Selasa, 19 Juli 2016

Kel. 5 Peran Motivasi dalam ADM




Peranan Motivasi dalam Administrasi dan Supervisi Pendidikan

Makalah Ini Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Admnitrasi dan Supervisi Pendidikan

Dosen Pengampu:
Pebro Aini , M. Pd.I


Disusun Oleh Kelompok 5 :
Abi Syarippunahar ( 1532100071)
Aidil Asbi (1532100077)
Delsie Iin Syafutri (1532100096)


Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan
Universitas Islam Negeri
Raden Fatah Palembang
Tahun 2016/2017


Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, dengan ini kami panjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makala Admnistrasi dan Supervisi Pendidikan dengan judul Peranan Motivasi dalam Admnistrasi dan Supervisi Pendidikan.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna untuk menambah wawasan Peranan Motivasi dalam Admnistrasi dan Supervisi Pendidikan Sejarah Islam. Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Aristophan Firdaus, M.S.I yang telah membantu kami dalam menyelesaikan tugas ini .
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami berharap adanya kritik dan saran untuk perbaikan makalah di masa yang akan datang.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

                                                                                    Palembang, 23 Maret 2016


Penulis












BAB I

PENDAHULUAN


Motivasi adalah perilaku yang ingin mencapai tujuan tertentu yang cenderung untuk menetap. Motivasi juga merupakan kekuatan yang mendorong dan mengarahkan keberhasilan prilaku yang tetap ke  arah tujuan tertentu. Motivasi bisa berasal dari dalam diri seseorang atau pun dari luar dirinya. Motivasi yang berasal dari dalam diri sesorang disebut motivasi instrinsik, dan yang berasal dari luar adalah motivasi ekstrinsik.
Motivasi adalah sebuah kemampuan kita untuk memotivasi diri kita tanpa memerlukan bantuan orang lain. Memotivasi diri adalah proses menghilangkan faktor yang melemahkan dorongan kita. Rasa tidak berdaya dihilangkan menjadi pribadi yang lebih percaya diri. Sementara harapan dimunculkan kembali dengan membangun keyakinan bahwa apa yang diinginkan bisa kita capai.
Motivasi mempunyai peranan yang strategis dalam aktivitas belajar seseorang. Tidak ada seorang pun yang belajar tanpa motivasi. Tidak ada motivasi berarti tidak ada kegiatan belajar. Agar peranan motivasi lebih optimal, maka prinsip-prinsip motivasi dalam belajar tidak hanya diketahui, tetapi juga harus diterangkan dalam aktivitas belajar mengajar.
     Dengan demikian jika sebuah  motivasi (dalam hal ini ketidak berdayaan dan tanpa harapan) dihilangkan, maka aliran energi dalam tubuh kita bisa mengalir kembali. Dan pada makalah ini, saya akan mencoba membahas tentang peranan motivasi dalam admnistrasi dan supervise pendidikan.






1.   Jelaskan Pengertian dan Tujuan Motivasi?
2.    Jelaskan Prinsip dan Teori Motivasi?
3.    Bagaimana Peran Motivasi dalam Admnistrasi dan Supervisi Pendidikan?
4.    Jelaskan Bentuk Motivasi di Sekolah?

1.   Hanya Membahas Pengertian dan Tujuan Motivasi.
2.    Hanya Membahas Prinsip dan Teori Motivasi.
3.    Hanya Membahas Peran Motivasi dalam Admnistrasi dan Supervisi Pendidikan.
4.   Hanya Membahas Bentuk Motivasi di Sekolah.



















BAB II

PEMBAHASAN

 

Kata “motif” diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan didalam subjek unuk melakukan aktifitas – aktifitas tertentu untuk mencapai tujuan.[1]
Motivasi  berasal dari bahasa latin “movere” yang  berarti “bergerak” yang dimaksudkan sebagai “bergerak untuk maju”.[2]
Menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energy dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. [3]
Jadi, motivasi adalah suatu dorongan yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan secara positif.
    
Motivasi diberikan sebagai upaya memelihara semangat peserta didik sekolah agar pekerjaan dapat dilaksanakan dengan optimal. Motivasi ditunjukan sebagai upaya mendorong dan merangsang peserta didik mampu melakukan kegiatan atau tugas dengan rasa kesadaran. [4]
Tujuan pelaksanaan motivasi di pendidikan yaitu :
a.     Meningkatkan kegairahan siswa
b.    Meningkankan disiplin siswa
c.     Meningkatkan prestasi belajar



a.    Prinsip Kompetisi
                        Kompetisi adalah upaya untuk memberikan kesempatan pada semua orang untuk memperlihatkan kemampuannya. Prinsip kompetisi adalah persaingan dengan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki dalam kompetisi terkandung kejujuran dan keterbukaan.

b.    Prinsip Pemacu
                        Prinsip pemacu adalah upaya dalam memberikan sebuah dorongan yang berupa tindakan positif sehingga pihak yang diberikan motivasi melakukan tindakan tersebut.

c.    Prinsip Ganjaran dan Hukum
                        Prinsip ini adalah prinsip yang akan sering dilakukan pada anak dengan memberikan hukuman yang tujuannya supaya anak tersebut termotivasi untuk belajar.[5]

d.   Kejelasan dan Kedekatan Tujuan
                        Kejelasan artinya jika suatu pekerjaan sudah jelas dipahami maka akan memberikn dorongan sendiri untuk mengerjakan sesuatu tersebut.
            Sedangkan kedekatan tujuan maksudnya adalah jika seseorang telah memahami tujuan ynag akan dicapainya maka orang tersebut dengan sendirinya akan melakukan sesuatu agar tujuannya tercapai.

e.    Lingkungan yang Kondusif
                        Lingkungan yang kondusif dapat memberikan motivasi untuk bekerja. Dengan lingkungan yang kondusif berarti suasana kerja secara umum sudah dapat berlangsung dengan efisien.


f.     Keteladanan
                        Prinsip keteladanan merupakan bentuk motivasi yang datang dari luar secara tidak langsung, karena prinsip ini merupakan figure dari seseorang seperti atasan atau pemimpin.[6]

Ada dua teori yaitu bahvioristik dan teori motivasi humanistikk. Teori behavioristik mengatakan bahwa motivasi timbul dengan tingkah laku. Teori behvioritsik mengatakan bahwa motivasi itu ada satu yaitu motivasi dari dalam diri individu. Motivasi ini merupakan keinginan dasar yang mendorong individu dalam upaya memenuhi kebuuhan. Teori humanistik yaitu:
1)   Teori Hirarki Kebutuhan Abraham Moeslow
a)         Kebutuhan mempertahankan hidup
b)         Kebutuhan  rasa aman
c)         Kebutuhan social
d)        Kebutuhan penghargaan/prestasi
e)         Kebutuhan mempetinggi kepastian kerja

2)   Teori Kebutuhan Edwards
a)         Prestasi
b)         Hormat
c)         Keteraturan
d)        Ketekunan
e)         Perubahan

3)   Teori Kebutuhan Elg Arderfer
a)         Kebutuhan keberadaan
b)        Kebutuhan berhubungan
c)         Kebutuhan pertumbuhan

4)   Teori Kebutuhan Mc Cheland
a)         Kebutuhan akan kekuasaaan mengarahkan prilaku seseorang untuk mencari posisi pemimpin sehingga ia mampu mengendalikan dan mempengaruhi orang ain, keras kepala, dan selalu ingin tampil di setiap event.
b)        Kebutuhan berfiliasi mengarahkan perilaku seseorang untuk memperoleh kesenangan dari kasih sayang dan cenderung menghindari kekecawaan karena dihindari kelompok orang.
c)         Kebutuhan berprestasi mengarahkan perilaku seseorang untuk berhasil dalam pekerjaannya.[7]

Dalam administrasi pendidikan peran motivasi sangatlah penting, hal ini dikarenakan motivasi adalah penggerak semangat siswa dalam proses belajar mengajar.
Sejalan dengan pergeseran makna pembelajaran dari pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher oriented) kepembelajaran yang berorientasi kepada siswa (student oriented), maka peran guru dalam proses pembelajaran pun mengalami pergeseran, salah satunya adalah penguatan peran guru sebagai motivator.
Proses pembelajaran akan berhasil mana kala siswa mempunyai motivasi dalam belajar. Oleh sebab itu, guru perlu menumbuhkan motivasi belajar siswa. Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal, guru dituntut kreatif membangkitkan motivasi belajar siswa, sehingga terbentuk perilaku belajar siswa yang efektif.
Dalam perspektif manajemen maupun psikologi, kita dapat menjumpai beberapa teori tentang motivasi (motivation) dan pemotivasian (motivating) yang diharapkan dapat membantu para manajer (baca: guru) untuk mengembangkan keterampilannya dalam memotivasi para siswanya agar menunjukkan prestasi belajar atau kinerjanya secara unggul.
Kendati demikian, dalam praktiknya memang harus diakui bahwa upaya untuk menerapkan teori-teori tersebut atau dengan kata lain untuk dapat menjadi seorang motivator yang hebat bukanlah hal yang sederhana, mengingat begitu kompleksnya masalah-masalah yang berkaitan dengan perilaku individu (siswa), baik yang terkait dengan faktor-faktor internal dari individu itu sendiri maupun keadaan eksternal yang mempengaruhinya.[8]
Berikut Model kondisi motivasi yang terdiri dari perhatian (attention), relevansi (revance), kepercayaan diri (confidence), dan kepuasan (satisfaction).
a.    Perhatian. Seorang guru harus menanamkan kepada siswanya rasa perhatian atau rasa ingin tahu. Melalui rasa ingin tahu itulah melahirkan rangsangan motivasi belajar yang meledak-ledak dan penuh semangat. Untuk menumbuhkan rasa ingin tahu, seorang guru sebaiknya memancing peserta didiknya dengan hal-hal baru, urgensitas, serta hal aneh yang mengundang penasaran mereka. Cara ini juga disertai dengan strategi penyampaian yang menarik dan menyenangkan, memerlukan alat/sumber belajar dan media yang efektif, serta dengan komunikasi yang elegan, humoris, dan mantap.

b.    Relevan. Seorang guru harus mampu menghubungkan materi dengan kebutuhan dan kondisi peserta didik. Guru dapat membangkitkan motivasi mereka dengan menganggap bahwa apa yang dipelajari memenuhi kebutuhan pribadi, atau bermanfaat dan sesuai dengan nilai yang dipegang. Kebutuhan pribadi dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yakni motif pribadi, motif instrumental dan motif kultural.
Pertama, nilai motif pribadi mencakup:
(1) kebutuhan untuk berprestasi (needs for achievement),
(2) kebutuhan untuk memiliki kuasa (needs for power),
(3) kebutuhan untuk berafiliasi (needs for affiliation).
Kedua, nilai yang bersifat instrumnetal, yaitu keberhasilan dalam mengerjakan tugas dianggap sebagai langkah untuk mencapai keberhasilan lebih lanjut. Ketiga, nilai kutural yakni tujuan yang ingin dicapai konsisten atau sesuai dengan nilai yang dipegang oleh kelompok yang diacu peserta didik, seperti orangtua, teman sebaya, dan masyarakatnya.

c. Percaya diri. Seorang guru harus mampu menunjukkan potensi dirinya dengan penuh percaya diri didepan peserta didik. Motivasi akan meningkat apabila percaya dirinya sedang positif, sebaliknya motivasi akan turun ketika kehilangan kepercayaan diri tersebut.

d.   Kepuasan. Keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan akan menghasilkan kepuasan, dan siswa akan termotivasi untuk terus berusaha mencapai tujuan yang serupa. Untuk meningkatkan dan memelihara motivasi siswa, guru dapat menggukanan pemberian penguatan (reinforment) kesempatan berupa pujian, pemberian kesempatan, dan sebagaimannya.[9]
               Dari uraian di atas, peran guru sebagai motivator diharapkan dapat mendorong peristiwa belajar yang menarik dan menyenangkan siswa. Peristiwa belajar tersebut antara lain;
(1) Menimbulkan minat dan memusatkan perhatian mahasiswa,
(2) Menyampaikan tujuan pembelajaran,
(3)  Mengingatkan kembali konsep/prinsip yang telah dipelajari yang    merupakan prasarat,
(4)             Memberikan bimbingan belajar,
(5) Memberikan umpan balik atas pelaksanaan tugas siswa, dan
(6) Mengukur/mengevaluasi hasil belajar siswa. Penutup tidak bisa dipungkiri  bahwa peran guru dalam proses pembelajaran memang sangat sentral.

2.         Peran Motivasi dalam Supervisi Pendidikan

        Motivasi bukan hanya diperlukan siswa saja namun guru juga harus memiliki motivasi. Dalam hal ini, memotivasi guru dilakukan oleh seorang supervisor yaitu Kepala Sekolah. Supervisi pendidikan yang baik, diharapkan mampu untuk memberikan kontribusi bagi terwujudnya guru yang berintelektual dan berprestasi kerja tinggi. Selain itu juga dengan supervisi memungkinkan guru untuk mendapatkan umpan balik secara cepat dalam memperbaiki aktivitas-aktivitasnya, memotivasi guru untuk meningkatkan pekerjaannya sehari-hari. Supervisi juga dimaksudkan untuk meningkatkan motivasi dan prestasi kerja guru dalam memperbaiki pelaksanaan proses belajar-mengajar.
Oleh karena itu kepala sekolah sebagai supervisor diharapkan mampu untuk memberikan supervisi agar guru menjadi lebih termotivasi dan lebih profesional dalam bekerja dan kepala sekolah juga diharapkan agar trampil untuk menentukan dan meneliti kegiatan-kegiatan apa saja yang diperlukan untuk kemajuan sekolahnya, sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai. [10]
Guru yang profesional adalah guru yang memiliki kemampuan profesional dengan berbagai kapasitasnya sebagai pendidik. Selanjutnya untuk menjadi guru yang profesional ditentukan oleh faktor internal dan eksternal. Cahyono sebagaimana dikutip oleh Solihin mengemukakan bahwa kinerja mengajar yang baik dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal mencakup: kemampuan, intelegensi, sikap, minat dan persepsi, motivasi kerja, pengalaman kerja. Sedangkan faktor eksternal mencakup: sarana dan prasarana, gaya kepemimpinan, supervisi, struktur tugas, insentif, suasana kerja serta lingkungan kerja.
Pelaksanaan supervisi yang tepat dan motivasi kerja yang tinggi akan berpengaruh terhadap cara kerja guru dalam melaksanakan tugasnya, sehinggga kinerja mengajar guru akan menjadi lebih baik. supervisi yang baik oleh kepala sekolah dan motivasi kerja guru yang tinggi secara bersama-sama diduga memberikan kontribusi terhadap kinerja mengajar guru[11]

            Dalam kegiatan belajar - mengajar peranan motivasi interinsik dan ekstrinsik sangat diperlukan. Dengan motivasi, pelajar dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam kegiatan belajar.
            Dalam kaitan itu perlu diketahui bahwa cara dan jenis menumbuhkan motivasi adalah bermacam-macam. Tetapi untuk motivasi ekstrinsik kadang – kadang tepat, dan kadang- kadang juga bias kurang sesuai. Hal ini guru harus hati – hati dalam menumbuhkan dan member motivasi bagi kegiatan belajar para anak didik. Sebab mungkin maksudnya memberikan motivasi tetapi justru tidak menguntungkan perkembangan belajar siswa.
            Ada beberapa cara untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa :
a.                  Hukuman
            Berikan hukuman kepada siswa yang bersalah namun hukuman bukan untuk menyakiti siswa melainkan hanya untuk membuat siswa agar rajin belajar dan mengerjakan tugas karena jika mereka tidak mengerjakan tugas maka mereka akan mendapat hukuman.[12]
b.                  Memberi angka
                 Angka dalam hal ini adalah berupa nilai, angka menjadi motivasi yang kuat. Banyak siswa yang belajar, yang utama justru untuk mencapai nilai yang baik. Sehingga biasanya siswa yang dikejar adlah nilai ulangan atau nilai raport angkanya baik – baik.

c.                  Hadiah
                             Hadiah adalah salah satu bentuk meningkatkan motivasi, karena dengan adanya hadiah maka siswa akan lebih giat dalam belajar.

d.                 Kompetisi
            Kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong siswa. Karena dengan adanya motivasi maka siswa akan semangat belajar untuk saling menunjukan kemampuan mereka.

e.                  Ulangan
            Dengan adanya ulangan maka siswa akan giat belajar dengan harapan memperoleh nilai yang besar.

f.                   Pujian
            Apabila ada siswa yang sukses menyelesaikan tugas dengan baik maka perlu diberikan pujian. Karena dengan pujian kita mampu membangun suasana yang menyenangkan sehingga siswa memiliki gairah belajar yang tingi.[13]


BAB III

PENUTUP


     Jadi, motivasi adalah suatu dorongan yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan secara positif. Tujuan motivasi yaitu meningkatkan kegairahan siswa, meningkankan disiplin siswa, meningkatkan prestasi belajar. Yang memiliki prinsip kompetisi, pemacu, hukuman, lingkungan yang kondusif. Peranan motivasi administrasi pendidikan dilakukan oleh guru, sedangkan peranan supervisi dilakukan oleh kepala sekolah.



Danim , Sudrwan.2012. Motivasi Kepemimpinan dan Efektifitas Kelompok. Jakarta : PT Rieneka Cipta
Engkoswara-Aan Komariah.2012. Administrasi Pendidikan. Bandung : Alfabeta
http://mujtahid-komunitaspendidikan.blogspot.co.id/2010/02/peran-guru-dalam-administrasi-sekolah.html
Sardiman A.M.2012. Interaksi dan Motivasi. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada



[1] Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi,( Jakarta : PT Rajagrafindo Persada.2011).hal.73
[2] Engkoswara-Aan Komariah, Administrasi Pendidikan, (Bandung : Alfabeta.2012). hal. 209
[3] Sardiman A.M , Loc.Cit.
[4] Engkoswara-Aan Komariah, Op.Cit. hal.210
[5] Ibid.,hal. 211
[6] Ibid.,hal. 212-213
[7] Ibid., hal.214-216
[12] Sudarwan Danim, Motivasi Kepemimpinan dan Efektifitas Kelompok, (Jakarta : PT Rieneka Cipta,2012 ).hal. 42
[13] Sardiman A.M.,Op.Cit. hal.74

Tidak ada komentar:

Posting Komentar