Rabu, 20 Juli 2016

Kel. 1 Latar Belakang Kajian Filsafat Pendidikan Islam



MAKALAH

LATAR BELAKANG TIMBULNYA KAJIAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

Disusun Sebagai TugasKelompok
Mata Kuliah FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
                                                                       
Dosen Pengampu: Syarnubi, M.Pd.I



Disusun Oleh Kelompok 1:

Adela Destri (1532100073)
Adi Febi Hidayat (1532100074)
Berenda Permata Sari (1532100093)
Dewi Shintawati  (1532100103)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
FAKULTAS ILMU TARBIIYAH DAN KEGURUAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TAHUN AJARAN 2015/2016

KATA PENGANTAR


Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah Swt, karena berkat taufik dan hidayahnya, kami dapat menyelesiakan makalah ini.
Salawat serta salam semoga tetap senantiasa tercurah untuk junjungan kita Nabi Muhammad Saw. Beserta keluarga dan sahabatnya, diiringi dengan upaya meneladani akhlaknya yang mulia.
Kami sampaikan bahwa pembuatan makalah ini untuk memenuhi mata kuliah Filsafat Pendidik Islam dalam perspektif latar belakang munculnya filsafat Pendidikan, dan kami ucapakan terima kasih kepada bapak dosen sudah memberikan kesempatan kepada kelompok kami dalam menyusun makalah ini tersebut.
Sehubung dengan pembuatan makalah ini tentu banyak sekali kekurangan-kekurangan untuk itu kami sangat mengharapkan atas saran, kritik, dan masukan dan sebagainya sangat kami harapkan hal tersebut agar dapat memperbaiki kesalahan kami untuk lebih baik lagi.
Akhirnya do’a kami panjatkan semoga upaya kita lakukan ini mendapat ridha Allah Swt, dan menjadi amal ibadah bagi kita semua. Amin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Palembang, 21 Maret 2016

                Penulis




    D.     Perkembangan pemikiran Filsafat Pendidikan Islam........................... ......12

BAB I

PENDAHULUAN

Mempelajari Filsafat Pendidikan Islam berarti memasuki arena pemikiran yang mendasar, sistematis, logis, dan menyeluruh (universal) tentang pendidikan, yang tidak hanya dilatarbelakangi oleh ilmu pengetahuan agama Islam, melainkan menuntut kita untuk mempelajari ilmu-ilmu yang lain. Melakukan pemikiran filosofis pada hakikatnya adalah menggerakkan semua potensi psikologis manusia seperti pikiran kecerdasan, kemauan, perasaan, ingatan serta pengamatan panca indra tentang gejala kehidupan, terutama manusia dan alam sekitarnya sebagai ciptaan Tuhan.
Seluruh proses pemikiran tersebut didasari pengalaman yang mendalam serta luas tentang masalah kehidupan, kenyataan dalam alam raya, dan dalam dirinya sendiri. Sebagai hasil pemikiran bercorak khas Islam, pada hakikatnya adalah konsep berpikir tentang kependidikan yang bersumber atau berlandaskan ajaran agama Islam, tentang hakikat kemampuan manusia untuk dapat dibina dan dikembangkan serta dibimbing menjadi manusia muslim.
Bila dilihat dari fungsinya, maka filsafat pendidikan Islam merupakan pemikiran yang mendasar yang melandasi dan mengarahkan proses pelaksanaan pendidikan Islam. Oleh karena itu, filsafat ini juga memberikan gambaran tentang latar belakang timbulnya filsafat Pendidikan Islam masih dalam aspek fungsional, filsafat pendidikan Islam juga bertugas melakukan kritik-kritik tentang metode-metode yang digunakan dalam proses pendidikan Islam itu sendiri sekaligus memberikan Pengarahan mendasar bagaimana metode tersebut harus didayagunakan atau diciptakan agar efektif untuk mencapai tujuan.
Adapun latar belakang timbulnya filsafat pendidikan yang sebenarnya bercikal bakal dari filsafat itu sendiri. Sehingga perlu bagi kami mengangkat sebuah judul makalah “latar belakang timbulnya kajian pendidikan Islam” agar kita mengetahui bagaimana lahir dan berkembangnya filsafat pendidikan Islam yang mudah-mudahan dapat menambah perbendaharaan tentang sejarah filsafat pendidikan Islam dan bermanfaat bagi kami juga kita semua. Aamiin.


1.    Apa pengertian Filsafat Pendidikan Islam?
2.    Apa yang melatar belakangi timbulnya kajian Filsafat Pendidikan Islam?
3.    Perkembangan pemikiran Filsafat Pendidikan ?
4.    Perkembangan Filsafat Pendidikan Islam ?
1.    Hanya membahas Pengertian Pendidikan Islam
2.    Hanya membahas tentang apa yang melatar belakangi kajian Filsafat Pendidikan Islam
3.    Hanya membahas perkembangan pemikiran Filsafat Pendidikan
4.    Hanya membahas Perkembangan Filsafat Pendidikan Islam

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 




 


BAB II

PEMBAHASAN

Dengan segala tingkat karena dengan memahami filsafatnya, orang akan dapat mengembangkan secara konsisten ilmu-ilmu pengetahuan yang di pelajari. Filsafat mengkaji dan memikirkan hakikat segala sesuatu secara menyeluruh, sistematis, terpadu, universal, dan radikal, yang hasil nya menjadi pedoman dan arah dari perkembangan ilmu-ilmu yang bersangkutan. Untuk menyelesaikan masalah kependidikan, ada tiga disiplin ilmu yang membantu filsafat pendidikan yaitu :
Filsafat pendidikan yang membahas permasalahan pendidikan Islam tidak berarti membatasi membahas diri pada permasalahan yang ada di dalam ruang lingkup kehidupan beragama umat Islam yang luas yang berkaitan dengan pendidikan bagi umat Islam[3]. Semua permasalahan bukan nonregilius yang menyangkut permasalahan sosial dan ilmu pengetahuan serta teknologi itu dianalisis secara mendalam, sehingga diperoleh hakikatnya.
Jika kita memperhatikan pemikiran orang barat yang membahas filsafat mereka sama sekali lepas dari apa yang dikatakan agama. Bagi mereka titik berat filsafat adalah mencari hikmah. Hikmah itu dicari untuk mengetahui suatu keadaan yang sebenarnya apa itu, dari mana itu, hendak kemana, dan bagaimana. Namun pertayaan filosofis itu kalau diteruskan, akhirnya akan sampai dan berhenti pada sesuatu yang disebut agama. Baik filosofis Timur maupun Barat mereka memiliki pandangan yang sama bila sudah sampai pada pertanyaanya “ bisakah permulaan yang ada ini , dan apakah yang sesuatu yang pertama kali terjadi, apakah yang terakhir sekali bertahan didalam ini”. Akan tetapi mereka akan berusaha. Untuk mencari hikmah yang sebenarnya supaya sampai puncak pengetahuan yang tinggi, yaitu Tuhan Yang Maha Mengetahui dan Mahakuasa.[5]
Di antara permasalahan yang tidak dapat dijawab oleh filsafat adalah permasalahan yang terjadi di lingkungan pendidikan. Padahal menurut John Dewey, seorang filsuf Amerika, filsafat merupakan teori umum dan landasan dari semua pemikiran mengenai pendidikan. Tugas filsafat adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan menyelidiki faktor-faktor realitas dan pengalaman yang banyak terdapat dalam lapangan pendidikan[6].
 Salah satu masalah atau persoalan yang terjadi dalam era pendidikan ialah  analisis terhadap berbagai metode, pendekatan, dan produk-produk pemikiran sejak era klasik hingga abad modern. Konsep-konsep normatif Islam yang terdapat dalam kedua sumber Islam yakni Al-Qur’an dan Sunnah, merupakan sumber sebagai paradigma dalam memotret segala persoalan. Beragam pemaknaan yang dilakukan oleh para ilmuwan muslim terhadap kedua sumber fundamental Islam tersebut sehingga melahirkan puspa ragam wacana keagamaan, sosial, ekonomi, politik, budaya, dan bahkan membentuk peradapan pada zaman klasik Islam[7].
Pendidikan islam dipengaruhi oleh multifikator, kondisi, dan problem yang kompleks. Maju mundurnya teori dan praktik pendidikan islam diakibatkan oleh komplektifitas problem tersebut. Problem dimaksud berupa segala persoalan yang inhern dalam pendidikan, yakni problem internal, maupun berada di luar jangkauan bidang pendidikan, yakni problem eksternal yang secara tak langsung berpengaruh, seperti masalah pengangguran, kemiskinan, etos kerja, stabilitas politik, lemahnya penegakkan hukum dan lain-lain terkait dengan bidang hukum, sosial, ekonomi, dan politik.problem eksternal ini amat rumit dan karena keterbatasan ruang, maka analisi problem pendidikan islam yang hendak diuraikan dalam tulisan ini difokuskan pada problem internal saja[8].
Problem internal yang dihadapi oleh pendidikan islam meliputi lemahnya visi atau tidak jelasnya arah pendidikan yang dilaksanakan, penekanan yang tidak seimbang antara pembentukan kepribadaan yang utama dalam diri seorang muslim dengan peranan sosialnya ditengah umat, di mana hal ini menyebabkan timbulnya kesalahan individual dan mengesampingkan tekologi yang dianggapnya tidak ada hubungan sama sekali dengan kesalehan dan ketaqwaan. Problem paradigma berpikir normatif-deduktif masih lazim dijumpai dalam pendidikan islam secara umum, bukan hanya di indonesia, tetapi juga di negara-negara islam lainnya.[9] , tetapi juga di negara-negara islam lainnya. Berikut ini adalah penjelasannya :


