Sabtu, 23 April 2016

kel. 2 (IIP) kedudukan ilmu dalam islam


Kedudukan Ilmu Pengetahuan dalam Islam
 

Makalah Ini Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Islam dan Ilmu Pengetahuan

Disusun Oleh Kelompok II:

Askur Hadi
Dewi Shintawati
Dhona Arba

DOSEN PENGAMPU :
ARISTHOPAN FIRDAUS, M.S.I

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN RADEN FATAH PALEMBANG
TAHUN 2015/2016


 

A.  Latar belakang


B.   Rumusan Masalah
1.    Bagaimana keutamaan ilmu dalam Islam?
2.    Bagaimana  perintah mencari ilmu dalam Islam?
3.    Bagaimana kedudukan orang berilmu dalam Islam?
4.    Apa isyarat Al-Qur’an tentang pentingnya menguasai ilmu pengetahuan?

C.  Batasan Masalah
1.    Hanya membahas mengenai keutamaan ilmu dalam Islam.
2.    Hanya membahas perintah mencari ilmu di dalam Islam.
3.    Hanya membahas kedudukan orang berilmu dalam Islam
4.    Hanya membahas isyarat Al-Qur’an tentang pentingnya ilmu pengetahuan.

D.  Tujuan penulisan
1.    Untuk memahami keutamaan ilmu dalam Islam
2.    Untuk mengetahui perintah mencari ilmu dalam Islam
3.    Untuk mengetahui bagaimana kedudukan orang berilmu dalam Islam
4.    Untuk mengetahui isyarat Al-Qur’an mengenai pentingnya menguasai ilmu pengetahuan.




BAB II
PEMBAHASAN
A.  Keutamaan Ilmu dalam Islam
Islam sejatinya menuntut pengembangan ilmu dan teknologi yang harus menyentuh kepentingan mengangkat harkat dan martabat kehambaan kepada Allah dan membenarkan dirinya sebagai khalifah Allah di muka bumi. Mutlak adanya, bahwa peralihan ilmu dan teknologi dalam persepsi Islam, harus selalu bergandengan dengan aspek ketauhidan. Hal ini didukung oleh sebuah hadis Rasulullah SAW. yang berujar, “Barangsiapa ditanya tentang ilmu dan ia menyembunyikannya, maka ia akan dirantai oleh api neraka”. Kemudian dikukuhkan pula oleh sebuah diktum Nabi yang memandang betapa pentingnya ilmu dan teknologi. Barangsiapa yang menghendaki dunia, maka wajib dengan ilmu. Atau yang menghendaki akhirat juga wajib dengan ilmu. Bagi yang menghendaki keduanya, harus pula dengan ilmu.[1]
Konsep ilmu dalam islam bukanlah suatu gagasan yang terbatas dan elitis. Ilmu merupakan pengetahuan distributive. Ilmu bukan monopoli Individu, kelompok, atau jenis kelamin. Ilmu juga tak terbatas hanya pada suatu disiplin tertentu tetapi mencakup dimensi pengetahuan dan seluruh spectrum fenomena-fenomena alamiah. Sungguh islam menempatkan ilmu dengan adil.
Kedudukan ilmu pengetahuan dalam Islam sangat sentral. Keutamaan ilmu tersirat dalam wahyu pertama yang diterima Rasulullah SAW. berupa kunci ilmu, yakni اقرأ “membaca”. Tersurat dalam peringatan di dalam Al-Qur’an surah Ar-Rum ayat 29, yang artinya berbunyi “tetapi orang-orang yang zalim mengikuti keinginannya tanpa ilmu, maka siapakah yang dapat memberi petunjuk kepada orang yang telah di sesatkan Allah? Dan tidak ada seorang penolongpun bagi mereka.” Maka, dapat dikatakan bahwa ketiadaan ilmu akan menyesatkan, serta tegas dinyatakan bahwa menuntut ilmu itu wajib dan berlaku selama manusia masih hidup. Hal ini menunjukan bahwa konsep pembelajaran sebagai suatu proses pembentukan dan perbaikan diri secara dinamis dan kontinyu merupakan acuan yang dikehendaki dalam Islam. Dengan sistem pendidikan seumur hidup, maka akan lahir good citizen (warga negara yang baik) yang memiliki kepribadian utuh.Perlu kita ketahui, bahwa dalil-dalil keutamaan ilmu dalam Al-Qur’an banyak sekali. Di antaranya adalah firman-Nya: “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS Al-Mujadalah [58]: 11)
Ibnu ‘Abbas r.a. mengatakan, “Para ulama memiliki derajat di atas orang-orang mukmin sebanyak tujuh ratus derajat, jarak di antara dua derajat tersebut perjalanan lima ratus tahun[2]
Realita berbicara, Alquran sebagai kitab panduan umat manusia memuat ratusan ayat yang mengungkapkan tentang ilmu, mengajak manusia untuk berfikir dan melakukan penalaran (mengamati, memeperhatikan, memikirkan dan menyelidiki dengan seksama), serta memberikan penghormatan orang-orang yang suka menggunakan akal pikirannya. Ini merupakan bukti otentik yang tak dapat diragukan lagi akan pentingya kedudukan ilmu dalam Islam.
Selain itu Alquran tidak bertentangan dan tidak akan berseberangan dengan hakikat ilmu pengetahuan. Akal manusia akan selalu didorong oleh Alquran untuk mendalami ilmu pengetahuan. Dengan demikian, kedudukan ilmu pengetahuan dan agama dalam perspektif Islam bersifat intergral, bukan dikotomis.
Dari kolaborasi antara ilmu pengtahuan dan agama, diharapkan selain manusia mampu membedakan fakta ilmiah dengan teori ilmiah, juga yang terpenting mampu menemukan bagaimana konsep nilai, teori atau paradigma itu dalam perspektif Alquran.
Secara singkat, dibawah ini akan diuraikan kedudukan ilmu pengetahuan dalam perspektif Islam.
a. Manusia diangkat sebagai khalifatulllah (penguasa), dan dibedakan dari makhluk lain karena ilmunya. Alquran menceritakan bagaimana Nabi Adam diberi pengetahuan tentang konsep totalitas dan malaikat disuruh sujud kepadanya. Beberapa kali Allah mengaitkan  penciptaan manusia dengan kemampuannya untuk memiliki dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu tugas manusia di dunia harus dapat menggali potensi diri (menguasai ilmu dan teknologi), dengan tujuan agar dapat memahami, mengungkapkan, dan mengembangkan ilmu pengetahuan.
b. Hakikat manusia tidak terpisah dari kemampuannya untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Ilmu yang disertai iman adalah ukuran derajat manusia.
c. Alquran diturunkan dengan ilmu Allah, dan hanya dapat direnungkan atau dimengerti maknanya oleh orang-orang yang berilmu. Untuk memperoleh petunjuk dari Alquran, bukan saja diperlukan ketakwaan dan keimanan, tetapi juga ilmu pengetahuan.
d. Alquran memberikan isyarat bahwa yang berhak memimpin umat ialah yang memiliki ilmu pengetahuan.
e. Allah melarang manusia untuk mengikuti suatu perbuatan tanpa memiliki ilmu mengenainya. Di sini Islam menuntut agar manusia tidak bersikap dan bertindak kecuali berdasarkan ilmu.[3]

B.  Perintah Mencari Ilmu

C.  Kedudukan Orang berilmu
D.  Isyarat Al-Qur’an tentang pentingnya menguasai ilmu pengetahuan


[1]Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), hal. 205

[2] Al-Ghazali, Mutiara Ihya Ulumiddin, (Bandung: Mizan, 1996), hal. 23
[3] Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam, hal. 208.

1 komentar:

  1. Izinkan saya mengambil kepelbagaian manfaat daripada artikel di atas. Semoga Allah sentiasa memberkati usaha yang baik ini

    BalasHapus