Rabu, 20 Juli 2016

Kel. 5 Hakikat, Tujuan dan Fungsi Pendidikan Islam



MAKALAH
Hakikat, Tujuan dan Fungsi Pendidikan Islam


Disusun Sebagai Tugas Kelompok
Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Islam


Dosen Pengampu: Syarnubi, M.Pd.I

 Disusun Oleh Kelompok 5:
Aji Effendi (1532100079)
Dewi Putri Andesta (1532100102)
Dhonna Arba’ (1532100105)
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI RADEN FATAH PALEMBANG
PROGRAM STUDI FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
TAHUN AJARAN 2015/2016

KATA PENGANTAR


Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji hanya milik Allah azza wajal, shalawat seiring salam semoga selalu tercurah kepada Nabi akhir zaman yakni Muhammad Saw. Keluarga, sahabat dan seluruh umatnya yang setia dan istiqomah berada di atas ajarannya hingga hari kiamat.
Penulis sangat bersyukur karena berkat rahmat dan karuniaNyalah penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Hakikat, Tujuan, dan Fungsi Pendidikan Islam”.
Penyusunan makalah ini sebagai tugas dari mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam Program Studi Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negri Raden Fatah Palembang. Dalam penyusunan makalah ini penulis sangat menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah filsafat pendidikan islam yang telah memberikan materi perkuliahan serta arahannya, mudah-mudahan Allah SWT. Membalas atas semua bantuan yang telah diberikan dengan tulus dan ikhlas. Penulis berharap makalah ini berguna bagi kita semua amin. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Akhirul kalam,
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Palembang,05 april  2016

Penulis

DAFTAR ISI

      a). Al-Tarbiyah. 3
      c). Al-Ta’dib. 6
      a. Terminologis. 7
       b Epistemologis. 7
       c. Ontologis. 8



 BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Pendidikan Islam sebagai salah satu aspek dari ajaran Islam, dasarnya adalah Al-Qur’an dan Hadist Nabi Muhammad saw. Dari kedua sumber tersebut, para intelektual muslim kemudian mengembangkannya dan mengklasikannya kedalam dua bagian yaitu: Pertama, akidah untuk ajaran yang berkaitan dengan keimanan; Kedua, adalah syariah untuk ajaran yang berkaitan dengan amal nyata. Oleh karena pendidikan termasuk amal nyata, maka pendidikan tercakup dalam bidang syariah. Bila diklasifikasikan lenih lanjut, termasuk dalam sub bidang muamalah.
Hal tersebut menggariskan prinsip-prinsip dasar materi pendidikan Islam yang terdiri atas masalah iman, ibadah, sosial, dan ilmu pengetahuan. Sebagi bantahan pendapat yang meragukan terhadap adanya aspek pendidikan dalam Al-Qur’an, Abdul Rahman Saleh Abdullah mengemukakan bahwa kata Tarbiyah yang berasal dari kata “Rabb” (mendidik dan memelihara) banyak terdapat dalam Al-Qur’an; demikian pula kata “’Ilm” yang demikian banyak dalam Al-Qur’an menunjukkan bahwa dalam Al-Qur’an tidak mengabaikan konsep-konsep yang menunjukkan kepada pendidikan.
Hadist juga banyak memberikan dasar-dasar bagi pendidikan Islam. Hadist sebagai pernyataan, pengalaman, takrir dan hal ihwal Nabi Muhammad saw., merupakan sumber ajaran Islam yang kedua sesudah Al-Qur’an. Di samping Al-Qur’an dan hadist sebagai sumber atau dasar pendidikan Islam, tentu saja masih memberikan penafsiran dan penjabaran lebih lanjut terhadap Al-Qur’an dan hadist, berupa ijma’, qiyas, ijtihad, istihsan dan sebagainya yang sering pula dianggap sebagai dasar pendidikan islam. Akan tetapi, kita konsekuen bahwa dasar adalah tempat berpijak yang  paling mendasar, maka dasar pendidikan Islam hanyalah Al-Qur’an dan hadist Nabi Muhammad saw.

B.     Rumusan Masalah

1.      Apa hakikat Pendidikan Islam ?
2.      Apa tujuan Pendidikan Islam ?

C.    Batasan Masalah

1.      Hanya membahas hakikat Pendidikan Islam
2.      Hanya membahas tujuan  Pendidikan Islam

BAB II

PEMBAHASAN

A.  Hakikat Pendidikan Islam

1.    Pengertian Pendidikan

Sebelum membahas hakikat Pendidikan Islam secara keseluruhan, alangkah baiknya kita artikan dulu kata-kata pendidikan. Istilah pendidikan berasal dari kata “didik” dengan memberinya awalan “pe” dan akhiran “an” yang mengandung arti “perbuatan” (hal, cara dan sebagainya). Istilah pendidikan semula berasal dari bahasa Yunani, yaitu “paedagoie” yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah ini kemudia diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan “education” yang berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa Arab, istilah ini sering diterjemahkan dengan “tarbiyah” yangb berarti pendidikan.[1]
Dalam perkembangannya istilah pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja terhadap anak didik oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa.[2] Orang-orang Yunani, lebih kurang 600 tahun Sebelum Masehi, telah menyatakan bahwa pendidikan ialah usaha membantu manusia menjadi manusia. Ada dua kata yang penting dalam kalimat itu, pertama “membantu” dan kedua “manusia”.[3]
Manusia perlu dibantu agar ia berhasil menjadi manusia. Seseorang dapat dikatakan telah menjadi manusia bila telah memiliki nilai (sifat) kemanusiaan, itu menjukkan bahwa tidaklah mudah menjadi manusia. Karena itulah sejak dahulu banyak manusia gagal menjadi manusia. Jadi, tujuan mendidik ialah me-manusia-kan manusia. Agar tujuan itu dapat dicapai dan agar program dapat disusun maka cirri-ciri manusia yang telah menjadi manusia itu haruslah jelas. Seperti apa criteria manusia yang menjadi tujuan pendidikan itu? Tentulah hal ini akan ditentukan oleh filsafat hidup masing-masing orang. Orang-orang Yunani Lama itu menentukan tiga syarat untuk disebut manusia. Pertama, memiliki kemampuan dalam mengendalikan diri; kedua, cinta tanah air; dan ketiga berpengetahuan.[4]
Dalam perkembangan selanjutnya, pendidikan berarti usaha yang dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang lebih tinggi (mental). Dengan demikian pendidiakn berarti segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan. Dalam konteks ini, orang dewasa yang dimaksud bukan berarti pada kedewasaan pisik belaka, akan tetapi bisa pula dipahami kepada kedewasaan psikis.[5]
Maka dapat disimpulkan bahwa Pendidikan itu adalah suatu proses yang dilakukan secara sadar atau disengaja guna untuk menambah pengetahuan, wawasan serta pengalaman untuk menentukan tujuan hidup sehingga bisa memiliki pandangan yang luas untuk ke arah masa depan lebih baik dan dengan pendidikan itu sendiri dapat menciptakan orang-orang berkualitas.[6]

2.      Pengertian Pendidikan Islam

Pendidikan Islam berarti sistem pendidikan yang memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita dan nilai-nilai Islam yang telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadiannya, dengan kata lain pendidikan Islam adalah suatu sistem kependidikannya yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba Allah sebagaimana Islam telah menjadi pedoman bagi seluruh aspek kehidupan manusia baik duniawi maupun ukhrawi.[7]
Dalam masyarakat Islam, sekurang-kurangnya terdapat tiga istilah yang digunakan untuk menggambarkan konsep pendidikan, yaitu tarbiyah, ta’lim, dan  ta’dib. Istilah tarbiyah  digunakan untuk menandai konsep pendidikan Islam, meskipun telah berlaku umum, akan tetapi masih merupakan masalah controversial. Karena diantara ulama kontemporer ada yang cenderung menggunakan istilah ta’lim atau ta’dib sebagai gantinya.[8]

                        a). Al-Tarbiyah

Istilah tarbiyah berakar pada tiga kata. Pertama, kata raba yarbu yang berarti bertambah dan tumbuh. Kedua, kata rabiya yarba yang berarti tumbuh dan berkembang. Ketiga, kata rabba yarubbu yang berarti memperbaiki, menguasai, memimpin, menjaga, dan memelihara. Dan kata al-rabb, juga berasal dari kata tarbiyah dan berarti mengantarkan sesuatu kepada kesempurnaannya secara bertahab atau membuat sesuatu menjadi sempurna secara berangsur-angsur. Hal tersebut sejalan dengan firman Allah:
  Dengan demikian tarbiyah, yaitu pendidikan yang menitik beratkan masalah pada pendidikan, pembentukan dan pengembangan pribadi serta pembentukan dan penggemblengan akhlak secara bertahap.[9]
Uraian di atas, secara filosofis mengisyaratkan bahwa proses pendidikan Islam adalah bersumber pada pendidikan yang diberikan Allah sebagai”pendidik” seluruh ciptaan-Nya, termasuk manusia. Dalam konteks yang luas, pengertian pendidikan agama Islam yang dikandung dalam term al-tarbiyah terdiri atas unsur pendekatan, yaitu:
(1)    memelihara dan menjaga fitrah anak didik menjelang dewasa (baligh).
(2)    mengembangkan seluruh potensi menuju kesempurnaan.
(3)     mengarahkan seluruh fitrah menuju kesempurnaan.
(4)     melaksanakan pendidikan secara bertahap.[10]

