Rabu, 20 Juli 2016

Kel. 2 Hubungan Filsafat, Manusia dan Pendidikan



MAKALAH
HUBUNGAN ANATARA FILSAFAT, MANUSIA, DAN PENDIDIKAN


Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Islam
Disusun Oleh
Kelompok 2 :

Aidil Asbi                               : (1532100077 )
Ayu Lestari                            : (15321000     )
Desi Ratna Sari                     : (1532100100)

Dosen Pengampuh :
Syarnubi, M. Pdi


Jurusan Pendidikan Agama Islam dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Raden Fatah
Palembang
2016


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................ i
DAFTAR ISI.............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................... 2
A.    MANUSIA DAN FILSAFAT......................................................... 2
B.     FILSAFAT DAN TEORI PENDIDIKAN..................................... 3
C.     HUBUNGAN ANTARA FILSAFAT, MANUSIA,
 DAN PENDIDIKAN.................................................................................         
BAB III KESIMPULAN............................................................................
DAFATAR PUSTAKA..............................................................................




















KATA PENGANTAR


        Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, dengan Rahmat, Taufiq, dan hidayah-Nya, penulis telah dapat menyelesaikan makalah Hubungan Antara Filsafat, Manusia, dan Pendidikan ini.
Makalah ini terselesaikan sesuai dengan pembelajaran mata kuliah Filsafat pendidikan islam. Makalah ini berisikan tentang hubungan yang terjadi antara Filsafat,Manusia, dan pendidikan di dalam kehidupan ini. Penulis menyadari sepenuhnya dengan keterbatasan kemampuan pada diri penulis bahwa penulisan ini masih jauh dengan apa yang dikatakan sempurna. Karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari para pembaca demi tercapainya kesempurn aan makalah ini. Penulis tak lupakan menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang membantu terselesaikannya makalah ini. Semoga makalah ini benara-benar bermanfaat bagi semua pembaca. Amin.

                                                                        Palembang,   Maret 2016
                                                                               Penulis



BAB I
                                                            PENDAHULUAN
a.      Latar belakang
            Manusia mempunyai keistimewaan dan makhluk-makhluk yang lain, ia diciptakan oleh Allah SWT begitu sempurna ini manusia dapat meningkatkan kehidupannya dengan berpikir, merupakan salah satu bentuk kegiatan akal manusia melalui panca idrah diolah dan ditujuhkan untuk mencapai suatu kebenaran. Berpikir adalah berdialog dengan diri sendiri dengan manifestasinya,ialah mempertimbangakan, merenungkan, menganalisis menunjukkan alasan-alasan, membuktikan sesuatu, mengolong-golongkan, menarik kesimpulan, meneliti suatu jalan  pikiran, mencari kualitasnya, membahas secara realitas dan lain-lain. Sesuai dengan makna filsafat yaitu sebagai ilmu yang bertujuan untuk berusaha memahami semua yang timbul dalam keseluruhan lingkup pengalaman manusia, maka dalam berfilsafat memerlukan suatu ilmu dalam mewujudkan pemahaman tersebut.
            Berbicara mengenai ilmu maka tidak lepas dengan pendidikan, yang mana menyakini tentang eksistensi pendidikan dari yang sifatnya umum sampai kepada yang khusus, makin hari diperkuat dengan perkembangannya metode pengukuran dan cara analisis yang  dapat menghasilkan data yang dipercaya.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud manusia dan filsafat?
2.      Apa yang dimaksud filsafat dan teori pendidikan?
3.      Bagaimana hubungan antara filsafat, manusi dan pendidikan ?

C.    Batasan Masalah:
1.      Hanya membahas manusia dan filsafat.
2.      Hanya membahas filsafat dan teori pendidikan.
3.      Hanya membahs antara filsafat, manusia dan pendidikan.



BAB II
PEMBAHASAN

HUBUNGAN  ANTARA  FILSAFAT, MANUSIA  DAN  PENDIDIKAN

A.    Manusia dan Filsafat
Manusia adalah makhluk yang berakal sehat, yang mengeluarkan pendapatnya dan yang berpolitik, berkeluarga dan bermasyarakat mempunyai kampung halaman berbicara berdasarkan akal dan pikirannya ( the animal that reasons). Manusia adalah makhluk dan negara[1]. Karena manusia itu memiliki akal pikiran yang senantiasa berfikir, dan karena situasi kondisi alam dimana dia hidup selalu berubah-ubah dan penuh dengan peristiwa-peristiwa penting bahkan dahsyat, yang kadang-kadang dia tidak kuasa untuk menentang dan menolaknya menyebakan manusia itu termenung, memikirkan segala hal yang terjadi di sekitar dirinya. Dipandangnya tanah tempat dia berpijak, dilihatnnya bahwa segala sesuatu tumbuh diatasnya, berkembang, berbuah, dan melimpah ruah.
Segala peristiwa berlaku diatas permukaannya dan didalam siang  dan malamnya dia menyaksikan kebaikan dan keburukan, kebaktian dan kejahatan, sehat dan sakit, disuka dan duka malang dan senang, hidup dan mati dan sebagainya, yang meliputi dan melingkupi kehidupan manusia. Diarahkan pandangannya ke langit biru, maka nampak olehnya, benda- benda angkasa, mengembangkan dan bersemayam dilangit tinggi. Matahari memberikan sinar dan cahaya terang benderang meliputi segenap sudut dan penjuru dunia ini menaburkan panas dan kehangatan yang nyaman dan menyegarkan dan kadang-kadang membara, membakar dan meresahkan seluruh makhluk diatas permukaan bumi. Dengan sinarnya gilang gemilang itu ia membersihkan kehidupan dan menyalurkan ruh dan jiwa kepada benda-benda yang mati, Hal- hal seperti itula yang menakjubkan manusia, menyebabkan ia termenung merenungkan segala sesuatu dia berfikir dan berfikir sepanjang masa dan sepanjang zaman. Dia memikirkan dirinya sebagai micro kosmos dan memikirkan jagad raya sebagai macro kosmos. Dia memikirkan juga alam ghaib, alam dibalik dunia yang nyata ini, alam metafisika dan dia pun mulai membangun pemikiran filsafat[2].
Didalam sejarah umat manusia ,setelah kemampuan intelektual dan kemakmuran manusia meningkat tnggi, maka tampillah manusia yang unggul merenung dan memikir, menganalisa, membahas dan menghapus berbagai poblema dan permasalahan hidup dan kehidupan, sosial kemasyarakatan, alam semesta dan jagat raya. Maka lahirlah untuk pertama kalinya filsafat alam periode pertama, selanjutnya filsafat alam periode kedua, lalu shopiesme kemudian filsafat klasik yang bermula kurang lebih enam abad sebelum masehi.
Memang filsafat alam baik dariperiode pertama maupun periode kedua, begitu pula pemikiran shopiesme, belumlah mempunyai pengaruh mendalam dalam bidang pendidikan. Barulah setelah lahir filsafat klasik yang dipelopori oleh socrates (470 SM-399 SM) dan murid-muridnya plato dan aristoteles, filsafat mulai berpengaruh positif dalam pendidikan.[3]