1.    Lack Of Vision
Ismail Raji al-Faruqi menilai bahwa problem yang belum terselesaikan dari gejala rendahnya standar kelembagaan di dunia islam adalah konsekuensidari lemahnya visi ini. Lemahnya visi ini menyebabkan mereka sebagai alat jiplakan. Secara tak sadar, materi dan metodologi tanpa spirit ini terus menerus menimbulkan proses de-Islamisasi yang memengaruhi para pelajar dengan anggapannya bahwa hal tersebut merupakan pendidikan Islam alternatif, atau sebagai agen perubahan dan modernisasi.
2.    Kesalehan Individual dan Ketertinggalan Teknologi
Penyempitan makna kepribadian menimbulkan dampak yang besar atas sikap mereka terhadap sains dan teknologi. Seolah-olah sains dan teknologi tidak ada kaitannya dengan kesalehan dan ketakwaan. Padahal, justru di bidang dengan negara-negara lain. Sampai saat ini umat Islam masih jauh tertinggal dengan negara-negara lain dalam hal ini ilmu teknologi modern praktis di semua penganut agama besar di muka bumi ini, para pemeluk Islam adalah yang paling rendah dalam sains dan teknologi.
3.    Problem Epistemologis : Dikotomi Ilmu
Akibat berangkai dari pola pikir pendidikan yang dikotomis ini adalah terjadi disharmoni relasi antara pemahan ayat-ayat ilahiah dengan ayat-ayat kauniyah, antara iman dengan ilmu, antara ilmu dengan amal, antara dimensi duniawi dengan ukhrawi, dan relasi antara dimensi ketuhanan (teosentris) dengan kemanusiaan (antroposentris).
4.    Tradisi Berpikir Normatif-Deduktif
Bilamana pendidikan Islam dewasa ini lebih mengarah pada pola mengajar tersebut, maka dampaknya bisa dirasakan pada proses dan hasilnya. Proses pengajaran agama Islam cendrung dilaksanakan dalam bentuk hafalan dan penguasaan materi sebanyak-banyaknya. Bergesernya praktik pendidikan menjadi lebih identik dengan mengajar ini menimbulkan penekanan yang tidak seimbang pada aspek pengetahuan (kognitif) semata[10].
Namun, justru dengan melakukan kajian secara historis-sosiologis terhadap berbagai pemikiran Islam dengan sumber Al-Qur’an dan Sunnah Nabi, dapat ditemukan sejumlah kendala atau problematika bagi kemajuan umat Islam secara umum dan khususnya pula bagi kemajuan dalam dunia pendidikan Islam.
Para sejarahwan filsafat percaya bahwa pemikiran paling kuno yang murni atau sebagian besarnya filosofis yang berasal dari kalangan Yunani, kira-kira enam abad yang lalu. Para sejarahwan juga menyebutkan nama-nama mereka yang berupaya mengenal wujud, permulaan dan keberakhiran alam raya. Socrates dialah orang yang menamai dirinya dengan philosophus, pecinta kebijaksaaan. Ungkapan ini lantas di Arabkan menjadi failasuf dan darinya pula kata falsafah diambil. Sejak pertama kali Socrates menyebut dirinya sebagai filosof, dan istilah filsafat digunakan semenjak itu[11].
Filsafat dan pendidikan memiliki hubungan hakiki dan timbal balik, maka berdirilah filsafat pendidikan yang berusaha menjawab dan memecahkan persoalan-persoalan pendidikan yang bersifat filosofis dan memerlukan jawaban secara filosofis pula. Dengan kata lain, kemunculan filsafat pendidikan ini disebabkan banyaknya perubahan dan permasalahan yang timbul di lapangan pendidikan yang tidak mampu dijawab oleh ilmu filsafat. Ditambah dengan banyaknya ide-ide baru dalam dunia pendidikan yang berasal dari tokoh-tokoh filsafat Yunani[13].
Tanpa sikap kritis untuk memisahkan mana yang baik dan mana yang buruk. Jadi ada sikap terhadap tradisi dalam konsep tradisonalitas. Namun tradisi, belum tentu semua unsurnya tidak baik, maka harus dilihat dan diteliti mana yang baik untuk dipertahankan dan diikuti. Sikap tradisionalitas itulah salah satu faktor penyebab munculnya ilmu-ilmu filsafat pendidikan islam mengalami kemajuan dari tradisi tradisional ke modern dalam dunia pendidikan Islam, yang mana masalahnya yang bercorak hanya bersifat penghafalan, pengulangan, dan komentar-komentar terhadap pendidikan Islam[14].
Sehingga perlunya pembaharuan di bidang metode dan pendekatan pendidikan Islam, yaitu beralih dari metode mengulang-ulang dan mengahafal pelajaran ke metode memahami dan manganalisis. Selama ini, sistem pendidikan Islam lebih cenderung berkonsentrasi pada buku-buku ketimbang subjek. Peserta didik hanya belajar menghafal, bukan mengelolah pikiran secara kreatuf. Sehubungan dengan praktik ini, pertumbuhan konsep pengetahuan menjadi rusak. Ilmu pengetahuan bukan merupakan sesuatu yang kreatif, melainkan sesuatu yang diperoleh, karena itulah metode menghafal harus diganti dengan metode memahami dan menganalisis secara krisis-konstruktif[15].
Sehingga itulah kajian filsafat pendidikan Islam muncul untuk menjawab persoalan atau permasalahan atau pendapat-pendapat baru yang terjadi dari era kependidikan mulai dari masalah metode, pendekatan, komentar-komentar dll, karena filsafat berpikir dan mencari solusi untuk mengatasi masalah tersebut khususnya masalah didalam pendidikan Islam.
C.           Perkembangan Pemikiran Filsafat Pendidikan
Dalam sejumlah literatur yang membahas tentang filsafat dijelaskan, bahwa filsafat berkembang dari munculnya kesadaran manusia terhadap potensi dirinya, khususnya akal budi. Awal pemikiran filsafat muncul sebagai reaksi terhadap kungkungan mitologi, dimana manusia dibelenggu oleh kepercayaan bahwa kehidupan alam dikuasai yang dimunculkan oleh mitos[16].
Penelitian merupakan bagian dari upaya manusia untuk menemukan apa yang disebut kebenaran. Sementara kebenaran itu telah ada sebelum manusia itu ada. Ia berada diluar alam manusia. Kebenaran itu sendiri bukanlah sesuatu yang statis melainkan terus berkembang. Dorongan ingin tahu yang ada pada dirinya, selalu mendorong manusia untuk terus mengembangkan “pencaharian” tersebut[17]. Dengan demikian, upaya untuk menemukan kebenaran itu sendiri merupakan aktivitas tanpa henti.
Perkembangnya filsafat itu sendiri berkembang saat munculnya kesadaran atau pemikiran-pemikiran manusia terhadap potensi dirinya dan mencari kebenaran karna rasa ingin tahunya.
1.      Perkembangan  pemikiran Filsafat Spiritualisme Kuno
Dari uraian diatas dapat diketahui filsafat mulai berkembang dan berubah fungsi, dari sebagai induk ilmu pengetahuan menjadi semacam pendekatan kembali sebagai ilmu pengetahuan yang telah berkembang pesat dan terpisah satu dengan lainnya. Jadi, jelaslah bagi kita bahwa filsafat berkembang sesuai perputaran zaman. Paling tidak, sejarah filsafat lama membawa manusia untuk mengetahui cerita dalam katagori filsafat spiritualisme kuno[18].
Ø Timur Jauh
Di India berkembang filsafat Spiritualisme, Hinduisme, dan Budhisme. Sedangkan Jepang berkembang Shintoisme. Begitu juga di China, berkembang Toisme dan Komfusianisme[19].
Ø Timur Tengah
Yang berkembang adalah di Yahudi dan Kristen.
Ø Romawi danYunani: Antromornisme
Antromornisme merupakan suatu paham yang menyamakan sifat-sipat Tuhan dengan sifat-sifat manusia (yang di ciptakan). Misalnya tentang tuhan di samakan dengan tangan manusia. Paham ini muncul zaman patristik dan skolastik, pada akhir zaman kuno atau zaman pertengahan filsafat barat di pengaruhi oleh pemikiran Kristian.
2.      Reaksi Terhadap Spritualisme Di Yunani
Spritualisme merupakan suatu aliran filsafat yang mementingkan kerohanian, lawan dari materialisme. Namun demikian, ternyata ada beberapa filosof yang merasa kurang puas dengan aliran spritualisme, mereka menganggap aliran ini tidak sesuai dengan ilmu pengetahuan ilmiah. Maka lahirlah aliran materialism. Diantara tokonya adalah Leukipos dan Demokritus (460-370 SM), yang menyatakan bahwa semua kejadian alam adalah atom, dan semuanya adalah materi[20].
Ø Idealisme
Aliran ini memandang dan menganggap yang nyata hanyalah nyata. Nyata selalu tetap tidak mengalami perubahan dan pergeseran yang mengalami gerak tidak di kategorikan[21].
Ø Materialisme
Mereka berpendapat bahwa kejadian seluruh alam terjadi karena atom kecil, yang menpunyai bentuk dan bertubuh, jiwa pun dari atom kecil yang mempunyai bentuk bulat dan mudah bereaksi untuk mengadakan gerak.
Ø Rasionalisme
Aliran rasionalisme memandang akal di anggap sebagai perantara khusus untuk menentukan kebenaran dalam ilmu pengetahuan.
3.      Pemikiran Filsafat Yunani Kuno Hingga Abad Pertengahan
Pada masa ini, keterangan-keterangan mengenai alam semesta dan penghuninya masih berdasarkan kepercayaan. Dan karena para filsuf belum puas atas keterangan itu, akhirnya mereka mencoba mencari keterangan melalui budinya. Oleh karena itu filsuf-filsuf berusaha mencari inti alam, maka mereka di sebut filsuf alam dan filsafat mereka disebut filsafat alam.
Masa pra-socrates di warnai pula oleh munculnya kaum sofisme.
4.      Pemikiran filsafat pendidikan menurut Socrates (470-399 SM)
Prinsip dasar pendidikan, menurut Socrates adalah metode dialektis. Meode ini di gunakan Socrates sebagai dasar teknis pendidikan yang di rencanakan untuk mendorong seseorang berpikir cermat, untuk menguji coba diri sendiri dan untuk memperbaiki pengetahuannya[22].


5.      Pemikiran filsafat pendidikan menurut Plato ( 427-347 SM )
Menurut Plato, idealnya dalam sebuah Negara pendidikan memperoleh tempat yang paling utama dan mendapatkan perhatian yang yang sangat mulia, maka ia harus di selenggarakan oleh Negara[23].
6.      Pemikiran filsafat pendidikan menurut Aristoteles (367-345 SM)
Pendidikan bukanlah soal akal semata-mata, melainkan soal memberi bimbingan kepada perasaan-perasaan yang lebih tinggi yaitu akal guna mengatur nafsu-nafsu. Akal sendiri tidak berdaya, sehingga ia memerlukan dukungan perasaan yang lebih tinggi agar di arahkan secara benar[24].
D.           Perkembangan Filsafat Pendidikan Islam
Perkembangan  pendidikan Islam pada hakikatnya tidak terlepas dari sejarah Islam. Oleh sebab itu periodisasi sejarah pendidikan Islam itu sendiri. Secara garis besar Dr. Harun Nasution membagi sejarah Islam ke dalam tiga periode, yaitu periode klasik, pertengahan dan modern. Kemudian perinciannya dapat dibagi menjadi 5 masa[25], yaitu :
1.    Masa hidupnya Nabi Muhammad SAW (571-632 M).
2.    Masa khalifah yang empat (Khulafaur Rasyidin : Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali di madinah/632-661 M).
3.    Masa kekuasaan Umawiyah di Damsyik (661-750 M).
4.    Masa kekuasaan Abbasiyah di Bagdad (750-1250 M).
5.    Masa dari jatuhnya kekuasaan khalifah di Bahdad tahun 1250 M sampai sekarang.
Pembagian 5 masa di atas dalam kaitannya dengan periodisasi sejarah pendidikan Islam nampak sebagaimana diuraikan pada bagian kedua. Akan tetapi dalam kaitannya dengan kajian pendidikan Islam di indonesia, maka cakupan pembahasannya akan berkaitan dengan sejarah Islam di indonesia dengan fase-fase sebagai berikut[26] :
1.    Fase datangnya Islam ke Indonesia.
2.    Fase pengembangan dengan melalui proses adaptasi.
3.    Fase berdirinya kerajaan-kerajaan Islam (proses politik).
4.    Fase kedatangan orang Barat (zaman penjajahan).
5.    Fase penjajahan Jepang.
6.    Fase Indonesia merdeka.
7.    Fase pembangunan.
Perkembangan pendidikan Islam yang terjadi di Indonesia secara periodisasi diungkapkan dalam uraian bagian ketiga. Dengan demikian periodisasi uraian tentang perkembangan Islam ini mencakup periode sejarah Islam yang terjadi dalam kawasan dunia Islam dan dalam kawasan Indonesia. Hal ini erat kaitannya dengan kepentingan studi atau kajian Islam di Indonesia.


















BAB III

PENUTUP

Latar belakang dari timbulnya filsafat pendidikan Islam karna banyaknya persoalan dan perubahan baru yang timbul didalam dunia pendidikan tersebut dan berusaha untuk menjawab serta memecahkanya, rasa ingin tahu, dan ditambahnya ide-ide baru dalam dunia pendidikan. Mulai dari masalah metode, pendekatan, komentar-komentar dll, karena filsafat berpikir dan mencari solusi untuk mengatasi masalah tersebut khususnya masalah didalam pendidikan Islam.
Berkembangnya filsafat itu sendiri berkembang saat munculnya kesadaran atau pemikiran-pemikiran manusia terhadap potensi dirinya dan mencari kebenarannya. Ada pun pemikiran-pemikiran tersebut mulai dari pemikiran spiritualisme Kuno, Yunani, Yunani Kuno abad pertengahan, hingga para tokoh seperti Socrates, Plato, dan Aristoteles.
Perkembangan pendidikan Islam yang terjadi di Indonesia secara periodisasi diungkapkan dalam uraian bagian ketiga. Dengan demikian periodisasi uraian tentang perkembangan Islam ini mencakup periode sejarah Islam yang terjadi dalam kawasan dunia Islam dan dalam kawasan Indonesia. Hal ini erat kaitannya dengan kepentingan studi atau kajian Islam di Indonesia.




 

 

 

 

 




DAFTAR PUSTAKA


Ø   Arifin, Muzayyin. 2003. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Mizan
        IKAPI.                
Ø   Jalaludin. 2013. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Rajawali Pers.
Ø   Jalaluddin, dan Abdullah Idi. 2011. Filsafat Pendidikan. Jakarta: PT
                 RajaGrapindo Persada.
Ø   Nata, Abudin. 2010. sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo  
                 Persada.
Ø   Rachman Assegaf, Abd. 2011. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Rajawali
       Pers.
Ø   Taqi Mishbah, Muhammad. 2003. Buku Daras Filsafat Islam. Bandung:
                 Mizan IKAPI.
Ø   Zaprulkhan. 2014. Filsafat Islam : Sebuah Kajian Tematik. Jakarta:

         Rajawali Pers.
Ø   Zuhairini 2010. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.




[1]Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Mizan IKAPI, 2003), hlm. 3
[2]Jalaluddin, dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrapindo Persada, 2011), hlm 31
[3]Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam..., hlm. 9
[4]Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam..., hlm. 10
[6]Jalaluddin, dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan..., hlm. 32
[7]Zaprulkhan, Filsafat Islam : Sebuah Kajian Tematik, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hlm. 156
[8]Abd. Rachman Assegaf, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), hlm. 19
[9]Abd. Rachman Assegaf, Filsafat Pendidikan Islam..., hlm. 19
[10]Abd. Rachman Assegaf, Filsafat Pendidikan Islam..., hlm. 20-23
[11]Muhammad Taqi Mishbah, Buku Daras Filsafat Islam, (Bandung: Mizan IKAPI, 2003), hlm. 3-5
[12]Abudin Nata, sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2010), hlm. 156
[13]Jalaluddin, dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan..., hlm. 33
[14]Zaprulkhan, Filsafat Islam : Sebuah Kajian Tematik..., hlm 161
[15]Zaprulkhan, Filsafat Islam : Sebuah Kajian Tematik..., hlm 167
[16]Jalaludin, Filsafat Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hlm. 71
[17]Jalaludin, Filsafat Ilmu Pengetahuan..., hlm. 72
[18]Jalaluddin, dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan..., hlm. 34
[19]Jalaluddin, dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan..., 35-38
[20]Anas Salahudin, Filsafat Pendidikan,  (Bandung: Pustaka Setia, 2011), hlm. 50
[21]Anas Salahudin, Filsafat Pendidikan..., hlm. 56
[22]Jalaluddin, dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan..., hlm. 70
[23]Jalaluddin, dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan...,hlm. 72
[24]Jalaluddin, dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan...,hlm. 73
[25]Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), hlm. 7
[26]Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam..., hlm. 8

1 komentar: