Jumat, 01 Januari 2016

makalah (Flsft) interelasi antara filsafat, agama, dan ilmu pengetahuan

FILSAFAT UMUM
INTERELASI ANTARA FILSAFAT, AGAMA, ILMU PENGETAHUAN



DI SUSUN OLEH:

1.      ALFARIZI               (1532100080 )
2.      AYU SEPTIANI      (1532100090 )
3.      DESI RATNASARI (1532100099)

DOSEN PEMIMBING : SYARNUBI, M.Pd.I

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
TAHUN AJARAN : 2015/2016
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji hanya milik Allah azza wajal, shalawat seiring salam semoga selalu tercurah kepada Nabi akhir zaman yakni Muhammad Saw. Keluarga, sahabat dan seluruh umatnya yang setia dan istiqomah berada di atas ajarannya hingga hari kiamat.
Penulis sangat bersyukur karena berkat rahmat dan karuniaNyalah penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judulInterelasi Antara Filsafat, Agama, dan Ilmu Pengetahuan.”
Penyusunan makalah ini sebagai tugas dari mata kuliah Filsafat Umum Program Studi Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang. Dalam penyusunan makalah ini penulis sangat menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Filsafat Umum yang telah memberikan materi perkuliahan serta arahannya, mudah-mudahan Allah SWT. Membalas atas semua bantuan yang telah diberikan dengan tulus dan ikhlas. Penulis berharap makalah ini berguna bagi kita semua amin. Atas perhatian kami ucapkan terima kasih.
Akhirul Kalam,
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Palembang,  17 November  2015

Penulis


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................. 2
DAFTAR ISI............................................................................................................. .. 3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................... 4
A.    Latar Belakang........................................................................................................ 4
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................... .. 5
A.    Pengertian filsafat, agama, dan ilmu pengetahuan................................................. 5
1)      Filsafat.............................................................................................................. 5
2)      Agama............................................................................................................... 6
3)      Ilmu pengetahuan............................................................................................. 7
B.     Interelasi antara filsafat, agama dan ilmu pengetahuan.......................................... 8
C.     Contoh hubungan antara Agama, ilmu dan filsafat.............................................. 10
BAB III PENUTUP .................................................................................................. 12
Kesimpulan................................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 13









                                                               BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang

            Berpikir merupakan hal yang selalu dilakukan oleh manusia, dan berpikir pula merupakan keistimewaan yang diberikan oleh Allah SWT. Kepada kita dengan manusia. Akal yang diberikan oleh-Nya merupakan suatu pembeda antara kita dengan makhluk lainnya.
            Filsafat merupakan suatu upaya berfikir yang jelas dan terang tentang seluruh kenyataan. Filsafat dapat mendorong pikiran kita untuk meraih kebenaran yang dapat membawa manusia kepada pemahaman, dan pemahaman membawa manusia kepada tindakan yang lebih baik.
Agama merupakan suatu keyakinan akan adanya kehadiran Tuhan yang Maha Kuasa yaitu ALLAH SWT. Dengan seseorang meyakini bahwa adanya ALLAH SWT maka kehidupan yang dijalani seseorang akan selalu terarah kapada hal yang benar. Karena datangnya kebenaran hanya dari ALLAH SWT.
Sedangkan pada ilmu pengetahuan seseorang mendapatkan kebenaran dengan penyelidikan (riset, research), pengalaman (empiri), dan percobaan (eksperimen).
Filsafat, agama, dan ilmu pengetahuan mempunyai hubungan yang terkait dan reflektif dengan manusia. Dikatakan terkait dan reflektif karena ketiganya tidak dapat bergerak dan berkembang apabila tidak ada tiga alat tenaga utama yang berada di dalam diri manusia. Tiga alat tenaga utama manusia adalah akal pikir, rasa, dan keyakinan, sehingga dengan ketiga hal tersebut manusia dapat mencapai kebahagiaan bagi dirinya.