B.     Filsafat Dan Teori Pendidikan
Sebenarnya kita ketahui, ilmu jiwa bagi ilmunpendidikan adalah suatu komplementasi yang amat bernilai. Pedodogik tanpa ilmu jasa, sama dengan praktek tanpa teori, pendidikan tanpa mengerti untuk apa, bagaimana dan mengapa manusia di didik. Tanpa pengertian atas manusia baik sifat-sifat individualitasnya yang unik maupun potensi-potensi yang justr akan di bina, pendidikan akan salah arah. Bahkan pengertian yang baik, memaksa kodrat manusia banyak diantarah masalah-masalah kependidikan tersebut yang merupakan pertanyaan pertanyaan filosofos, yang memerlukan pendekatan filosofispula dalam pemecahannya. Analisa filsafat terhadap masalah kependidikan tersebut, dengan berbagai cara pendekatannya, akan dapat menghasilkan pandangan-pandangan tertentu mengenai masalah-masalah kependidikan tersebut, dan asas dasar itu bisa disusun sistematis teori-teori pendidikan .
Hubungan fungsional antara filsafat dan  teori  pendidikan tersebut secara lebih rinci dapat diuraikan sebagai berikut:
      1. Filsafat dalam arti analisa, filsafat adalah salah satu cara pendekatan yang digunakan Oleh para ahli pendidikan dalam memecahkan problematika pendidikan dan menyusun teori-teori pendidikannya. Disamping menggunakan metode-metode ilmiah lainnya. Sementara itu dengan filsafat, sebagai pandangan tertentu terhadap suatu objek misalnya filsafat idealisme, realisme, materealisme dan sebagainya, akan mewarnai pula pandangan ahli pendidikan yang dikembangkannya. Aliran filsafat tertentu akan mempengaruhi dan memberikan bentuk serta corak tertentu terhadap teori-teori pendidikan yang dikembangkannya atas dasar aliran filsafat ersebut4[4].
2. Filsafat juga berfungsi memberikan arah agar teori pendidikan yang telah dikembangkan oleh para ahlinya, yang berdasarkan dan menurut pandangan aliran filsafat tertentu, mempunyai relevansi dengan kehidupan nyata. Artinya mengarahkan agar teori-teori dan pandangan filsafat pendidikan yang telah dikembangkan tersebut bisa diterapkan dalam praktek kependidikan sesuai dengan kenyataan dan kebutuhan hidup yang juga berkembang dalam masyarakat. Disamping itu merupakan kenyataan bahwa setiap masyarakat hidup dengan pandangan dan filsafat hidupnya sendiri-sendiri yang berbeda dengan satu dengan yang lainnyadan dengan sendirinya akan menyangkut kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Disilah letak fungsi fildafat dan filsafat pendidikan dalam memilih dan mengerahkan teoro-teori pendidikan dan jika perlu merevisi teri pendidikan tersebut, yang sesuai dengan kebutuhan tujuan dan pandangan hidup dari masyarakat[5].
       3.Filsafat termasuk juga filsafat pendidikan, juga mempunyai fungsi untuk memberikan petunjuk dan arah dalam pengembangan teori-teori pendidikan menjadi ilmu pengetahuan atau pedagogis. Suatu praktek kependidikan yang didasarkan dan diarahkan oleh suatu filsafat pendidikan tertentu, akan menghasilkan dan menimbulkan bentuk-bentuk dan gejalah-gejalah kependidikan yang tertentu pula. Hal ini merupakan data-data kependidikan yang ada dalam suatu masyarakat tertentu.Analisa filsafat berusaha untuk menganalisa dan memberikan arti terhada data -data kependidikan tersebut dan untuk selanjutnya akan berkembanglah ilmu pendidikan (pedagogik).
Disamping hubungan fungsional tersebut antara filsafat dan teori pendidikan juga terdapat hubungan yang suplementer sebagaimana dikemukakan oleh Ali Saefullah sebagai berikut:
a.      Kegiatan merumuskan dasar-dasar dan tujuan-tujuan pendidikan, konsep tentang hakikat manusia serta isi moral pendidiknya.
b.      Kegiatan merumuskan sistem atau teori pendidikan (science of education) yang meliputi politik pendidikan,  kepepimpinan pendidik atau organisasi pendidikan, metodologi pendidikan dan pengajaran, termasuk pola-pola akulturasi dan peranan pendidikan dalam pembangunan masyarakat dan negara.
c.         Definisi diatas merangkum dua cabang ilmu pendidikan, yaitu filsafat pendidikan dan sistem atau teori pendidikan dan hubungan antar keduanya adalah bahwa yang satu suplemen terhadap yang lain dan keduanya diperlukan oleh setiap guru sebagai pendidik dan bukan hanya sebagai pengajar bidang studi tertentu.

C.    Hubungan Antara Filsafat, Manusia Dan Pendidikan
a.      Kedudukan filsafat dalam ilmu pengetahuan
Dalam ilmu pengetahuan filsafat mempunyai kedudukan sentral, asal atau  pokok, karena filsafatlah yang mula-mula merupakan satu-satunya usaha manusia dibidang kerohanian untuk mencapai kebenaran atau pengetahuan. Lambat laun sesuai dengan sifatnya manusia tidak pernah merasa puas dengan meninjau suatu hal dari sudut yang umum, melainkan juga ingin memperhatikan hal-hal yang khusus. Maka kemudian timbullah penyelidikan mengenai hal-hal yang khusus yang sebelumnya masuk dalam lingkunga filsafat. Jika penyelidikan ini mencapai tingkat yang tinggi maka cabang penyelidikan itu melepaskan diri dari filsafat sebagai cabang ilmu pengetahan yang baru dan berdiri sendiri.
Adapun yang pertama kali melepaskan diri dari filsafat ialah ilmu pasti, kemudian disusul oleh ilmu –ilmu pengetahuan lainnya. Akan tetapi meskipun lambat laun banyak ilmu pengetahuan yang melepaaskan diri tidaklah berarti ilmu pengetahuan itu sama sekali tidak membutuhkan bantuan dari ilmu filsafat. Misalnya makna dari pengetahuan tentang atom, baru mulai nampak bila dihubungkan dngan peradaban seorang ahli atom berusaha menemukan fakta kemudian menciptakan teknik-teknik yang diperlukan. Semuanya itu dilakukan dari pengetahuan tentang atom yang semakin meluas dan mendalam namun para ahli atom kadang-kadang atau tidak memperhatikan apa yang dilakukan manusia karena atom hanya untuk kepentingan malapetaka pada manusia hal ini menjadi tugs dari filsafat, karena -naik untuk menjadi pegangan manusia[6].
Kemudian bahasan tentang kedudukan atau hubungan antara filsafat dan ilmu pengetahuan atau berpikir filosofis dan berfikir ilmiah akan dilengkapi uraian initentang epistemologi genetis yaitu fase-fase berfikir dan pikiran manusia dengan mengambil contoh perkembangan akan mulai dari tahun pertama usia anak hingga dewsa sebagaimana diuraikan oleh Halford sebagai berikut:
Jasa utama dari uraiannya adalah mengenai perkembangan anak dalam hal tingkah laku yang terdiri atas empat fase, yaitu:
1.      fase sensorimotor, berlangsung antara umur nol tahun sampai usia dimana cara berfikir anak masih sangat ditentutukan oleh kemampuan pengalamannya, sehingga sangat sedikit terjadi peristiwa berfikir yang sebenarnya, dimana tanggapan tidak berperan sama sekali dalam proses berfikir dan berfikir anak.
2.      Fase Pra-operasional, pada usia kira-kira antara 5-8 tahun, yang ditandai adanya kegiatan berfikir dengan mulai menggunakan tanggapan (disebut logika fungsional) ia tidak menyebut dengan berfikir berdasar sebab akibat, seperti pendapat para ahli psikologi perkembangan.
3.      fase persoalan secara konkrit dan terhadap benda-benda yang konkrit pula.operasional yang konkrit, yaitu kegiatan berfikir untuk mememcahkan.
Dari uraian dan contoh tadi dapat disimpulkan bahwa ilmum pengetahuan itu menerima dasarnya dari filsafat, dengan rincian antara lain:
1.      Setiap ilmu pengetahuan itu mempunyai objek dan problem.
2.      Filsafat juga memberikan dasar-dasar yang umum bagi semua ilmu pengetahuan  dan  dasar yang umum itu dirumuskan keadaan dari ilmu pengetahuan itu.
3.      Disamping itu filsafat juga memberikan dasar-dasar yang khusus yang digunakan dalam tiap-tiap ilmu pengetahuan.
4.      Dasar diberikan oleh filsafat yaitu mengenai sifat-sifat ilmu dari semua ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan memperoleh sifat ilmu itu kalau menepati syarat-syarat yang telah ditentukan oleh filsafat. Artinya tidak mungkin tiap ilmu itu meninggalkan dirinya sebagai ilmu pengetahuan dengan meninggalkan syararat yang telah ditentukan oleh filsafat..
5.      Filsafat juga memberikan metode atau cara kepada ilmu pengetahuan
Manusia merupakan subjek pendidikan dan sebagai objek pendidikan, karena itu sikap untuk di didik dan siap untuk mendidik dimilikinya berhasil tidaknya suatu usaha atau kegiatan banyak tergantung pada jelas tidak adanya tujuan. Maka pendidikan di indonesia mempunyai tujuan pendidikan yang berlandaskan pada filsafat hidup bangsa indonesia, yaitu pancasila yang menjadi pokok dalam pendidikan, melalui usaha-usaha pendidikan, dalam keluarga masyarakat, sekolah dan perguruan tinggi[7].
b.       Kedudukan Filsafat Dalam Kedudukan Kehidupan manusia
            Untuk memberikan gambaran sebagai mana kedudukan filsafat dalam kehidupan manusia maka terlebih dahulu diungkapkan kembali pengertian filsafat . Dalam bahasan sebelumnya, filsafat mengandung pengertian adalah suatu ikhtiar untuk berpikir secara radikal, dalam arti mulai dari akarnya suatu gejala(hal kehendak permasalahan) sampai mencapi kebenaran yang dilakukan dengan kesungguhan dan kejujuran melalui tahapan- tahapan pikiran. Oleh karna itu seorang yang berfilsafat adalah orang yang berfikir secara sadar dan bertanggung jawab dengan terhadap diri sendiri.
Kebenaran dalam pengetahuan yang diterima filsafat adalah apabilah isi pengetahuan yang di usahakan sesuai dengan objek yang diketahuai yang didasari oleh kebebesan berpikir( diatur oleh logika ) untuk menyelidiki atau tata pikir yang bermetode, bersistem, dan berlaku universal, sehingga dengan demikian filsafat adalah ilmu yang berusaha mencari ketetapan dan sebab-sebab yang sedalam-dalamnya bagi segalah sesuatu (seluruh dunia dan alam ini), sebagai pandangan hidup. Apabila pandangan ini mengenai manusia adalah meliputi segala soal hidup manusia: pikiran, budi, tingkah laku dan nilai-nilainya dan tujuan hidup manusia, baik didunia maupun sesudah didunia ini tiada yang kemudian dikenal dengan sebutan pedoman hidup[8].
Filsafat sebagai ikhtiar berfikir maka bukan berarti untuk merumuskan suatu doktrin dan final, konklusif, dan tidak bisa diganggu gugat dia bukan sebagai idealis seperti apa yang kita alami sebagai realita. Disamping itu ada pula anggapan bahwa filsafat adalah hanya suatu kegiatan perenungan yang bertujuan mencapai pengetahuan tentang hakikat dari segalah yang nyata tetapi filsafat sebenarnya untuk sampai kepada pengertian yang lebih jauh dari pada sekedar persepsi, dia itu berupa kegiatan mental dalam wujud konseptualisasi.
Ada seorang guru atau pemikir yang mempunyai kesadaran diri untuk mendapatkan dan meningkatkan pemahaman yanga ada dalam kehidupan yang nyata, misalnya bagaiman pengetahuan tersebut diperolehnya, dan bagaimana bentuk dari apa yang dikuasai itu, maka filsafatlah yang membantu mereka untuk menjawabnya. Karena memeng didalam abad ini persoalan pengetahuan merupakan pusat permasalahan didalam agenda didalam ahli seorang filsafat. Sejarah ilmu filsafat selalu menaruh perhatian kepada permsalahan pertama filsafat realita, pengetahuan dan nilai(akan dibericarakan dalam problema filsafat dan filsafat pendidikan). Guru pemikir tadi menyatakan pendapatnya dengan dukungan yang persuasif ialah apa yang diketahui apa saja yang kita buktikan. Apakah kita pernah membantah bahwa hari cerah dan tidak ada mendung bila kita dan orang lain melihat sinar matahari? Apakah sinar matahari telah tertangkap oleh mata kita ? .Jika kita pikirkan semua itu, maka kita akan memperoleh seperangkat pengetahuan dari pengalaman empiriat (sensoris). Pengetahuan yang berguna tidak senantiasa diperoleh, tetapi dapat juga secara tidak lengsung yang merupakan eksistensi pengertian yang diambil secara empiris. Dengan membatasi pengetahuan pada pengelaman empiris saja berarti mengabaikan sekian banyak yang kita rasa kalau diketahui. Kita telah merasa apa yang kita sukai atau terbaik untuk diri kita dalam suatu atau lain keadaan meskipun kita tidak dapat membuktikannya.
Kita hanya mersa memiliki perasaan yang kuat semacam intuisi, meskipun kita tidak dapat membuktikannya. Dan kita menjadikan perasaan tersebut sebagai suatu dasar untuk sikap atau keputusan[9].








