MAKALAH
AL- QUR’AN DAN
ILMU PENGETAHUAN
DISUSUN
OLEH KELOMPOK II:
1.
AGUSRIANTO (1532100076)
2.
CITRA SARI RISKY (1532100095)
3.
DHEA AMELYA (1532100104)
DOSEN PENGAMPU:
ARISTHOPAN FIRDAUS, M.S.I
ARISTHOPAN FIRDAUS, M.S.I
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN
FATAH PALEMBANG FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TAHUN AJARAN 2015/2016
A.
Latar Belakang
Al-Qur’an
secara ilmu kebahasaan berakar dari kata qaraa yaqrau qur’anan yang bererti
“bacan atau yang dibaca”. Secara general Al-Qur’an didefenisikan sebagai sebuah
kitab yang berisi himpunan kalam Allah, suatu mukjizat yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad SAW. melalui perantaraan malikat Jbril, ditulis dalam mushaf yang
kemurniannya senantiasa terpelihara, dan membacanya merupakan amal ibadah.
Ilmu atau ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki,
menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan
dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang
pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan
kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
Ilmu
bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan
pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik
diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu.
Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir
lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah
produk dari epistemologi.
Membahas
hubungan antara Al
Qur’an dan ilmu pengetahuan bukan dinilai dari banyak atau
tidaknya cabang-cabang ilmu pengetahuan yang dikandungnya, tetapi yang lebih
utama adalah melihat : adakah Al qur’an atau jiwa ayat-ayatnya menghalangi ilmu
pengetahuan atau mendorongnya, karena kemajuan ilmu pengetahuan tidak hanya
diukur melalui sumbangan yang di berikan kepada masyarakat atau kumpulan ide
dan metode yang dikembangkannya, tetapi juga pada sekumpulan syarat-syarat
psikologis dan social yang diwujudkan, sehingga mempunyai pengaruh (positif
atau negative) terhadap kemajuan ilmu pengetahuan.
B. Rumusan
Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
3.
Bagaimana Korelasi antara Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan?
C. Tujuan
Penulisan
1.Ingin mengetahui apa itu Al- Qur’an?
2.Ingin mengetahui apa itu Ilmu Pengetahuan?
3. Ingin mengetahui bagaimana korelasi antara Al-Qur’an
dan Ilmu Pengetahuan?
Bab
II
Pembahasan
A. Pengertian Al- Qur’an
Al-Qur’an secara ilmu kebahasaan berakar dari
kata qaraa yaqrau qur’anan yang bererti “bacan atau yang dibaca”. Secara
general Al-Qur’an didefenisikan sebagai sebuah kitab yang berisi himpunan kalam
Allah, suatu mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. melalui
perantaraan malikat Jbril, ditulis dalam mushaf yang kemurniannya senantiasa
terpelihara, dan membacanya merupakan amal ibadah.[1]
Ilmu atau ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki,
menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan
dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang
pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan
kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
Ilmu
bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan
pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik
diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu.
Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir
lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah
produk dari epistemologi.
Membahas
hubungan antara Al Qur’an dan ilmu pengetahuan bukan dinilai dari banyak atau
tidaknya cabang-cabang ilmu pengetahuan yang dikandungnya, tetapi yang lebih
utama adalah melihat : adakah Al qur’an atau jiwa ayat-ayatnya menghalangi ilmu
pengetahuan atau mendorongnya, karena kemajuan ilmu pengetahuan tidak hanya
diukur melalui sumbangan yang di berikan kepada masyarakat atau kumpulan ide
dan metode yang dikembangkannya, tetapi juga pada sekumpulan syarat-syarat
psikologis dan social yang diwujudkan, sehingga mempunyai pengaruh (positif
atau negative) terhadap kemajuan ilmu pengetahuan. Al-Qur’an diturunkan Allah
SWT, kepada Nabi Muhammad saw. Melalui Malaikat Jibril as. Untuk disampaikan
kepada seluruh umat manusia.Al-Qur’an berarti
bacaan
yang harus diikuti. Nama lain dari Al-Qur’an adalah sebagai berikut. Al-Furqaan
(Pembeda)
1. Adz-Dzikir
(Peringatan)
2. Al-Huda
(Penjelasan)
3. Al-Bayan
(Pimpinan)
4. Al-Nuur
(Cahaya Terang)
5. Al-Ni’mah
(Kurnia)
6. Al-Mauizah
(Pengajaran)
7. Al-Hukmu
(Peraturan)
8. Al-Haq
(Kebenaran)
9. Al-Hikmah
(kebenaran) dan lain-lain.
Nabi
Muhammad saw. Sebelum menerima Al-Qur’an tidak memiliki pengetahuan apa pun
tentang kitab-kitab suci lain. Setelah Al-Qur’an diterimanya perilaku beliau
sesuai dengan Al-Qur’an. Dalam menerima wahyu beliau disucikan oleh Allah SWT
dari godaan apapun.
Al-Qur’an
sebagai kitab suci terakhir, bagaikan miniatur alam raya yang memuat segala
disiplin ilmu. Al-Qur’an merupakan bacaan mulia serta dapat dituntut
kebenarannya, dapat menghadapi tantangan kemajuan ilmu yang semakin canggih (sophisticated). Kata pertama dalam wahyu
pertama menyuruh manusia membaca dan menalari ilmu pengetahuan, yaitu Iqra’. Al-Qur’an
diturunkan dalam bahasa Arab sehingga menjadi bahasa umat Islam sedunia
peribadatan dilakukan dalam bahasa Arab menimbulkan persatuan yang dapat
dilihat di waktu shalat berjama’ah dan ibadah haji. Selain itu bahasa Arab
tidak berubah, sangat mudah diketahui apabila ada orang mengubah Al-Qur’an.Al-Qur’an
itu tiada lain hanyalah peringatan bagi seluruh umat. Sesungguhnya Al-Qur’an itu
adalah peringatan seluruh umat.[2]
Al-Qur’an
dalam bahasa Arab mempunyai daya tarik dan keindahan yang deduktif, dipadatkan
dalam gaya singkat dan cemerlang, kalimatnya pendek, berisi, berirama, dan
bermakna kata demi kata. Agar mudah memahaminya, Al-Qur’an tidak diwahyukan
sekaligus tetapi berangsur-angsur, dalam jarak waktu yang tidak teratur,
22tahun,2bulan, dan 22hari. Al-Qur’an terdiri atas 30 juz dan 114 surah, setiap
surah diberi nama, yaitu satu atau lebih nama untuk setiap surah,susunan, batasnya,
dan ayat-ayatnya atas petunjuk langsung dari Nabi Muhammad saw. Selain itu
Al-Qur’an dibagi atas 60hizb dan 554 ruku. Surah yang panjang berisi beberapa
ruku sedangkan yang pendek terdiri satu ruku.[3]
Nabi
Muhamad saw. Menganjurkan agar Al-Qur’an itu selalu dibaca termasuk dalam
shalat. Dengan begitu seluruh isi Al-Qur’an dapat dihafal oleh banyak orang. Apabila
timbul keragu
raguan
akan adanya kesalahan penulisan dan subjektivitas para penulis Al-Qur’an maka
Al-Qur’an dengan tegas menyatakan sebagai berikut.
Sesungguhnya kami telah menurunkan
Al-Qur’an dan sesungguhnya kami tetap memeliharanya. Surah
An-Najm (53) ayat 24
Sesungguhnya atas tanggungan
kamilah mengumpulkannya dan membaca. Apabila kami telah selesai membacakannya
maka ikutilah bacaan itu.[4]
Surah Al-Qiyaamah (72) ayat 17 dan 18.[5]
Keistimewaan
Dan Keutamaan Al-qur’an :
- Memberi pedoman dan petunjuk hidup lengkap beserta hukum-hukum untuk kesejahteraan dan kebahagiaan manusia seluruh bangsa di mana pun berada serta segala zaman / periode waktu.
- Memiliki ayat-ayat yang mengagumkan sehingga pendengar ayat suci al-qur’an dapat dipengaruhi jiwanya.
- Memberi gambaran umum ilmu alam untuk merangsang perkembangan berbagai ilmu.
- Memiliki ayat-ayat yang menghormati akal pikiran sebagai dasar utama untuk memahami hukum dunia manusia.
- Menyamakan manusia tanpa pembagian strata, kelas, golongan, dan lain sebagainya. Yang menentukan perbedaan manusia di mata Allah SWT adalah taqwa.
- Melepas kehinaan pada jiwa manusia agar terhindar dari penyembahan terhadap makhluk serta menanamkan tauhid dalam jiwa.
Fungsi
dan Isi Kandungan Al-Qur’an
Fungsi
Al-Qur’an
1. Petunjuk bagi
Manusia. Allah swt menurunkan Al-Qur’ansebagai petujuk umar manusia,seperti yang
dijelaskan dalam surat (Q.S AL-Baqarah 2:185 (QS AL-Baqarah 2:2) dan (Q.S
AL-Fusilat 41:44)
2. Sumber pokok ajaran
islam. Fungsi
AL-Qur’an sebagai sumber ajaran islam sudah diyakini dan diakui kebenarannya
oleh segenap hukum islam.Adapun ajarannya meliputi persoalan kemanusiaan secara
umum seperti hukum, ibadah, ekonomi,
politik, social, budaya, pendidikan, ilmu pengethuan dan seni.
3. Peringatan dan
pelajaran bagi manusia. Dalam AL-Qur’an banyak diterangkan tentang kisah para
nabi dan umat terdahulu,baik umat yang taat melaksanakan perintah Allah maupun
yang mereka yang menentang dan mengingkari ajaran Nya.Bagi kita,umat uyang akan
datang kemudian rentu harus pandai mengambil hikmah dan pelajaran dari
kisah-kisah yang diterangkan dalam Al-Qur’an.
4. Sebagai mukjizat Nabi Muhammad saw.
Turunnya Al-Qur’an merupakan salah satu mukjizat yang
dimilki oleh nabi Muhammad saw.
Pokok-pokok isi Al-Qur’an ada 5:
1. Tauhid, kepercayaan terhadap Allah, malaikat-malaikat Nya, Kitab-kitab
Nya.
2.
Tuntutan ibadat sebagai perbuatan yang jiwa tauhid.
3.
Janji dan Ancaman
4. Hidup
yang dihajati pergaulan hidup bermasyarakat untuk kebahagiaan dunia dan
akhirat.
Pokok Ajaran Dalam Isi
Kandungan Al-Qur’an
1.
Akidah, Akidah
adalah keyakinan atau kepercayaan.Akidah islam adalah keyakinan atau
kepercayaan yang diyakini kebenarannya dengan sepenuh hati oleh setiap
muslim.Dalam islam,akidah bukan hanya sebagai konsep dasar yang ideal untuk
diyakini dalam hati seorang muslim.Akan tetapi,akidah tau kepercayaan yang
diyakini dalam hati seorang muslim itu harus mewujudkan dalam amal perbuatan
dan tingkah laku sebagai seorang yang beriman.
2.
Ibadah dan Muamalah, Kandungan penting dalam Al-Qur’an adalah ibadah dean
muamallah.Menurut Al-ur’an tujuan diciptakannya jin dan manusia adalah agar
mereka beribadah kepada Allah.Seperti yang dijelaskan dalam(Q.SAz,zariyat51:56)
Manusia selain sebagai makhluk pribadi juga sebagai makhluk sosial.manusia memerlukan berbagai kegiatan dan hubungan alat komunikasi .Komonikasi dengan Allah atau hablum minallah ,seperti shalat,membayar zakat dan lainnya.Hubungan manusia dengan manusia atau hablum minanas ,seperti silahturahmi,jual beli,transaksi dagang, dan kegiatan kemasyarakatan. Kegiatan seperti itu disebut kegiatan Muamallah,tata cara bermuamallah di jelaskan dalam surat Al-Baqarah ayat 82.
Manusia selain sebagai makhluk pribadi juga sebagai makhluk sosial.manusia memerlukan berbagai kegiatan dan hubungan alat komunikasi .Komonikasi dengan Allah atau hablum minallah ,seperti shalat,membayar zakat dan lainnya.Hubungan manusia dengan manusia atau hablum minanas ,seperti silahturahmi,jual beli,transaksi dagang, dan kegiatan kemasyarakatan. Kegiatan seperti itu disebut kegiatan Muamallah,tata cara bermuamallah di jelaskan dalam surat Al-Baqarah ayat 82.
3.Hukum
Secara garis besar Al-Qur’an mengatur beberapa ketentuan tentang hukum seperti hukum perkawinan,hukum waris,hukum perjanjian,hukum pidana,hukum musyawarah,hukum perang,hukum antar bangsa.
Secara garis besar Al-Qur’an mengatur beberapa ketentuan tentang hukum seperti hukum perkawinan,hukum waris,hukum perjanjian,hukum pidana,hukum musyawarah,hukum perang,hukum antar bangsa.
4. Akhlak
Dalam bahasa Indonesia akhlak dikenal dengan istilah moral .Akhlak,di samping memiliki kedudukan penting bagi kehidupan manusia,juga menjadi barometer kesuksesan seseorang dalam melaksanakan tugasnya.
Dalam bahasa Indonesia akhlak dikenal dengan istilah moral .Akhlak,di samping memiliki kedudukan penting bagi kehidupan manusia,juga menjadi barometer kesuksesan seseorang dalam melaksanakan tugasnya.
Beberapa
Ayat Al Qur’an YangBerisi Mengenai Fakta-Fakta Ilmiah.
1.Mengembangnya Alam Semesta
Dalam
Al Qur'an, yang diturunkan 14 abad silam di saat ilmu astronomi masih
terbelakang, mengembangnya alam semesta digambarkan sebagaimana berikut ini:
"Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami
benar-benar meluaskannya." (Al Qur'an, 51:47) Kata "langit",
sebagaimana dinyatakan dalam ayat ini, digunakan di banyak tempat dalam Al
Qur'an dengan makna luar angkasa dan alam semesta.
2.Penciptaan yang
Berpasang-Pasangan
"Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan
pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari
diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui." (Al Qur'an, 36:36)
Meskipun gagasan tentang "pasangan" umumnya bermakna laki-laki dan
perempuan atau jantan dan betina, ungkapan
"maupun dari apa yang tidak mereka ketahui" dalam ayat di atas
memiliki cakupan yang lebih luas. Kini, cakupan makna lain dari ayat tersebut
telah terungkap. Ilmuwan Inggris, Paul Dirac, yang menyatakan bahwa materi
diciptakan secara berpasangan,
TITK TOLAK SEJARAH
AL-QUR’AN
Pangkal
tolak studi sejarah Al-Qur’an dimulai setelah Al-Qur’an menjadi kalam lafzhy yang di terima Muhammad saw
melalui jibril. Sementara menyangkut masalah Al-Qur’an masih di alam gaib,
sejarah tak akan pernah dapat menyentuhnya. Informasi proses turun mulai dari
sumber pertama Allah SWT sampai kepada Rasulullah, manusia hanya dapat memahami
lewat Al-Qur’an sendiri dan dari hadis Rasulullah. Semua informasi itu bukan
sejarah, tetapi boleh dikatakan sebagai bercorak sejarah karena ada aspek
kronologi pada proses turunnya Al-Qur’an. Berbagai analisis bermunculan
misalnya tentang jibril apakah sebagai Ruh Al-Amin, bersifat wujud, mandiri,
atau hanya semacam daya saja atau ‘aradh
(eksiden) yang masuk ke dalam hati Rasulullah, Rasulullah juga melihat arwah
para nabi dalam peristiwa mikrajnya, melihat surga, neraka, dan lain-lain yang
semuanya bukan alam materi.
Bagaimana
hakikatnya, boleh dicari tapi yang pasti
nanti semua orang akan menyaksikan sendiri setelah mati. Allah SWT maha tahu keterbatasan makhluknya dalam hal gaib ini.
Satu hal yang perlu di garis bawahi adalah bahwa dalam masalah gaib tidak boleh
ada dada sebagai orang yang paling mengerti. Yang lebih aman terima saja informasi dari Allah SWT dan
Rasulullah sendiri, tanpa harus masuk terlalu jauh mencari substansi yang
kadangkala cenderung membodohi orang atau malah menampakkan kebodohan diri sendiri.
Memaksakan rasio pada bidang yang bukan lahannya mengandung makna sebuah
tindakan yang tidak rasional. Setelah
Rasulullah menerima wahyu, menghafal dan menyampaikannya kepada para sahabat,
di situlah sejarah Al-Qur’an dimulai. Masalah kemudian, apa tindak lanjut dalam
pemeliharaan ayat-ayat Al-Qur’an itu? Pada masa awal pemeliharaannya tentu saja
lewat penghafalan, karena ayat Al-Qur’an belum banyak dan ayat-ayat nya pun
pendek-pendek. Dalam kondisi islam
yang sangat awal, ketika ayat-ayat dan surat-surat Al-Qur’an masih
pendek-pendek, maka kebutuhan kepada penulisan belum mendesak.sistem khas
Al-Qur’an ini sangat besar pengaruhnya dalam pemerihraan Al-Qur’an oleh
Rasulullah sendiri dan para sahabat, dan hal ini tidak mungkin dapat atau mau
dipahami oleh para analisis barat yang memang tidak percaya kepada Al-Qur’an.[7]
Ilmu
Pengetahuan
Ilmu atau ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha
sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari
berbagai segi kenyataan dalam alam manusia[8].
Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu
memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian
ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
Ilmu bukan
sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan
berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji
dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang
dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh
mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari
epistemologi.
Sains dan ilmu pengetahuan adalah
merupakan salah satu isi pokok kandungan kitab suci al-Qur’an. Bahkan kata ‘ilm
itu sendiri disebut dalam al-Qur’an sebanyak 105 kali, tetapi dengan kata
jadiannya ia disebut lebih dari 744 kali[8][9].
Sains merupakan salah satu kebutuhan agama Islam, betapa tidak setiap kali umat
Islam ingin melakasanakan ibadah selalu memerlukan penentuan waktu dan tempat
yang tepat, umpamanya melaksanakan shalat, menentukan awal bulan Ramadhan,
pelaksanaan haji semuanya punya waktu-waktu tertentu dan untuk mentukan waktu
yang tepat diperlukan ilmu astronomi.
C.
Korelasi antara Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan
Membahas hubungan antara Al Qur’an dan ilmu pengetahuan bukan dinilai dari
banyak atau tidaknya cabang-cabang ilmu pengetahuan yang dikandungnya, tetapi
yang lebih utama adalah melihat : adakah Al qur’an atau jiwa ayat-ayatnya
menghalangi ilmu pengetahuan atau mendorongnya, Sejarah membuktikan bahwa Galileo ketika mengungkapkan penemuan ilmiahnya
tidak mendapat tantangan dari satu lembaga ilmiah, kecuali dari masyarakat
dimana ia hidup. Mereka mmbeerikan tantangan kepadanya atas dasar kepercayaan
agama.
Menurut
Quraish Shihab pemaparan ayat-ayat Al-Qur’an tentang ”Kebenaran Ilmiah”
tersebut lebih bertujuan untuk menunjukkan tentang kebesaran Tuhan dan ke
Esa-an Nya, serta mendorong manusia seluruhnya mengadakan observasi dan
penelitian demi lebih menguatkan iman dan kepercayaan KepadaNya.[10]
Pemaparan-pemaparan
di atas secara tidak langsung menerangkan, bahwa antara ilmu pengetahuan dan
al-qur’an ada kaitan erat. Akan tetapi keterkaitan antara keduanya disesuaikan
dengan porsi yang sesuai. Banyak pula
ayat-ayat Al qur’an yang menganjurkan untuk menggunakan akal pikiran,
penalaran, dan sebagainya, sebagaimana dikemukakan oleh ayat-ayat yang
menjelaskan hambatan kemajuan ilmu pengetahuan, antara lain :
1.
Subjektivitas (a) suka dan tidak suka (QS 43:78 ; 7:79)
2. Taqlid atau mengikuti tanpa alasan (QS 33:67 ; 2:170).3.
3. Angan-angan dan dugaan yang tak
beralasan (QS 10:36).4.
4. Bergegas-gegas dalam mengambil
keputusan atau kesimpulan (QS 21:37).5.
5. Sikap angkuh (enggan untuk
mencari atau menerima kebenaran) (QS 7:146).
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
penulis dapat menarik kesimpulan
bahwa Ayat-ayat Al-Qur'an
merupakan petunjuk manusia tidak saja untuk kehidupan akhirat namun juga untuk
kebaikan kehidupan di dunia. Ilmu
pengetahuan dan Teknologi adalah salah satu sarana manusia untuk menuju
kehidupan di dunia lebih baik. Oleh sebab itu, dalam Al-qur'an pun tak luput
memberikan petunjuk tentang ilmu pengetahuan dan teknologi bagi kehidupan
manusia. Membuka dan membaca mushaf Al-Qur'an, kita akan menemukan ratusan ayat
yang membicarakan tentang petunjuk M.
Bahri Ghazali, Konsep Ilmu Menurut
Al-Ghazali, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2001), hal. 22.untuk memperhatikan bagaimana cara
kerja Alam dunia ini. Tidak kurang dari 700 ayat dari 6000-an ayat Al-Qur'an
memberikan gambaran kepada manusia untuk memperhatikan alam sekitarnya. [11]
Seperti yang telah dikemukakan bahwa
salah satu pembuktian tentang kebenaran Al qur’an adalah ilmu pengetahuan dari
berbagai disiplin yang diisyaratkan. Memeng terbukti, bawa sekian banyak
ayat-ayat Al qur’an yang berbicara tentang hakikat ilmiah yang tidak dikenal
pada masa turunnya, namu terbukti kebenarannya di tengah-tengah perkembangan
ilmu, seperti : Teori tentang expanding universe (kosmos yang mengembang) (QS
51:47 ), Matahari adalah planet yang bercahaya sedangkan bulan adalah pantulan
dari cahaya matahari (QS 10:5), Pergerakan bumi mengelilingi matahari, gerakan
lapisa-lapisan yang berasal dari perut bumi, serta bergeraknya gunung sama
dengan pergerakan awan (QS 27:88), Zat hijau daun (klorofil) yang berperanan
dalam mengubah tenaga radiasi matahari menjadi tenaga kimia melalui proses foto
sintesis sehingga menghasilkan energy (QS 36:80).bahkan, istilah Al qur’an, al
syajar al akhdhar (pohon yang hijau) justru lebih tepat dari istilah
klorofil (hijau daun), karena zat-zat tersebut bukan hanya terdapat dalam daun
saja tapi di semua bagian pohon, dahan dan ranting yang warnanya hijau, dan
masih banyak yang lainnya.[12]
[1] M. Bahri Ghazali, Konsep Ilmu Menurut Al-Ghazali, (Jakarta:
Pedoman Ilmu Jaya, 2001), hal. 22.
[2] nu
Kencana Syafi’ie,Ilmu Pemerintah dan
Al-Qur’an,(Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal. 8.
[3] Daniel
Djuned, Antropologi Al-Qur’an,
(jakarta: Erlangga, 2011), hal. 32.
[5] Inu
Kencana Syafi’ie, Ilmu Pemerintah dan
Al-Qur’an, (jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal. 26.
[6] Daniel
Djuned, Antropologi Al-Qur’an,(jakarta,
Erlangga, 2011), hal 36.
[7] [7]
nu Kencana Syafi’ie,Ilmu Pemerintah dan
Al-Qur’an,(Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal. 96.
[8] [8] M. Bahri Ghazali, Konsep Ilmu Menurut Al-Ghazali,
(Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2001), hal.
37.
[9] Ibid.,
hal 39
[10] I nu
Kencana Syafi’ie,Ilmu Pemerintah dan
Al-Qur’an,(Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal. 48.
[11] M. Bahri Ghazali, Konsep Ilmu Menurut Al-Ghazali,
(Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2001), hal.
25.
[12] Ibid.,
26
Tidak ada komentar:
Posting Komentar