Rabu, 20 Juli 2016

Kel. 6 Hakikat Kurikulum Filsafat Pendidikan Islam



FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
HAKIKAT KURIKULUM DALAM FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

Disusun Oleh:
v Ali Mursyid        (1532100081)
v Apri Wibowo     (1532100086)
v Desi Ratnasari    (1532100099)
Dosen Pembimbing:
Syarnubi, M.Pd.I

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TAHUN AJARAN2015/2016

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji hanya milik Allah azza wajal, shalawat seiring salam semoga selalu tercurah kepada Nabi akhir zaman yakni Muhammad Saw. Keluarga, sahabat dan seluruh umatnya yang setia dan istiqomah berada di atas ajarannya hingga hari kiamat.
Penulis sangat bersyukur karena berkat rahmat dan karuniaNyalah penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “latar belakang lahirnya dan perkembangan filsafat”.
Penyusunan makalah ini sebagai tugas dari mata kuliah Filsafat Umum Program Studi Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negri Raden Fatah Palembang. Dalam penyusunan makalah ini penulis sangat menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah filsafat umum yang telah memberikan materi perkuliahan serta arahannya, mudah-mudahan Allah SWT. Membalas atas semua bantuan yang telah diberikan dengan tulus dan ikhlas. Penulis berharap makalah ini berguna bagi kita semua amin. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Palembang,26 April  2015


Penulis

 

 

 

 

 

 

 

 


DAFTAR ISI





BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Allah swt. menciptakan manusia sebagai makhluk termulia, karena manusia dianugerahi fitrah, akal, qalb, dan nafs sehingga ia dapat mentranformasikan semua anugerah itu untuk mengaktualisasikan diri dalam mencapai kesempurnaan sebagai khalifah di bumi. Untuk mencapai kesempurnaan ini, manusia harus melalui suatu proses atau kegiatan ilmiah yang disebut denganpendidikan. Pendidikan Islam yang berfalsafahkan Alquran dan hadi sebagai sumber utamanya, menjadikan keduanya sebagai sumber utama pula dalam penyususunan kurikulum.
Setiap kegiatan ilmiah memerlukan pula pemecahan dan organisasi Kegiatan tersebut harus dilaksanakan secara sistematis dan terstruktur. Demikian pula dalam pendidikan, diperlukan program yang mapan dan dapat mengantarkan proses pendidikan sampai kepenilaian, yang dalam pendidikan dikenal dengan istilah kurikulum pendidikan (Muhaimin & Abd. Mujib, 1993:183).
Salah satu tugas dari filsafat pendidikan Islam adalah memberikan arah bagi tercapainya tujuan pendidikan Islam. Tujuan pendidikan Islam yang hendak dicapai harus direncanakan atau diprogramkan melaluli kurikulum pendidikan. Oleh karena itu, kurikulum merupakan faktor yang sangat penting dalam proses pendidikan pada lembaga pendidikan Islam. Dengan demikian, akan menjadi jelas dan terencana bagaimana dan apa yang harus diterapkan dalam proses belajar-mengajar yang dilakukan pendidik dan anak didik.
Dalam kurikulum, tidak hanya dijabarkan serangkaian ilmu pengetahuan yang harus diajarkan oleh pendidik (guru) kepada anak didik, tetapi juga segala kegiatan yang bersifat kependidikan yang dipandang perlu karena mempunyai pengaruh terhadap anak didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan Islam (Arifin, t.th.:84-85).
Di samping itu, kurikulum hendaknya dapat dijadikan ukuran kualitas proses dan keluaran pendidikan sehingga dalam kurikulum sekolah telah tergambar berbagai pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilainilai yang diharapkan dimiliki oleh setiap lulusan sekolah (Nugiyantoro, 1980:21).
Setiap pendidik harus memahami setiap perkembangan ataupun perubahan kurikulum , karena merupakan suatu formulasi pedagogis yang paling penting dalam konteks pendidikan, dalam kurikulum akan tergambar bagaimana usaha yang dilakukan dalam membantu siswa dalam mengembangkan potensinya, berupa fisik, intelektual, emosional dan sosial keagamaan, Begitu pentingnya memahami dan menguasai kurikulum bagi seorang pendidik agar dapat meyajikannya dalam bentuk pengalaman yang bermakna bagi siswa, lebih jauh dari itu agar tercapai tujuan yang di harapkan. Oleh sebab itu dalam kaitannya dengan ini S. Nasution mengatakan pada hakekatnya setiap kurikulum formal yang di keluarkan oleh Pemerintah hanya dapat di realisasikan berkat usaha guru dan karena itulah kurikulum seperti yang di wujudkan dalam kelas tak dapat tiada selalu mengandung unsur keperibadian guru
Dengan memahami kurikulum para pendidik dapat memilih dan menentukan tujuan pembelajaran, metode, tehnik, media pengajaran dan alat evaluasi pegajaran yang tepat. Untuk itu dalam melakukan kajian terhadap keberhasilan sistim pendidikan ditentukan oleh tujuan yang realistis, dapat diterima oleh semua pihak, sarana dan organisasi yang baik, intensitas pekerjaan yang realistis tinggi dan kurikulum yang tepat guna. Oleh karena itu sudah sewajarnya para pendidik dan tenaga kependidikan bidang pendidikan Islam memahami kurikulum serta berusaha untuk mengembangkannya. Memang menarik untuk di bicarakan karena kurikulum sering mengalami suatu pergeseran maupun perubahan sesuai dengan tuntutan dan tujuan pendidikan yang akan di capai, maka dalam makalah ini akan di bahas lebih jauh tentang kurikulum pendidikan Islam.

