik, tauhid prinsip tata ekonomi, tauid sebagai prinsip estetika
5. Pemikiran kalam Hasan Hanafi: kritik terhadap teologi tradisional,
rekontruksi teologi.
6. Pemikiran kalam H.M Rasyidi: tentang perbedaan ilmu kalam dan
teologi, tema-tema ilmu kalam, hakikat iman.
7.
Pemikiran kalam
Harun Nasution: peranan akal, pembaharuan teologi,
8.
hubungan akal dan wahyu,
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Rosihon,
Abdul Rozaq. 2006. Ilmu Kalam, Bndung: CV Pustaka Mulia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar