Perkembangan dan
Tokoh- tokoh Filsafat Islam
Mata Filsafat Umum
Dosen Pengampu: Syarnubi, M, Pd. i
Disusun Oleh
Adi Kurniawan (1532100075)
Anggun Violita (1532100085)
Citra Sari Riski (1532100095)
Dhona Arba (1532100105)
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM
TAHUN
AJARAN 2015/2016
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum
Wr. Wb.
Segala puji hanya milik Allah azza
wajal, shalawat seiring salam semoga selalu tercurah kepada Nabi akhir zaman
yakni Muhammad Saw. Keluarga, sahabat dan seluruh umatnya yang setia dan
istiqomah berada di atas ajarannya hingga hari kiamat.
Penulis sangat bersyukur karena
berkat rahmat dan karuniaNyalah penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul “Perkembangan dan Tokoh- tokohFilsafat Islam”.
Penyusunan makalah ini sebagai tugas
dari mata kuliah Bahasa Indonesia Program Studi Pendidikan Agama Islam
Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang. Dalam penyusunan makalah ini
penulis sangat menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan sehingga penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan
makalah ini. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pengampu
mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah memberikan materi perkuliahan serta
arahannya, mudah-mudahan Allah SWT. Membalas atas semua bantuan yang telah
diberikan dengan tulus dan ikhlas. Penulis berharap makalah ini berguna bagi
kita semua amin. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Akhirul
kalam,
Wassalammu’alaikum
Wr. Wb.
Palembang, 12 Desember 2015
Penulis
BAB I
PEMBAHASAN
A. Latar
Belakang
Filsafat
merupakan bagian dari hasil kerja berpikir dalam mencari hakikat segala sesuatu
secara sistematis, radikal dan universal. Sedangkan filsafat Islam itu sendiri
adalah hasil pemikiran filosof tentang ketuhanan, kenabian, manusia dan alam
yang disinari ajaran Islam dalam suatu aturan pemikiran yang logis dan
sistematis serta dasar-dasar atau pokok-pokok pemikirannya dikemukakan oleh
para filosof Islam. Pertemuan
islam (kaum muslim) dengan filsafat, terjadi pada abad ke-8 masehi atau abad
ke-2 hijriah, pada saat islam berhasil mengenbangkan sayapnya dan menjangkau
daerah-daerah baru. Buku-buku filsafat yunani, diseleksi dan isadur seperlunya,
serta diterjemahkan kedalam bahasa arab. Minat dan gairah mempelajari filsafat
dan ilmu pengetahuan waktu begitu tinggi karena pemerintahlah yang menjadikan
pelopor serta pioner utamanya. Maka dapat dipahami bahwa
perkembangan filsafat islam, pada mulanya terwariskan dari karangan-karangan
filosofi yunani, kemudian diterjemahkan kedalam bahasa latin, dan berpengaruh
bagi ahli-ahli fikir Eropa sehingga ia diberi gelar penafsiran( comentator), penafsiran filsafat
Aristoteles.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana
perkembangan Filsafat Islam?
2. Siapa
saja tokoh-tokohnya?
3. Jelaskan
tentang pemikiran mereka!
BAB II
Pembahasan
A.
Perkembangan
filsafat Islam
Filsafat
islam merupakan gabungan dari dua kata, yaitu filsafat dan islam. Secara
etimologi, filsafat berasal dari bahasa yunani yaitu kata philein atau philos dan shopia.
Kata philein atau philos bearti cinta (love), tapi dalam maknanya
yang luas yakni berupa hasrat ingin tahu seseorang terhadap kebijaksanaan, ilmu
pengetahuan atau kebenaran. Sementara itu, kata islam secara sematik
berasal dari akar kata salima yang bearti menyerah, tunduk, dan selamat.