B.     Rumusan Masalah

1.      Apa Pengertian kurikulum pendidikan islam?
2.      Bagaimana Ciri- ciri kurikulum pendidikan islam?
3.      Apa Prinsip-prinsip umum kurikulum pendidikan islam?
4.      Apa Prinsip-prinsip kurikulum pendidikan islam?
5.      Apa Tujuan kurukulum pendidikan islam?

C.    Batasan Masalah

1.      Membahas pengertian kurikulum pendidikan islam?
2.      Membahas Ciri- ciri kurikulum pendidikan islam?
3.      Membahas Prinsip-prinsip umum kurikulum pendidikan islam?
4.      Membahas Prinsip-prinsip kurikulum pendidikan islam?
5.      Membahas Tujuan kurukulum pendidikan islam?


BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian Kurikulum Pendidikan Islam

Secara harfiah, kata "kurikulum" berasal dari bahasa Latin yaitu "a little racecourse" (suatu jarak yang harus ditempuh dalam pertandingan oleh raga), yang kemudian dialihkan ke dalam pengertian pendidikan menjadi "circle of intructurtio" yaitu suatu lingkungan pengajaran, di mana guru dan murid terlibat di dalamnya.
Dalam kamus Lisân al-‘Arab, kita menemukan kata "manhaj" (kurikulum) yang bermakna "jalan yang terang", atau jalan terang yang dilalui oleh manusia pada berbagai kehidupannya. Dalam pendidikan, kurikulum dimaksudkan sebagai jalan terang yang dilalui oleh pendidik dan anak didik untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan mereka. Menurut Nugiyantoro, kurikulum berasal dari bahasa Yunani, "curare" yang berarti berlari. Istilah tersebut erat hubungannya dengan kata curier atau kurir yang berarti penghubungatau seseorang yang bertugas menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Seorang kurir harus menempuh suatu perjalanan untuk mencapai tujuan segingga istilah kurikulum kemudian diartikan "sebagai jarak yang harus ditempuh".[1]
Menurut istilah, kurikulum adalah suatu program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan pendidikan tertentu.[2] Menurut Jalaluddin dan Usman,  kurikulum adalah seperangkat materi pendidikan dan pengajaran yang diberikan kepada murid sesuai sengan tujuan yang akan dicapai. Nasution berpendapat bahwa kurikulum bukanlah sekedar memuat sejumlah mata pelajaran , tetapi juga termasuk di dalamnya segala usaha sekolah untuk mencapai yang diinginkan, baik usaha tersebut dilakukan di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah Menurut Al-Damardasi, kurikulum adalah sejumlah pengalaman pendidikan, budaya, olah raga, seni yang disediakan oleh sekolah bagi murid-muridnya di dalam atau di luarsekolah dengan maksud menolongnya sesuai dengan tujuan pendidikan.
Langgulung (1987:483-484) merumuskan bahwa kurikulum adalah sejumlah pengalaman pendidikan, kebudayaan, sosial, olahraga dan kesenian, baik yang ada di dalam maupun di luar kelas yang dikelolah oleh sekolah.
Dari beberapa definisi di atas, dapat dikemukakan bahwa kurikulum tidak hanya memuat sejumlah mata pelajaran di sekolah, tetapi juga mencakup sejumlah pengalaman yang diperoleh, baik disekolah maupun di luar sekolah, yaitu di lingkungan masyarakat sekitarnya.[3]
Dari sudut pandang yang lain pengaruh pandangan filosofi terhadap pengertian kurikulum bahwa kurikulum di nyatakan sebagai “subject matter”, atau bahkan “transfer of culture” . Khusus yang mengatakan kurikulum sebagai transfer of culture adalah dalam pengertian kelompok ahli yang memiliki pandangan filosofi yang di namakan perenialisme . Filsafat ini memang memiliki tujuan yang sama dengan esensialisme dalam hal intelektualitas. Seperti yang di katakan oleh Tanner dan Tanner kedua pandangan filosofi itu berpendapat bahwa tugas kurikulum untuk mengembangkan intelektulitas.

B.     Ciri-Ciri Kurikulum Pendidikan Islam

Secara umum, kurikulum tersusun dengan berbagai aspek utama yang menjadi cirinya yang meliputi :
1.      tujuan pendidikan yang ingin dicapai oleh kurikulum itu.
2.      pengetahuan (knowledge), ilmu-ilmu, data-data, aktivitas-aktivitas dan pengalaman-pengalaman yang menjadi sumber terbentuknya kurikulum tersebut.
3.      metode dan cara-cara mengajar dan bimbingan yang diikuti oleh murid untuk mendorong mereka ke arah yang dikehendaki oleh tujuan yang dikehendaki.
4.      metode dan cara penilaian yang digunakan dalam mengukur hasil proses pendidikan yang dirancang dalam kurikulum.
5.      Kurikulum yang disusun selalu disesuaikan dengan bakat, minat, kemampuan dan kebutuhan peserta didik.
6.      Meluas cakupan dan menyeluruh kandungannya.
Dari uraian di atas, dapat dimengerti bahwa empat aspek utama kurikulum, yaitu :
1.      tujuan pendidikan.
2.      materi yang akan diberikan
3.      metode dan cara mengajarkannya, dan
4.      penilaian, dapat dikaitkan dengan filsafat pendidikan Islam sehingga aspekaspek kurikulum tersebut harus mengandung nilai-nilai Islam yang bersumber dari Alquran dan hadis serta memperhatikan semua sisi kepribadian manusia yaitu jasmani, akal dan rohani dan perbedaan individu tentang bakat dan minat para siswa.[4]

C.    Prinsip-prinsip Umum Kurukulum Pendidikan Islam

Secara umum, dapat dikatakan bahwa penyusunan kurikulum harus berdasarkan asas tertentu. Menurut Nasution, hendaknya kurikulum memiliki empat asas yaitu asas filosofis, sosiologis, organisatoris dan psikologis. Pertama, asas filsafat berperan sebagai penentu tujuan umum pendidikan Islam sehingga susunan kurikulum mengandung kebenaran; kedua, asas sosiologi berperan untuk memberikan dasar dalam menentukan apa saja yang akan dipelajari sesuai dengan kebutuhan masyarakat kebudayaan, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; ketiga, asas organisatoris berfungsi untuk memberikan dasar dalam bentuk bagaimanan bahan pelajaran itu disusun dan penentuan luas urutan mata pelajaran; dan keempat, asas psikologi tentang perkembangan anak didik dalam berbagai aspek, serta cara menyampaikan bahan pelajaran agar dapat dicerna dan dikuasai oleh anak didik sesuai dengan tahap perkembangannya.[5]
Asas filosofis membawa rumusan kurikulum pendidikan Islam kepada tiga dimensi: ontologi, epistemologi dan aksiologi.
Dimensi ontologi mengarahkan kurikulum agar lebih banyak memberi anak didik kesempatan untuk berhubungan langsung dengan fisik-fisik objek-objek. Pada mulanya, dimensi ini diterapkan oleh Allah swt. dalam pengajaran-Nya kepada Nabi Adam dengan memberitahukan atau mengajarkan nama-nama benda (Q.S Al-Baqarah [2]:31), dan belum sampai pada tahap penalaran atau pengembangan wawasan.
Dimensi epistemologi adalah perwujudan kurikulum yang sah harus berdasarkan pada metode konstruksi pengetahuan yang disebut dengan metode ilmiah yang sifatnya mengajak berpikir menyeluruh, reflektif dan kritis, implikasi dimensi epistemologi dalam rumusan kurikulum, isinya cenderung fleksibel karena pengetahuan yang dihasilkan bersifat tidak mutlak, tentatif, dan dapat berubah-ubah (Q.S Al- Baqarah [2]:26-27)
Dimensi aksiologis, mengarahkan pembentukan kurikulum yang direncanakan sedemikian rupa agar memberikan kepuasan pada diri anak didik untuk memiliki nilai-nilai yang tidak dinginkan.
Tugas ketiga dimensi tersebut merupakan kerangka dalam perumusan kurikulum pendidikan Islam. Dari berbagai macam filsafat, pada dasarnya menjadikan khasanah pemikiran intelektual di bidang kurikulum pendidikan Islam lainnya, semakin banyak pula kontribusi teori dan konsep. Teori dan konsep yang ditimbulkan dari berbagai macam aliran filsafat tidak dapat begitu saja diterima atau ditolak, namun diseleksi terlebih dahulu dan hasilnya dimodifikasi pada khazanah kurikulum pendidikan Islam (Muhaimin & Abd. Mujib,1993:188-190). [6]Al-Syaibani memandang kurikulum pendidikan sebagai alat untuk mendidik generasi muda dengan baik dan menolong mereka untuk membuka dan mengembangkan bakat dan keterampilan mereka yang bermacam-macam, dan menyiapkan mereka dengan baik untuk melaksanakan f ungsinya sebagai khalifah di muka bumi. Oleh karena itu, Al-Shaybânî menjadikan agama (Islam) sebagai asas utama kurikulum pendidikan Islam (Al-Shaybânî, 1979:524). Dengan demikian, dalam sistem pendidikan Islam harus terdapat dasar falsafah, tujuan, dan kurikulum karena tujuan pendidikan tidak akan tercapai jika tidak ada kurikulum. Dalam kurikulum terkadang isi dan pelajaran yang akan ditranfomasikan kepada anak didik. Dalam kurikulum ini pula dimuat nilai-nilai yang bersumber dari Alquran dan sunah.

D.    Prinsip-prinsip Kurikulum Pendidikan Islam

Menurut Al-Shaybânî (1979:524), prinsip-prinsip kurikulum itu ialah :
1.      Berorientasi pada Islam, termasuk ajaran dan nilai-nilainya.
2.      menyeluruh (universal), baik dalam tujuan maupun kandungannya.
3.       berkeseimbangan antara tujuan dan kandungan kurikulum.
4.      memiliki keterkaitan antara bakat, minat, kemampuankemampuan, dan kebutuhan siswa serta alam sekitar fisik dan sosial dimana para siswa hidup.
5.      mengantisipasi perbedaan-perbedaan individu siswa tentang bakat, minat, kemampuan-kemampuan, kebutuhan-kebutuhan, dan masalah-masalahnya.
6.       mengantisipasi perkembangan dan perubahan seiring dengan tuntunan yang ada dengan tidak mengabaikan nilai-nilai agama dan,
7.      mengubungkan mata pelajaran, pengalaman, dan aktivitas yang terkandung dalam kurikulum dengan kebutuhan anak didik, masyarakat, dan tuntunan zaman tempat anak didik berada.
Dari sini, dapat dikemukakan bahwa falsafah atau pandangan hidup suatu masyarakat tertentu tentang pendidikan tidak dapat dipisahkan dari prinsip kurikulum pendidikan Islam yang bersumber dari ajaran pokok agama Islam, yaitu Alquran dan hadis.

E.     Tujuan Kurikulum Pendidikan Agama Isalam

Bahan pengajar yang terdapat dalam kurikulum pendidikan islam pada masa sekarang ininampaknya semakin luas. Hal tersebut karena di picu oleh kemajuan beberapa ilmu pengetahuan dan kebudayaan, disamping itu juga karena bertambahnya beban yang harus di tanggung oleh pihak sekolah. Oleh karena tuntutan perkembangan yang sedemikian rupa, maka para perancang kurikulum pendidikan islam memperluas cakupan yang dikandung oleh kurikulum tersebut, antara lain yang berkenaan dengan tujuan yang ingin dicapai oleh proses belajar mengajar.
Berdasarkan penjelasan diatas maka kurikulum pendidikan islam mempunyai tujuan  untuk mencapai perkembangan yang menyeluruh dan berpadu dengan kepribadian para peserta didik. Disamping itu kurikulum pendidikan islam juga mempunyai tujuan untuk memberi sumbangan dalam perkembangan masyarakat islam, memperkuat kepribadian islam yang berdiri sendiri.[7]


BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa :
1.      Pendidikan merupakan usaha untuk memanusiakan manusia atau dengan kata lain usaha yang dilakukan oleh orang dewasa untuk memberikan bimbingan kepada anak didik dalam rangka membuat ia menjadi dewasa dan salah satu faktor yang sangat menentukan dalam arah dan tujuan pendidikan adalah kurikulum. Serta kurikulum merupakan cakupan sejumlah mata pelajaran yang harus dilalui pendidik, dan anak didik sesuai dengan tujuannya untuk mencapai tingkat tertentu, yaitu untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan mereka di mana usaha itu dilakukan, baik di dalam maupun di luar kelas.
2.      Kurikulum dalam proses pendidikan adalah sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan, dalam kurikulum memiliki bagian-bagian penting sebagai penunjang yang dapat mendukung operasinya dengan baik. Bagian-bagian ini disebut komponen. Dan komponen-komponen tersebut saling berkaitan, berintraksi satu sama lain dalam mencapai tujuan. filsafat pendidikan Islam berperan sebagai penentu tujuan umum pendidikan, memberikan arah bagi tercapainya tujuan pendidikan Islam sehingga kurikulum mengandung nilai-nilai yang diyakini kebenarannya.
3.      kurikulum pendidikan Islam mempunyai ciri-ciri tersendiri yang membedakannya dengan kurikulum yang lain, karena asas, materi, dan prinsip kurikulum pendidikan Islam bersumber dari Alquran dan hadis. Serta kurikulum pendidikan Islam haruslah memperhatikan dasar-dasar yang menjadi kekuatan utama dalam mempengaruhi dan membentuk materi, susunan serta organisasi kurikulum.


Daftar Pustaka


Nasution, S., pengembangan kurikulum pendidikan, bandung: citra        adirya bakti, 1991
Abuddin Nata, filsafat pendidikan islam, jakarta: media pratam, 2005
Prof. Dr. H. Omar Muhammad Al-Toumy Al-syaobany, filsafat pendidikan islam, jakarta: bulan bintang 1975
Prof. Dr. H. Muhaimin, M.A. pengembangan kurikulum pendidikan, Jakarta: rajawali Pers, 2012
Jalaluddin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Raja Grofindo Persada, 1990
Al-Abrâshî, M. Atiyah, Dasar-Dasar Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1984


[1] Prof. Dr. H. Muhaimin, M.A, Pengembangan Kurikulum Pendidikan,(Jakarta: Rajawali Pers, 2012). Hlm.1
[2] Ibid., Hlm. 4
[3] Langgulung Hasan, Asas-Asas Pendidikan Islam,(jakarta: Alhusna zikra, 2000) Hlm. 27
[4] Prof. Dr. H. Abuddin Nata, filsafat pendidikan islam, (jakarta: media pratam, 2005) hlm 67
[5]Jalaluddin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Raja Grofindo Persada, 1990) hlm 46
[6] al-Abrâshî, M. Atiyah, Dasar-Dasar Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1984) hlm 203
[7] Nasution, S., pengembangan kurikulum pendidikan, (bandung: citra adirya bakti, 1991) hlm 26

Tidak ada komentar:

Posting Komentar