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Filsafat, Agama dan Ilmu pengetahuan
1)      Filsafat
            Secara etimologis, istilah “ filsafat “ , yang merupakan padanan kata falsafah (bahasa Arab) dan philosophy (bahasa Inggris), berasal dari bahasa Yunani (philosophia). Kata phisophia merupakan kata majemuk yang terdiri dari kata philos dan sophia.Kata tersebut berarti kekasih, bisa juga berarti sahabat.  
            Para filsuf pra-sokratik mempertanyakan tentang bagaimana awal atau asal mula alam dan berusaha menjawabnya dengan menggunakan logos atau rasio tanpa meminta bantuan.Oleh karena itu, bagi mereka, filsafat adalah ilmu yang berupaya untuk memahami hakikat alam dan realitas ada dengan mengandalkan akal budi.
             Plato memiliki berbagai gagasan tentang filsafat. Antara lain, Plato pernah mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berusaha merayu kebenaran yang asli dan murni. Selain itu, dia juga mengatakan bahwa filsafat adalah penyelidikan tentang sebab-sebab dan asas-asas yang paling akhir dari segala sesuatu yang ada.
            Aristoteles (murid Plato) juga memiliki beberapa gagasan mengenai filsafat. Antara lain, dia mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang senantiasa berupaya mencari prinsip-prinsip dan penyebab-penyebab dari realitas yang ada.
            Rene Descartes mengatakan bahwa filsafat adalah himpunan dari segala pengetahuan yang pangkal penyelidikannya adalah mengenai Tuhan, alam, dan manusia.  
            Williaem James juga mengatakan bahwa filsafat adalah suatu usaha untuk mencapai radix, atau akar kenyataan dunia wujud, juga akar pengetahuan tentang diri sendiri.[1]
            Inti dari filsafat itu adalah berfikir secara mendalam tentang hakikat sesuatu untuk memperoleh kebenaran.
2)       Agama
Pengertian agama berasal dari bahasa sangsekerta dari kata ‘a ‘ berarti ‘tidak’ dan gama’ berarti ‘kacau’. Jadi, kata agama diartikan tidak kacau, tidak semeraut, hidup menjadi lurus dan benar.[2]
Pengertian agama menunjukkan kepada jalan atau cara yang ditempuh untuk mencari rahmat dan kasih tuhan. Dalam agama itu ada sesuatu yang dianggap berkuasa, yaitu Tuhan, zat yang memiliki segala yang ada, yang berkuasa, yang mengatu seluruh alam serta isinya.  
Secara ringkas, hubungan filsafat dengan agama sebagai berikut :
1.      Agama adalah unsur mutlak dan sumber kebudayaan, sedangkan filsafat adalah salah satu unsur kebudayaan
2.      Agama adalah ciptanya Tuhan, sedangkan filsafat hasil spekulasi manusia
3.      Agama adalah sumber-sumber asumsi dari filsafat dan ilmu pengetahuan, dengan filsafat menguji asumsi-asumsi sains
4.      Agama mendahulukan kepercayaan dari pada pemikiran, sedangkan filsafat mempercayakan sepenuhnykuatan daya pemikiran
            Hakikat agama adalah keyakinan akan adanya tuhan yang berkuasa, yang dipatuhi oleh hamba-Nya dan sebagai bentuk keyakinan manusia terhadap sesuatu yang Maha Kuasa (Adi kodrati) menyertai seluruh ruang lingkup kehidupan manusia individu maupun kehidupan masyarakat, baik kehidupan material maupun kehidupan spiritual, baik kehidupan duniawi maupun kehidupan ukhrawi. Ada hal-hal yang dibicarakan yang menyentuh akal dan pengalaman manusia, tetapi ada yang berada di luar itu dapat berbentuk suprarasional.[3]

3)      Ilmu pengetahuan
Secara bahasa science berarti “keadaan atau fakta mengetahui atau sering diambil dalam arti pengetahuan (knowladge) yang dikontraskan dengan intuisi dan kepercayaan. Ilmu pengetahuan atau yang dimaksud dengan sains (science) adalah pengetahuan ilmiah atau pengetahuan bersifat ilmu, secara ilmu pengetahuan, memenuhi syarat (hukum) ilmu pengetahuan. Dengan demikian hanya pengetahuan yang memenuhi syarat-syarat dimaksud bisa disebut sebagai sains (ilmu pengetahuan). Di luar ketentuan ini, segala bentuk pengetahuan tidak termasuk dalam ilmu pengetahuan.
Dalam pandangan van puersen yang disebut ilmu pengetahuan ialah pengetahuan yang terorganisasi,yaitu dengan sistem dan metode berusaha mencari hubungan-hubungan tetap diantara gejala-gejala.
Sedangkan menurut Achmad Baiquni mengemukakan pengertian singkat ilmu pengetahuan sebagai himpunan pengetahuan-pengetahuan manusia yang dikumpulkan  melalui proses pengkajian dan dapat diterima oleh rasio, artinya dapat dinalar.[4]
 Ilmu adalah pengetahuan yang pasti, sistematis, metodik, ilmiah dan mencakup kebenaran umum mengenai objek studi. Sedangkan pengetahuan adalah sesuatu yang menjelaskan tentang adanya sesuatu hal yang diperoleh secara biasa atau sehari-hari melalui pengalaman (empiris), kesadaran (instuisi), informasi, dan sebagainya. Jadi, pengetahuan mempunyai cakupan lebih luas dan umum daripada ilmu. Namun, dalam tulisan ini sengaja disebut dengan menggabungkan keduanya, yaitu ilmu pengetahuan. Karena keberadaan ilmu dan pengetahuan sama-sama pentingnya bagi hidup dan kehidupan, tidak boleh dipisahkan. Ilmu membentuk daya inteligensi yang melahirkan keterampilan (skill).


B.     Interelasi antara Filsafat, Agama, dan Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan berasal dan berkembang dari filsafat. Sebelum ilmu pengetahuan lahir filsafat telah memberikan landasan yang kuat. Filsafat itu kuncinya pada upaya menemukan kebijaksanaan hidup. Orang yang tahu filsafat, sekaligus menguasai agama, dan ilmu, seharusnya hidupnya semakin lengkap. Fokus filsafat juga berusaha menemukan kebenaran, jika dikaitkan dengan agama, tentu pencarian kebenaran seharusnya kearah kebenaran transcendental. Kebenaran yang sifatnya abstrak ini, akan diraih melalui penguasan ilmu yang mantap.         
Filsafat dan ilmu akan membangun pemikiran orang beragama. Beragama yang sekedar ikut-ikutan, tentu kurang tepat. Beragama yang dilandasi ilmu, akan mempermudah manusia mencapai kenbenaran. Jalan untuk mencari , menghampiri dan menemukan kebenaran dapat ditempuh dengan jalan, yaitu; ilmu, filsafat, dan agama sulit lagi untuk diragukan. Ketiga jalan ini mempunyai titik persamaaan, titik perbedaan dan titik singgung yang satu terhadap yang lainnya.
Wilayah agama sering berkaitan dengan proses tahu dan tidak tahu yang sifatnya sulit dibantah. Orang membantah agama, dianggap lemah agamanya. Debat keagamaan dan ilmu sering berakhir dengan jalan buntu, karena landasannya berbeda.
Dari ilustrasi ini dapat digambarkan bahwa pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu dan merupakan hasil proses dari usaha manusia. Beranjak dari pengetahuan adalah kebenaran dan kebenaran adalah pengetahuan, maka didalam kehidupannya manusia dapat memiliki berbagai pengetahuan dan kebenaran.
 Adapun sebagaimana yang dikatakan Salam , beberapa pengetahuan yang dimilki oleh manusia, yaitu; 
1)      Pengetahuan biasa (common sense)
2)      Pengetahuan ilmu atau science
3)      Pengetahuan filsafat
4)      Pengetahuan religi
Ilmu pengetahuan dan agama selalu ada perdebatan kritis yang tiada henti-hentinya. Agama pada umumnya merupakan kredo (tata keimanan atau tata keyakinan) atas adanya sesuatu yang mutlak di luar manusia. Menurut Anshari (1979:158) agama berbeda dengan sains dan filsafat karena agama menekankan keterlibatan pribadi.  Kemajuan spiritual manusia dapat diukur dengan tingginya nilai yang tak terbatas yang ia berikan kepada objek yang ia sembah. Seseorang yang religius merasakan adanya kewajiban yang tak bersyarat terhadap zat yang ia anggap sebagai sumber tertinggi bagi kepribadian dan kebaikan. Agama tak dapat dipisahkan dari bagian-bagian lain dari kehidupan manusia, jika ia merupakan reaksi terhadap keseluruhan wujud manusia terhadap loyalitasnya yang tertinggi.
Menurut Titus agama harus dapat di rasakandan dipikirkan : ia harus diyakini, dan dijelaskan dalam tindakan. Konsep agama harus dipikirkan, menghendaki pemahaman tentang ilmu pengetahuan. Baik ilmu, filsafat maupun agama bertujuan sekurang-kurangnya berurusan dengan hal yang sama yaitu kebenaran. Namun titik perbedaannya terletak pada sumbernya, ilmu dan filsafat bersumber pada akal, budi, rasio, manusia. Sedangkan agama bersumberkan paa wahyu. Persoalan asal usul kebenaran inilah yang menyebabkan perseteruan antara ilmu dan agama.[5]
Ada beberapa kemungkinan hubungan antara agama dan ilmu pengetahuan, yaitu sebagai berikut:
1)      Bersebrangan atau bertentangan
2)      Bertentangan tapi dapat hidup berdampingan secara damai
3)      Tidak bertentangan satu sama lain
4)      Saling mendukung satu sama lain

Pola hubungan pertama adalah pola hubungan yang negatif, saling tolak-menolak. Apa yang dianggap benar oleh agama tidak dianggap benar oleh ilmu pengetahuan, demikian pula sebaliknya. Pola hubungan pertama ini pernah terjadi pada zaman Galileo-Galilei.
Ketika Galileo berpendapat bahwa bumi mengitari matahari sedangkan gereja berpendapat mataharilah yang mengitari bumi, maka Galileo dipersalahkan dan dikalahkan. Ia dihukum karena dianggap menyesatkan masyarakat pada saat itu.
Pola hubungan kedua adalah perkembangan dari pola hubungan petama. Ketika kebenaran ilmu pengetahuan yang bertentangan dengan kebenaran agama makin tidak dapat disangkal sementara keyakinan akan kebenaran agama masih kuat dihati, jalan satu-satunya bahwa masing-masing mempunyai wilayah yang berbeda.
Pola hubungan ketiga adalah pola hubungan netral. Dalam pola hubungan ini kebenaran ajaran dari agama tidak bertentangan dengan kebenaran ilmu pengetahuan, tetapi juga tidak saling mempengaruhi.
Di samping itu pengetahuan mencari kebenaran dengan jalan penyelidikan, pengalaman, dan percobaan sabagai batu ujian. filsafat menghampiri kebenaran dengan eksplorasi akal budi secara radikal (mendalam/mengakar), tidak merasa terikat oleh ikatan apapun, kecuali oleh ikatan tangannya sendiri bernama logika. Sedangkan agama mencari kebenaran dengan mempertanyakan berbagai masalah kepada kitab suci. Dasar kitab suci  adalah kebenaran.                                                                            
Kebenaran ilmu pengetahuan adalah kebenaran bersifat positif, kebenaran filsafat adalah kebenaran bersifat spekulatif (dugaan yang tidak dapat dibuktikan secara empiris, riset, dan eksperimen), sedangkan kebenaran agama adalah kebenaran bersifat mutlak (absolut) karena agama adalah wahyu yang diturunkan oleh ALLAH SWT. Orang yang menolak kebenaran agama dianggap menyimpang.

C.    Contoh Hubungan Antara Agama, Ilmu Pengetahuan, Dan Filsafat
Wilayah agama, wilayah illmu pengetahuan dan wilayah filsafat memang berbeda. Agama mengenai soal kepercayaan dan ilmu mengenai soal  pengetahuan. Pelita agama ada di hati dan pelita ilmu ada di otak. Meski areanya berbeda namun ketiganya saling berhubungan timbal balik. Agama menetapkan tujuan, tapi tidak dapat mencapainya tanpa bantuan ilmu pengetahuan dan filsafat. Ilmu yang kuat dapat memperkuat keyakinan keagamaan.
Agama senantiasa memotivasi pengembangan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan akan membahayakna umat manusia jika tidak di kejang dengan agama. Dari sini dapat diambil bahwa ilmu tanpa agama akan buta dan agama tanpa ilmu akan lumpuh.
Dari pernyataan diatas dapat kita contohkan dalam hubungan antara agama, ilmu, dan filsafat adalah dalam menentukan jatuhnya hari pertama puasa atau penentuan tanggal 1 syawal bulan ramadhan.
Tabel Hubungan Antara Agama, Ilmu Pengetahuan, Dan Filsafat
Nama
Cara Mencari Kebenaran
Fungsi/Hubungan
Agama
Berdasarkan wahyu dengan mempertanyakan berbagai masalah kepada kitab suci dan bersifat mutlak.
Agama menetapkan tujuan
Ilmu pengetahuan
Penyelidikan, pengalaman, dan percobaaan sebagai natu ujian dan bersifat positif.
Memperkuat keyakinan keagamaaan
Filsafat
Eksplorasi akal budi secara radikal (mendalam/mengakar) atau dengan logika dan bersifat spekulatif.
Memantapkan keputusan yang tepat







BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dapat kita simpulkan bahwa Filsafat, agama, dan ilmu pengetahuan mempunyai hubungan yang terkait dan reflektif dengan manusia. Dikatakan terkait dan reflektif karena ketiganya tidak dapat bergerak dan berkembang apabila tidak ada tiga alat tenaga utama yang berada di dalam diri manusia. Tiga alat tenaga utama manusia adalah akal pikir, rasa, dan keyakinan, sehingga dengan ketiga hal tersebut manusia dapat mencapai kebahagiaan bagi dirinya.
Pada prinsipnya antara ilmu, filsafat, dan agama mempunyai hubungan yang erat dan saling terkait anatara satu dengan yang lainya. Di mana ketiganya memilki kekuatan daya gerak dan refleksi yang berasal dari manusia. Dalam diri manusia terdapat daya yang menggerakkan ilmu, filsafat, dan agama yaitu melalui akal pikir, rasa, dan keyakinan.
Akal pikiran manusia sebagai daya gerak dan berkembangnya ilmu dan filsafat, sedangkan keyakinan menjadi daya gerak agama. Ilmu diperoleh melaui akal pikiran manusai dari pengalaman (empiris) dan indera (riset). Filsafat mendasarkan pada otoritas akal murni secara bebas, sedangkan agama mendasarkan diri pada otoritas wahyu.








DAFTAR PUSTAKA
Jan Hendrik Rapar, Pengantar Filsafat, Yogyakarta: Kanisius, 1996
Jalaludin, filsafat umum pengetahuan. Jakarta: Rajawali Pers, 2014
Abbas, Zainal Arifin. Perkembangan Pikiran Keagamaan Terhadap Agama, Medan: Islamiah, 1951
Jalaluddin. Psikologi Agama, Jakarta: Rajawali Press, Cet. I, 1996
Endraswara, Suwardi, Filsafat Ilmu, Yogyakarta, CAPS, 2012












           





[1]  Jan Hendrik Rapar, Pengantar Filsafat, (Yogyakarta; kanisius, 1996), hlm. 15.
[2]  Obet nego, http://onego1993.blogspot.co.id, 13 November 2015, 10:37 WIB.
[3]  Ramayulis, Psikologi Agama (Jakarta; Kalam Mulia, 2002), hlm. 248
[4]  Prof. Dr. H. Jalaludin . Filsafat Ilmu Pengetahuan, (Jakarta : Rajawali pers, 2014), hlm. 98.
[5]  Suwardi Endraswara, Filsafat Ilmu, (Yokyakarta: CAPS, 2012), hlm. 269

Tidak ada komentar:

Posting Komentar