Islam berarti menyerahkan diri kepada Allah, dan dengan menyerahkan diri
kepada-Nya maka akan memperoleh keselamatan dan kedamaian.[1]
Filsafat
islam pada mulanya dikembangkan oleh para filosof, tak terkecuali filosof
muslim. Hal ini dikarenakan pertanyaan-pertanyaan manusia mengenai
pertanyaan-pertanyaan yang muncul mengenai agama, tetapi belum ditemukan
jawabannya. [2]
Dalam sejarah, pertemuan Islam (kaum muslimin) dengan filsafat, terjadi pada abad-abad ke-8 masehi atau
abad ke-2 Hijriah, pada saat Islam berhasil mengembangkan sayapnya dan
menjangkau daerah-daerah baru. Dalam abad pertengahan, filsafat dikuasai oleh
umat Islam. Buku-buku filsafat Yunani, diseleksi dan disadur seperlunya, serta
diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Perkembangan fisafat islam, hidup dan
memainkan peran signifikan dalam kehidupan intlektual dunia islam. Minat dan
gairah mempelajari filsafat dan ilmu pengetahuan waktu itu begitu tinggi karena
pemerintahlah yang menjadi pelopor serta pioner utamanya.[3]
Filsafat islam merupakan hasil pemikiran umat islam secara keseluruhan.
Pemikiran umat islam ini merupakan buah dari dorongan ajaran Al-quran dan
hadis. Kedudukan akal yang tinggi dalam kedua sumber ajaran islam tersebut bertemu
dengan peranan akal yang besar dan ilmu pengetahuan yang berkembang maju dalam
peradaban umat lain, terutama peradaban Yunani, Persia, dan India.[4]
B.
Tokoh-tokoh
Filsafat Islam
TOKOH
|
PEMIKIRAN
FILSAFATNYA
|
CONTOHNYA
|
Al-Kindi
|
Berfilsafat tidak berakibat
mengaburkan dan mengorbankan kenyakinan agama. Al-kindi menyakinkan banyak
definisi filsafat tanpa menyatakan bahwa definisi mana yang menjadi miliknya.
Yang disajikan adalah definisi-definisi dari filsafat terdahulu, itupun tanpa
menegaskan dari siapa dipeerolehnya. Mungkin dengan menyebut berbagai macam
definisi itu dimaksudkan bahwa pengertian yang sebenarnya tercakup dalam
semua definisi yang ada, tidak hanya pada salah satunya. Hal ini berarti bagi
Al-Kindi bahwa untuk memperoleh pengertian lengkap tentang filsafat itu harus
memperhatikan semua unsur yang terdapat dalam semua definisi tentang
filsafat. Menurut Al-Kindi, filosof adalah orang yang berupaya memperoleh
kebenaran dan hidup mengamalkan kebenaran yang diperolehnya yaitu orang yang hidup
menjunjung tinggi nilai keadilan atau hidup adil.[5]
|
Prof. Ahmad Fuad Al-Ahwani pernah
menerbitkan makalah Al-Kindi tentang filsafat pertamanya dengan judul Kitab Al-Kindi Ila Al-Mu’tasim Billah
fi-Al-Falsafah Al-Ula(Surat Al-Kindi kepada Mu’tasim Billah tentang
Filsafat Pertamanya).
|
Al-Farabi
|
Al Iilmu
bilmaujudaat bima Hiya Al Maujudaat, yang berarti suatu ilmu yang
menyelidiki hakikat sebenarnya dari segala yang ada ini. Al-Farabi berhasil
meletakkan dasar-dasar filsafat kedalam ajaran Islam. Dia juga berpendapat
bahwa tidak ada pertentangan antara
filsafat Plato dan Aristoteles, sebab kelihatan berlainan pemikirannya tetapi
hakikatnya mereka bersatu dalam tujuannya. Pola pkir pada bidang mantiq dan
fisika, Al-Farabi sependapat dengan alur pikir Aristoteles, dalam bidang
etika dan politik, ia sependapat dengan Plato dan persoalan metafisika ia
sependapat dengan plotunis.[6]
|
Terhadap karya Aristoteles adalah
masalah Burhan (dalil), Ibarat(keterangan), Khitobah (cara berpidato), al
jadal (argumen/berdebat), Qias (analogi),
adapun ulasan ia terhadap karya Plotinus adalah kitab Al majelis fi-Ihnil falaq, juga terhadap karya Iskandar Al
Dfraudisiy tentang Maqalah Fin-nafsi.
