MAKALAH
Pendekatan-pendekatan
dalam supervisi
Disusun Sebagai Tugas Kelompok
Mata Kuliah Administrasi dan Supervisi Pendidikan
Dosen Pengampu: Pebro Aini, M.Pd.I
Disusun
Oleh Kelompok 8 :
Aji
Effendi (1532100097)
Askur
Hadi (1532100088)
Dewi
Shinta (1532100103)
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM
TAHUN 2015/2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam pendidikan salah satu hal yang tidak bisa diabaikan adalah adanya
supervisi. Supervisi penting keberadaanya untuk mengawasi setiap pola dan
kinerja seseorang yang bertujuan untuk efektif dan efisiennya kegiatan di
lembaga yang bersangkutan. Pada mulanya supervisi hanya dipakai dalam
lingkungan sekolah yaitu oleh kepala sekolah terhadap guru-guru atau staf yang
berada dibawahnya, seiring berjalannya waktu dan berkembangnya pendidikan yang
sarat dengan berbagai problema yang muncul, maka kemudian supervisi meluas tidak
hanya di lembaga pendidikan saja tetapi berhubungan dengan pemerintahan yang
menaungi pendidikan, semisal Kemendikbud atau Kemenag dengan menjadikan
seseorang sebagai supervisor dalam rangka mengawasi kinerja dan segala bentuk
kegiatan yang ada dalam proses belajar mengajar di sekolah, terutama mengawasi
tugas kepala sekolah.
Di
sekolah, peran kepala sekolah sangat berpengaruh terhadap mutu dan kualitas
lembaganya, kepala sekolah juga berperan sebagai supervisor, hal ini perlu
dilakukan untuk mengawasi dan mengevaluasi kinerja guru-guru dalam rangka
perbaikan dan pengembangan pembelajaran. Namun dalam hal ini kepala sekolah
tidak mesti bersikap otoriter terhadap bawahan (para guru), pengawasan yang
diberikan kepala sekolah terhadap guru adalah melalui pembinaan, pengarahan dan
bimbingan yang baik terhadap para guru dengan maksud meningkatkan
profesionalisme guru dan meningkatkan kualitas dan menjamin mutu pendidikan di
lembaga tersebut baik dan berjalan efektif sesuai dengan visi dan misi lembaga.
Dengan demikian, supervisi pendidikan
bermaksud meningkatkan kemampuan profesional dan teknis bagi guru, kepala
sekolah dan personel sekolah lainnya agar proses pendidikan di sekolah lebih
berkualitas, terutama supervisi pendidikan dilakukan atas dasar kerjasama,
partisipasi dan kolaborasi, bukan berdasarkan paksaan dan kepatuhan, pada
akhirnya dapat menimbulkan kesadaran, inisiatif dan kreatif personel sekolah.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa pengetian Pendekatan Supervisi
Pendidikan?
2.
Bagaimana
Pendekatan-pendekatan dalam Supervisi Pendidikan?
C. Batasan Masalah
1.
Hanya membahas pengertian Pendekatan
Supervisi Pendidikan
2.
Hanya membahas Pendekatan-pendekatan
dalam Supervisi Pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendekatan dalam Supervisi Pendidikan
1. Pengertian Supervisi Pendidikan
Istilah supervisi berasal dari bahasa latin “supervideo”, artinya mengawasi
atau menilai kinerja bawahan. Mulyasa seperti dikutip oleh Wahyudi menjelaskan
bahwa dalam pelaksanaannya sering digunakan secara bergantian dengan istilah
pengawasan, pemeriksaan dan inspeksi. Pengawasan dapat diartikan sebagai proses
untuk menjamin bahwa tujuan-tujuan organisasi dan management tercapai, juga
diartikan suatu kegiatan untuk melakukan pengamatan agar pekerjaan dilakukan
sesuai dengan ketentuan. Pemeriksaan dimaksudkan untuk melihat suatu kegiatan
yang dilaksanakan telah mencapai tujuan. Sedangkan inspeksi dimaksudkan untuk
mengetahui kekurangan-kekurangan atau kesalahan yang perlu diperbaiki dalam
suatu pekerjaan.
