MAKALAH
HUBUNGAN ANATARA FILSAFAT, MANUSIA, DAN PENDIDIKAN
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat
Pendidikan Islam
Disusun Oleh
Kelompok 2 :
Aidil Asbi :
(1532100077 )
Ayu Lestari :
(15321000 )
Desi Ratna Sari :
(1532100100)
Dosen Pengampuh :
Syarnubi, M.
Pdi
Jurusan
Pendidikan Agama Islam dan Keguruan
Universitas
Islam Negeri Raden Fatah
Palembang
2016
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................ i
DAFTAR ISI.............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................... 2
A. MANUSIA DAN FILSAFAT......................................................... 2
B. FILSAFAT DAN TEORI PENDIDIKAN..................................... 3
C. HUBUNGAN ANTARA FILSAFAT, MANUSIA,
DAN PENDIDIKAN.................................................................................
BAB III KESIMPULAN............................................................................
DAFATAR PUSTAKA..............................................................................
KATA PENGANTAR
Syukur
Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, dengan Rahmat,
Taufiq, dan hidayah-Nya, penulis telah dapat menyelesaikan makalah Hubungan
Antara Filsafat, Manusia, dan Pendidikan ini.
Makalah ini terselesaikan sesuai dengan pembelajaran
mata kuliah Filsafat pendidikan islam. Makalah ini berisikan tentang hubungan
yang terjadi antara Filsafat,Manusia, dan pendidikan di dalam kehidupan ini.
Penulis menyadari sepenuhnya dengan keterbatasan kemampuan pada diri penulis
bahwa penulisan ini masih jauh dengan apa yang dikatakan sempurna. Karena itu,
penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari para pembaca demi tercapainya
kesempurn aan makalah ini. Penulis tak lupakan menyampaikan ucapan terimakasih
kepada semua pihak yang membantu terselesaikannya makalah ini. Semoga makalah
ini benara-benar bermanfaat bagi semua pembaca. Amin.
Palembang, Maret 2016
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
a.
Latar belakang
Manusia mempunyai keistimewaan dan
makhluk-makhluk yang lain, ia diciptakan oleh Allah SWT begitu sempurna ini
manusia dapat meningkatkan kehidupannya dengan berpikir, merupakan salah satu
bentuk kegiatan akal manusia melalui panca idrah diolah dan ditujuhkan untuk
mencapai suatu kebenaran. Berpikir adalah berdialog dengan diri sendiri dengan
manifestasinya,ialah mempertimbangakan, merenungkan, menganalisis menunjukkan
alasan-alasan, membuktikan sesuatu, mengolong-golongkan, menarik kesimpulan,
meneliti suatu jalan pikiran, mencari
kualitasnya, membahas secara realitas dan lain-lain. Sesuai dengan makna
filsafat yaitu sebagai ilmu yang bertujuan untuk berusaha memahami semua yang
timbul dalam keseluruhan lingkup pengalaman manusia, maka dalam berfilsafat memerlukan
suatu ilmu dalam mewujudkan pemahaman tersebut.
Berbicara mengenai
ilmu maka tidak lepas dengan pendidikan, yang mana menyakini tentang eksistensi
pendidikan dari yang sifatnya umum sampai kepada yang khusus, makin hari diperkuat
dengan perkembangannya metode pengukuran dan cara analisis yang dapat menghasilkan data yang dipercaya.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa
yang dimaksud manusia dan filsafat?
2.
Apa
yang dimaksud filsafat dan teori pendidikan?
3.
Bagaimana
hubungan antara filsafat, manusi dan pendidikan ?
C.
Batasan Masalah:
1.
Hanya
membahas manusia dan filsafat.
2.
Hanya
membahas filsafat dan teori pendidikan.
3.
Hanya
membahs antara filsafat, manusia dan pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
HUBUNGAN
ANTARA FILSAFAT, MANUSIA DAN
PENDIDIKAN
A.
Manusia dan Filsafat
Manusia
adalah makhluk yang berakal sehat, yang mengeluarkan pendapatnya dan yang
berpolitik, berkeluarga dan bermasyarakat mempunyai kampung halaman berbicara
berdasarkan akal dan pikirannya ( the animal that reasons). Manusia adalah
makhluk dan negara[1].
Karena manusia itu memiliki akal pikiran yang senantiasa berfikir, dan karena
situasi kondisi alam dimana dia hidup selalu berubah-ubah dan penuh dengan
peristiwa-peristiwa penting bahkan dahsyat, yang kadang-kadang dia tidak kuasa
untuk menentang dan menolaknya menyebakan manusia itu termenung, memikirkan
segala hal yang terjadi di sekitar dirinya. Dipandangnya tanah tempat dia
berpijak, dilihatnnya bahwa segala sesuatu tumbuh diatasnya, berkembang,
berbuah, dan melimpah ruah.
Segala
peristiwa berlaku diatas permukaannya dan didalam siang dan malamnya dia menyaksikan kebaikan dan
keburukan, kebaktian dan kejahatan, sehat dan sakit, disuka dan duka malang dan
senang, hidup dan mati dan sebagainya, yang meliputi dan melingkupi kehidupan
manusia. Diarahkan pandangannya ke langit biru, maka nampak olehnya, benda-
benda angkasa, mengembangkan dan bersemayam dilangit tinggi. Matahari
memberikan sinar dan cahaya terang benderang meliputi segenap sudut dan penjuru
dunia ini menaburkan panas dan kehangatan yang nyaman dan menyegarkan dan
kadang-kadang membara, membakar dan meresahkan seluruh makhluk diatas permukaan
bumi. Dengan sinarnya gilang gemilang itu ia membersihkan kehidupan dan
menyalurkan ruh dan jiwa kepada benda-benda yang mati, Hal- hal seperti itula
yang menakjubkan manusia, menyebabkan ia termenung merenungkan segala sesuatu
dia berfikir dan berfikir sepanjang masa dan sepanjang zaman. Dia memikirkan
dirinya sebagai micro kosmos dan memikirkan jagad raya sebagai macro kosmos.
Dia memikirkan juga alam ghaib, alam dibalik dunia yang nyata ini, alam
metafisika dan dia pun mulai membangun pemikiran filsafat[2].
Didalam
sejarah umat manusia ,setelah kemampuan intelektual dan kemakmuran manusia
meningkat tnggi, maka tampillah manusia yang unggul merenung dan memikir, menganalisa,
membahas dan menghapus berbagai poblema dan permasalahan hidup dan kehidupan,
sosial kemasyarakatan, alam semesta dan jagat raya. Maka lahirlah untuk pertama
kalinya filsafat alam periode pertama, selanjutnya filsafat alam periode kedua,
lalu shopiesme kemudian filsafat klasik yang bermula kurang lebih enam abad
sebelum masehi.
Memang
filsafat alam baik dariperiode pertama maupun periode kedua, begitu pula
pemikiran shopiesme, belumlah mempunyai pengaruh mendalam dalam bidang pendidikan.
Barulah setelah lahir filsafat klasik yang dipelopori oleh socrates (470 SM-399
SM) dan murid-muridnya plato dan aristoteles, filsafat mulai berpengaruh positif
dalam pendidikan.[3]
B.
Filsafat Dan Teori Pendidikan
Sebenarnya
kita ketahui, ilmu jiwa bagi ilmunpendidikan adalah suatu komplementasi yang
amat bernilai. Pedodogik tanpa ilmu jasa, sama dengan praktek tanpa teori,
pendidikan tanpa mengerti untuk apa, bagaimana dan mengapa manusia di didik. Tanpa
pengertian atas manusia baik sifat-sifat individualitasnya yang unik maupun
potensi-potensi yang justr akan di bina, pendidikan akan salah arah. Bahkan
pengertian yang baik, memaksa kodrat manusia banyak diantarah masalah-masalah
kependidikan tersebut yang merupakan pertanyaan pertanyaan filosofos, yang
memerlukan pendekatan filosofispula dalam pemecahannya. Analisa filsafat
terhadap masalah kependidikan tersebut, dengan berbagai cara pendekatannya,
akan dapat menghasilkan pandangan-pandangan tertentu mengenai masalah-masalah kependidikan
tersebut, dan asas dasar itu bisa disusun sistematis teori-teori pendidikan .