|
Ibnu Sina
|
Dalam hal filsafat Ibnu Sina
mengusahakan memadukan filsafat dan agama. Menurut nabi dan filosof menerima
kebenaran dari sumber yang sama, yakni malaikat Jibril yang juga disebut akal
sepuluh atau akal aktif. Perbedaannya hanya terletak pada cara pemerolehnya,
bagi nabi, terjadinya hubungan dengan malaikat Jibril melalui akal materi
yang disebut hads (kekuatan suci),
sedangkan filosof melalui filosofi melalui akal mustafad. Ibnu Sina dalam membuktikan adanya Tuhan (isbat wujud Allah) dengan dalil wajib al-wujud dan mukmin al-wujud mengesahkan duplikat
Al-Farabi.
|
As-Syifa,
buku ini adalah buku filsafat yang terpenting dan terbesar, terdiri dari 4
bagian, yaitu logika, fisika, matematika, dan metafisika(ketuhanan). Buku tersebut mempunyai beberapa naskah yang
terbesar diberbagai perpustakaan barat dan timur. Bagian ketuhanan dan fisika
pernah dicetak dengan cetakan batu. Di Teheran pada tahun 1956 Lembaga
Keilmuan Ckoslowakia di Praha menerbitkan pasal ke enam dari bagian fisika
yang khusus mengenai ilmu jiwa.
|
Al-Razi
|
Metode pemikirannya adalah bersistem
pengembangan daya intlektual. Apabila ada seseorang murid bertanya maka
pertanyaannya itu tidak langsung dijawabnya melainkan dilemparkan kembali
kepada murid-murid lainnya yang terbagi kepada beberapa kelompok. Beliau juga
membahas mengenai filsafat Lima Kekal
(Al-Qadiim) lima hal yang kekal . dan dia juga mngklasifikasinya pada
yang hidup dan aktif. Al Razi adalah termasuk seorang rasonalis murni. Ia
hanya mempercayai terhadap kekuatan akal. Bahkan didalam bidang kedokteran
bidang studi klinis yang dilakukannya telah menemukan metode yang kuat,
dengan berpijak kepada observasi dan eksperimen. Pokok-pokok pendirian Al
Razi dalam pemikiran ini adalah pertama, alam kedua dan ketiga kekalan gerak.
|
Al Razi termasuk orang yang aktif
berkarya aktif, buku-bukunya saangat banyak, bahkan dia sendiri mempersiapkan
sebuah katalogyang kemudian diproduksi oleh Ibn Al-Nadim. Adapun buku-buku
yang ditulisnya, mencakup ilmu kedokteran, ilmu fisika, logika, matematika
dan astronomi, komemtar-komentar, ringkasan dan ikhtisar, filsafat dan ilmu
pengetahuan hipotesis, atheisme, dan campuran. [7]
|
Ibnu Maskawaih
|
a.
Hikmah
dan Falsafah
Maskawaih
membedakan antara pengertian hikmah (kebijaksanaan, wisdom) dan falsafah
(filsafat). Menurutnya, hikmah adalah keutaman jiwa yang cerdas (aqilah), yang mampu membeda-bedakan.
Sedangkan filsafat, ia tidak memberikan dengan tegas . ia hanya membagi
filsafat menjadi dua bagian, bagian teori dan bagian praktis.
b.
Metafisika
Metafisika
maskawaih mencangkup pembahasan tentang bukti adanya Tuhan Pencipta, jiwa dan
kenabian (nubuwwah).[8]
|
Dengan kesempurnaan ilmunya ilmunya itu
pikirannya benar, kenyakinannya benar dan tidak ragu-ragu terhadap
kebenaraan. Dari kesempurnaan moral adalah sampai dapat mengatur hubungan
antar sesama manusia sehingga tercipta kebahagian hidup bersama.
|
Ikhwan Al-Shafa’
|
Beliau menyatakan bahwa filsafat itu
bertingkat-tingkat. Yaitu : cinta ilmu, mengetahui hakikat wujud-wujud
menurut kesanggupan manusia, berkata dan berbuat sesuai dengan ilmu. Dapat
disimpulkan, bahwa golongan ahwanussafa tidak membagi filafat amalan,
melainkan bagian amalan, melainkan bagian amalan ini keseluruhannya
dimasukkan kedalam bagian ketuhanan. Disamping itu mereka juga memasukkan
politik kenabian dan ilmu keakhiratan pada partikel-partikel yang baru.tujuan
pokok bidang keagamaan yang hendak mereka capai, yakni merekonsiliasikan atas
menyelaraskan antara agama dan filsafat dan juga antara agama-ama yang ada.