BAB III
KESIMPULAN
     Manusia adalah makhluk yang berakal sehat, yang mengeluarkan pendapatnya, yang berbicara berdasarkan akal dan pikirannya. Manusia adalah makhluk yang berpolitik, makhluk yang berfamily, dan bermasyarakat.
Dua cabang ilmu pendidikan, yaitu filsafat pendidikan dan sistem atau teori pendidikan dan bukan hanya sebagai pengajar bidang studi tertentu. Manusia merupakan subjek pendidikan dan sebagai objek pendidikan, karena itu sikap untuk didik dan siap untuk mendidik dimilikinya berhasil tidaknya suatu usaha atau kegiatan banyak tergantung pada jelas tidak adanya tujuan. maka pendidikan di Indonesia mempunyai tujuan pendidikan yang berlandaskan pada filsafat hidup bangsa indonesi.
Antara ketiga komponen, yaitu manusia, filsafat, dan pendidikan sangat erat hubungannya. Manusia diahirkan sebagai bayi yang tidak bisa melakukan tanpa bantuan orang lain. Dalam proses kehidupan, manusia akan dihadapkan dengan berbagai masalah kehidupan. Untuk dapat memilih dan melaksanakan cara hidup yang baik. Manusia memerlukan pendidikan. Dengan pendidikan manusia akan menjadi lebih dewasa dan bertanggung jawab Peran filsafat dalam kehidupan manusia disini yaitu sebagai pola pikir manusia yang yang bijaksana, arif dalam menjalani suatu kehidupan..sesuai dengan pengertiannya dari segi etimologi. Filsafat akan mengajarkan dan melatih manusia untuk bersikap yang bijaksana dalam hidup. Terkadang dengan berfikir filsafat, seseorang akan mempunyai suatu filsafat hidup atau pandangan atau pedoman hidup yang baik.






Daftar Pustaka

Anshari Endang Saifudin. 1979.Ilmu,Filsafat dan Agama .Surabaya:Bina Ilmu
Latief Juraid Abdul.2006.Manusia,filsafat dan Sejarah.Jakarta:PT Bumi Aksara.
Prasetya.2002.Filsafat Pendidikan . Bandung:CV Pustaka Setia.
Jalalludin dan Abdullah Idi. 1997 . Filsafat Pendidikan. Jakarta:Gaya Media Pratama.
Sadullah Uyo.2003.filsafat Pendidikan. Bandung: ALPABETA,CV.
Syam Muhammad Noor. 1984. Filsafat pendidikan dan dasar Filsafat. Surabaya: Usaha Nasional












                                                           


[1] Asmoro Ahmadi. filsafat pendidikan”. (Jakarta:PT. Rajagrafindo Persada, 2013). Hal. 11
[2] Ahmad Tafsir.”Filsafat pendidikan”.(Bandung :PT Remaja Rosdakarya,2013).Hal 23
[3] Asmoro Ahmadi, op.cit.Hal.22
[4] Ahmad Tafsir,op.cit.Hal. 23
[5] Hakim Atang Abdul dan Beni Ahmad Saebani,”Filsafat Pendidikan Islam”.(Bandung:CV Pustaka Setia,2008)Hal.25
[6]Hakin Atang Abdul dan Beni Ahmad saebani,ibid.Hal.21-22
[7] Hakim Atang Abdul dan Beni Ahmad Saebani,ibid.Hal.24
[8] Muchtar Latief. “Filsafat”.(Jakarta : Kencana Prenadamedia group, 2014). Hal 26
[9] Latief Muchtar, ibid. Hal.27

Tidak ada komentar:

Posting Komentar