                        b). Al-Ta’lim

Ta’lim yaitu pendidikan yang menitikberatkan pada pengajaran, penyampaian informasi, dan pengembangan ilmu. Ta’lim mempunyai ruang lingkup yang luas, tidak terbatas pada pendidikan dalam keluarga, akan tetapi dapat diartikan sebagai semua proses dan bentukan pendidikan baik dalam keluarga (in formal), pendidikan formal, dan pendidikan non formal. Ta’lim berlangsung secara terus menerus sepanjang hayat, sejalan dengan konsep pendidikan seumur hidup. Oleh karena itu istilah ta’lim mencakup aspek kognitif (ilmu pengetahuan), afektif (sikap), dan aspek psikomotorik (keterampilan).[11]
Seperti halnya tarbiyah, istilah ta’lim-pun memiliki cakupan makna yang luas seperti yang tertera diberbagai tempat dalam al-Qur’an. Diantaranya ada yang bermakna informasi pengetahuan yang belum diketahui manusia sebagai sebuah keutamaan baik melalui lisan maupun tulisan, seperti yang terdapat dalam surat al-Kahf, ayat 65-66, yaitu tentang potongan ayat “allama” dengan arti memberitahukan informasi yang belum diketahui sebelumnya.
#yy`uqsù #Yö6tã ô`ÏiB !$tRÏŠ$t6Ïã çm»oY÷s?#uä ZpyJômu ô`ÏiB $tRÏZÏã çm»oY÷K¯=tæur `ÏB $¯Rà$©! $VJù=Ïã ÇÏÎÈ   tA$s% ¼çms9 4ÓyqãB ö@yd y7ãèÎ7¨?r& #n?tã br& Ç`yJÏk=yèè? $£JÏB |MôJÏk=ãã #Yô©â ÇÏÏÈ  
“ lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami[12]. Musa berkata kepada Khidhr: "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?" (QS. Al- Kahfi(18): 65-66)
Menurut informasi al-Qur’an, ta’lim dengan arti pengajaran telah dimulai sejak manusia  keluar dari perut ibunya masing-masing (sejak kelahiran). Pada saat manusia muncul pertama kali di alam dunia, mereka tidak tahu apa-apa, lalu Allah anugerahi mereka dengan berbagai fasilitas kehidupan dan sarana untuk memperoleh pengetahhuan seperti pendengaran, mata, hati, dan lain-lainnya. Hal ini secara tegas Allah nyatakan dalam al-Qur’an.[13]
Firman Allah SWT, artinya:
ª!$#ur Nä3y_t÷zr& .`ÏiB ÈbqäÜç/ öNä3ÏF»yg¨Bé& Ÿw šcqßJn=÷ès? $\«øx© Ÿ@yèy_ur ãNä3s9 yìôJ¡¡9$# t»|Áö/F{$#ur noyÏ«øùF{$#ur   öNä3ª=yès9 šcrãä3ô±s? ÇÐÑÈ  
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati agar kamu bersyukur “(QS.Al-Nahl : 78).
Muhammad Ali al-Shubuniiy menjelaskan tafsiran ayat ini sebagai berikut:
Diantara nikmat Allah ta’ala bagi manusia ialah, ia telah mengeluarkan manusia dari dari perut ibunya masing-masing dalam keadaan belum tau sesuatu, lalu mereka diberikan rezeki berupa alat pendengaran untuk bisa mendengar suara, dan penglihatan untuk bisa mengetahui sesuatu yang bisa dilihat, dan juga afaidah berupa akal. Seluruh kekuatan dan pancaindera itu menjadikan manusia secara berangsur-angsur menemukan sesuatu.[14]

                        c). Al-Ta’dib

Istilah ta’dib dalam konsep pendidkan Islam berasal dari kata adab, yang berarti pengenalan dan pengakuan tentang hakikat bahwa pengetahuan dan wujud bersifat teratur secara herarkis sesuai dengan berbagai derajat tingkatnya dan menempatakan seseorang sesuai dengan kapasitas dan potensi jasmani, rohani, dan intelektualnya. Dengan demikian kata adab mencakup pengertian ilmu dan amal.  Ta’dib sesuai dengan cara Tuhan mendidik Nabi Muhammad saw. Hal ini ta’dib, yaitu pendidikan yang memandang bahwa proses pendidikan merupakan usaha yang mencoba membentuk keteraturan susunan ilmu yang berguna bagi dirinya sebagai muslim yang harus melaksanakan kewajiban serta fungsionalisasi atas nilai atau system sikap yang direalisasikan dalam kemampuan berbuat yang teratur (sistematik), terarah, dan efektif.[15]
Menurut al-Attas, istilah yang paling tepat untuk menunjukkan pendidikan Islam adalah al-Ta’dib, konsep ini didasarkan pada hadits Nabi:
اِدَّ بَنِيْ رَبِّى فَأَحْسَنَ تَـأْدِيْبِيْ {رواه العسكرى عن على}
Artinya : “Tuhan telah mendidikku, maka ia sempurnakan pendidikanku” (HR. al-Askary dari Ali r.a).
Walaupun istilah pendidikan Islam dapat dipahami secara berbeda, namun pada hakikatnya merupakan satu kesatuan dan mewujud secara operasional dalam proses pembudayaan dan pewarisan serta pengembangan ajaran agama, budaya dan peradaban Islam dari generasi ke generasi yang berlangsung sepanjang sejarah umat Islam dalam suatu sistem yang utuh, berdasarkan al-Qur’an dan as-Sunnah.
Dengan demikian dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan pada prinsipnya pendidikan Islam adalah proses pembentukan kepribadian individu sesuai dengan nilai Ilahiya, sehingga individu yang bersangkutan dapat mencerminkan kepribadian muslim, yang berakhlak al karimah.[16]

B.  Tujuan Pendidikan Islam

Menetapkan al-Qur’an dan hadits sebagai dasar pendidikan Islam bukan hanya dipandang sebagai kebenaran yang didasarkan pada keimanan semata. Namun justru karena kebenaran yang terdapat dalam kedua dasar tersebut dapat diterima oleh nalar manusia dan dibolehkan dalam sejarah atau pengalaman kemanusiaan.

a.      Terminologis

Secara Terminologis, Tujuan adalah arah, haluan, jurusan, maksud. Atau tujuan  adalah sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang yang melakukan sesuatu kegiatan. Atau menurut Zakiah Darajat, tujuan adalah sesuatu yang diharapkan tercapai setelah suatu usaha atau kegiatan selesai.[17] Karena itu tujuan pendidikan Islam adalah sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang yang melaksanakan pendidikan Islam.[18]

b.      Epistemologis

Secara Epistemologis, Merumuskan tujuan pendidikan merupakan syarat mutlak dalam mendefiniskan pendidikan itu sendiri yang paling tidak didasarkan atas konsep dasar mengenai manusia, alam, dan ilmu serta dengan pertimbangan prinsip-prinsip dasarnya. Hujair AH. Sanaky menyebut istilah tujuan pendidikan Islam dengan visi dan misi pendidikan Islam. Menurutnya, sebenarnya pendidikan Islam telah memiki visi dan misi yang ideal, yaitu “Rohmatan Lil ‘Alamin”. Munzir Hitami berpendapat bahwa tujuan pendidikan tidak terlepas dari tujuan hidup manusia, biarpun dipengaruhi oleh berbagai budaya, pandangan hidup, atau keinginan-keinginan lainnya.[19]

c.       Ontologis

Secara Ontologis : Dalam Islam, hakikat manusia adalah makhluq ciptaan Allah. Sedangkan menurut tujuan umum pendidikan Islam ialah terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. Jadi menurut Islam, pendidikan haruslah menjadikan seluruh manusia yang menghambakan kepada Allah. Yang dimaksud menghambakan diri ialah beribadah kepada Allah. Sebagaimana dalam firman Allah SWT.[20]
Sebagai bagian dari komponen kegiatan pendidikan, keberadaan rumusan tujuan pendidikan memegang peranan sangat penting. Karena memang tujuan berfungsi mengarahkan aktivitas, mendorong untuk bekerja memberi nilai dan membantu mencapai keberhasilan.[21] Pendidikan Islam bertugas mempertahankan, menanamkan, dan mengembangkan kelangsungan berfungsinya nilai-nilai islami yang bersumber dari kitab suci Al-Qur’an dan Al-Hadis.[22] Sedangkan Anwar Jundi menjelaskan di dalam konsep Islam, tujuan pertama dan pokok dari pendidikan ialah terbentuknya manusia yang berpribadi muslim.[23]
Tujuan pendidikan adalah menciptakan seseorang yang berkualitas dan berkarakter sehingga memiliki pandangan yang luas kedepan untuk mencapai suatu cita- cita yang di harapkan dan mampu beradaptasi secara cepat dan tepat di dalam berbagai lingkungan. Karena pendidikan itu sendiri memotivasi diri kita untuk lebih baik dalam segala aspek kehidupan. Karena tanpa pendidikan itu sendiri kita akan terjajah oleh adanya kemajuan saat ini, karena semakin lama semakin ketat pula persaingan dan semakin lama juga mutu pendidikan akan semakin maju.[24]
Tujuan pendidikan Islam adalah untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan kepribadian manusia. Secara menyeluruh dan seimbang yang dilakukan melalui latihan jiwa, akal pikiran, diri manusia yang rasional, perasaan dan indra, karena itu, pendidikan hendaknya mencakup pengembangan seluruh aspek fitrah peserta didik, aspek spiritual, intelektual, imajinasi, fisik, ilmiah dan bahasa, baik secara individual maupun kolektif, dan mendorong semua aspek tersebut berkembang ke arah kebaikan dan kesempurnaan. Tujuan terakhir pendidikan muslim terletak pada perwujudan ketundukan yang sempurna kepada Allah SWT, baik secara pribadi kontinuitas, maupun seluruh umat manusia.[25]
Tujuan pendidikan ialah perubahan yang diharapkan pada subyek didik setelahmengalami proses pendidikan baik pada tingkah laku individu dan kehidupan pribadinya maupun kehidupan masyarakat dan alam sekitarnya dimana individu itu hidup. Sedangkan menurut Omar Muhammad Attoumy Asy-Syaebani tujuan pendidikan islam memiliki empat ciri pokok :[26]
1.    Sifat yang bercorak agama dan akhlak.
2.    Sifat kemenyeluruhannya yang mencakup segala aspek pribadi pelajar atau subyek didik, dan semua aspek perkambangan dalam masyrakat.
3.    Sifat keseimbangan, kejelasan, tidak adanya pertentangan antara unsur-unsur dan cara pelaksanaanya
4.    Sifat realistis dan dapat dilaksanakan, penekanan pada perubahan yangdikehendaki pada tingkah laku dan pada kehidupan, memperhitungkan perbedaan-perbedaan  perseorangan  diantara  individu, masyarakat dankebudayaan di mana-mana dan kesanggupanya untuk berubah dan berkembanng bila diperlukan
Pendidikan Islam bertugas di samping menginternalisasikan (menanamkan dalam pribadi) nilai-nilai islami, juga mengembangkan anak didik agar mampu melakukan pengamalan nilai-nilai itu secara dinamis dan fleksibel dalam batas-batas konfigurasi idealitas wahyu Tuhan. Hal ini berarti Pendidikan Islam secara optimal harus mampu mendidik anak didik agar memiliki “kedewasaan atau kematangan” dalam beriman, bertaqwa, dan mengamalkan hasil pendidikan yang diperoleh, sehingga menjadi pemikir yang sekaligus pengamal ajaran Islam, yang dialogis terhadap perkembangan kemajuan zaman. Dengan kata lain, Pendidikan Islam harus mampu menciptakan para “mujtahid” baru dalam bidang kehidupan duniawi-ukhrawi yang berkesinambungan secara interaktif tanpa pengkotakan antara kedua bidang itu.[27]
Menurut H.M.Arifin tujuan pendidikan islam adalah idealitas (cita-cita) yang mengandung nilai-nilai islam yang hendak dicapai dalam proses kependidikan yang berdasarkanajaran Islam secara bertahap. Prof. H. M. Arifin, M. Ed menjabarkan tujuan pendidikan yang bersasaran pada tiga dimensi hubungan manusia selaku “Khalifah” dimuka bumi yaitu sebagai berikut:
1. Menanamkan sikap hubungan yang harmonis, selaras, dan seimbang dengan Tuhannya.
2. Membentuk sikap hubungan yang harmonis, selaras, dan seimbang dengan masyarakatnya.
3. Mengembangkan kemampuannya untuk menggali, mengelola dan memanfaatkan kekayaan alam ciptaan Allah bagi kepentingan kesejahteraan hidupnya, dan hidup sesamanya serta bagi kepentingan ubudiahnya kepadanya, dengan dilandasi sikap hubungan yang harmonis.
Secara etimologi, tujuan adalah “arah, maksud atau haluan”. Dalam bahasa Arab “tujujan” diistilahkan dengan “Ghayat, ahdaf, atau maqashid. Sementara dalam bahasa Inggris diistilahkan dengan “goal, purpose, objectives atau aim”. Secara terminologi, tujuan berarti sesuatu yang diharapkan tercapai setelah sebuah usaha atau kegiatan selesai.[28] Maka pendidikan, karena merupakan suatu usaha dan kegiatan yang berproses melalui tahap-tahap dan tingkatan-tingkatan, tujuannya bertahap dan bertingkat. Tujuan pendidikan bukanlah suatu benda yang berbentuk tetap dan statis, tetapi ia merupakan suatu keseluruhan dari kepribadian seseorang, berkenaan dengan seluruh aspek kehidupannya.[29]
Kalau kita melihat kembali pengertian Pendidikan Islam, akan terlihat dengan jelas sesuatu yang diharapkan terwujud setelah orang mengalami pendidikan Islam secara keseluruhan, yaitu kepribadian seseorang yang membuatnya mmenjadi “insan kamil” dengan pola takwa Insan Kamil artinya manusia utuh rohani dan jasmani, dapat hidup dan berkembang secara wajar dan normal karena takwanya kepada Allah SWT. Ini mengandung arti bahwa pendidikan islam itu diharapkan menghasilkan manusia sesamanya, dapat mengambil manfaat yang semakin meningkat dari alam semesta ini untuk kepentingan[30]
 Zakiah darajat mengelompokkan tujuan pendidikan menjadi 4 macam, yaitu:[31]
a)      Tujuan Umum
Tujuan umum ialah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara lain. Tujuan itu meliputi seluruh aspek kemanusiaan yang meliputi sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan dan pandangan. Tujuan umum ini berbeda pada setiap tingkat umur, kecerdasan situasi dan kondisi, dengan kerangka yang sama. Bentuk insan kamil dengan pola takwa harus dapat tergambar pada pribadi seseorang yang sudah dididik, walaupun dalam ukuran kecil dan mutu yang rendah, sesuai dengan tingkat-tingkat tersebut.
Cara atau alat yang paling efektif dan efesien untuk mencapai tujuan pendidikan ialah pengajaran. Karena itu pengajaran sering diidentikkan dengan pendidikan, meskipun kalau istilah ini sebenarnya tidak sama. Pengajaran ialah poros membuat jadi terpelajar (tahu, mengerti, menguasai, ahli; belum tentu menghayati dan meyakini); sedang pendidikan ialah membuat orang jadi terdidik (mempribadi, menjadi adat kebiasaan). Maka pengajaran agama seharusnya mencapai tujuan pendidikan agama.
Tujuan umum pendidikan islam harus dikaitkan pula dengan tujuan pendidikan nasional Negara tempat pendidikan Islam itu dilaksanakan dan harus dikaitkan pula dengan tujuan institusional lembaga yang menyelenggarakan pendidikan itu. Tujuan umum itu tidak dapat dicapai kecuali setelah melakukan proses pengajaran, pengalaman, pembiasaan, penghayatan, dan keyakinan akan kebenarannya. Tahap-tahapan dalam mencapai tujuan itu pada pendidikan formal (sekoalah atau madrasah), dirumuskan dalam bentuk tujuan kurikuler yang selanjutnya dikembangkan dalam tujuan intruksional.
b)      Tujuan Akhir
Pendidikan islam itu berlangsung selama hidup maka tujuan akhirnya terdapat pada waktu hidup di dunia ini telah berakhir pula. Tujuan umum yang membentuk insan kamil dengan pola takwa dapat mengalami perubahan naik turun, bertambah dan berkurang dalam perjalanan hidup seseorang. Orang yang sudah takwa dalam bentuk insan kamil, masih perlu mendapatkan pendidikan dalam rangka pengembangan dan penyempurnaan, sekurang-kurangnya pemeliharaan supaya tidak luntur dan berkurang, meskipun pendidikan oleh diri sendiri dan bukan dalam pendidikan formal. Tujuan akhir pendidikan Islam itu dapat dipahami dalam firman Allah:
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãYtB#uä (#qà)®?$# ©!$# ¨,ym ¾ÏmÏ?$s)è? Ÿwur ¨ûèòqèÿsC žwÎ) NçFRr&ur tbqßJÎ=ó¡B ÇÊÉËÈ  
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam.” (QS. 3 Ali Imran 102)
Mati dalam keadaan berserah diri kepada Allah sebagai muslim yang merupakan ujung dari takwa sebagai akhir dari proses hidup jelas berisi kegiatan pendidikan. Insan Kamil yang mati dan akan menghadap Tuhannya merupakan tujuan akhir dari proses pendidikan Islam.
c)      Tujuan Sementara
Tujuan sementara ialah tujuan yang akan dicapai setelah anak diberi pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal. Tujuan operasional dalam bentuk tujuan instuksional yang dikembangkan menjadi tujuan instrukisonal umum dan khusus, dapat dianggap pula menjadi tujuan sementara dengan sifat yang agak berbeda.
 Pada tujuan sementara bentuk Insan Kamil dengan pola takwa sudah kelihatan meskipun dalam ukuran sederhana, sekurang kurangnya beberapa ciri pokok sudah keliahatan pada pribadi anak didik.  
d)     Tujuan Operasional
Tujuan operasional adalah tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu. Satu unit kegiatan pendidikan dengan bahan-bahan yang sudah dipersiapkan dan diperkirakan untuk mencapai tujuan tertentu disebut tujuan operasional. Dalam tujuan operasional ini lebih banyak dituntut dari peserta didik suatu kemampuan dan keterampilan tertentu. Sifat operasionalnya lebih ditonjolkan dari sifat penghayatan dan kepribadian. Untuk tingkat yang paling rendah, sifat yang berisi kemampuan dan keterampilanlah yang ditonjolkan. Misalnya, ia dapat berbuat, terampil melakukan, lancar mengucapkan, mengerti, memahami, meyakini dan menghayati adalah soal kecil.

C.     Fungsi Pendidikan Islam

Fungsi pendidikan islam secara mikro sudah jelas yaitu memelihara dan mengembangkan fitrah dan sumber daya insan yang ada pada subyek didik menuju terbentuknya manusia seutuhnya sesuai dengan norma islam. Atau dengan istilah lazim digunakan yaitu menuju kepribadian muslim. Lebih lanjut secara makro, fungsi pendidikan islam dapat ditinjau dari feomena yang muncul dalam perkambangan peradaban manusia, dengan asumsi bahwa peradaban manusia senantiasa tumbuh dan berkembang melalui pendidikan.
Fenomena tersebut dapat kita telusuri melalui kajian antropologi budaya dan sosiologi yang menunjukan bahwa peradaban masyarakat manusia dari masa ke masa semakin berkembang maju; dan kemajuan itu diperoleh melalui interaksi komunikasi sosialnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, ditinjau dari segi antropologi budaya dan sosiologi ,fungsi pendidikan ialah menumbuhkan wawasan yang tepat mengenai manusisa di alam sekitarnya, sehingga dengan demikian dimungkinkan tumbuhnya kreatifitas yang dapat membangun dirinya dan lingkungannya. Dalam buku Filsafat Pendidikan Islam yang ditulis oleh Abdul Halim, fungsi pendidikan dilihat secara operasional adalah:[32]
1.         Alat untuk memelihara, memperluas, dan menghubungan tingkat-tingkat kebudayaan, nilai-nilai tradisi dan sosial, serta ide-ide masyarakat nasioanal
2.         Alat untuk mengadakan perubahan, inovasi, dan perkembangan. Pada garis besarnya, upaya ini dilakukan melalui potensi ilmu pengetahuan dan skill yang dimiliki, serta melatih tenaga-tenaga manusia (peserta didik) yang produktif dalam menemukan perimbangan perubahan sosial dan ekonomi yang demikian dinamis.
Menurut pandangan pendidikan islam, fungsi pendidikan itu bukanlah sekedar mengembangkan kemampuan dan mencerdaskan otak peserta didik, tetapi juga menyelamatkan fitrahnya. Oleh karena itu fungsi pendidikan dan pengajaran Islam dalam hubungannya dengan faktor anak didik adalah untuk menjaga, menyelamatkan, dan mengembangkan fitrah ini agar tetap menjadi al-fithratus salimah dan terhindar dari al-fithratu ghairus salimah. Artinya, agar anak tetap memiliki aqidah keimanan yang tetap dibawanya sejak lahir itu, terus menerus mengokohkannya, sehinggamati dalam keadaan fitrah yang semakin mantap, tidak menjadi Yahudi, Nashrani, Majusi ataupun agama-agama dan faham-faham yang selain Islam.[33]
Betapa pentingnya fungsi pendidikan dan pengajaran di dalam menyelamatkan dan mengembangkan fitrah ini. Di pihak lain, pendidikan dan pengaajaran juga berfungsi untuk mengembangkan potensi-potensi/ kekuatan-kekuatan yang ada pada diri anak agar ia bisa menjadi manusia yang bermanfaat bagi dirinya maupun bagi pergaulan hidup di sekelilingnya, sesuai dengan kedudukannya sebagai hamba Allah dan sebagai khalifah Allah di muka bumi ini.[34]    






BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

pada prinsipnya pendidikan Islam adalah proses pembentukan kepribadian individu sesuai dengan nilai Ilahiya, sehingga individu yang bersangkutan dapat mencerminkan kepribadian muslim, yang berakhlak al karimah.
            Tujuan pendidikan Islam adalah untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan kepribadian manusia. Secara menyeluruh dan seimbang yang dilakukan melalui latihan jiwa, akal pikiran, diri manusia yang rasional, perasaan dan indra, karena itu, pendidikan hendaknya mencakup pengembangan seluruh aspek fitrah peserta didik, aspek spiritual, intelektual, imajinasi, fisik, ilmiah dan bahasa, baik secara individual maupun kolektif, dan mendorong semua aspek tersebut berkembang ke arah kebaikan dan kesempurnaan.
Fungsi pendidikan dan pengajaran Islam dalam hubungannya dengan faktor anak didik adalah untuk menjaga, menyelamatkan, dan mengembangkan fitrah ini agar tetap menjadi al-fithratus salimah dan terhindar dari al-fithratu ghairus salimah.



DAFTAR PUSTAKA

v  Arifin,Muzayyin. 2003. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara
v  Budiyanto,Mangun. 2010. Ilmu Pendidikan Islam, Yogyakarta: Griya Santri
v  Daradjat,Zakiah. 1992. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara
v  Ihsan,Hamdani dan Fuad Ihsan. 2007. Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: CV.Pustaka Setia
v  Ramayulis. 2015. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia
v  Rusmaini. 2014. Ilmu Pendidikan, Palembang: Grafika Telindo Press
v  Tafsir,Ahmad. 2008. Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA
v  https://aghoestmoemet.wordpress.com/2013/10/11/makalah-ilmu-pendidikan-islam/, diakses pada tanggal 11 April 2016, pukul 13.20 WIB
v  http://www.academia.edu/5585325/PENDIDIKAN_AGAMA_ISLAM_SEBAGAI_SUB_sistem_pend, diakses pada tanggal 12 April 2016, pukul 12.31 WIB.
v  https:/tripariyatun.blogspot.co.id/2015/01/hakikat-tujuan-dan-fungsi pendidikan_21.html?m=1 , diakses pada tanggal 1 april 2016, Pukul : 8.15
v  http://mcdens13.wordpress.com/2013/05/14/hakekat-tujuan-pendidikan-islam/, diakses pada tanggal 5 April 2016 pukul 13.37 WIB



[1]Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia,2015). hlm. 111
[2]Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam.., hlm. 111
[3]Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung, PT REMAJA ROSDAKARYA, 2008). hlm. 33
[4] Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islam.., hlm. 33
[5] Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam.., hlm. 111
[6]https:/tripariyatun.blogspot.co.id/2015/01/hakikat-tujuan-dan-fungsi pendidikan_21.html?m=1 , diakses pada tanggal 1 april 2016, Pukul : 8.15
[7]https:/tripariyatun.blogspot.co.id/2015/01/hakikat-tujuan-dan-fungsi-          pendidikan_21.html?m=1 , diakses pada tanggal 3 april 2016, Pukul : 14.36
[8] Rusmaini, Ilmu Pendidikan, (Palembang: Grafika Telindo Press, 2014). hlm. 2
[9] Rusmaini, Ilmu Pendidikan.., hlm. 3
[10]Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam.., hlm. 115
[11]Rusmaini, Ilmu Pendidikan.., hlm. 5-6
[12] Menurut ahli tafsir hamba di sini ialah Khidhr, dan yang dimaksud dengan rahmat di sini ialah wahyu dan kenabian. sedang yang dimaksud dengan ilmu ialah ilmu tentang yang ghaib seperti yang akan diterangkan dengan ayat-ayat berikut.
[13]Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam.., hlm. 116
[14]Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam.., hlm. 116
[15]Rusmaini, Ilmu Pendidikan.., hlm. 6
[16]Rusmaini, Ilmu Pendidikan.., hlm. 8-9
                [17]Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), hlm. 133.   
                [18]Hamdani Ihsan dan Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: CV.Pustaka Setia, 2007), hlm. 68
                [19]http://mcdens13.wordpress.com/2013/05/14/hakekat-tujuan-pendidikan-islam/, diakses pada tanggal 5 April 2016 pukul 13.37 WIB
                [20]http://mcdens13.wordpress.com/2013/05/14/hakekat-tujuan-pendidikan-islam/, diakses pada tanggal 5 April 2016 pukul 13.37 WIB
                [21]Mangun Budiyanto, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Griya Santri, 2010), hlm. 27
                [22]Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003)hlm. 110
                [23]Mangun Budiyanto, Ilmu Pendidikan Islam..., hlm. 28
                [24]https://aghoestmoemet.wordpress.com/2013/10/11/makalah-ilmu-pendidikan-islam/, diakses pada tanggal 11 April 2016, pukul 13.20 WIB
                [25]https://hamamburhanuddin.wordpress.com/artikel-2/pendidikan/hakikat-dan-tujuan-pendidikan-islam/, diakses pada tanggal 11 April 2016, pukul 12.34 WIB.
                [26]http://www.academia.edu/5585325/PENDIDIKAN_AGAMA_ISLAM_SEBAGAI_SUB_sistem_pend, diakses pada tanggal 12 April 2016, pukul 12.31 WIB.
                [27]Muzayyin Arifin, Filsafat..., hlm. 111
[28]Rusmaini, Ilmu Pndidikan.., Hal. 22
[29]Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992). Hal. 29
[30] Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam.., Hal. 29-30
[31] Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam.., Hal. 30-33
                [32]Samsul Nizar, Filsafat..., hlm. 34
                [33]Mangun Budiyanto, Ilmu..., hlm. 107
                [34]Mangun Budiyanto, Ilmu..., hlm. 108

Tidak ada komentar:

Posting Komentar