Menurut
Sutisna dikutip oleh Wahyudi bahwa secara umum supervision diberi arti sama
dengan direction atau pengawasan dan ada kecenderungan untuk membatasi
pemakaian istilah supervisor pada orang-orang yang berada dalam kedudukan yang
lebih bawah dalam hirarki management.[1]
Supervisi
terutama sebagai bantuan yang berwujud layanan profesional yang dilakukan oleh
kepala sekolah, pemilik sekolah dan pengawas serta supervisor lainnya untuk
meningkatkan proses dan hasil belajar, maka banyak pakar yang memberikan
batasan supervisi sebagai bantuan kepada staf untuk mengembangkan situasi
pembelajaran yang lebih baik.[2]
Supervisi
merupakan suatu proses yang dirancang secara khusus untuk membantu para guru
dan supervisor agar dapat menggunakan pengetahuan dan keterampilannya dalam
memberikan layanan kepada orang tua peserta didik dan sekolah. Supervisi tidak
hanya membantu guru dalam meningkatkan kemampuan mengajar, tapi juga menambah
pengetahuan bagi supervisor secara sinergi menciptakan lingkungan sekolah yang
kondusif.
Jhones
dikutip oleh Wahyudi menjelaskan bahwa supervisi merupakan yang tidak
terpisahkan dari seluruh proses administrasi pendidikan yang ditujukan terutama
untuk mengembangkan efektivitas kinerja personalia sekolah yang berhubungan
dengan tugas-tugas utama pendidikan. Supervisi menitik beratkan pada perbaikan
dan pengembangan kinerja guru yang langsung menangani peserta didik.[3]
Dengan
istilah yang berbeda Supandi mengartikan supervisi pendidikan adalah bantuan
yang diberikan kepada personel pendidikan untuk mengembangkan proses pendidikan
yang lebih baik. Personel pedidikan dimaksud meliputi; kepala sekolah, guru dan
petugas sekolah lainnya termasuk staf administrasi. Dalam menjalankan tugasnya
personel sekolah sering menghadapi masalah-masalah pendidikan, oleh karena itu
pengawas sekolah perlu melakukan bimbingan dan pengarahan dalam bidang
administratif maupun akademik khususnya perbaikan pada aspek pengelolaan pengajaran
yang dilakukan guru.[4]
Salah
satu amanat ketetapan amanat MPR RI Nomor IV tahun 1999 tentang Garis-Garis
Besar Haluan Negara (GBHN), bahwa meningkatkan kemampuan akdemik dan
profesional serta meningkatkan jaminan kesejahteraan tenaga kependidikan
sehingga tenaga pendidik mampu berfungsi secara optimal terutama dalam
peningkatan pendidikan watak dan budi pekerti agar dapat mengembalikan wibawa
lembaga dan tenaga kependidikan.[5]
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
yang dimaksud supervisi Pendidikan adalah bantuan yang diberikan oleh seorang
supervisor, baik kepada Kepala Sekolah, guru dan tenaga ahli pendidik lainnya
melalui pengawasan untuk mencapai tujuan, pengarahan dan bimbingan dalam rangka
meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan yang tinggi serta perbaikan dalam
proses belajar-mengajar yang lebih efektif dan efisien. Yang menjadi supervisor
dalam lembaga pendidikan adalah kepala sekolah yang berperan dan bertanggung
jawab dalam mengawasi kinerja bawahannya (guru dan Staf administrasi). Hal ini
dilakukan untuk meningkatkan profesionalisme guru dalam mengajar.
2. Pengertian Pendekatan Dalam Supervisi Pendidikan
Pendekatan yang digunakan dalam
menerapkan supervisi pendidikan sering didasarkan pada prinsip prinsip
psikologis. Suatu pendekatan supervisi pendidikan sangat bergantung pada prototype guru.
ada satu paradikma yang dikemukakan oleh Glickman 1981 dalam sahertian 2008, memilih-milih guru kedalam empat prototype guru.
ia mengemukakan setiap guru memiliki empat kemampuan dasar yaitu berfikir
abstrak dan komitmen. Kalau kedua kemampuan itu digambarkan secara silang, akan
terdapat dalam empat kuadran sisi, tiap sisinya terdapat dua kemampuan yang
singkat A(daya abstrak), K (komitmen).Setiap sisi yang terdapat
disebelah kanan garis abstrak ( garis tegak lurus / vertikal maka komitmennya
tinggi (K+). Setiap sisi yang terdapat diatas garis komitmen (
horisontal) daya abstraknya tinggi (A+). Sisi semuanya rendah (-).
Mencermati pendapat diatas maka terdapat empat
prototype guru yang harus difahami oleh supervisor pendidikan sebagi
berikut :
a. Pada sisi 1,
daya abtrak tinggi (A+) dan komitmen tinggi (K+).
Protype guru
seperti ini dapat dinyatakan dan disebut guru yang profesional.
b. Pada isi 2,
daya abtrak tinggi (A+) tetapi komitmen rendah (K-).
Protype guru
seperti ini dapat dinyatakan dan disebut guru yang suka
mengkritik
c. Pada sisi 3,
daya abtrak rendah (A-) tetapi komitmen tinggi (K+).
Protype guru
seperti ini dapat dinyatakan dan disebut guru yang terlalu
sibuk
d. Pada sisi
4, daya abstrak rendah (A-) tetapi komitmen rendah (K-).
Protype guru
seperti ini dapat dinyatakan dan disebut guru yang tidak
bermutu
Tabel 1
Empat Prototype Guru
Komitmen ( K)
Daya abstrak (A)
|
(I)
A+/K+
|
(II)
A+/K-
|
(III)
A-/K+
|
(IV)
A-/K-
|
Berbagai macam dan perbedaan prototype
guru seperti diuraikan diatas perlu dipahami supervisor pendidikan dengan
harapan pendekatan supervisi yang dijadikan acuan menjadi sesuai dan cocok
dengan kondisi riil prototype guru. dengan demikian, guru mendapatkan
arahan dan bimbingan yang memadai untuk memperbaiki kinerjanya dengan baik.
Sebagai
misal dalam menggunakan pendekatan supervisi dengan pertimbangan prototype guru
yang berbeda-beda, antara lain:
a. Apabila
guru berprototype profesional maka pendekatan yang digunakan
adalah pendekatan non direktif
b. Apabila
guru berprototype tukang kritik/ terlalu sibuk maka pendekatan
yang digunakan adalah pendekatan kolaboratif
c. Apabila
guru berprototype tidak mutu maka pendekatan yang digunakan
adalah pendekatan direktif.
Secara teoritis, terdapat beberapa
pendekatan yang dapat digunakan supervisor dalam melakukan supervisi,
menurut Luluk ada tiga yaitu Pendekatan langsung (direktif
approach), Pendekatan tak langsung (Non Direktif Approach),
dan. Pendekatan kolaboratif. ( Colaborative Approach).[6]
B. Pendekatan-pendekatan Dalam Supervisi Pendidikan
Ada
beberapa pendekatan yang dapat dilakukan oleh seorang supervisor, hal ini tentu
lebih memudahkan supervisor ketika mensupervisi bawahannya, supervisor dapat
memilih pendekatan mana yang akan digunakan sesuai dengan kondisi lembaga yang
bersangkutan, karena setiap pendekatan dalam supervisi pendidikan memiliki
karakteristik yang berbeda. Pemilihan yang tepat bergantung pada masalah yang
dihadapi dan tujuan yang hendak dicapai. Untuk kepentingan yang dimaksud,
beberapa pendekatan supervisi yang dikemukakan oleh Wahyudi adalah pendekatan
kolegial, pendekatan individual, pendekatan klinis dan pendekatan artistik
dalam pengajaran.[7]
a. Pendekatan Kolegial
Supervisi
kolegial atau yang biasa disebut supervisi rekanan diistilahkan dalam beberapa
nama antara lain, peer
supervision, cooperative professional development dan bahkan sering dikatakan collaborative supervision. Supervisi kolegial sebagai proses
formal moderat dimana dua orang guru atau lebih bekerjasama untuk kepentingan
perkembangan profesional guru. Bentuk supervisi kolegial menurut Kimbrough
adalah :
1.
