FILSAFAT
PENDIDIKAN ISLAM
HAKIKAT
KURIKULUM DALAM FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Disusun Oleh:
v Ali Mursyid (1532100081)
v Apri Wibowo (1532100086)
v Desi Ratnasari (1532100099)
Dosen Pembimbing:
Syarnubi, M.Pd.I
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI
RADEN FATAH PALEMBANG
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TAHUN AJARAN2015/2016
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum
Wr. Wb.
Segala puji hanya milik Allah
azza wajal, shalawat seiring salam semoga selalu tercurah kepada Nabi akhir zaman
yakni Muhammad Saw. Keluarga, sahabat dan seluruh umatnya yang setia dan
istiqomah berada di atas ajarannya hingga hari kiamat.
Penulis sangat bersyukur
karena berkat rahmat dan karuniaNyalah penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan judul “latar belakang lahirnya dan
perkembangan filsafat”.
Penyusunan
makalah ini sebagai tugas dari mata kuliah Filsafat Umum Program Studi
Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negri Raden Fatah Palembang. Dalam
penyusunan makalah ini penulis sangat menyadari masih banyak kekurangan dan
kesalahan sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan makalah ini. Penulis juga mengucapkan banyak terima
kasih kepada dosen pengampu mata kuliah filsafat umum yang telah memberikan
materi perkuliahan serta arahannya, mudah-mudahan Allah SWT. Membalas atas
semua bantuan yang telah diberikan dengan tulus dan ikhlas. Penulis berharap
makalah ini berguna bagi kita semua amin. Atas perhatiannya kami ucapkan terima
kasih.
Wassalamu’alaikum
Wr. Wb.
Palembang,26 April 2015
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Allah swt.
menciptakan manusia sebagai makhluk termulia, karena manusia dianugerahi
fitrah, akal, qalb, dan nafs sehingga ia dapat mentranformasikan semua
anugerah itu untuk mengaktualisasikan diri dalam mencapai kesempurnaan sebagai
khalifah di bumi. Untuk mencapai kesempurnaan ini, manusia harus melalui suatu
proses atau kegiatan ilmiah yang disebut denganpendidikan. Pendidikan Islam
yang berfalsafahkan Alquran dan hadi sebagai sumber utamanya, menjadikan
keduanya sebagai sumber utama pula dalam penyususunan kurikulum.
Setiap kegiatan
ilmiah memerlukan pula pemecahan dan organisasi Kegiatan tersebut harus
dilaksanakan secara sistematis dan terstruktur. Demikian pula dalam pendidikan,
diperlukan program yang mapan dan dapat mengantarkan proses pendidikan sampai
kepenilaian, yang dalam pendidikan dikenal dengan istilah kurikulum pendidikan
(Muhaimin & Abd. Mujib, 1993:183).
Salah satu tugas
dari filsafat pendidikan Islam adalah memberikan arah bagi tercapainya tujuan
pendidikan Islam. Tujuan pendidikan Islam yang hendak dicapai harus
direncanakan atau diprogramkan melaluli kurikulum pendidikan. Oleh karena itu,
kurikulum merupakan faktor yang sangat penting dalam proses pendidikan pada
lembaga pendidikan Islam. Dengan demikian, akan menjadi jelas dan terencana
bagaimana dan apa yang harus diterapkan dalam proses belajar-mengajar yang
dilakukan pendidik dan anak didik.
Dalam kurikulum,
tidak hanya dijabarkan serangkaian ilmu pengetahuan yang harus diajarkan oleh
pendidik (guru) kepada anak didik, tetapi juga segala kegiatan yang bersifat
kependidikan yang dipandang perlu karena mempunyai pengaruh terhadap anak didik
dalam rangka mencapai tujuan pendidikan Islam (Arifin, t.th.:84-85).
Di samping itu,
kurikulum hendaknya dapat dijadikan ukuran kualitas proses dan keluaran
pendidikan sehingga dalam kurikulum sekolah telah tergambar berbagai
pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilainilai yang diharapkan dimiliki oleh
setiap lulusan sekolah (Nugiyantoro, 1980:21).