Ungkapan ini terlihat dari ungkapan mereka bahwa syariah telah dikotori
bermacam-macam kejahilan dan dilumuri berbagai kesesatan.[9]
|
Kelompok Ikwan Al-Shafa ini
menghasilkan karya tulis sebanyak 52 risalah yang mereka namakan dengan Rasa’il Ikhwan al-Shafa. Ia merupakan
ensiklopedia populer tentang ilmu filsafat yang ada pada waktunya itu.
|
Al-Ghazali
|
Karangan Al-Ghazali berjumlah kurang
lebih 100 buah. Karangannya meliputi berbagai macam lapangan ilmu
pengetahuan, seperti ilmu kalam, fiqih, tasawuf, akhlak, autobiografi.
Sebagai besar karangnnya adalah berbahasa arab, dan sebagaiannya lagi
berbahasa persia. Sikap skeptis yang
menimpa diriku dan yang berlangsung lama, telah berakhir suatu keadaan,
dimana diriku tidak mempercayai kepada pengetahuan indrawi,
keraguan-keraguan Al-Ghazali terhadap pengetahuan inderawi. Pada waktu
berjaga(tidak tidur) Al Ghazali masih menyangsikan kebenaran yang diperoleh
lewat indra maupun akal pikiran. Karena apakah memang benar dipercayai
sesuatu yang nyata jika dibandingkan keadaan yang dialami ? sebab bisa saja
datang suatu keadaan baru dimana hubungannya dengan waktu jagamu, sama dengan
hubungan antara waktu jagamu dengan keadaan baru, yang tidak lain hanyalah
mimpi belaka. Filsafat Metafisika yaitu mengenai kejadian alam dam dunia, Al
Ghazali berpendapat bahwa dunia berasal dari iradat (kemauan) Tuhan
semata-mata, tidak terjadi dengan sndirinya. Iradat tuhan itulah yang
diartikan penciptaan. Iradat ittu menghasikan ciptaan yang berganda, disatu
pihak merupakan zarah-zarah
(atom-atom) yang masih abtrak.
Penyesuaian yang kongkret antara
zarah-zarah abstrak yang undang-undang itulah yang merupakan dunia dan kebiasaannya yang kita lihat
ini. Iradat tuhan itu sendiri adalah mutlak, bebas dariikatan waktu dan
ruang, tetapi dunia yang diciptaan itu seperti yang dapat ditangkap dan
dikesankan pada akal manusia. [10]
|
Kitabnya yang terkenal yaitu Ihya Ulumuddin, yang artinya menghidupkan
ilmu-ilmu agama, dan yang dikarangnya selama beberapa tahun dalam keadaan
berpindah-pindah antara Syam, Yarussalem, Hijas dan Yus, dan berisi antara
panduan indah antara fiqih, tasawuf dan falsafat, bukan saja terkenal
dikalangan kaum muslim, tetapi didunia barat dan luar islam. Dalam
menjatuhkan prinsip kaum filsafat, Ia yus
duruminal-wahid illah syiun wahid Al Gzhali mengemukakan contoh-contoh
filsafat sendiri.
