MAKALAH
Hakikat, Tujuan dan Fungsi Pendidikan Islam
Disusun Sebagai Tugas Kelompok
Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Islam
Dosen Pengampu: Syarnubi, M.Pd.I
Disusun Oleh Kelompok 5:
Aji Effendi (1532100079)
Dewi Putri Andesta (1532100102)
Dhonna Arba’ (1532100105)
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI RADEN FATAH PALEMBANG
PROGRAM STUDI FILSAFAT PENDIDIKAN
ISLAM
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji hanya milik Allah azza wajal,
shalawat seiring salam semoga selalu tercurah kepada Nabi akhir zaman yakni
Muhammad Saw. Keluarga, sahabat dan seluruh umatnya yang setia dan istiqomah
berada di atas ajarannya hingga hari kiamat.
Penulis sangat bersyukur karena berkat rahmat
dan karuniaNyalah penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Hakikat,
Tujuan, dan Fungsi Pendidikan Islam”.
Penyusunan makalah ini sebagai tugas dari mata
kuliah Filsafat Pendidikan
Islam Program Studi Pendidikan Agama Islam
Universitas Islam Negri Raden Fatah Palembang. Dalam penyusunan makalah ini
penulis sangat menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan sehingga
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada
dosen pengampu mata kuliah filsafat pendidikan islam yang
telah memberikan materi perkuliahan serta arahannya, mudah-mudahan Allah SWT.
Membalas atas semua bantuan yang telah diberikan dengan tulus dan ikhlas.
Penulis berharap makalah ini berguna bagi kita semua amin. Atas perhatiannya
kami ucapkan terima kasih.
Akhirul kalam,
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Palembang,05 april 2016
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan
Islam sebagai salah satu aspek dari ajaran Islam, dasarnya adalah Al-Qur’an dan
Hadist Nabi Muhammad saw. Dari kedua sumber tersebut, para intelektual muslim
kemudian mengembangkannya dan mengklasikannya kedalam dua bagian yaitu: Pertama,
akidah untuk ajaran yang berkaitan dengan keimanan; Kedua, adalah syariah
untuk ajaran yang berkaitan dengan amal nyata. Oleh karena pendidikan termasuk
amal nyata, maka pendidikan tercakup dalam bidang syariah. Bila
diklasifikasikan lenih lanjut, termasuk dalam sub bidang muamalah.
Hal tersebut
menggariskan prinsip-prinsip dasar materi pendidikan Islam yang terdiri atas
masalah iman, ibadah, sosial, dan ilmu pengetahuan. Sebagi bantahan pendapat
yang meragukan terhadap adanya aspek pendidikan dalam Al-Qur’an, Abdul Rahman
Saleh Abdullah mengemukakan bahwa kata Tarbiyah
yang berasal dari kata “Rabb”
(mendidik dan memelihara) banyak terdapat dalam Al-Qur’an; demikian pula kata “’Ilm” yang demikian banyak dalam
Al-Qur’an menunjukkan bahwa dalam Al-Qur’an tidak mengabaikan konsep-konsep yang
menunjukkan kepada pendidikan.
Hadist juga banyak memberikan dasar-dasar bagi pendidikan Islam.
Hadist sebagai pernyataan, pengalaman, takrir dan hal ihwal Nabi Muhammad saw.,
merupakan sumber ajaran Islam yang kedua sesudah Al-Qur’an. Di samping Al-Qur’an
dan hadist sebagai sumber atau dasar pendidikan Islam, tentu saja masih
memberikan penafsiran dan penjabaran lebih lanjut terhadap Al-Qur’an dan
hadist, berupa ijma’, qiyas, ijtihad, istihsan dan sebagainya yang sering pula
dianggap sebagai dasar pendidikan islam. Akan tetapi, kita konsekuen bahwa
dasar adalah tempat berpijak yang paling
mendasar, maka dasar pendidikan Islam hanyalah Al-Qur’an dan hadist Nabi
Muhammad saw.
B. Rumusan Masalah
1. Apa hakikat Pendidikan Islam ?
2. Apa
tujuan Pendidikan Islam ?
C. Batasan Masalah
1. Hanya
membahas hakikat Pendidikan Islam
2. Hanya
membahas tujuan Pendidikan
Islam
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Pendidikan Islam
1. Pengertian Pendidikan
Sebelum membahas hakikat Pendidikan Islam
secara keseluruhan, alangkah baiknya kita artikan dulu kata-kata pendidikan.
Istilah pendidikan berasal dari kata “didik” dengan memberinya awalan “pe” dan
akhiran “an” yang mengandung arti “perbuatan” (hal, cara dan sebagainya).
Istilah pendidikan semula berasal dari bahasa Yunani, yaitu “paedagoie” yang berarti bimbingan yang
diberikan kepada anak. Istilah ini kemudia diterjemahkan ke dalam bahasa
Inggris dengan “education” yang
berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa Arab, istilah ini sering
diterjemahkan dengan “tarbiyah” yangb
berarti pendidikan.[1]
Dalam perkembangannya istilah pendidikan
berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja terhadap anak
didik oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa.[2]
Orang-orang Yunani, lebih kurang 600 tahun Sebelum Masehi, telah menyatakan
bahwa pendidikan ialah usaha membantu manusia menjadi manusia. Ada dua kata
yang penting dalam kalimat itu, pertama “membantu” dan kedua “manusia”.[3]
Manusia perlu dibantu agar ia berhasil
menjadi manusia. Seseorang dapat dikatakan telah menjadi manusia bila telah
memiliki nilai (sifat) kemanusiaan, itu menjukkan bahwa tidaklah mudah menjadi
manusia. Karena itulah sejak dahulu banyak manusia gagal menjadi manusia. Jadi,
tujuan mendidik ialah me-manusia-kan manusia. Agar tujuan itu dapat dicapai dan
agar program dapat disusun maka cirri-ciri manusia yang telah menjadi manusia
itu haruslah jelas. Seperti apa criteria manusia yang menjadi tujuan pendidikan
itu? Tentulah hal ini akan ditentukan oleh filsafat hidup masing-masing orang.
Orang-orang Yunani Lama itu menentukan tiga syarat untuk disebut manusia. Pertama, memiliki kemampuan dalam
mengendalikan diri; kedua, cinta
tanah air; dan ketiga berpengetahuan.[4]
Dalam perkembangan selanjutnya, pendidikan
berarti usaha yang dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk
mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang agar menjadi dewasa atau mencapai
tingkat hidup dan penghidupan yang lebih tinggi (mental). Dengan demikian
pendidiakn berarti segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak
untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan. Dalam
konteks ini, orang dewasa yang dimaksud bukan berarti pada kedewasaan pisik
belaka, akan tetapi bisa pula dipahami kepada kedewasaan psikis.[5]
Maka dapat disimpulkan bahwa Pendidikan itu
adalah suatu proses yang dilakukan secara sadar atau disengaja guna untuk
menambah pengetahuan, wawasan serta pengalaman untuk menentukan tujuan hidup
sehingga bisa memiliki pandangan yang luas untuk ke arah masa depan lebih baik
dan dengan pendidikan itu sendiri dapat menciptakan orang-orang berkualitas.[6]
2. Pengertian Pendidikan Islam
Pendidikan Islam
berarti sistem pendidikan yang memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin
kehidupannya sesuai dengan cita-cita dan nilai-nilai Islam yang telah menjiwai
dan mewarnai corak kepribadiannya, dengan kata lain pendidikan Islam adalah
suatu sistem kependidikannya yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang
dibutuhkan oleh hamba Allah sebagaimana Islam telah menjadi pedoman bagi
seluruh aspek kehidupan manusia baik duniawi maupun ukhrawi.[7]
Dalam masyarakat Islam,
sekurang-kurangnya terdapat tiga istilah yang digunakan untuk menggambarkan
konsep pendidikan, yaitu tarbiyah, ta’lim, dan ta’dib. Istilah
tarbiyah digunakan untuk menandai
konsep pendidikan Islam, meskipun telah berlaku umum, akan tetapi masih
merupakan masalah controversial. Karena diantara ulama kontemporer ada yang
cenderung menggunakan istilah ta’lim atau
ta’dib sebagai gantinya.[8]
a). Al-Tarbiyah
Istilah tarbiyah berakar pada tiga kata.
Pertama, kata raba yarbu yang berarti
bertambah dan tumbuh. Kedua, kata rabiya
yarba yang berarti tumbuh dan berkembang. Ketiga, kata rabba yarubbu yang berarti memperbaiki, menguasai, memimpin,
menjaga, dan memelihara. Dan kata al-rabb,
juga berasal dari kata tarbiyah
dan berarti mengantarkan sesuatu kepada kesempurnaannya secara bertahab atau
membuat sesuatu menjadi sempurna secara berangsur-angsur. Hal
tersebut sejalan dengan firman Allah:
Dengan
demikian tarbiyah, yaitu pendidikan
yang menitik beratkan masalah pada pendidikan, pembentukan dan pengembangan
pribadi serta pembentukan dan penggemblengan akhlak secara bertahap.[9]
Uraian di atas, secara filosofis
mengisyaratkan bahwa proses pendidikan Islam adalah bersumber pada pendidikan
yang diberikan Allah sebagai”pendidik” seluruh ciptaan-Nya, termasuk manusia.
Dalam konteks yang luas, pengertian pendidikan agama Islam yang dikandung dalam
term al-tarbiyah terdiri atas unsur pendekatan, yaitu:
(1) memelihara dan menjaga fitrah anak didik menjelang
dewasa (baligh).
(2) mengembangkan seluruh potensi menuju kesempurnaan.
(3) mengarahkan seluruh fitrah menuju kesempurnaan.
(4) melaksanakan pendidikan secara bertahap.[10]
b). Al-Ta’lim
Ta’lim yaitu pendidikan yang
menitikberatkan pada pengajaran, penyampaian informasi, dan pengembangan ilmu.
Ta’lim mempunyai ruang lingkup yang luas, tidak terbatas pada pendidikan dalam
keluarga, akan tetapi dapat diartikan sebagai semua proses dan bentukan
pendidikan baik dalam keluarga (in formal), pendidikan formal, dan pendidikan
non formal. Ta’lim berlangsung secara terus menerus sepanjang hayat, sejalan
dengan konsep pendidikan seumur hidup. Oleh karena itu istilah ta’lim mencakup
aspek kognitif (ilmu pengetahuan), afektif (sikap), dan aspek psikomotorik
(keterampilan).[11]
Seperti halnya tarbiyah, istilah ta’lim-pun
memiliki cakupan makna yang luas seperti yang tertera diberbagai tempat dalam al-Qur’an. Diantaranya ada yang bermakna
informasi pengetahuan yang belum diketahui manusia sebagai sebuah keutamaan
baik melalui lisan maupun tulisan, seperti yang terdapat dalam surat al-Kahf,
ayat 65-66, yaitu tentang potongan ayat “allama”
dengan arti memberitahukan informasi yang belum diketahui sebelumnya.
#yy`uqsù #Yö6tã ô`ÏiB !$tRÏ$t6Ïã çm»oY÷s?#uä ZpyJômu ô`ÏiB $tRÏZÏã çm»oY÷K¯=tæur `ÏB $¯Rà$©! $VJù=Ïã ÇÏÎÈ tA$s% ¼çms9 4ÓyqãB ö@yd y7ãèÎ7¨?r& #n?tã br& Ç`yJÏk=yèè? $£JÏB |MôJÏk=ãã #Yô©â ÇÏÏÈ
“
lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah
Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya
ilmu dari sisi Kami[12].
Musa berkata kepada Khidhr: "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu
mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan
kepadamu?" (QS. Al- Kahfi(18): 65-66)
Menurut informasi al-Qur’an, ta’lim dengan arti pengajaran telah dimulai sejak
manusia keluar dari perut ibunya
masing-masing (sejak kelahiran). Pada saat manusia muncul pertama kali di alam
dunia, mereka tidak tahu apa-apa, lalu Allah anugerahi mereka dengan berbagai
fasilitas kehidupan dan sarana untuk memperoleh pengetahhuan seperti
pendengaran, mata, hati, dan lain-lainnya. Hal ini secara tegas Allah nyatakan
dalam al-Qur’an.[13]
Firman Allah SWT, artinya:
ª!$#ur Nä3y_t÷zr& .`ÏiB ÈbqäÜç/ öNä3ÏF»yg¨Bé& w cqßJn=÷ès? $\«øx© @yèy_ur ãNä3s9 yìôJ¡¡9$# t»|Áö/F{$#ur noyÏ«øùF{$#ur öNä3ª=yès9 crãä3ô±s? ÇÐÑÈ
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu
dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran,
penglihatan, dan hati agar kamu bersyukur “(QS.Al-Nahl : 78).
Muhammad Ali al-Shubuniiy menjelaskan
tafsiran ayat ini sebagai berikut:
Diantara nikmat Allah ta’ala bagi manusia
ialah, ia telah mengeluarkan manusia dari dari perut ibunya masing-masing dalam
keadaan belum tau sesuatu, lalu mereka diberikan rezeki berupa alat pendengaran
untuk bisa mendengar suara, dan penglihatan untuk bisa mengetahui sesuatu yang
bisa dilihat, dan juga afaidah berupa akal. Seluruh kekuatan dan pancaindera
itu menjadikan manusia secara berangsur-angsur menemukan sesuatu.[14]
c). Al-Ta’dib
Istilah ta’dib dalam konsep pendidkan Islam
berasal dari kata adab, yang berarti pengenalan dan pengakuan tentang hakikat
bahwa pengetahuan dan wujud bersifat teratur secara herarkis sesuai dengan
berbagai derajat tingkatnya dan menempatakan seseorang sesuai dengan kapasitas
dan potensi jasmani, rohani, dan intelektualnya. Dengan demikian kata adab
mencakup pengertian ilmu dan amal. Ta’dib sesuai dengan cara Tuhan mendidik
Nabi Muhammad saw. Hal ini ta’dib, yaitu
pendidikan yang memandang bahwa proses pendidikan merupakan usaha yang mencoba
membentuk keteraturan susunan ilmu yang berguna bagi dirinya sebagai muslim
yang harus melaksanakan kewajiban serta fungsionalisasi atas nilai atau system
sikap yang direalisasikan dalam kemampuan berbuat yang teratur (sistematik),
terarah, dan efektif.[15]
Menurut al-Attas, istilah yang paling tepat
untuk menunjukkan pendidikan Islam adalah al-Ta’dib, konsep ini didasarkan pada
hadits Nabi:
اِدَّ
بَنِيْ رَبِّى فَأَحْسَنَ تَـأْدِيْبِيْ {رواه العسكرى عن
على}
Artinya : “Tuhan telah mendidikku, maka ia
sempurnakan pendidikanku” (HR. al-Askary dari Ali r.a).
Walaupun istilah pendidikan Islam dapat
dipahami secara berbeda, namun pada hakikatnya merupakan satu kesatuan dan
mewujud secara operasional dalam proses pembudayaan dan pewarisan serta
pengembangan ajaran agama, budaya dan peradaban Islam dari generasi ke generasi
yang berlangsung sepanjang sejarah umat Islam dalam suatu sistem yang utuh,
berdasarkan al-Qur’an dan as-Sunnah.
Dengan demikian dari beberapa pengertian
tersebut dapat disimpulkan pada prinsipnya pendidikan Islam adalah proses
pembentukan kepribadian individu sesuai dengan nilai Ilahiya, sehingga individu yang bersangkutan dapat mencerminkan
kepribadian muslim, yang berakhlak al karimah.[16]
B. Tujuan Pendidikan Islam
Menetapkan
al-Qur’an dan hadits sebagai dasar pendidikan Islam bukan hanya dipandang
sebagai kebenaran yang didasarkan pada keimanan semata. Namun justru
karena kebenaran yang terdapat dalam kedua dasar tersebut dapat diterima oleh
nalar manusia dan dibolehkan dalam sejarah atau pengalaman kemanusiaan.
a. Terminologis
Secara
Terminologis, Tujuan adalah arah, haluan,
jurusan, maksud. Atau tujuan adalah sasaran yang akan dicapai oleh
seseorang atau sekelompok orang yang melakukan sesuatu kegiatan. Atau menurut
Zakiah Darajat, tujuan adalah sesuatu yang diharapkan tercapai setelah suatu
usaha atau kegiatan selesai.[17] Karena
itu tujuan pendidikan Islam adalah sasaran yang akan dicapai oleh seseorang
atau sekelompok orang yang melaksanakan pendidikan Islam.[18]
b. Epistemologis
Secara
Epistemologis, Merumuskan tujuan pendidikan
merupakan syarat mutlak dalam mendefiniskan pendidikan itu sendiri yang paling
tidak didasarkan atas konsep dasar mengenai manusia, alam, dan ilmu serta
dengan pertimbangan prinsip-prinsip dasarnya. Hujair AH. Sanaky menyebut
istilah tujuan pendidikan Islam dengan visi dan misi pendidikan Islam.
Menurutnya, sebenarnya pendidikan Islam telah memiki visi dan misi yang ideal,
yaitu “Rohmatan Lil ‘Alamin”. Munzir Hitami berpendapat bahwa
tujuan pendidikan tidak terlepas dari tujuan hidup manusia, biarpun dipengaruhi
oleh berbagai budaya, pandangan hidup, atau keinginan-keinginan lainnya.[19]
c. Ontologis
Secara
Ontologis : Dalam Islam, hakikat manusia
adalah makhluq ciptaan Allah. Sedangkan menurut tujuan umum pendidikan Islam
ialah terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. Jadi menurut Islam, pendidikan
haruslah menjadikan seluruh manusia yang menghambakan kepada Allah. Yang
dimaksud menghambakan diri ialah beribadah kepada Allah. Sebagaimana dalam
firman Allah SWT.[20]
Sebagai
bagian dari komponen kegiatan pendidikan, keberadaan rumusan tujuan pendidikan
memegang peranan sangat penting. Karena memang tujuan berfungsi mengarahkan
aktivitas, mendorong untuk bekerja memberi nilai dan membantu mencapai
keberhasilan.[21] Pendidikan
Islam bertugas mempertahankan, menanamkan, dan mengembangkan kelangsungan
berfungsinya nilai-nilai islami yang bersumber dari kitab suci Al-Qur’an dan
Al-Hadis.[22] Sedangkan
Anwar Jundi menjelaskan di dalam konsep Islam, tujuan pertama dan pokok dari
pendidikan ialah terbentuknya manusia yang berpribadi muslim.[23]
Tujuan
pendidikan adalah menciptakan seseorang yang berkualitas dan berkarakter
sehingga memiliki pandangan yang luas kedepan untuk mencapai suatu cita- cita
yang di harapkan dan mampu beradaptasi secara cepat dan tepat di dalam berbagai
lingkungan. Karena pendidikan itu sendiri memotivasi diri kita untuk lebih baik
dalam segala aspek kehidupan. Karena tanpa pendidikan itu sendiri kita akan
terjajah oleh adanya kemajuan saat ini, karena semakin lama semakin ketat pula
persaingan dan semakin lama juga mutu pendidikan akan semakin maju.[24]
Tujuan
pendidikan Islam adalah untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan kepribadian
manusia. Secara menyeluruh dan seimbang yang dilakukan melalui latihan jiwa,
akal pikiran, diri manusia yang rasional, perasaan dan indra, karena itu,
pendidikan hendaknya mencakup pengembangan seluruh aspek fitrah peserta didik,
aspek spiritual, intelektual, imajinasi, fisik, ilmiah dan bahasa, baik secara
individual maupun kolektif, dan mendorong semua aspek tersebut berkembang ke
arah kebaikan dan kesempurnaan. Tujuan terakhir pendidikan muslim terletak pada
perwujudan ketundukan yang sempurna kepada Allah SWT, baik secara pribadi
kontinuitas, maupun seluruh umat manusia.[25]
Tujuan
pendidikan ialah perubahan yang diharapkan pada subyek didik setelahmengalami
proses pendidikan baik pada tingkah laku individu dan kehidupan pribadinya
maupun kehidupan masyarakat dan alam sekitarnya dimana individu itu hidup.
Sedangkan menurut Omar Muhammad Attoumy Asy-Syaebani tujuan pendidikan
islam memiliki empat ciri pokok :[26]
1.
Sifat
yang bercorak agama dan akhlak.
2.
Sifat
kemenyeluruhannya yang mencakup segala aspek pribadi pelajar atau subyek didik,
dan semua aspek perkambangan dalam masyrakat.
3.
Sifat
keseimbangan, kejelasan, tidak adanya pertentangan antara unsur-unsur dan cara
pelaksanaanya
4.
Sifat
realistis dan dapat dilaksanakan, penekanan pada perubahan yangdikehendaki pada
tingkah laku dan pada kehidupan, memperhitungkan perbedaan-perbedaan
perseorangan diantara individu, masyarakat dankebudayaan di
mana-mana dan kesanggupanya untuk berubah dan berkembanng bila diperlukan
Pendidikan
Islam bertugas di samping menginternalisasikan (menanamkan dalam pribadi)
nilai-nilai islami, juga mengembangkan anak didik agar mampu melakukan
pengamalan nilai-nilai itu secara dinamis dan fleksibel dalam batas-batas
konfigurasi idealitas wahyu Tuhan. Hal ini berarti Pendidikan Islam secara
optimal harus mampu mendidik anak didik agar memiliki “kedewasaan atau
kematangan” dalam beriman, bertaqwa, dan mengamalkan hasil pendidikan yang
diperoleh, sehingga menjadi pemikir yang sekaligus pengamal ajaran Islam, yang
dialogis terhadap perkembangan kemajuan zaman. Dengan kata lain, Pendidikan
Islam harus mampu menciptakan para “mujtahid” baru dalam bidang kehidupan
duniawi-ukhrawi yang berkesinambungan secara interaktif tanpa pengkotakan
antara kedua bidang itu.[27]
Menurut
H.M.Arifin tujuan pendidikan islam adalah idealitas (cita-cita) yang mengandung
nilai-nilai islam yang hendak dicapai dalam proses kependidikan yang
berdasarkanajaran Islam secara bertahap. Prof. H. M. Arifin, M. Ed
menjabarkan tujuan pendidikan yang bersasaran pada tiga dimensi hubungan
manusia selaku “Khalifah” dimuka bumi yaitu sebagai berikut:
1. Menanamkan
sikap hubungan yang harmonis, selaras, dan seimbang dengan Tuhannya.
2. Membentuk
sikap hubungan yang harmonis, selaras, dan seimbang dengan masyarakatnya.
3. Mengembangkan
kemampuannya untuk menggali, mengelola dan memanfaatkan kekayaan alam ciptaan
Allah bagi kepentingan kesejahteraan hidupnya, dan hidup sesamanya serta bagi
kepentingan ubudiahnya kepadanya, dengan dilandasi sikap hubungan yang
harmonis.
Secara etimologi, tujuan adalah “arah, maksud atau haluan”. Dalam
bahasa Arab “tujujan” diistilahkan dengan “Ghayat, ahdaf, atau maqashid.
Sementara dalam bahasa Inggris diistilahkan dengan “goal, purpose, objectives
atau aim”. Secara terminologi, tujuan berarti sesuatu yang diharapkan tercapai
setelah sebuah usaha atau kegiatan selesai.[28]
Maka pendidikan, karena merupakan suatu usaha dan kegiatan yang berproses
melalui tahap-tahap dan tingkatan-tingkatan, tujuannya bertahap dan bertingkat.
Tujuan pendidikan bukanlah suatu benda yang berbentuk tetap dan statis, tetapi
ia merupakan suatu keseluruhan dari kepribadian seseorang, berkenaan dengan
seluruh aspek kehidupannya.[29]
Kalau kita melihat kembali pengertian Pendidikan Islam, akan
terlihat dengan jelas sesuatu yang diharapkan terwujud setelah orang mengalami
pendidikan Islam secara keseluruhan, yaitu kepribadian seseorang yang
membuatnya mmenjadi “insan kamil” dengan pola takwa Insan Kamil artinya manusia
utuh rohani dan jasmani, dapat hidup dan berkembang secara wajar dan normal
karena takwanya kepada Allah SWT. Ini mengandung arti bahwa pendidikan islam
itu diharapkan menghasilkan manusia sesamanya, dapat mengambil manfaat yang
semakin meningkat dari alam semesta ini untuk kepentingan[30]
Zakiah darajat mengelompokkan tujuan
pendidikan menjadi 4 macam, yaitu:[31]
a)
Tujuan Umum
Tujuan umum ialah tujuan yang akan dicapai
dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara lain.
Tujuan itu meliputi seluruh aspek kemanusiaan yang meliputi sikap, tingkah
laku, penampilan, kebiasaan dan pandangan. Tujuan umum ini berbeda pada setiap
tingkat umur, kecerdasan situasi dan kondisi, dengan kerangka yang sama. Bentuk
insan kamil dengan pola takwa harus dapat tergambar pada pribadi seseorang yang
sudah dididik, walaupun dalam ukuran kecil dan mutu yang rendah, sesuai dengan
tingkat-tingkat tersebut.
Cara atau alat yang paling efektif dan
efesien untuk mencapai tujuan pendidikan ialah pengajaran. Karena itu
pengajaran sering diidentikkan dengan pendidikan, meskipun kalau istilah ini
sebenarnya tidak sama. Pengajaran ialah poros membuat jadi terpelajar (tahu,
mengerti, menguasai, ahli; belum tentu menghayati dan meyakini); sedang
pendidikan ialah membuat orang jadi terdidik (mempribadi, menjadi adat
kebiasaan). Maka pengajaran agama seharusnya mencapai tujuan pendidikan agama.
Tujuan umum pendidikan islam harus
dikaitkan pula dengan tujuan pendidikan nasional Negara tempat pendidikan Islam
itu dilaksanakan dan harus dikaitkan pula dengan tujuan institusional lembaga
yang menyelenggarakan pendidikan itu. Tujuan umum itu tidak dapat dicapai
kecuali setelah melakukan proses pengajaran, pengalaman, pembiasaan,
penghayatan, dan keyakinan akan kebenarannya. Tahap-tahapan dalam mencapai
tujuan itu pada pendidikan formal (sekoalah atau madrasah), dirumuskan dalam
bentuk tujuan kurikuler yang selanjutnya dikembangkan dalam tujuan
intruksional.
b)
Tujuan
Akhir
Pendidikan
islam itu berlangsung selama hidup maka tujuan akhirnya terdapat pada waktu
hidup di dunia ini telah berakhir pula. Tujuan umum yang membentuk insan kamil
dengan pola takwa dapat mengalami perubahan naik turun, bertambah dan berkurang
dalam perjalanan hidup seseorang. Orang yang sudah takwa dalam bentuk insan
kamil, masih perlu mendapatkan pendidikan dalam rangka pengembangan dan
penyempurnaan, sekurang-kurangnya pemeliharaan supaya tidak luntur dan
berkurang, meskipun pendidikan oleh diri sendiri dan bukan dalam pendidikan
formal. Tujuan akhir pendidikan Islam itu dapat dipahami dalam firman Allah:
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#qãYtB#uä (#qà)®?$# ©!$# ¨,ym ¾ÏmÏ?$s)è? wur ¨ûèòqèÿsC wÎ) NçFRr&ur tbqßJÎ=ó¡B ÇÊÉËÈ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah
sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan
dalam Keadaan beragama Islam.” (QS.
3 Ali Imran 102)
Mati
dalam keadaan berserah diri kepada Allah sebagai muslim yang merupakan ujung
dari takwa sebagai akhir dari proses hidup jelas berisi kegiatan pendidikan.
Insan Kamil yang mati dan akan menghadap Tuhannya merupakan tujuan akhir dari
proses pendidikan Islam.
c)
Tujuan
Sementara
Tujuan
sementara ialah tujuan yang akan dicapai setelah anak diberi pengalaman
tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal. Tujuan
operasional dalam bentuk tujuan instuksional yang dikembangkan menjadi tujuan instrukisonal
umum dan khusus, dapat dianggap pula menjadi tujuan sementara dengan sifat yang
agak berbeda.
Pada tujuan sementara bentuk Insan Kamil
dengan pola takwa sudah kelihatan meskipun dalam ukuran sederhana, sekurang
kurangnya beberapa ciri pokok sudah keliahatan pada pribadi anak didik.
d)
Tujuan
Operasional
Tujuan operasional adalah tujuan praktis yang akan dicapai dengan
sejumlah kegiatan pendidikan tertentu. Satu unit kegiatan pendidikan dengan
bahan-bahan yang sudah dipersiapkan dan diperkirakan untuk mencapai tujuan
tertentu disebut tujuan operasional. Dalam tujuan operasional ini lebih banyak
dituntut dari peserta didik suatu kemampuan dan keterampilan tertentu. Sifat
operasionalnya lebih ditonjolkan dari sifat penghayatan dan kepribadian. Untuk
tingkat yang paling rendah, sifat yang berisi kemampuan dan keterampilanlah
yang ditonjolkan. Misalnya, ia dapat berbuat, terampil melakukan, lancar
mengucapkan, mengerti, memahami, meyakini dan menghayati adalah soal kecil.
C. Fungsi Pendidikan Islam
Fungsi
pendidikan islam secara mikro sudah jelas yaitu memelihara dan mengembangkan
fitrah dan sumber daya insan yang ada pada subyek didik menuju terbentuknya
manusia seutuhnya sesuai dengan norma islam. Atau dengan istilah lazim
digunakan yaitu menuju kepribadian muslim. Lebih lanjut secara makro, fungsi
pendidikan islam dapat ditinjau dari feomena yang muncul dalam perkambangan
peradaban manusia, dengan asumsi bahwa peradaban manusia senantiasa tumbuh
dan berkembang melalui pendidikan.
Fenomena
tersebut dapat kita telusuri melalui kajian antropologi budaya dan sosiologi
yang menunjukan bahwa peradaban masyarakat manusia dari masa ke masa semakin
berkembang maju; dan kemajuan itu diperoleh melalui interaksi komunikasi
sosialnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, ditinjau dari segi
antropologi budaya dan sosiologi ,fungsi pendidikan ialah menumbuhkan wawasan yang tepat
mengenai manusisa di alam sekitarnya, sehingga dengan demikian dimungkinkan
tumbuhnya kreatifitas yang dapat membangun dirinya dan
lingkungannya. Dalam buku Filsafat Pendidikan Islam yang ditulis oleh
Abdul Halim, fungsi pendidikan dilihat secara operasional adalah:[32]
1. Alat untuk memelihara, memperluas, dan
menghubungan tingkat-tingkat kebudayaan, nilai-nilai tradisi dan sosial, serta
ide-ide masyarakat nasioanal
2. Alat untuk mengadakan perubahan, inovasi,
dan perkembangan. Pada garis besarnya, upaya ini dilakukan melalui potensi ilmu
pengetahuan dan skill yang dimiliki, serta melatih tenaga-tenaga manusia
(peserta didik) yang produktif dalam menemukan perimbangan perubahan sosial dan
ekonomi yang demikian dinamis.
Menurut
pandangan pendidikan islam, fungsi pendidikan itu bukanlah sekedar
mengembangkan kemampuan dan mencerdaskan otak peserta didik, tetapi juga
menyelamatkan fitrahnya. Oleh karena itu fungsi pendidikan dan pengajaran Islam
dalam hubungannya dengan faktor anak didik adalah untuk menjaga, menyelamatkan,
dan mengembangkan fitrah ini agar tetap menjadi al-fithratus salimah dan
terhindar dari al-fithratu ghairus salimah. Artinya, agar anak
tetap memiliki aqidah keimanan yang tetap dibawanya sejak lahir itu, terus
menerus mengokohkannya, sehinggamati dalam keadaan fitrah yang semakin mantap,
tidak menjadi Yahudi, Nashrani, Majusi ataupun agama-agama dan faham-faham yang
selain Islam.[33]
Betapa pentingnya fungsi pendidikan dan pengajaran di dalam
menyelamatkan dan mengembangkan fitrah ini. Di pihak lain, pendidikan dan
pengaajaran juga berfungsi untuk mengembangkan potensi-potensi/
kekuatan-kekuatan yang ada pada diri anak agar ia bisa menjadi manusia yang
bermanfaat bagi dirinya maupun bagi pergaulan hidup di sekelilingnya, sesuai
dengan kedudukannya sebagai hamba Allah dan sebagai khalifah Allah di muka bumi
ini.[34]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
pada
prinsipnya pendidikan Islam adalah proses pembentukan kepribadian individu
sesuai dengan nilai Ilahiya, sehingga
individu yang bersangkutan dapat mencerminkan kepribadian muslim, yang
berakhlak al karimah.
Tujuan
pendidikan Islam adalah untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan kepribadian
manusia. Secara menyeluruh dan seimbang yang dilakukan melalui latihan jiwa,
akal pikiran, diri manusia yang rasional, perasaan dan indra, karena itu,
pendidikan hendaknya mencakup pengembangan seluruh aspek fitrah peserta didik,
aspek spiritual, intelektual, imajinasi, fisik, ilmiah dan bahasa, baik secara individual
maupun kolektif, dan mendorong semua aspek tersebut berkembang ke arah kebaikan
dan kesempurnaan.
Fungsi pendidikan dan pengajaran Islam dalam
hubungannya dengan faktor anak didik adalah untuk menjaga, menyelamatkan, dan
mengembangkan fitrah ini agar tetap menjadi al-fithratus salimah dan
terhindar dari al-fithratu ghairus salimah.
DAFTAR PUSTAKA
v Arifin,Muzayyin.
2003. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara
v Budiyanto,Mangun.
2010. Ilmu Pendidikan Islam, Yogyakarta: Griya Santri
v Daradjat,Zakiah. 1992. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara
v Ihsan,Hamdani
dan Fuad Ihsan. 2007. Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: CV.Pustaka Setia
v Ramayulis. 2015. Filsafat
Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia
v Rusmaini. 2014. Ilmu
Pendidikan, Palembang: Grafika Telindo Press
v Tafsir,Ahmad. 2008. Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA
v https://aghoestmoemet.wordpress.com/2013/10/11/makalah-ilmu-pendidikan-islam/, diakses pada tanggal 11 April 2016,
pukul 13.20 WIB
v https://hamamburhanuddin.wordpress.com/artikel-2/pendidikan/hakikat-dan-tujuan-pendidikan-islam/,
diakses pada tanggal 11 April 2016, pukul 12.34 WIB.
v http://www.academia.edu/5585325/PENDIDIKAN_AGAMA_ISLAM_SEBAGAI_SUB_sistem_pend, diakses pada tanggal 12 April 2016,
pukul 12.31 WIB.
v https:/tripariyatun.blogspot.co.id/2015/01/hakikat-tujuan-dan-fungsi
pendidikan_21.html?m=1 , diakses pada tanggal 1 april 2016, Pukul : 8.15
v http://mcdens13.wordpress.com/2013/05/14/hakekat-tujuan-pendidikan-islam/, diakses pada tanggal 5 April 2016
pukul 13.37 WIB
[6]https:/tripariyatun.blogspot.co.id/2015/01/hakikat-tujuan-dan-fungsi
pendidikan_21.html?m=1 , diakses pada tanggal 1 april 2016, Pukul : 8.15
[7]https:/tripariyatun.blogspot.co.id/2015/01/hakikat-tujuan-dan-fungsi- pendidikan_21.html?m=1 , diakses pada
tanggal 3 april 2016, Pukul : 14.36
[12]
Menurut ahli tafsir hamba di sini ialah Khidhr, dan yang dimaksud dengan rahmat
di sini ialah wahyu dan kenabian. sedang yang dimaksud dengan ilmu ialah ilmu
tentang yang ghaib seperti yang akan diterangkan dengan ayat-ayat berikut.
[19]http://mcdens13.wordpress.com/2013/05/14/hakekat-tujuan-pendidikan-islam/, diakses pada tanggal 5 April
2016 pukul 13.37 WIB
[20]http://mcdens13.wordpress.com/2013/05/14/hakekat-tujuan-pendidikan-islam/, diakses pada tanggal 5 April
2016 pukul 13.37 WIB
[24]https://aghoestmoemet.wordpress.com/2013/10/11/makalah-ilmu-pendidikan-islam/, diakses pada tanggal 11 April
2016, pukul 13.20 WIB
[25]https://hamamburhanuddin.wordpress.com/artikel-2/pendidikan/hakikat-dan-tujuan-pendidikan-islam/, diakses pada tanggal 11 April
2016, pukul 12.34 WIB.
[26]http://www.academia.edu/5585325/PENDIDIKAN_AGAMA_ISLAM_SEBAGAI_SUB_sistem_pend, diakses pada tanggal 12 April
2016, pukul 12.31 WIB.
[28]Rusmaini, Ilmu Pndidikan.., Hal. 22
[29]Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi
Aksara, 1992). Hal. 29
Tidak ada komentar:
Posting Komentar