Setiap pendidik harus memahami
setiap perkembangan ataupun perubahan kurikulum , karena merupakan suatu
formulasi pedagogis yang paling penting dalam konteks pendidikan, dalam
kurikulum akan tergambar bagaimana usaha yang dilakukan dalam membantu siswa
dalam mengembangkan potensinya, berupa fisik, intelektual, emosional dan sosial
keagamaan, Begitu pentingnya memahami dan menguasai kurikulum bagi seorang
pendidik agar dapat meyajikannya dalam bentuk pengalaman yang bermakna bagi
siswa, lebih jauh dari itu agar tercapai tujuan yang di harapkan. Oleh sebab
itu dalam kaitannya dengan ini S. Nasution mengatakan pada hakekatnya setiap
kurikulum formal yang di keluarkan oleh Pemerintah hanya dapat di realisasikan
berkat usaha guru dan karena itulah kurikulum seperti yang di wujudkan dalam
kelas tak dapat tiada selalu mengandung unsur keperibadian guru
Dengan memahami
kurikulum para pendidik dapat memilih dan menentukan tujuan pembelajaran,
metode, tehnik, media pengajaran dan alat evaluasi pegajaran yang tepat. Untuk
itu dalam melakukan kajian terhadap keberhasilan sistim pendidikan ditentukan
oleh tujuan yang realistis, dapat diterima oleh semua pihak, sarana dan
organisasi yang baik, intensitas pekerjaan yang realistis tinggi dan kurikulum
yang tepat guna. Oleh karena itu sudah sewajarnya para pendidik dan tenaga
kependidikan bidang pendidikan Islam memahami kurikulum serta berusaha untuk
mengembangkannya. Memang menarik untuk di bicarakan karena kurikulum sering
mengalami suatu pergeseran maupun perubahan sesuai dengan tuntutan dan tujuan
pendidikan yang akan di capai, maka
dalam makalah ini akan di bahas lebih jauh tentang kurikulum pendidikan Islam.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa Pengertian
kurikulum pendidikan islam?
2.
Bagaimana
Ciri- ciri kurikulum pendidikan islam?
3.
Apa Prinsip-prinsip
umum kurikulum pendidikan islam?
4.
Apa Prinsip-prinsip
kurikulum pendidikan islam?
5.
Apa Tujuan
kurukulum pendidikan islam?
C. Batasan Masalah
1.
Membahas pengertian kurikulum pendidikan islam?
2.
Membahas Ciri- ciri kurikulum pendidikan islam?
3.
Membahas
Prinsip-prinsip umum kurikulum pendidikan islam?
4.
Membahas
Prinsip-prinsip kurikulum pendidikan islam?
5.
Membahas
Tujuan kurukulum pendidikan islam?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kurikulum Pendidikan Islam
Secara harfiah,
kata "kurikulum" berasal dari bahasa Latin yaitu "a little racecourse" (suatu
jarak yang harus ditempuh dalam pertandingan oleh raga), yang kemudian
dialihkan ke dalam pengertian pendidikan menjadi "circle of
intructurtio" yaitu suatu lingkungan pengajaran, di mana guru dan murid
terlibat di dalamnya.
Dalam kamus Lisân al-‘Arab, kita menemukan kata
"manhaj" (kurikulum) yang bermakna "jalan yang terang",
atau jalan terang yang dilalui oleh manusia pada berbagai kehidupannya. Dalam
pendidikan, kurikulum dimaksudkan sebagai jalan terang yang dilalui oleh
pendidik dan anak didik untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan
mereka. Menurut Nugiyantoro, kurikulum berasal dari bahasa Yunani, "curare" yang berarti berlari.
Istilah tersebut erat hubungannya dengan kata curier atau kurir yang berarti penghubungatau seseorang yang
bertugas menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Seorang kurir harus menempuh
suatu perjalanan untuk mencapai tujuan segingga istilah kurikulum kemudian
diartikan "sebagai jarak yang harus ditempuh".[1]
Menurut istilah,
kurikulum adalah suatu program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan
untuk mencapai sejumlah tujuan pendidikan tertentu.[2] Menurut
Jalaluddin dan Usman, kurikulum adalah
seperangkat materi pendidikan dan pengajaran yang diberikan kepada murid sesuai
sengan tujuan yang akan dicapai. Nasution berpendapat bahwa kurikulum bukanlah
sekedar memuat sejumlah mata pelajaran , tetapi juga termasuk di dalamnya
segala usaha sekolah untuk mencapai yang diinginkan, baik usaha tersebut
dilakukan di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah Menurut Al-Damardasi,
kurikulum adalah
sejumlah pengalaman pendidikan, budaya, olah raga, seni yang disediakan oleh
sekolah bagi murid-muridnya di dalam atau di luarsekolah dengan maksud
menolongnya sesuai dengan tujuan pendidikan.
Langgulung
(1987:483-484) merumuskan bahwa kurikulum adalah sejumlah pengalaman
pendidikan, kebudayaan, sosial, olahraga dan kesenian, baik yang ada di dalam
maupun di luar kelas yang dikelolah oleh sekolah.
Dari beberapa
definisi di atas, dapat dikemukakan bahwa kurikulum tidak hanya memuat sejumlah
mata pelajaran di sekolah, tetapi juga mencakup sejumlah pengalaman yang
diperoleh, baik disekolah maupun di luar sekolah, yaitu di lingkungan
masyarakat sekitarnya.[3]
Dari sudut
pandang yang lain pengaruh pandangan filosofi terhadap pengertian kurikulum
bahwa kurikulum di nyatakan sebagai “subject matter”, atau bahkan “transfer of
culture” . Khusus yang mengatakan kurikulum sebagai transfer of culture adalah dalam
pengertian kelompok ahli yang memiliki pandangan filosofi yang di namakan
perenialisme . Filsafat ini memang memiliki tujuan yang sama dengan
esensialisme dalam hal intelektualitas. Seperti yang di katakan oleh Tanner dan
Tanner kedua pandangan filosofi itu berpendapat bahwa tugas kurikulum untuk
mengembangkan intelektulitas.
B. Ciri-Ciri Kurikulum Pendidikan Islam
Secara umum,
kurikulum tersusun dengan berbagai aspek utama yang menjadi cirinya yang
meliputi :
1. tujuan
pendidikan yang ingin dicapai oleh kurikulum itu.
2. pengetahuan (knowledge),
ilmu-ilmu, data-data, aktivitas-aktivitas dan pengalaman-pengalaman yang
menjadi sumber terbentuknya kurikulum tersebut.
3. metode
dan cara-cara mengajar dan bimbingan yang diikuti oleh murid untuk mendorong
mereka ke arah yang dikehendaki oleh tujuan yang dikehendaki.
4. metode dan cara penilaian yang digunakan dalam mengukur hasil
proses pendidikan yang dirancang dalam kurikulum.
5. Kurikulum yang disusun selalu disesuaikan dengan bakat, minat,
kemampuan dan kebutuhan peserta didik.
6. Meluas cakupan dan menyeluruh kandungannya.
Dari uraian di atas, dapat
dimengerti bahwa empat aspek utama kurikulum, yaitu :
1.
tujuan pendidikan.
2.
materi yang akan diberikan
3.
metode dan cara
mengajarkannya, dan
4.
penilaian, dapat dikaitkan
dengan filsafat pendidikan Islam sehingga aspekaspek kurikulum tersebut harus
mengandung nilai-nilai Islam yang bersumber dari Alquran dan hadis serta
memperhatikan semua sisi kepribadian manusia yaitu jasmani, akal dan rohani dan
perbedaan individu tentang bakat dan minat para siswa.[4]
C. Prinsip-prinsip Umum Kurukulum Pendidikan Islam
Secara umum,
dapat dikatakan bahwa penyusunan kurikulum harus berdasarkan asas tertentu.
Menurut Nasution, hendaknya kurikulum memiliki empat asas yaitu asas filosofis,
sosiologis, organisatoris dan psikologis. Pertama, asas filsafat
berperan sebagai penentu tujuan umum pendidikan Islam sehingga susunan
kurikulum mengandung kebenaran; kedua, asas sosiologi berperan untuk
memberikan dasar dalam menentukan apa saja yang akan dipelajari sesuai dengan
kebutuhan masyarakat kebudayaan, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; ketiga,
asas organisatoris berfungsi untuk memberikan dasar dalam bentuk bagaimanan
bahan pelajaran itu disusun dan penentuan luas urutan mata pelajaran; dan keempat,
asas psikologi tentang perkembangan anak didik dalam berbagai aspek, serta cara
menyampaikan bahan pelajaran agar dapat dicerna dan dikuasai oleh anak didik
sesuai dengan tahap perkembangannya.[5]
Asas filosofis
membawa rumusan kurikulum pendidikan Islam kepada tiga dimensi: ontologi,
epistemologi dan aksiologi.
Dimensi ontologi
mengarahkan kurikulum agar lebih banyak memberi anak didik kesempatan untuk
berhubungan langsung dengan fisik-fisik objek-objek. Pada mulanya, dimensi ini
diterapkan oleh Allah swt. dalam pengajaran-Nya kepada Nabi Adam dengan
memberitahukan atau mengajarkan nama-nama benda (Q.S Al-Baqarah [2]:31), dan
belum sampai pada tahap penalaran atau pengembangan wawasan.
Dimensi
epistemologi adalah perwujudan kurikulum yang sah harus berdasarkan pada metode
konstruksi pengetahuan yang disebut dengan metode ilmiah yang sifatnya mengajak
berpikir menyeluruh, reflektif dan kritis, implikasi dimensi epistemologi dalam
rumusan kurikulum, isinya cenderung fleksibel karena pengetahuan yang
dihasilkan bersifat tidak mutlak, tentatif, dan dapat berubah-ubah (Q.S Al-
Baqarah [2]:26-27)
Dimensi
aksiologis, mengarahkan pembentukan kurikulum yang direncanakan sedemikian rupa
agar memberikan kepuasan pada diri anak didik untuk memiliki nilai-nilai yang
tidak dinginkan.
Tugas ketiga
dimensi tersebut merupakan kerangka dalam perumusan kurikulum pendidikan Islam.
Dari berbagai macam filsafat, pada dasarnya menjadikan khasanah pemikiran
intelektual di bidang kurikulum pendidikan Islam lainnya, semakin banyak pula
kontribusi teori dan konsep. Teori dan konsep yang ditimbulkan dari berbagai
macam aliran filsafat tidak dapat begitu saja diterima atau ditolak, namun
diseleksi terlebih dahulu dan hasilnya dimodifikasi pada khazanah kurikulum
pendidikan Islam (Muhaimin & Abd. Mujib,1993:188-190). [6]Al-Syaibani
memandang kurikulum pendidikan sebagai alat untuk mendidik generasi muda dengan
baik dan menolong mereka untuk membuka dan mengembangkan bakat dan keterampilan
mereka yang bermacam-macam, dan menyiapkan mereka dengan baik untuk
melaksanakan f ungsinya sebagai khalifah di muka bumi. Oleh karena itu,
Al-Shaybânî menjadikan agama (Islam) sebagai asas utama kurikulum pendidikan
Islam (Al-Shaybânî, 1979:524). Dengan demikian, dalam sistem pendidikan Islam
harus terdapat dasar falsafah, tujuan, dan kurikulum karena tujuan pendidikan
tidak akan tercapai jika tidak ada kurikulum. Dalam kurikulum terkadang isi dan
pelajaran yang akan ditranfomasikan kepada anak didik. Dalam kurikulum ini pula
dimuat nilai-nilai yang bersumber dari Alquran dan sunah.
D. Prinsip-prinsip Kurikulum Pendidikan Islam
Menurut
Al-Shaybânî (1979:524), prinsip-prinsip kurikulum itu ialah :
1. Berorientasi
pada Islam, termasuk ajaran dan nilai-nilainya.
2. menyeluruh
(universal), baik dalam tujuan maupun kandungannya.
3. berkeseimbangan antara tujuan dan kandungan kurikulum.
4. memiliki
keterkaitan antara bakat, minat, kemampuankemampuan, dan kebutuhan siswa serta
alam sekitar fisik dan sosial dimana para siswa hidup.
5. mengantisipasi
perbedaan-perbedaan individu siswa tentang bakat, minat, kemampuan-kemampuan, kebutuhan-kebutuhan,
dan masalah-masalahnya.
6. mengantisipasi perkembangan dan perubahan
seiring dengan tuntunan yang ada dengan tidak mengabaikan nilai-nilai agama dan,
7. mengubungkan
mata pelajaran, pengalaman, dan aktivitas yang terkandung dalam kurikulum
dengan kebutuhan anak didik, masyarakat, dan tuntunan zaman tempat anak didik
berada.
Dari sini, dapat
dikemukakan bahwa falsafah atau pandangan hidup suatu masyarakat tertentu
tentang pendidikan tidak dapat dipisahkan dari prinsip kurikulum pendidikan
Islam yang bersumber dari ajaran pokok agama Islam, yaitu Alquran dan hadis.
E. Tujuan Kurikulum Pendidikan Agama Isalam
Bahan pengajar
yang terdapat dalam kurikulum pendidikan islam pada masa sekarang ininampaknya
semakin luas. Hal tersebut karena di picu oleh kemajuan beberapa ilmu
pengetahuan dan kebudayaan, disamping itu juga karena bertambahnya beban yang
harus di tanggung oleh pihak sekolah. Oleh karena tuntutan perkembangan yang
sedemikian rupa, maka para perancang kurikulum pendidikan islam memperluas
cakupan yang dikandung oleh kurikulum tersebut, antara lain yang berkenaan
dengan tujuan yang ingin dicapai oleh proses belajar mengajar.
Berdasarkan
penjelasan diatas maka kurikulum pendidikan islam mempunyai tujuan untuk mencapai perkembangan yang menyeluruh
dan berpadu dengan kepribadian para peserta didik. Disamping itu kurikulum
pendidikan islam juga mempunyai tujuan untuk memberi sumbangan dalam
perkembangan masyarakat islam, memperkuat kepribadian islam yang berdiri sendiri.[7]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan
uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa :
1.
Pendidikan merupakan usaha
untuk memanusiakan manusia atau dengan kata lain usaha yang dilakukan oleh
orang dewasa untuk memberikan bimbingan kepada anak didik dalam rangka membuat
ia menjadi dewasa dan salah satu faktor yang sangat menentukan dalam arah dan
tujuan pendidikan adalah kurikulum. Serta kurikulum merupakan cakupan sejumlah
mata pelajaran yang harus dilalui pendidik, dan anak didik sesuai dengan
tujuannya untuk mencapai tingkat tertentu, yaitu untuk mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan mereka di mana usaha itu dilakukan, baik di dalam
maupun di luar kelas.
2.
Kurikulum dalam proses
pendidikan adalah sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan, dalam kurikulum
memiliki bagian-bagian penting sebagai penunjang yang dapat mendukung
operasinya dengan baik. Bagian-bagian ini disebut komponen. Dan
komponen-komponen tersebut saling berkaitan, berintraksi satu sama lain dalam
mencapai tujuan. filsafat pendidikan Islam berperan sebagai penentu tujuan umum
pendidikan, memberikan arah bagi tercapainya tujuan pendidikan Islam sehingga
kurikulum mengandung nilai-nilai yang diyakini kebenarannya.
3. kurikulum pendidikan Islam mempunyai ciri-ciri tersendiri yang
membedakannya dengan kurikulum yang lain, karena asas, materi, dan prinsip
kurikulum pendidikan Islam bersumber dari Alquran dan hadis. Serta kurikulum
pendidikan Islam haruslah memperhatikan dasar-dasar yang menjadi kekuatan utama
dalam mempengaruhi dan membentuk materi, susunan serta organisasi kurikulum.
Daftar Pustaka
Nasution, S.,
pengembangan kurikulum pendidikan, bandung: citra adirya bakti, 1991
Abuddin Nata,
filsafat pendidikan islam, jakarta: media pratam, 2005
Prof. Dr. H.
Omar Muhammad Al-Toumy Al-syaobany, filsafat pendidikan islam, jakarta: bulan
bintang 1975
Prof. Dr. H.
Muhaimin, M.A. pengembangan kurikulum pendidikan, Jakarta: rajawali Pers, 2012
Jalaluddin,
Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Raja Grofindo Persada, 1990
Al-Abrâshî, M.
Atiyah, Dasar-Dasar Pendidikan Islam, Jakarta:
Bulan Bintang, 1984
[1] Prof. Dr. H. Muhaimin, M.A, Pengembangan Kurikulum Pendidikan,(Jakarta:
Rajawali Pers, 2012). Hlm.1
[3]
Langgulung
Hasan, Asas-Asas Pendidikan Islam,(jakarta:
Alhusna zikra, 2000) Hlm. 27
[5]Jalaluddin,
Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Raja Grofindo Persada, 1990) hlm 46
[6]
al-Abrâshî, M. Atiyah, Dasar-Dasar Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1984) hlm
203
[7]
Nasution, S., pengembangan kurikulum
pendidikan, (bandung: citra adirya bakti, 1991) hlm 26
Tidak ada komentar:
Posting Komentar