Hubungan
fungsional antara filsafat dan
teori pendidikan tersebut secara
lebih rinci dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Filsafat dalam arti analisa, filsafat
adalah salah satu cara pendekatan yang digunakan Oleh para ahli pendidikan
dalam memecahkan problematika pendidikan dan menyusun teori-teori
pendidikannya. Disamping menggunakan metode-metode ilmiah lainnya. Sementara
itu dengan filsafat, sebagai pandangan tertentu terhadap suatu objek misalnya
filsafat idealisme, realisme, materealisme dan sebagainya, akan mewarnai pula
pandangan ahli pendidikan yang dikembangkannya. Aliran filsafat tertentu akan
mempengaruhi dan memberikan bentuk serta corak tertentu terhadap teori-teori
pendidikan yang dikembangkannya atas dasar aliran filsafat ersebut4[4].
2. Filsafat juga
berfungsi memberikan arah agar teori pendidikan yang telah dikembangkan oleh
para ahlinya, yang berdasarkan dan menurut pandangan aliran filsafat tertentu, mempunyai
relevansi dengan kehidupan nyata. Artinya mengarahkan agar teori-teori dan
pandangan filsafat pendidikan yang telah dikembangkan tersebut bisa diterapkan
dalam praktek kependidikan sesuai dengan kenyataan dan kebutuhan hidup yang
juga berkembang dalam masyarakat. Disamping itu merupakan kenyataan bahwa
setiap masyarakat hidup dengan pandangan dan filsafat hidupnya sendiri-sendiri
yang berbeda dengan satu dengan yang lainnyadan dengan sendirinya akan
menyangkut kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Disilah letak fungsi fildafat dan
filsafat pendidikan dalam memilih dan mengerahkan teoro-teori pendidikan dan
jika perlu merevisi teri pendidikan tersebut, yang sesuai dengan kebutuhan
tujuan dan pandangan hidup dari masyarakat[5].
3.Filsafat termasuk
juga filsafat pendidikan, juga mempunyai fungsi untuk memberikan petunjuk dan
arah dalam pengembangan teori-teori pendidikan menjadi ilmu pengetahuan atau
pedagogis. Suatu praktek kependidikan yang didasarkan dan diarahkan oleh suatu
filsafat pendidikan tertentu, akan menghasilkan dan menimbulkan bentuk-bentuk dan
gejalah-gejalah kependidikan yang tertentu pula. Hal ini merupakan data-data
kependidikan yang ada dalam suatu masyarakat tertentu.Analisa filsafat berusaha
untuk menganalisa dan memberikan arti terhada data -data kependidikan tersebut
dan untuk selanjutnya akan berkembanglah ilmu pendidikan (pedagogik).
Disamping hubungan fungsional tersebut antara filsafat dan teori
pendidikan juga terdapat hubungan yang suplementer sebagaimana dikemukakan oleh
Ali Saefullah sebagai berikut:
a.
Kegiatan
merumuskan dasar-dasar dan tujuan-tujuan pendidikan, konsep tentang hakikat
manusia serta isi moral pendidiknya.
b.
Kegiatan
merumuskan sistem atau teori pendidikan (science of education) yang
meliputi politik pendidikan,
kepepimpinan pendidik atau organisasi pendidikan, metodologi pendidikan
dan pengajaran, termasuk pola-pola akulturasi dan peranan pendidikan dalam
pembangunan masyarakat dan negara.
c.
Definisi diatas merangkum dua cabang ilmu
pendidikan, yaitu filsafat pendidikan dan sistem atau teori pendidikan dan
hubungan antar keduanya adalah bahwa yang satu suplemen terhadap yang lain dan
keduanya diperlukan oleh setiap guru sebagai pendidik dan bukan hanya sebagai
pengajar bidang studi tertentu.
C.
Hubungan Antara Filsafat, Manusia Dan Pendidikan
a.