Pertemuan guru-guru dengan agenda
yang jelas dan membicarakan topik-topik yang berkaitan dengan kemajuan
pendidikan di sekolah;
2.
Lokakarya (workshops) yaitu
dengan kegiatan kelompok yang terdiri dari Kepala Sekolah, Supervisor
(Pengawas) dan guru untuk memecahkan masalah yang dihadapi melalui percakapan
dan bekerja secara kelompok;
3.
Observasi sesama guru di kelas
yaitu dengan melibatkan sesama rekan guru secara bergantian untuk melihat dan
menilai kegiatan pembelajaran di Kelas dengan keberhasilan dan kekurangannya.
b. Pendekatan Individual
Pendekatan ini disebut
dengan wawancara individual yaitu kesempatan yang diciptakan oleh pengawas atau
kepala sekolah untuk bekerja secara individual dengan guru sehubungan dengan
masalah-masalah profesionalnya. Pendekatan ini, menekankan pada tanggung jawab
pribadi guru terhadap profesionalismenya. Bentuk dari pendekatan ini adalah
guru membuat rancangan pembelajaran, selanjutnya disampaikan kepada supervisor,
Kepala Sekolah atau pihak lain yang kompeten. Pada akhir semester, biasanya
guru dan supervisor bertemu untuk membicarakan kendala yang dihadapi selama
melaksanakan program pembelajaran. Pendekaran ini cocok bagi guru yang lebih
suka bekerja sendiri.
c. Pendekatan Klinis
Pendekatan klinis adalah
bentuk supervisi yang difokuskan pada peningkatan pembelajaran dengan tahapan
atau siklus yang sistematis dalam perencanaan, pengamatan serta analisis yang
logis dan intensif mengenai penampilan mengajar yang nyata dalam mengadakan
perubahan dengan cara yang rasional. Ada beberapa tahapan perencanaan supervisi
klinis:
a.
Tahap pertemuan
awal, merupakan pembuatan kerangka kerja, karena itu perlu diciptakan suasana
akrab dan terbuka antara supervisor dengan guru sehingga guru merasa percaya
diri dan memahami tujuan diadakan pendekatan klinis;
b.
Tahap observasi
kelas, guru melakukan kegiatan pembelajaran sesuai pedoman dan prosedur yang
disepakati pada tahap awal. Selanjutnya supervisor melakukan observasi
berdasarkan instrumen yang telah dibuat dan disepakati dengan guru. Setelah
observasi, sepervisor mengumpulkan informasi untuk membantu guru dalam
menganalisis pembelajaran;
c.
Tahap pertemuan
akhir atau balikan, supervisor mengevaluasi hal-hal yang terjadi selama
observasi dan seluruh siklus proses supevisi dengan tujuan meningkatkan performansi
guru. Pertemuan akhir ini merupakan diskusi umpan balik antara supervisor dan
guru. Supervisor memaparkan data objektif sehingga guru dapat mengetahui
kekurangan dan kelebihan selama pembelajaran berlangsung. Dasar dari balikan
terhadap guru adalah kesepakatan tentang item-item observasi yang telah dibuat
sehingga guru menyadari tingkat prestasi yang dicapai.
Ada beberap ciri-ciri dari supervisi klinis adalah; 1) hakikatnya
supervisor dan guru sederajat dan saling membantu meningkatkan kemampuan
profesionalism, 2) Fokus supervisi klinis pada perbaikan cara mengajar, bukan
mengubah kepribadian guru, 3) balikan supervisi klinis didasarkan atas bukti
pengamatan, 4) bersifat konstruktif dan memberi penguatan pada pola dan tingkah
laku yang telah dicapai, 5) Tahapan supervisi klinis merupakan kontinuitas dan
dibangun atas pengalaman masa lampau, 6) Supervisi klinis merupakan proses memberi
dan menerima yang dinamis, 7) guru mempunyai kebebasan dan tanggung jawab untuk
mengemukakan persoalan menganalisis cara mengajarnya sendiri dan
mengembangkannya, 8) Supervisor mempunyai kebebasan dan tanggung jawab untuk
menganalisis dan mengevaluasi cara melakukan supervisi, 9) Guru mempunyai
prakarsa dan tanggungjawab dalam meningkatkan kompetensi pedagogik, 10)
Supervisor dan guru bersifat terbukadalam mengumpulkan pendapat dan saling
menghargai.
d. Pendekatan Artistik
Menurut Good V. Carter, artistik adalah kegiatan manusia yang terarah
pada pencapaian suatu tujuan, tetapi dalam pemkaian umum terbatas pada kegiatan
yang melibatkan kemampuan kreatif kecerdikan pertimbangan dan keterampilan.
Pendekatan artistik dalam supervisi pengajaran adalah setiap bentuk layanan
bantuan profesional kepada guru-guru secara individu maupun kelompok dalam
rangka perbaikan pengajaran dan perbaikan program kurikulum melalaui proses
yang memerlukan intuisi, kreatifitas, kecerdikan, keterampilan yang dilakukan
oleh supervisor dalam kegiatan supervisi yang belum disepakati secara tertulis
dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Tujuan
dari pendekatan ini adalah untuk meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah
dengan cara berusaha menyingkap pengajaran sekaligus menjangkau latar belakang
guru. Pendekatan ini mempunyai ciri-ciri :
a.
Menerima
kenyataan bahwa supervisor dengan segala kelebihan dan kekurangan, kepekaan dan
pengalamannya merupakan instrumen pokok. Dengak kata lain supervisor yang
memberikan makna atas segala kegiatan selama proses pembelajaran;
b.
Memerlukan
hubungan yang baik anatara supervisor dan guru.
e. Pendekatan Ilmiah
Pendekatan ilmiah dalam
supervisi pembelajaran ini terkait erat dengan pengupayaan efektivitas
pembelajaran, artinya memberikan responsi atas kekurangan-kekurangan dalam
menilai efektivitas pembelajaran. Kekurangan tersebut dapat berupa:[8]
a.
kurang tegasnya
dan kurang jelasnya standar-standar yang dipergunakan untuk menilai efektif
tidaknya pembelajaran dewasa ini.
b.
Sulit menentukan
metode-metode yang paling baik.
c.
Sulit menentukan
guru mana yang mengajar dan melaksanakan tugas yang paling baik.
Dalam
pandangan ilmiah, pembelajaran dipandang sebagai ilmu (science),
maka perbaikan pembelajaran dapat dilakukan Supervisor dengan menggunakan metode-metode
ilmiah, ada beberapa langkah dalam melaksanakan pendekatan ilmiah ini, sebagai
berikut:
1)
Mengimplementasikan hasil
penemuan para peneliti.
Dengan hasil temuan peneliti, akan diketahui mana pembelajaran yang
efektif dan yang tidak efektif, tentunya penemuan itu berdasarkan pada
teori-teori pembelajaran yang teruji. Sehingga Supervisor bisa mencapai sasaran
dari sepervisi.
2)
Bersama-sama dengan peneliti
mengadakan penelitian di bidang pembelajaran dan hal lainnya yang bersangkut
paut dengannya.
Tindakan penelitian harus dilakukan oleh Supervisor
bersama-sama pembelajaran dan Supervisor akan mendapat gambaran mengenai
pembelajaran yang dilakukan oleh guru bersama dengan siswanya.
3)
Menerapkan metode ilmiah dan
mempunyai sikap ilmiah dalam menemukan efektifitas pembelajaran.
Sikap ilmiah tersebut, antara lain: jernih dalam memandang persoalan
tanpa ada pertensi, menjaga jarak dalam hal yang diamati, obyektif serta
menggunakan kerangka-kerangka yang diakui dalam pendekatan ilmiah.
Menurut Piet A. Suhertian, ada beberapa pendekatan
yang dapat digunakan dalam supervisi yaitu pendekatan direktif, pendekatan
non-direktif dan pendekatan kolaboratif, ketiga pendekatan tersebut bertitik
tolak pada teori psikologi belajar, berikut ini penjelasan ketiga pendekatan tersebut.[9]
a). Pendekatan Direktif (langsung).
Pendekatan ini lahir dari
teori psikologi behaviorisme yaitu segala perbuatan berasal dari rileks, atau
respons terhadap rangsangan/stimulus. Maka dari itu guru yang mempunyai
kekurangan perlu diberikan rangsangan agar ia bisa bereaksi dengan
penguatan (reinforcement) atau hukuman
(punishment). Adapun yang dimaksud dengan pendekatan
direktif adalah cara pendekatan terhadap masalah yang bersifat langsung.
Supervisor memberikan arahan langsung, dengan tujuan agar guru yang mengalami
problem perlu diberi rangsangan langsung agar ia bisa bereaksi.
Adapun langkah-langkah pendekatan direktif yaitu:
menjelaskan, menyajikan, mengarahkan, memberi contoh, menetapkan tolak ukur,
dan menguatkan. Dan disimpulkan oleh Sri Banun Muslim dengan istilah
prilaku supervisi yaitu:
demonstrating (menunjukkan),
directing (mengarahkan), standizing
Dengan demikian, Supervisor menjadi central yang menentukan perbaikan
pada guru. supervisor harus aktif, kreatif, dan inovatif dalam memperbaiki cara
mengajar guru, sehingga guru tidak merasa di dikte dalam mengembangkan
kemampuannya dan kreativitasnya.
b). Pendekatan Non-direktif (tidak Langsung).
Pendekatan ini lahir dari
pemahaman psikologi humanistik, yang sangat menghargai orang yang akan dibantu,
dengan mendengar permasalahan. Dengan demikian pendekatan non-direktif yaitu
cara pendekatan terhadap permasalahan yang bersifat tidak langsung. Supervisor
tidak secara langsung menunjukkan permasalahan, tapi terlebih dahulu
mendengarkan secara aktif apa yang dikemukakan guru. Supervisor memberikan
sebanyak mungkin kepada guru untuk mengemukakan permasalahan yang dialami, oleh
karena itu kepribadian guru yang dibina begitu dihormati. Selain itu
menurut Sri Banun Muslim, bahwa guru harus mampu memecahkan masalahnya sendiri.
Peranan supervisor disini adalah mendorong/membangkitkan kesadaran sendiri dan
pengalaman-pengalaman guru diklasifikasikan. Pendekatan ini dilebih tepat
digunakan terhadap guru yang proesional. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa pada pendekatan non-direktif ini guru menjadi sentral yang
menentukan perbaikan pada dirinya sendiri. Supervisor hanya membantu mendorong
guru agar mampu mengembangkan kemampuannya dan kreativitasnya.
Adapun
langkah-langkah pendekatan non-direktif yaitu: mendengarkan,
memberikan penguatan, menjelaskan, menyajikan dan memecahkan masalah. Dan
disimpulkan oleh Sri Banun Muslim dengan istilah prilaku supervisi, yaitu
meliputi: listenning (mendengarkan), claryfying (mengklarifikasi), encouriging (mendorong), presenting (menyajikan), problem solving (memecahkan masalah), negotiating (negosiasi), demonstrating (menunjukkan), directing (mengarahkan), standadizing (menyiapkan) dan reinforcing (memperkuat).
c). Pendekatan Kolaboratif.
Pendekatan kolaboratif
ini lahir dari psikologi kognitif, yang beranggapan bahwa belajar adalah hasil
paduan antara kegiatan individu dan lingkungan pada gilirannya nanti
berpengaruh dalam pembentukan aktivitas individu. Dengan demikian pendekatan
kolaboratif adalah cara pendekatan yang memadukan cara pendekatan direktif dan
non-direktif. Pada pendekatan ini Supervisor dan guru bersama-sama, bersepakat
untuk menetapkan struktur, proses dan kriteria dalam melaksanakan proses
percakapan terhadap masalah yang dihadapi, pendekatan kolaboratif ini
mengunakan komunikasi dua arah, dari atas ke bawah dan dari bawah ke
atas. Pendekatan ini dilebih tepat digunakan terhadap guru tukang kritik
atau terlalu sibuk. Tugas supervisor adalah meminta penjelasan kepada guru
apabila ada hal-hal yang diungkapkannya kurang dipahami, kemudian mendorong
guru untuk mengaktualisasikannya inisiatif yang dipikirkannya untuk memecahkan
masalah yang dihadapinya atau meningkatkan pengajarannya. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa pada pendekatan kolaboratif ini, yang menjadi central
adalah supervisor dan guru. Keduanya saling mengisi untuk menentukan
perbaikan dan pengembangan kemampuan dan kreativitas guru.
Adapun
langkah-langkah pendekatan non-direktif yaitu : menyajikan,
menjelaskan, mendengarkan, memecahkan masalah dan negosiasi. Dan
disimpulkan oleh Sri Banun Muslim dengan istilah prilaku supervisi, yaitu
meliputi: presenting (menyajikan), problem
solving (pemecahan masalah), dan negotiating (negosiasi).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan oleh seorang supervisor, yang tentunya lebih memudahkan supervisor ketika mensupervisi bawahannya, supervisor dapat memilih pendekatan mana yang akan digunakan sesuai dengan kondisi lembaga yang bersangkutan, karena setiap pendekatan dalam supervisi pendidikan memiliki karakteristik yang berbeda dan Pendekatan-pendekatan dalam supervisi tersebut diantaranya adalah: Pendekatan Kolegial, Pendekatan Individual, Pendekatan Klinis, Pendekatan Artistik, dan Pendekatan Ilmiah.
Menurut Piet A.
Suhertian, ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam supervisi yaitu
pendekatan direktif, pendekatan non-direktif dan pendekatan kolaboratif, ketiga
pendekatan tersebut bertitik tolak pada teori psikologi belajar.
DAFTAR PUSTAKA
v A. Sahertian,Piet,
2008, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi
Pendidikan Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT Rineka
Cipta
v A. Sahertian,Piet, 2000, Kosep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan, Jakarta :
PT. Rineka Cipta
v Banun,Muslim Sri, 2010, Supervisi Pendidikan Meningkatkan Kualitas Profesionalisme Guru, Jakarta
: CV Alfabeta, IKAPI
v GBHN Tap MPR
No. IV/ MPR/ 1999. 2002, Bagian
Pendidikan, Jakarta : Sinar Grafika
v Imron,Ali. 2012.Supervisi Pembelajaran Tingkat Satuan
Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara
v Wahyudi, 2012, Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam
Organisasi Pembelajar, Bandung: CV. Alfabeta
v http://farkhanbanget.weebly.com/6/post/2014/03/pendekatan-supervisi-pendidikan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar