FILSAFAT UMUM
INTERELASI ANTARA FILSAFAT, AGAMA, ILMU PENGETAHUAN
DI SUSUN OLEH:
1. ALFARIZI (1532100080 )
2. AYU
SEPTIANI (1532100090 )
3. DESI
RATNASARI (1532100099)
DOSEN PEMIMBING
: SYARNUBI, M.Pd.I
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
JURUSAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS
TARBIYAH DAN KEGURUAN
TAHUN AJARAN :
2015/2016
KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaikum
Wr. Wb.
Segala
puji hanya milik Allah azza wajal, shalawat seiring salam semoga selalu
tercurah kepada Nabi akhir zaman yakni Muhammad Saw. Keluarga, sahabat dan
seluruh umatnya yang setia dan istiqomah berada di atas ajarannya hingga hari
kiamat.
Penulis
sangat bersyukur karena berkat rahmat dan karuniaNyalah penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul“Interelasi Antara Filsafat, Agama, dan Ilmu
Pengetahuan.”
Penyusunan
makalah ini sebagai tugas dari mata kuliah Filsafat Umum Program Studi
Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang. Dalam
penyusunan makalah ini penulis sangat menyadari masih banyak kekurangan dan
kesalahan sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan makalah ini. Penulis juga mengucapkan banyak terima
kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Filsafat Umum yang telah memberikan
materi perkuliahan serta arahannya, mudah-mudahan Allah SWT. Membalas atas
semua bantuan yang telah diberikan dengan tulus dan ikhlas. Penulis berharap
makalah ini berguna bagi kita semua amin. Atas perhatian kami ucapkan terima
kasih.
Akhirul
Kalam,
Wassalamu’alaikum
Wr. Wb.
Palembang, 17 November
2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................. 2
DAFTAR ISI............................................................................................................. .. 3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................... 4
A. Latar Belakang........................................................................................................ 4
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................... .. 5
A. Pengertian filsafat, agama, dan ilmu
pengetahuan................................................. 5
1) Filsafat.............................................................................................................. 5
2) Agama............................................................................................................... 6
3) Ilmu pengetahuan............................................................................................. 7
B. Interelasi antara filsafat, agama dan
ilmu pengetahuan.......................................... 8
C. Contoh hubungan antara Agama, ilmu dan
filsafat.............................................. 10
BAB III PENUTUP .................................................................................................. 12
Kesimpulan................................................................................................................
12
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 13
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berpikir
merupakan hal yang selalu dilakukan oleh manusia, dan berpikir pula merupakan
keistimewaan yang diberikan oleh Allah SWT. Kepada kita dengan manusia. Akal
yang diberikan oleh-Nya merupakan suatu pembeda antara kita dengan makhluk
lainnya.
Filsafat
merupakan suatu upaya berfikir yang jelas dan terang tentang seluruh kenyataan.
Filsafat dapat mendorong pikiran kita untuk meraih kebenaran yang dapat membawa
manusia kepada pemahaman, dan pemahaman membawa manusia kepada tindakan yang
lebih baik.
Agama merupakan
suatu keyakinan akan adanya kehadiran Tuhan yang Maha Kuasa yaitu ALLAH SWT.
Dengan seseorang meyakini bahwa adanya ALLAH SWT maka kehidupan yang dijalani
seseorang akan selalu terarah kapada hal yang benar. Karena datangnya kebenaran
hanya dari ALLAH SWT.
Sedangkan pada
ilmu pengetahuan seseorang mendapatkan kebenaran dengan penyelidikan (riset,
research), pengalaman (empiri), dan percobaan (eksperimen).
Filsafat,
agama, dan ilmu pengetahuan mempunyai hubungan yang terkait dan reflektif
dengan manusia. Dikatakan terkait dan reflektif karena ketiganya tidak dapat
bergerak dan berkembang apabila tidak ada tiga alat tenaga utama yang berada di
dalam diri manusia. Tiga alat tenaga utama manusia adalah akal pikir, rasa, dan
keyakinan, sehingga dengan ketiga hal tersebut manusia dapat mencapai
kebahagiaan bagi dirinya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Filsafat, Agama dan Ilmu pengetahuan
1)
Filsafat
Secara etimologis, istilah “ filsafat
“ , yang merupakan padanan kata falsafah
(bahasa Arab) dan philosophy (bahasa
Inggris), berasal dari bahasa Yunani (philosophia).
Kata phisophia merupakan kata majemuk
yang terdiri dari kata philos dan
sophia.Kata tersebut berarti kekasih,
bisa juga berarti sahabat.
Para
filsuf pra-sokratik mempertanyakan tentang bagaimana awal atau asal mula alam
dan berusaha menjawabnya dengan menggunakan logos
atau rasio tanpa meminta bantuan.Oleh
karena itu, bagi mereka, filsafat adalah ilmu yang berupaya untuk memahami
hakikat alam dan realitas ada dengan mengandalkan akal budi.
Plato memiliki berbagai gagasan tentang
filsafat. Antara lain, Plato pernah mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu
pengetahuan yang berusaha merayu kebenaran yang asli dan murni. Selain itu, dia
juga mengatakan bahwa filsafat adalah penyelidikan tentang sebab-sebab dan
asas-asas yang paling akhir dari segala sesuatu yang ada.
Aristoteles
(murid Plato) juga memiliki beberapa gagasan mengenai filsafat. Antara lain,
dia mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang senantiasa berupaya
mencari prinsip-prinsip dan penyebab-penyebab dari realitas yang ada.
Rene
Descartes mengatakan bahwa filsafat adalah himpunan dari segala pengetahuan
yang pangkal penyelidikannya adalah mengenai Tuhan, alam, dan manusia.
Williaem
James juga mengatakan bahwa filsafat adalah suatu usaha untuk mencapai radix,
atau akar kenyataan dunia wujud, juga akar pengetahuan tentang diri sendiri.[1]
Inti
dari filsafat itu adalah berfikir secara mendalam tentang hakikat sesuatu untuk
memperoleh kebenaran.
2)
Agama
Pengertian agama berasal dari bahasa
sangsekerta dari kata ‘a ‘ berarti ‘tidak’ dan gama’ berarti ‘kacau’. Jadi,
kata agama diartikan tidak kacau, tidak semeraut, hidup menjadi lurus dan
benar.[2]
Pengertian agama menunjukkan kepada jalan
atau cara yang ditempuh untuk mencari rahmat dan kasih tuhan. Dalam agama itu
ada sesuatu yang dianggap berkuasa, yaitu Tuhan, zat yang memiliki segala yang
ada, yang berkuasa, yang mengatu seluruh alam serta isinya.
Secara ringkas, hubungan filsafat dengan
agama sebagai berikut :
1. Agama adalah unsur mutlak dan sumber
kebudayaan, sedangkan filsafat adalah salah satu unsur kebudayaan
2. Agama adalah ciptanya Tuhan, sedangkan
filsafat hasil spekulasi manusia
3. Agama adalah sumber-sumber asumsi dari
filsafat dan ilmu pengetahuan, dengan filsafat menguji asumsi-asumsi sains
4. Agama mendahulukan kepercayaan dari pada
pemikiran, sedangkan filsafat mempercayakan sepenuhnykuatan daya pemikiran
Hakikat
agama adalah keyakinan akan adanya tuhan yang berkuasa, yang dipatuhi oleh
hamba-Nya dan sebagai bentuk keyakinan manusia terhadap sesuatu yang Maha Kuasa
(Adi kodrati) menyertai seluruh ruang lingkup kehidupan manusia individu maupun
kehidupan masyarakat, baik kehidupan material maupun kehidupan spiritual, baik
kehidupan duniawi maupun kehidupan ukhrawi. Ada hal-hal yang dibicarakan yang
menyentuh akal dan pengalaman manusia, tetapi ada yang berada di luar itu dapat
berbentuk suprarasional.[3]
3)
Ilmu pengetahuan
Secara bahasa science
berarti “keadaan atau fakta mengetahui atau sering diambil dalam arti
pengetahuan (knowladge) yang dikontraskan dengan intuisi dan
kepercayaan. Ilmu pengetahuan atau yang dimaksud dengan sains (science)
adalah pengetahuan ilmiah atau pengetahuan bersifat ilmu, secara ilmu
pengetahuan, memenuhi syarat (hukum) ilmu pengetahuan. Dengan demikian hanya
pengetahuan yang memenuhi syarat-syarat dimaksud bisa disebut sebagai sains
(ilmu pengetahuan). Di luar ketentuan ini, segala bentuk pengetahuan tidak
termasuk dalam ilmu pengetahuan.
Dalam pandangan
van puersen yang disebut ilmu pengetahuan ialah pengetahuan yang
terorganisasi,yaitu dengan sistem dan metode berusaha mencari hubungan-hubungan
tetap diantara gejala-gejala.
Sedangkan
menurut Achmad Baiquni mengemukakan pengertian singkat ilmu pengetahuan sebagai
himpunan pengetahuan-pengetahuan manusia yang dikumpulkan melalui proses pengkajian dan dapat diterima
oleh rasio, artinya dapat dinalar.[4]
Ilmu adalah pengetahuan yang pasti,
sistematis, metodik, ilmiah dan mencakup kebenaran umum mengenai objek studi. Sedangkan
pengetahuan adalah sesuatu yang menjelaskan tentang adanya sesuatu hal yang
diperoleh secara biasa atau sehari-hari melalui pengalaman (empiris), kesadaran
(instuisi), informasi, dan sebagainya. Jadi, pengetahuan mempunyai cakupan
lebih luas dan umum daripada ilmu. Namun, dalam tulisan ini sengaja disebut
dengan menggabungkan keduanya, yaitu ilmu pengetahuan. Karena keberadaan ilmu
dan pengetahuan sama-sama pentingnya bagi hidup dan kehidupan, tidak boleh
dipisahkan. Ilmu membentuk daya inteligensi yang melahirkan keterampilan
(skill).
B.
Interelasi antara Filsafat, Agama, dan Ilmu Pengetahuan
Ilmu
pengetahuan berasal dan berkembang dari filsafat. Sebelum ilmu pengetahuan
lahir filsafat telah memberikan landasan yang kuat. Filsafat itu kuncinya pada
upaya menemukan kebijaksanaan hidup. Orang yang tahu filsafat, sekaligus
menguasai agama, dan ilmu, seharusnya hidupnya semakin lengkap. Fokus filsafat
juga berusaha menemukan kebenaran, jika dikaitkan dengan agama, tentu pencarian
kebenaran seharusnya kearah kebenaran transcendental. Kebenaran yang sifatnya
abstrak ini, akan diraih melalui penguasan ilmu yang mantap.
Filsafat dan
ilmu akan membangun pemikiran orang beragama. Beragama yang sekedar
ikut-ikutan, tentu kurang tepat. Beragama yang dilandasi ilmu, akan mempermudah
manusia mencapai kenbenaran. Jalan untuk mencari , menghampiri dan menemukan
kebenaran dapat ditempuh dengan jalan, yaitu; ilmu, filsafat, dan agama sulit
lagi untuk diragukan. Ketiga jalan ini mempunyai titik persamaaan, titik
perbedaan dan titik singgung yang satu terhadap yang lainnya.
Wilayah agama
sering berkaitan dengan proses tahu dan tidak tahu yang sifatnya sulit
dibantah. Orang membantah agama, dianggap lemah agamanya. Debat keagamaan dan
ilmu sering berakhir dengan jalan buntu, karena landasannya berbeda.
Dari ilustrasi
ini dapat digambarkan bahwa pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu dan
merupakan hasil proses dari usaha manusia. Beranjak dari pengetahuan adalah
kebenaran dan kebenaran adalah pengetahuan, maka didalam kehidupannya manusia
dapat memiliki berbagai pengetahuan dan kebenaran.
Adapun sebagaimana yang dikatakan Salam , beberapa
pengetahuan yang dimilki oleh manusia, yaitu;
1)
Pengetahuan
biasa (common sense)
2)
Pengetahuan
ilmu atau science
3)
Pengetahuan
filsafat
4)
Pengetahuan
religi
Ilmu
pengetahuan dan agama selalu ada perdebatan kritis yang tiada henti-hentinya.
Agama pada umumnya merupakan kredo (tata keimanan atau tata keyakinan) atas
adanya sesuatu yang mutlak di luar manusia. Menurut Anshari (1979:158) agama
berbeda dengan sains dan filsafat karena agama menekankan keterlibatan pribadi.
Kemajuan spiritual manusia dapat diukur
dengan tingginya nilai yang tak terbatas yang ia berikan kepada objek yang ia
sembah. Seseorang yang religius merasakan adanya kewajiban yang tak bersyarat
terhadap zat yang ia anggap sebagai sumber tertinggi bagi kepribadian dan
kebaikan. Agama tak dapat dipisahkan dari bagian-bagian lain dari kehidupan
manusia, jika ia merupakan reaksi terhadap keseluruhan wujud manusia terhadap
loyalitasnya yang tertinggi.
Menurut Titus agama
harus dapat di rasakandan dipikirkan : ia harus diyakini, dan dijelaskan dalam
tindakan. Konsep agama harus dipikirkan, menghendaki pemahaman tentang ilmu
pengetahuan. Baik ilmu, filsafat maupun agama bertujuan sekurang-kurangnya
berurusan dengan hal yang sama yaitu kebenaran. Namun titik perbedaannya
terletak pada sumbernya, ilmu dan filsafat bersumber pada akal, budi, rasio,
manusia. Sedangkan agama bersumberkan paa wahyu. Persoalan asal usul kebenaran
inilah yang menyebabkan perseteruan antara ilmu dan agama.[5]
Ada beberapa
kemungkinan hubungan antara agama dan ilmu pengetahuan, yaitu sebagai berikut:
1)
Bersebrangan
atau bertentangan
2)
Bertentangan
tapi dapat hidup berdampingan secara damai
3)
Tidak
bertentangan satu sama lain
4)
Saling
mendukung satu sama lain
Pola hubungan pertama adalah pola hubungan yang negatif,
saling tolak-menolak. Apa yang dianggap benar oleh agama tidak dianggap benar
oleh ilmu pengetahuan, demikian pula sebaliknya. Pola hubungan pertama ini
pernah terjadi pada zaman Galileo-Galilei.
Ketika Galileo berpendapat bahwa bumi mengitari matahari sedangkan
gereja berpendapat mataharilah yang mengitari bumi, maka Galileo dipersalahkan
dan dikalahkan. Ia dihukum karena dianggap menyesatkan masyarakat pada saat
itu.
Pola hubungan kedua adalah perkembangan dari pola hubungan
petama. Ketika kebenaran ilmu pengetahuan yang bertentangan dengan kebenaran
agama makin tidak dapat disangkal sementara keyakinan akan kebenaran agama
masih kuat dihati, jalan satu-satunya bahwa masing-masing mempunyai wilayah
yang berbeda.
Pola hubungan ketiga
adalah pola hubungan netral. Dalam pola hubungan ini kebenaran ajaran dari agama
tidak bertentangan dengan kebenaran ilmu pengetahuan, tetapi juga tidak saling
mempengaruhi.
Di samping itu
pengetahuan mencari kebenaran dengan jalan penyelidikan, pengalaman, dan
percobaan sabagai batu ujian. filsafat menghampiri kebenaran dengan eksplorasi
akal budi secara radikal (mendalam/mengakar), tidak merasa terikat oleh ikatan
apapun, kecuali oleh ikatan tangannya sendiri bernama logika. Sedangkan agama
mencari kebenaran dengan mempertanyakan berbagai masalah kepada kitab suci.
Dasar kitab suci adalah kebenaran.
Kebenaran ilmu
pengetahuan adalah kebenaran bersifat positif, kebenaran filsafat adalah
kebenaran bersifat spekulatif (dugaan yang tidak dapat dibuktikan secara
empiris, riset, dan eksperimen), sedangkan kebenaran agama adalah kebenaran
bersifat mutlak (absolut) karena agama adalah wahyu yang diturunkan oleh ALLAH
SWT. Orang yang menolak kebenaran agama dianggap menyimpang.
C.
Contoh Hubungan Antara Agama, Ilmu Pengetahuan, Dan Filsafat
Wilayah agama,
wilayah illmu pengetahuan dan wilayah filsafat memang berbeda. Agama mengenai
soal kepercayaan dan ilmu mengenai soal
pengetahuan. Pelita agama ada di hati dan pelita ilmu ada di otak. Meski
areanya berbeda namun ketiganya saling berhubungan timbal balik. Agama
menetapkan tujuan, tapi tidak dapat mencapainya tanpa bantuan ilmu pengetahuan
dan filsafat. Ilmu yang kuat dapat memperkuat keyakinan keagamaan.
Agama
senantiasa memotivasi pengembangan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan akan
membahayakna umat manusia jika tidak di kejang dengan agama. Dari sini dapat
diambil bahwa ilmu tanpa agama akan buta dan agama tanpa ilmu akan lumpuh.
Dari pernyataan
diatas dapat kita contohkan dalam hubungan antara agama, ilmu, dan filsafat
adalah dalam menentukan jatuhnya hari pertama puasa atau penentuan tanggal 1
syawal bulan ramadhan.
Tabel Hubungan Antara Agama, Ilmu
Pengetahuan, Dan Filsafat
Nama
|
Cara Mencari
Kebenaran
|
Fungsi/Hubungan
|
Agama
|
Berdasarkan wahyu dengan mempertanyakan berbagai masalah kepada
kitab suci dan bersifat mutlak.
|
Agama menetapkan
tujuan
|
Ilmu
pengetahuan
|
Penyelidikan, pengalaman, dan percobaaan sebagai natu ujian dan
bersifat positif.
|
Memperkuat
keyakinan keagamaaan
|
Filsafat
|
Eksplorasi akal budi secara radikal (mendalam/mengakar) atau
dengan logika dan bersifat spekulatif.
|
Memantapkan
keputusan yang tepat
|
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Dapat kita
simpulkan bahwa Filsafat, agama, dan ilmu pengetahuan mempunyai hubungan yang
terkait dan reflektif dengan manusia. Dikatakan terkait dan reflektif karena
ketiganya tidak dapat bergerak dan berkembang apabila tidak ada tiga alat
tenaga utama yang berada di dalam diri manusia. Tiga alat tenaga utama manusia
adalah akal pikir, rasa, dan keyakinan, sehingga dengan ketiga hal tersebut
manusia dapat mencapai kebahagiaan bagi dirinya.
Pada prinsipnya
antara ilmu, filsafat, dan agama mempunyai hubungan yang erat dan saling terkait
anatara satu dengan yang lainya. Di mana ketiganya memilki kekuatan daya gerak
dan refleksi yang berasal dari manusia. Dalam diri manusia terdapat daya yang
menggerakkan ilmu, filsafat, dan agama yaitu melalui akal pikir, rasa, dan
keyakinan.
Akal pikiran
manusia sebagai daya gerak dan berkembangnya ilmu dan filsafat, sedangkan
keyakinan menjadi daya gerak agama. Ilmu diperoleh melaui akal pikiran manusai
dari pengalaman (empiris) dan indera (riset). Filsafat mendasarkan pada
otoritas akal murni secara bebas, sedangkan agama mendasarkan diri pada
otoritas wahyu.
DAFTAR PUSTAKA
Jan Hendrik Rapar, Pengantar Filsafat, Yogyakarta:
Kanisius, 1996
Jalaludin, filsafat umum pengetahuan. Jakarta:
Rajawali Pers, 2014
Abbas,
Zainal Arifin. Perkembangan Pikiran Keagamaan Terhadap Agama, Medan:
Islamiah, 1951
Jalaluddin.
Psikologi Agama, Jakarta: Rajawali Press, Cet. I, 1996
Endraswara,
Suwardi, Filsafat Ilmu, Yogyakarta, CAPS, 2012
[1] Jan Hendrik Rapar, Pengantar Filsafat,
(Yogyakarta; kanisius, 1996), hlm. 15.
[3] Ramayulis, Psikologi Agama (Jakarta; Kalam
Mulia, 2002), hlm. 248
[4] Prof. Dr. H. Jalaludin . Filsafat Ilmu Pengetahuan,
(Jakarta : Rajawali pers, 2014), hlm. 98.
[5] Suwardi Endraswara, Filsafat Ilmu, (Yokyakarta:
CAPS, 2012), hlm. 269
Tidak ada komentar:
Posting Komentar