Kedudukan filsafat dalam ilmu pengetahuan
Dalam ilmu pengetahuan filsafat mempunyai kedudukan sentral, asal
atau pokok, karena filsafatlah yang mula-mula
merupakan satu-satunya usaha manusia dibidang kerohanian untuk mencapai
kebenaran atau pengetahuan. Lambat laun sesuai dengan sifatnya manusia tidak
pernah merasa puas dengan meninjau suatu hal dari sudut yang umum, melainkan
juga ingin memperhatikan hal-hal yang khusus. Maka kemudian timbullah
penyelidikan mengenai hal-hal yang khusus yang sebelumnya masuk dalam lingkunga
filsafat. Jika penyelidikan ini mencapai tingkat yang tinggi maka cabang
penyelidikan itu melepaskan diri dari filsafat sebagai cabang ilmu pengetahan
yang baru dan berdiri sendiri.
Adapun yang pertama kali melepaskan diri dari filsafat ialah ilmu
pasti, kemudian disusul oleh ilmu –ilmu pengetahuan lainnya. Akan tetapi
meskipun lambat laun banyak ilmu pengetahuan yang melepaaskan diri tidaklah
berarti ilmu pengetahuan itu sama sekali tidak membutuhkan bantuan dari ilmu
filsafat. Misalnya makna dari pengetahuan tentang atom, baru mulai nampak bila
dihubungkan dngan peradaban seorang ahli atom berusaha menemukan fakta kemudian
menciptakan teknik-teknik yang diperlukan. Semuanya itu dilakukan dari
pengetahuan tentang atom yang semakin meluas dan mendalam namun para ahli atom
kadang-kadang atau tidak memperhatikan apa yang dilakukan manusia karena atom
hanya untuk kepentingan malapetaka pada manusia hal ini menjadi tugs dari
filsafat, karena -naik untuk menjadi pegangan manusia[6].
Kemudian bahasan tentang kedudukan atau hubungan antara filsafat
dan ilmu pengetahuan atau berpikir filosofis dan berfikir ilmiah akan
dilengkapi uraian initentang epistemologi genetis yaitu fase-fase berfikir dan
pikiran manusia dengan mengambil contoh perkembangan akan mulai dari tahun
pertama usia anak hingga dewsa sebagaimana diuraikan oleh Halford sebagai
berikut:
Jasa utama dari uraiannya adalah mengenai perkembangan anak dalam
hal tingkah laku yang terdiri atas empat fase, yaitu:
1.
fase
sensorimotor, berlangsung antara umur nol tahun sampai usia dimana cara
berfikir anak masih sangat ditentutukan oleh kemampuan pengalamannya, sehingga
sangat sedikit terjadi peristiwa berfikir yang sebenarnya, dimana tanggapan
tidak berperan sama sekali dalam proses berfikir dan berfikir anak.
2.
Fase
Pra-operasional, pada usia kira-kira antara 5-8 tahun, yang ditandai adanya
kegiatan berfikir dengan mulai menggunakan tanggapan (disebut logika
fungsional) ia tidak menyebut dengan berfikir berdasar sebab akibat, seperti
pendapat para ahli psikologi perkembangan.
3.
fase
persoalan secara konkrit dan terhadap benda-benda yang konkrit pula.operasional
yang konkrit, yaitu kegiatan berfikir untuk mememcahkan.
Dari uraian dan contoh tadi dapat disimpulkan bahwa ilmum
pengetahuan itu menerima dasarnya dari filsafat, dengan rincian antara lain:
1.
Setiap
ilmu pengetahuan itu mempunyai objek dan problem.
2.
Filsafat
juga memberikan dasar-dasar yang umum bagi semua ilmu pengetahuan dan dasar yang umum itu dirumuskan keadaan dari
ilmu pengetahuan itu.
3.
Disamping
itu filsafat juga memberikan dasar-dasar yang khusus yang digunakan dalam
tiap-tiap ilmu pengetahuan.
4.
Dasar
diberikan oleh filsafat yaitu mengenai sifat-sifat ilmu dari semua ilmu
pengetahuan. Ilmu pengetahuan memperoleh sifat ilmu itu kalau menepati
syarat-syarat yang telah ditentukan oleh filsafat. Artinya tidak mungkin tiap
ilmu itu meninggalkan dirinya sebagai ilmu pengetahuan dengan meninggalkan syararat
yang telah ditentukan oleh filsafat..
5.
Filsafat
juga memberikan metode atau cara kepada ilmu pengetahuan
Manusia merupakan subjek pendidikan dan sebagai objek pendidikan,
karena itu sikap untuk di didik dan siap untuk mendidik dimilikinya berhasil
tidaknya suatu usaha atau kegiatan banyak tergantung pada jelas tidak adanya
tujuan. Maka pendidikan di indonesia mempunyai tujuan pendidikan yang
berlandaskan pada filsafat hidup bangsa indonesia, yaitu pancasila yang menjadi
pokok dalam pendidikan, melalui usaha-usaha pendidikan, dalam keluarga
masyarakat, sekolah dan perguruan tinggi[7].
b.
Kedudukan Filsafat Dalam
Kedudukan Kehidupan manusia
Untuk memberikan gambaran sebagai mana kedudukan filsafat dalam
kehidupan manusia maka terlebih dahulu diungkapkan kembali pengertian filsafat
. Dalam bahasan sebelumnya, filsafat mengandung pengertian adalah suatu ikhtiar
untuk berpikir secara radikal, dalam arti mulai dari akarnya suatu gejala(hal
kehendak permasalahan) sampai mencapi kebenaran yang dilakukan dengan
kesungguhan dan kejujuran melalui tahapan- tahapan pikiran. Oleh karna itu seorang
yang berfilsafat adalah orang yang berfikir secara sadar dan bertanggung jawab
dengan terhadap diri sendiri.
Kebenaran dalam pengetahuan yang diterima filsafat adalah apabilah
isi pengetahuan yang di usahakan sesuai dengan objek yang diketahuai yang didasari
oleh kebebesan berpikir( diatur oleh logika ) untuk menyelidiki atau tata pikir
yang bermetode, bersistem, dan berlaku universal, sehingga dengan demikian
filsafat adalah ilmu yang berusaha mencari ketetapan dan sebab-sebab yang
sedalam-dalamnya bagi segalah sesuatu (seluruh dunia dan alam ini), sebagai
pandangan hidup. Apabila pandangan ini mengenai manusia adalah meliputi segala
soal hidup manusia: pikiran, budi, tingkah laku dan nilai-nilainya dan tujuan
hidup manusia, baik didunia maupun sesudah didunia ini tiada yang kemudian
dikenal dengan sebutan pedoman hidup[8].
Filsafat sebagai ikhtiar berfikir maka bukan berarti untuk
merumuskan suatu doktrin dan final, konklusif, dan tidak bisa diganggu gugat
dia bukan sebagai idealis seperti apa yang kita alami sebagai realita.
Disamping itu ada pula anggapan bahwa filsafat adalah hanya suatu kegiatan
perenungan yang bertujuan mencapai pengetahuan tentang hakikat dari segalah
yang nyata tetapi filsafat sebenarnya untuk sampai kepada pengertian yang lebih
jauh dari pada sekedar persepsi, dia itu berupa kegiatan mental dalam wujud
konseptualisasi.
Ada seorang guru atau pemikir yang mempunyai kesadaran diri untuk
mendapatkan dan meningkatkan pemahaman yanga ada dalam kehidupan yang nyata,
misalnya bagaiman pengetahuan tersebut diperolehnya, dan bagaimana bentuk dari
apa yang dikuasai itu, maka filsafatlah yang membantu mereka untuk menjawabnya.
Karena memeng didalam abad ini persoalan pengetahuan merupakan pusat
permasalahan didalam agenda didalam ahli seorang filsafat. Sejarah ilmu
filsafat selalu menaruh perhatian kepada permsalahan pertama filsafat realita,
pengetahuan dan nilai(akan dibericarakan dalam problema filsafat dan filsafat
pendidikan). Guru pemikir tadi menyatakan pendapatnya dengan dukungan yang persuasif
ialah apa yang diketahui apa saja yang kita buktikan. Apakah kita pernah
membantah bahwa hari cerah dan tidak ada mendung bila kita dan orang lain
melihat sinar matahari? Apakah sinar matahari telah tertangkap oleh mata kita ?
.Jika kita pikirkan semua itu, maka kita akan memperoleh seperangkat
pengetahuan dari pengalaman empiriat (sensoris). Pengetahuan yang berguna tidak
senantiasa diperoleh, tetapi dapat juga secara tidak lengsung yang merupakan
eksistensi pengertian yang diambil secara empiris. Dengan membatasi pengetahuan
pada pengelaman empiris saja berarti mengabaikan sekian banyak yang kita rasa
kalau diketahui. Kita telah merasa apa yang kita sukai atau terbaik untuk diri
kita dalam suatu atau lain keadaan meskipun kita tidak dapat membuktikannya.
Kita hanya mersa memiliki perasaan yang kuat semacam intuisi,
meskipun kita tidak dapat membuktikannya. Dan kita menjadikan perasaan tersebut
sebagai suatu dasar untuk sikap atau keputusan[9].
BAB III
KESIMPULAN
Manusia adalah makhluk
yang berakal sehat, yang mengeluarkan pendapatnya, yang berbicara berdasarkan
akal dan pikirannya. Manusia adalah makhluk yang berpolitik, makhluk yang
berfamily, dan bermasyarakat.
Dua cabang ilmu pendidikan, yaitu filsafat pendidikan dan sistem
atau teori pendidikan dan bukan hanya sebagai pengajar bidang studi tertentu.
Manusia merupakan subjek pendidikan dan sebagai objek pendidikan, karena itu
sikap untuk didik dan siap untuk mendidik dimilikinya berhasil tidaknya suatu
usaha atau kegiatan banyak tergantung pada jelas tidak adanya tujuan. maka
pendidikan di Indonesia mempunyai tujuan pendidikan yang berlandaskan pada
filsafat hidup bangsa indonesi.
Antara
ketiga komponen, yaitu manusia, filsafat, dan pendidikan sangat erat hubungannya.
Manusia diahirkan sebagai bayi yang tidak bisa melakukan tanpa bantuan orang
lain. Dalam proses kehidupan, manusia akan dihadapkan dengan berbagai masalah
kehidupan. Untuk dapat memilih dan melaksanakan cara hidup yang baik. Manusia
memerlukan pendidikan. Dengan pendidikan manusia akan menjadi lebih dewasa dan
bertanggung jawab Peran filsafat dalam kehidupan manusia disini yaitu sebagai
pola pikir manusia yang yang bijaksana, arif dalam menjalani suatu
kehidupan..sesuai dengan pengertiannya dari segi etimologi. Filsafat akan
mengajarkan dan melatih manusia untuk bersikap yang bijaksana dalam hidup.
Terkadang dengan berfikir filsafat, seseorang akan mempunyai suatu filsafat
hidup atau pandangan atau pedoman hidup yang baik.
Daftar Pustaka
Anshari Endang Saifudin. 1979.Ilmu,Filsafat dan Agama
.Surabaya:Bina Ilmu
Latief Juraid Abdul.2006.Manusia,filsafat dan Sejarah.Jakarta:PT
Bumi Aksara.
Prasetya.2002.Filsafat Pendidikan . Bandung:CV Pustaka Setia.
Jalalludin dan Abdullah Idi. 1997 . Filsafat Pendidikan.
Jakarta:Gaya Media Pratama.
Sadullah Uyo.2003.filsafat Pendidikan. Bandung: ALPABETA,CV.
Syam Muhammad Noor. 1984. Filsafat pendidikan dan dasar Filsafat.
Surabaya: Usaha Nasional
[2]
Ahmad Tafsir.”Filsafat pendidikan”.(Bandung :PT Remaja
Rosdakarya,2013).Hal 23
[3]
Asmoro Ahmadi, op.cit.Hal.22
[4]
Ahmad Tafsir,op.cit.Hal. 23
[5]
Hakim Atang Abdul dan Beni Ahmad Saebani,”Filsafat Pendidikan Islam”.(Bandung:CV
Pustaka Setia,2008)Hal.25
[6]Hakin
Atang Abdul dan Beni Ahmad saebani,ibid.Hal.21-22
[7]
Hakim Atang Abdul dan Beni Ahmad Saebani,ibid.Hal.24
[8]
Muchtar Latief. “Filsafat”.(Jakarta
: Kencana Prenadamedia group, 2014). Hal 26
[9]
Latief Muchtar, ibid. Hal.27
Tidak ada komentar:
Posting Komentar