|
Ibnu Bajjah
|
Ibnu Bajjah adalah ahli yang
menyadarkan pada teori dan praktik ilmu matematika, astronomi, musik, mahir
ilmu pengobatan dan studi-studi spektakuler seperti logika, filsafat alam dan
metafisika, sebagaimana yang dikatan De Boer dalam The History of philosofhiin islam. Menurut ibnu bajjah materi
dapat berekstensi harus ada bentuk. Dia berargumen jika berbentuk, maka ia
akan berbagi menjadi materi dan bentuk dan begitu seterusnya, ad infinium. Tindakan manusia menurut
Ibnu Bajjah menjadi dua yakni : tindakan hewani dan tindakan. Pertama, tindakan hawani, timbul
dikarenakan adanya motif naluri atau hal-hal yang berhubungan dengannya, baik
dekat maupun jauh. Kedua, tindakan
manusiawi, timbul dikarenakan adanya pemikiran yang lurus dan keamanan yang
bersih dan tinggi. Unsur manusiawi manusia untuk mempelajari merupakan unsur
pasif, begitu pula dalam arti yang berbeda. Unsur aktif berkeinginan mencapai
kesempurnaan saja, sesudah itu ia berhenti dan pengulangan cara itu dilaksanakan
hanya melalu pendapat dan ruh (soul) yang berhasrat. Akal dan pengetahuan
yang benar dapat diperoleh melalui akal dan akal merupakan satu-satunya
sarana yang dapat mewujudkanuntuk mencapai kemakmuran dan membangun
kepribadian. Definisi jiwa dan menyatakan bahwa tubuh, baik yang alamiah
maupun yang tidak alamiah, tersusun dari materi dan bentuk-bentuk merrupakan
perolehan permanen atau kenyataan tubuh.jiwa yang berhasrat itu terbagi
menjadi tiga bagian yaitu : hasrat imajinatif yang melalui anak keturunan
dibesarkan individu-individu dibawa ketempat-tempat tinggal mereka dan
memiliki rasa sayang, cinta dan yang semacamnya. Hasrat menegah, yang melalui
timbul nafsu akan makanan, perumahan, kesenian, dan ilmu. Hasrat berbicara,
yang melalui timbul pengajaran, ini merupakan hasrat khusus yabg dimiliki
manusia, tidak seperti kedua hasrat sebelumnya.[11]
|
Sebagaimana dijelaskan di buku ini
Ibnu Bajjah sangat menyutujui politik Al Farabi. Misalnya dia menerima
pendapat Al Farabi yang membagi negara menjadi negara yang sempurna. Dia juga
setuju dengan Al Farabi yang beranggapan bahwa individu yang berbeda dari
sebuah bangsa memiliki watak yang berbeda pula, sebagian dari mereka lebih
suka memerintah dan sebagian yang lain lebih suka diperintah. Contoh dari etika
yaitu makan misalnya, bersifat hewani sepanjang hal itu dilakukan untuk
menjaga kekuatan dan kehidupan demi meraih karunia-karunia spiritual.
Sehingga pangkal perbedaan-perbedaan antara dua tindakan tersebut bagi Ibnu
Bajjah adalah pada segi motifnya, bukan pada segi tindakannya itu.
|
Ibnu Tufail
|
Tentang dunia, salah satu
masalah filsafat adalah apakah dunia itu kekal, atau diciptakan oleh Tuhan
dari ketiadaan atas kehendak-Nya ? Dalam filsafat muslim, Ibnu Tufail,
sejalan dengan kemahiran dalekstisnya,menghadapi masalah itu dengan tepat
sebagaimana kant. Tidak seperti pendahulunya, tidak menganut doktrin
saingannya, sekali pun dia tidak mendamaikannya. Tentang tuhan dengan mengikuti pandangan Ibnu Sina, Ibnu Tufail
membuat perbedaan antara kekal dalam esensi dan kekal dalam waktu, dan
percaya tuhan ada sebelumnya dunia dalam hal esensi tapi tidak dalam hal
waktu. Tentang Kosmologi Cahaya, Ibnu
Tufail menerima prip bahwa dari satu tidak ada lagi apa-apa kecuali satu itu.
Manifestasi kemajemukan kemawujudan dari yang satu dijelaskan dalam gaya
Neo-Platonik yang monoton, sebagai tahap-tahap berurutan pemancaran yang
berasal dari cahaya tuhan. Epistimologi
Pengetahuan, Ibnu Tufail akhirnya berpaling kepada kedisiplinan jiwa,
yabg membawa kepada ekstase, sumber tertinggi pengetahuan. Jiwa menjadi sadar
dan mengalami apa yang tak pernah dilihat oleh mata atau didengar telinga,
atau dirasa hati orang manapun. Etika/akhlak,
manusia merupakan perpaduan tubuh, jiwa hewani dan esensi non-bendawi, dan
dengan demikian menggambarkan binatang, benda angkasa dan tuhan. Peniruan yang
kedua menuntut darinya kebersihan pakaian dan tubuh, kebaikan terhadap
obyek-obyek hidup dan tak hidup, perenungan atas esensi Tuhan dan perputaran
esensi orang dalam ekstase.[12]
|
Isi dari risalah Ibnu Tufail ini
adalah secar dramatis. Dimulai dengan kelahiran mendadak Hay disebuah pulau
kosong. Kemudian dia dibuang ditempat terpencil oleh saudara perempuan
seorang raja. Dengan maksud perkawinannya dengan yaqsan tetap dirahasiakan. Ditempat
itu dia diasuh dan diberi makan oleh rusa kecil. Anak tersebut oeh ibnu
tufail dinamakan Hay ibn Yaqzan.
Pada suatu hari terlihat oleh Hay terjadi kebakaran dipulau itu. Api itu
diambilnya, lalu dinyala-nyalakan kayu itu terus menerus. Dengan kay uitu
dicoba menbakar burung, lalu terasalah baginya makananya yang lebih lezat
setelah dimasak itu. Dia mulai berburu hewan guna dimasak dan dimakan. Guna
teman berburu maka itu lalu dipeliharanya anjing. Dipulau Hay tinggal disana
dia berjumpa dengan Hay, setelah dia mengajari Hay tutur bahasa manusia, maka
mereka berduapun mengadakan bertukar fikiran. Disinilah Ibnu Tufail
menggambarkan bagaimana alam pikiran hay yang berkembang sendiri itu dapat
saja sesuai pendapatnya dengan alam pikiran sialim yang terpelajar dari
masyarakat ramai itu.
|
Ibnu Rusyd
|
Pencari Tuhan, Ibnu Rusyd
meneliti berbagai golongan yang timbul dalam islam, menurut pendapat dia yang
paling terkenal ada 4 , yaitu : Asy’riyah, Mu’tazilah, Batiniah, dan
Hasyiwiah. Masing- golongan menpunyai kepercayaan yang berlainan tentang
tuhan, dan banyak memindahkan kata-kata syara’ dari arti lahirnya kepada
takwilan-takwilan yang disesuaikan dengan kepercayaannya. Kemudian mereka
harus dianut oleh semua orang dan barang
siapa yang menyimpang darinya berarti kafir atau telah menjadi bid’ah.
Sebab terjadi keadaan tersebut ialah karena mereka sudah menyimpang dari
maksud dari syara’ dan tidak dapat memahaminya. Menurut Ibnu Rusyd untuk ini
mereka mereka tidak menempuh jalan yang ditunjukkan oleh syara’ karena
mendasarkan baharunya alam atas tersusun dari bagian-bagian yang tidak
terbagi–bagi, dan bahwa bagian-bagian itu adalah baru. Kalu kita
memperkirakan alam ini baru, maka ia mesti ada pembuatnya yang baru, dan
pembuat ini membutuhkan pembuat yang lain, dan begitu seterusnya sampai tidak
berkesudahan. Kalau kita memperkirakan alam ini qadim (azali), maka perbuatan
pembuatan yang berhubungan dengan perkara-perkara yang dibuatnya tersebut adalah qadim juga. Qadimnya Alam, apakah alam ini qadim
(ada tanpa permulaan) ataukah hadits (ada setelah tiada), maka menurut Ibnu
Rusyd, perselisihan antara kaum theologi pengikut Asy’ariah dan para filosof
klasik hampir bisa dikembalikan kepada perselisihan mengenai penamaan saja, khususnya bagi beberapa orang filosof
saja. Sebab mereka telah sepakat adanya tiga macam wujud yaitu yang dua
bersifat eksrim dan yang satu merupakan bentuk pengetahuan dari keduanya. Kebangkitan Jasmani , menurut Ibnu
Rusyd, keimanan terhadap kebangkitan jasmani adalah suatu keharusan bagi
terwujudnya keutamaan akhlak,
keutamaan teori dan amalan lahir, karena seseorang tidk memperoleh
kehidupan yang sebenarnya dalam dunia
ini kecuali dengan amalan-amalan lahir, dan untuk kehidupan didunia dan
akhirat, tidak bisa tercapai kecuali dengan keutamaan-keutamaan teori. [13]
|
Ibnu Rusyd banyak mengarang buku,
tetapi yang asli berbahasa arab sampai ketangan kita sekarang hanya sedikit.
Diantara karangan-karanganya dalam soal filsafat adalah : Tahafutut-tahafut, risalah fi
ta’allaqi’ilmillahi’an’ Adami Ta’alluqihi bil-juziat, Tafsiru ma
bad’dath-Thabiat.
|
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad
Yusuf Musa, falsafat al-Ahklaq fi al-Islam, kairo: Dar al-A’raf, 1945
Prof.
Dr. H. Sirajuddin Zar, M.A., filsafat islam, filosof dan
filsafatnya, jakarta:
rajawali pers, 2004
Nurcholis
Madjid, Kaki Langit Peradaban Islam, Jakarta, Paramadina, 1997
Nasution
Hasyimsyah, filsafat islam, jakarta, Gaya media Pratama, 1998.
KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas, kita telah
membuktikan keluasaan dan kedalaman pemikiran filsafat islam, baik yang
berkembang dikawasan Islam Timur (Arab) maupun yang berkembang dikawasan islam
barat (Adalus, Spayol). Sebagaimana filsafat lainnya, filsafat islam mempunyai
kedudukan yang amat penting dalam dunia pemikiran filsafat. Bahkan, orang barat
tidak akan mengenal filsafat (juga sains) tanpa kontribusi dari islam. Kita
yang hidup hari ini mampu menangkap sinyal yang disyaratkan oleh para Filosof
Muslim (juga para saintisnya) dan mengaplikasikannya dengan kondisi
kekiniannya. Mengenal filosof Muslim, berarti kita harus mampu melampauinya.
[1] . Zaprulkhan, filsafat islam sebuah kajian tematik, (Jakarta: Pt. Raja Grafindo Persada), 2014, hlm. 3.
[3] Agus Setiawan,
https://menantikau.wordpress.com/kumpulan-makalah/metodologi-studi-islam/tokoh-tokoh-filsafat-islam-dan-pemikirannya/.( Pakjo, 16 Desember 2015), 10.21 WIB.
[4] Sirajuddin Zar,
filsafat islam filosof dan filsafatnya, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada), 2010, hlm. 37
[5]
Muhammad Syafiq Grabal, al-Mausu’at
al-Arabiyyat al-Muyassarat, (kairo: Dar al-Qalam & Franklin foundation,
1965), hlm. 1383.
[6]
Muhammad Ali Abu Rayan, Al-Falsafat
Al-islamiyyah Syakhshiyatuhu wa Mazahibuha, (tt: MK. Iskandariyat, t.t.) hlm.
367.
[7]
M.M.Syarif, (Ed.)., The History of Muslim
Philosophy, (New York: Dovers Publications, 1967), hlm. 434.
[8]
Muhammad Yusuf Musa, Falsafat al Akhlak
fi al-islam, (kairo: Dar al-A’arif, 1945), hlm. 71.
[9]
Muhammad ‘Athif Al-Iraqy, al-Falsafat
al-Islamiyyat, (Kairo: Dar al-Ma’rif, 1978), hlm. 29.
[10] Zaki
Mubarak, al-Akhlak ‘ind Al-Ghazali,
(Mesir: Dar al-Katib al-Araby al-Thaba’at al-Nasyr, 1968), hlm. 47.
[11]
T.J. De Boer, Tarikh al-Falsafat fi
al-Islam, Terj. Muhammad Abd Al-Hadi Abu Zaidah, (Kairo: Mathbat’at
al-Taklif, 1962), hlm. 280.
[12]
Harun Nasution, islam Ditinjau dari
Berbagai Aspeknya, Jilid II, (Jakarta
Universitas Indonesia, 1985), hlm. 55.
[13]
Nurcholish Madjid, Kaki Langit Perabadan
Islam, (Jakarta: paramadina, 1997), hlm. 94-95.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar