Sabtu, 23 April 2016

kel. 3 (IIP) al-qur'an dan il



MAKALAH
AL- QUR’AN DAN ILMU PENGETAHUAN

DISUSUN OLEH KELOMPOK II:

1. AGUSRIANTO (1532100076)
2. CITRA SARI RISKY (1532100095)
3. DHEA AMELYA (1532100104)

                              DOSEN PENGAMPU:
                        ARISTHOPAN FIRDAUS, M.S.I

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TAHUN AJARAN 2015/2016



A.     Latar Belakang
Al-Qur’an secara ilmu kebahasaan berakar dari kata qaraa yaqrau qur’anan yang bererti “bacan atau yang dibaca”. Secara general Al-Qur’an didefenisikan sebagai sebuah kitab yang berisi himpunan kalam Allah, suatu mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. melalui perantaraan malikat Jbril, ditulis dalam mushaf yang kemurniannya senantiasa terpelihara, dan membacanya merupakan amal ibadah.
Ilmu atau ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi.
Membahas hubungan antara Al Qur’an dan ilmu pengetahuan bukan dinilai dari banyak atau tidaknya cabang-cabang ilmu pengetahuan yang dikandungnya, tetapi yang lebih utama adalah melihat : adakah Al qur’an atau jiwa ayat-ayatnya menghalangi ilmu pengetahuan atau mendorongnya, karena kemajuan ilmu pengetahuan tidak hanya diukur melalui sumbangan yang di berikan kepada masyarakat atau kumpulan ide dan metode yang dikembangkannya, tetapi juga pada sekumpulan syarat-syarat psikologis dan social yang diwujudkan, sehingga mempunyai pengaruh (positif atau negative) terhadap kemajuan ilmu pengetahuan.





B.     Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
2. Apa itu Ilmu Pengetahuan?
3. Bagaimana Korelasi antara Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan?


















C.     Tujuan Penulisan
1.Ingin mengetahui apa itu Al- Qur’an?
2.Ingin mengetahui apa itu Ilmu Pengetahuan?
3. Ingin mengetahui bagaimana korelasi antara Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan?





















Bab II
Pembahasan
A. Pengertian Al- Qur’an
 Al-Qur’an secara ilmu kebahasaan berakar dari kata qaraa yaqrau qur’anan yang bererti “bacan atau yang dibaca”. Secara general Al-Qur’an didefenisikan sebagai sebuah kitab yang berisi himpunan kalam Allah, suatu mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. melalui perantaraan malikat Jbril, ditulis dalam mushaf yang kemurniannya senantiasa terpelihara, dan membacanya merupakan amal ibadah.[1]
Ilmu atau ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi.
Membahas hubungan antara Al Qur’an dan ilmu pengetahuan bukan dinilai dari banyak atau tidaknya cabang-cabang ilmu pengetahuan yang dikandungnya, tetapi yang lebih utama adalah melihat : adakah Al qur’an atau jiwa ayat-ayatnya menghalangi ilmu pengetahuan atau mendorongnya, karena kemajuan ilmu pengetahuan tidak hanya diukur melalui sumbangan yang di berikan kepada masyarakat atau kumpulan ide dan metode yang dikembangkannya, tetapi juga pada sekumpulan syarat-syarat psikologis dan social yang diwujudkan, sehingga mempunyai pengaruh (positif atau negative) terhadap kemajuan ilmu pengetahuan. Al-Qur’an diturunkan Allah SWT, kepada Nabi Muhammad saw. Melalui Malaikat Jibril as. Untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia.Al-Qur’an berarti     
bacaan yang harus diikuti. Nama lain dari Al-Qur’an adalah sebagai berikut. Al-Furqaan (Pembeda)
1.      Adz-Dzikir (Peringatan)
2.      Al-Huda (Penjelasan)
3.      Al-Bayan (Pimpinan)
4.      Al-Nuur (Cahaya Terang)
5.      Al-Ni’mah (Kurnia)
6.      Al-Mauizah (Pengajaran)
7.      Al-Hukmu (Peraturan)
8.      Al-Haq (Kebenaran)
9.      Al-Hikmah (kebenaran) dan lain-lain.
Nabi Muhammad saw. Sebelum menerima Al-Qur’an tidak memiliki pengetahuan apa pun tentang kitab-kitab suci lain. Setelah Al-Qur’an diterimanya perilaku beliau sesuai dengan Al-Qur’an. Dalam menerima wahyu beliau disucikan oleh Allah SWT dari godaan apapun.
Al-Qur’an sebagai kitab suci terakhir, bagaikan miniatur alam raya yang memuat segala disiplin ilmu. Al-Qur’an merupakan bacaan mulia serta dapat dituntut kebenarannya, dapat menghadapi tantangan kemajuan ilmu yang semakin canggih (sophisticated). Kata pertama dalam wahyu pertama menyuruh manusia membaca dan menalari ilmu pengetahuan, yaitu Iqra’. Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab sehingga menjadi bahasa umat Islam sedunia peribadatan dilakukan dalam bahasa Arab menimbulkan persatuan yang dapat dilihat di waktu shalat berjama’ah dan ibadah haji. Selain itu bahasa Arab tidak berubah, sangat mudah diketahui apabila ada orang mengubah Al-Qur’an.Al-Qur’an itu tiada lain hanyalah peringatan bagi seluruh umat. Sesungguhnya Al-Qur’an itu adalah peringatan seluruh umat.[2]
Al-Qur’an dalam bahasa Arab mempunyai daya tarik dan keindahan yang deduktif, dipadatkan dalam gaya singkat dan cemerlang, kalimatnya pendek, berisi, berirama, dan bermakna kata demi kata. Agar mudah memahaminya, Al-Qur’an tidak diwahyukan sekaligus tetapi berangsur-angsur, dalam jarak waktu yang tidak teratur, 22tahun,2bulan, dan 22hari. Al-Qur’an terdiri atas 30 juz dan 114 surah, setiap surah diberi nama, yaitu satu atau lebih nama untuk setiap surah,susunan, batasnya, dan ayat-ayatnya atas petunjuk langsung dari Nabi Muhammad saw. Selain itu Al-Qur’an dibagi atas 60hizb dan 554 ruku. Surah yang panjang berisi beberapa ruku sedangkan yang pendek terdiri satu ruku.[3]
Nabi Muhamad saw. Menganjurkan agar Al-Qur’an itu selalu dibaca termasuk dalam shalat. Dengan begitu seluruh isi Al-Qur’an dapat dihafal oleh banyak orang. Apabila timbul keragu
raguan akan adanya kesalahan penulisan dan subjektivitas para penulis Al-Qur’an maka Al-Qur’an dengan tegas menyatakan sebagai berikut.
Sesungguhnya kami telah menurunkan Al-Qur’an dan sesungguhnya kami tetap memeliharanya. Surah An-Najm (53) ayat 24
Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya dan membaca. Apabila kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaan itu.[4] Surah Al-Qiyaamah (72) ayat 17 dan 18.[5]
Keistimewaan Dan Keutamaan Al-qur’an :
  1. Memberi pedoman dan petunjuk hidup lengkap beserta hukum-hukum untuk kesejahteraan dan kebahagiaan manusia seluruh bangsa di mana pun berada serta segala zaman / periode waktu.
  2. Memiliki ayat-ayat yang mengagumkan sehingga pendengar ayat suci al-qur’an dapat dipengaruhi jiwanya.
  3. Memberi gambaran umum ilmu alam untuk merangsang perkembangan berbagai ilmu.
  4. Memiliki ayat-ayat yang menghormati akal pikiran sebagai dasar utama untuk memahami hukum dunia manusia.
  5. Menyamakan manusia tanpa pembagian strata, kelas, golongan, dan lain sebagainya. Yang menentukan perbedaan manusia di mata Allah SWT adalah taqwa.
  6. Melepas kehinaan pada jiwa manusia agar terhindar dari penyembahan terhadap makhluk serta menanamkan tauhid dalam jiwa.
Fungsi dan Isi Kandungan Al-Qur’an
 Fungsi Al-Qur’an
1.      Petunjuk bagi Manusia. Allah swt menurunkan Al-Qur’ansebagai petujuk umar manusia,seperti yang dijelaskan dalam surat (Q.S AL-Baqarah 2:185 (QS AL-Baqarah 2:2) dan (Q.S AL-Fusilat 41:44)
2.      Sumber pokok ajaran islam. Fungsi AL-Qur’an sebagai sumber ajaran islam sudah diyakini dan diakui kebenarannya oleh segenap hukum islam.Adapun ajarannya meliputi persoalan kemanusiaan secara umum seperti  hukum, ibadah, ekonomi, politik, social, budaya, pendidikan, ilmu pengethuan dan seni.
3.      Peringatan dan pelajaran bagi manusia. Dalam AL-Qur’an banyak diterangkan tentang kisah para nabi dan umat terdahulu,baik umat yang taat melaksanakan perintah Allah maupun yang mereka yang menentang dan mengingkari ajaran Nya.Bagi kita,umat uyang akan datang kemudian rentu harus pandai mengambil hikmah dan pelajaran dari kisah-kisah yang diterangkan dalam Al-Qur’an.
4. Sebagai mukjizat Nabi Muhammad saw. Turunnya Al-Qur’an merupakan salah satu mukjizat yang dimilki oleh nabi Muhammad saw.
Pokok-pokok isi Al-Qur’an ada 5:
     1. Tauhid, kepercayaan terhadap Allah, malaikat-malaikat Nya, Kitab-kitab Nya.             
     2. Tuntutan ibadat sebagai perbuatan yang jiwa tauhid.
     3. Janji dan Ancaman
      4. Hidup yang dihajati pergaulan hidup bermasyarakat untuk kebahagiaan dunia dan akhirat.
     5. Inti sejarah orang-orang yang taat dan orang-orang yang dholim pada Allah SWT.[6]

Pokok Ajaran Dalam Isi Kandungan Al-Qur’an
        1.  Akidah, Akidah adalah keyakinan atau kepercayaan.Akidah islam adalah keyakinan atau kepercayaan yang diyakini kebenarannya dengan sepenuh hati oleh setiap muslim.Dalam islam,akidah bukan hanya sebagai konsep dasar yang ideal untuk diyakini dalam hati seorang muslim.Akan tetapi,akidah tau kepercayaan yang diyakini dalam hati seorang muslim itu harus mewujudkan dalam amal perbuatan dan tingkah laku sebagai seorang yang beriman.
       2. Ibadah dan Muamalah, Kandungan penting dalam Al-Qur’an adalah ibadah dean muamallah.Menurut Al-ur’an tujuan diciptakannya jin dan manusia adalah agar mereka beribadah kepada Allah.Seperti yang dijelaskan dalam(Q.SAz,zariyat51:56)
Manusia selain sebagai makhluk pribadi juga sebagai makhluk sosial.manusia memerlukan berbagai kegiatan dan hubungan alat komunikasi .Komonikasi dengan Allah atau hablum minallah ,seperti shalat,membayar zakat dan lainnya.Hubungan manusia dengan manusia atau hablum minanas ,seperti silahturahmi,jual beli,transaksi dagang, dan kegiatan
      kemasyarakatan. Kegiatan seperti itu disebut kegiatan Muamallah,tata cara bermuamallah di jelaskan dalam surat Al-Baqarah ayat 82.
       3.Hukum
Secara garis besar Al-Qur’an mengatur beberapa ketentuan tentang hukum seperti hukum perkawinan,hukum waris,hukum perjanjian,hukum pidana,hukum musyawarah,hukum perang,hukum antar bangsa.
       4. Akhlak
Dalam bahasa Indonesia akhlak dikenal dengan istilah moral .Akhlak,di samping memiliki kedudukan penting bagi kehidupan manusia,juga menjadi barometer kesuksesan seseorang dalam melaksanakan tugasnya.
       Beberapa Ayat Al Qur’an YangBerisi Mengenai Fakta-Fakta Ilmiah.
       1.Mengembangnya Alam Semesta
                      Dalam Al Qur'an, yang diturunkan 14 abad silam di saat ilmu astronomi masih terbelakang, mengembangnya alam semesta digambarkan sebagaimana berikut ini: "Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya." (Al Qur'an, 51:47) Kata "langit", sebagaimana dinyatakan dalam ayat ini, digunakan di banyak tempat dalam Al Qur'an dengan makna luar angkasa dan alam semesta.
2.Penciptaan yang Berpasang-Pasangan
 "Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui." (Al Qur'an, 36:36) Meskipun gagasan tentang "pasangan" umumnya bermakna laki-laki dan perempuan atau jantan dan betina, ungkapan "maupun dari apa yang tidak mereka ketahui" dalam ayat di atas memiliki cakupan yang lebih luas. Kini, cakupan makna lain dari ayat tersebut telah terungkap. Ilmuwan Inggris, Paul Dirac, yang menyatakan bahwa materi diciptakan secara  berpasangan,

TITK TOLAK SEJARAH AL-QUR’AN
Pangkal tolak studi sejarah Al-Qur’an dimulai setelah Al-Qur’an menjadi kalam lafzhy yang di terima Muhammad saw melalui jibril. Sementara menyangkut masalah Al-Qur’an masih di alam gaib, sejarah tak akan pernah dapat menyentuhnya. Informasi proses turun mulai dari sumber pertama Allah SWT sampai kepada Rasulullah, manusia hanya dapat memahami lewat Al-Qur’an sendiri dan dari hadis Rasulullah. Semua informasi itu bukan sejarah, tetapi boleh dikatakan sebagai bercorak sejarah karena ada aspek kronologi pada proses turunnya Al-Qur’an. Berbagai analisis bermunculan misalnya tentang jibril apakah sebagai Ruh Al-Amin, bersifat wujud, mandiri, atau hanya semacam daya saja atau ‘aradh (eksiden) yang masuk ke dalam hati Rasulullah, Rasulullah juga melihat arwah para nabi dalam peristiwa mikrajnya, melihat surga, neraka, dan lain-lain yang semuanya bukan alam materi.
Bagaimana hakikatnya, boleh dicari tapi  yang pasti nanti semua orang akan menyaksikan sendiri setelah mati. Allah SWT maha tahu keterbatasan makhluknya dalam hal gaib ini. Satu hal yang perlu di garis bawahi adalah bahwa dalam masalah gaib tidak boleh ada dada sebagai orang yang paling mengerti. Yang lebih aman terima saja informasi dari Allah SWT dan Rasulullah sendiri, tanpa harus masuk terlalu jauh mencari substansi yang kadangkala cenderung membodohi orang atau malah menampakkan kebodohan diri sendiri. Memaksakan rasio pada bidang yang bukan lahannya mengandung makna sebuah tindakan yang tidak rasional. Setelah Rasulullah menerima wahyu, menghafal dan menyampaikannya kepada para sahabat, di situlah sejarah Al-Qur’an dimulai. Masalah kemudian, apa tindak lanjut dalam pemeliharaan ayat-ayat Al-Qur’an itu? Pada masa awal pemeliharaannya tentu saja lewat penghafalan, karena ayat Al-Qur’an belum banyak dan ayat-ayat nya pun pendek-pendek. Dalam kondisi islam yang sangat awal, ketika ayat-ayat dan surat-surat Al-Qur’an masih pendek-pendek, maka kebutuhan kepada penulisan belum mendesak.sistem khas Al-Qur’an ini sangat besar pengaruhnya dalam pemerihraan Al-Qur’an oleh Rasulullah sendiri dan para sahabat, dan hal ini tidak mungkin dapat atau mau dipahami oleh para analisis barat yang memang tidak percaya kepada Al-Qur’an.[7]
Ilmu Pengetahuan
Ilmu atau ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia[8]. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi.
Sains dan ilmu pengetahuan adalah merupakan salah satu isi pokok kandungan kitab suci al-Qur’an. Bahkan kata ‘ilm itu sendiri disebut dalam al-Qur’an sebanyak 105 kali, tetapi dengan kata jadiannya ia disebut lebih dari 744 kali[8][9]. Sains merupakan salah satu kebutuhan agama Islam, betapa tidak setiap kali umat Islam ingin melakasanakan ibadah selalu memerlukan penentuan waktu dan tempat yang tepat, umpamanya melaksanakan shalat, menentukan awal bulan Ramadhan, pelaksanaan haji semuanya punya waktu-waktu tertentu dan untuk mentukan waktu yang tepat diperlukan ilmu astronomi.

C.     Korelasi antara Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan
Membahas hubungan antara Al Qur’an dan ilmu pengetahuan bukan dinilai dari banyak atau tidaknya cabang-cabang ilmu pengetahuan yang dikandungnya, tetapi yang lebih utama adalah melihat : adakah Al qur’an atau jiwa ayat-ayatnya menghalangi ilmu pengetahuan atau mendorongnya, Sejarah membuktikan bahwa Galileo ketika mengungkapkan penemuan ilmiahnya tidak mendapat tantangan dari satu lembaga ilmiah, kecuali dari masyarakat dimana ia hidup. Mereka mmbeerikan tantangan kepadanya atas dasar kepercayaan agama.
Menurut Quraish Shihab pemaparan ayat-ayat Al-Qur’an tentang ”Kebenaran Ilmiah” tersebut lebih bertujuan untuk menunjukkan tentang kebesaran Tuhan dan ke Esa-an Nya, serta mendorong manusia seluruhnya mengadakan observasi dan penelitian demi lebih menguatkan iman dan kepercayaan KepadaNya.[10]
Pemaparan-pemaparan di atas secara tidak langsung menerangkan, bahwa antara ilmu pengetahuan dan al-qur’an ada kaitan erat. Akan tetapi keterkaitan antara keduanya disesuaikan dengan porsi yang sesuai. Banyak pula ayat-ayat Al qur’an yang menganjurkan untuk menggunakan akal pikiran, penalaran, dan sebagainya, sebagaimana dikemukakan oleh ayat-ayat yang menjelaskan hambatan kemajuan ilmu pengetahuan, antara lain :
1.       Subjektivitas (a) suka dan tidak suka (QS 43:78 ; 7:79)
2.       Taqlid atau mengikuti tanpa alasan (QS 33:67 ; 2:170).3.
3.       Angan-angan dan dugaan yang tak beralasan  (QS 10:36).4.
4.       Bergegas-gegas dalam mengambil keputusan atau kesimpulan (QS 21:37).5.
5.       Sikap angkuh (enggan untuk mencari atau menerima kebenaran) (QS 7:146).



























BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
penulis dapat menarik kesimpulan bahwa Ayat-ayat Al-Qur'an merupakan petunjuk manusia tidak saja untuk kehidupan akhirat namun juga untuk kebaikan kehidupan di dunia. Ilmu pengetahuan dan Teknologi adalah salah satu sarana manusia untuk menuju kehidupan di dunia lebih baik. Oleh sebab itu, dalam Al-qur'an pun tak luput memberikan petunjuk tentang ilmu pengetahuan dan teknologi bagi kehidupan manusia. Membuka dan membaca mushaf Al-Qur'an, kita akan menemukan ratusan ayat yang membicarakan tentang petunjuk M. Bahri Ghazali, Konsep Ilmu Menurut Al-Ghazali, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2001), hal.  22.untuk memperhatikan bagaimana cara kerja Alam dunia ini. Tidak kurang dari 700 ayat dari 6000-an ayat Al-Qur'an memberikan gambaran kepada manusia untuk memperhatikan alam sekitarnya. [11]
Seperti yang telah dikemukakan bahwa salah satu pembuktian tentang kebenaran Al qur’an adalah ilmu pengetahuan dari berbagai disiplin yang diisyaratkan. Memeng terbukti, bawa sekian banyak ayat-ayat Al qur’an yang berbicara tentang hakikat ilmiah yang tidak dikenal pada masa turunnya, namu terbukti kebenarannya di tengah-tengah perkembangan ilmu, seperti : Teori tentang expanding universe (kosmos yang mengembang) (QS 51:47 ), Matahari adalah planet yang bercahaya sedangkan bulan adalah pantulan dari cahaya matahari (QS 10:5), Pergerakan bumi mengelilingi matahari, gerakan lapisa-lapisan yang berasal dari perut bumi, serta bergeraknya gunung sama dengan pergerakan awan (QS 27:88), Zat hijau daun (klorofil) yang berperanan dalam mengubah tenaga radiasi matahari menjadi tenaga kimia melalui proses foto sintesis sehingga menghasilkan energy (QS 36:80).bahkan, istilah Al qur’an, al syajar al akhdhar (pohon yang hijau) justru lebih tepat dari istilah klorofil (hijau daun), karena zat-zat tersebut bukan hanya terdapat dalam daun saja tapi di semua bagian pohon, dahan dan ranting yang warnanya hijau, dan masih banyak yang lainnya.[12]



[1] M. Bahri Ghazali, Konsep Ilmu Menurut Al-Ghazali, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2001), hal.  22.
[2] nu Kencana Syafi’ie,Ilmu Pemerintah dan Al-Qur’an,(Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal. 8.
[3] Daniel Djuned, Antropologi Al-Qur’an, (jakarta: Erlangga, 2011), hal. 32.

[5] Inu Kencana Syafi’ie, Ilmu Pemerintah dan Al-Qur’an, (jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal. 26.
[6] Daniel Djuned, Antropologi Al-Qur’an,(jakarta, Erlangga, 2011), hal 36.
[7] [7] nu Kencana Syafi’ie,Ilmu Pemerintah dan Al-Qur’an,(Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal. 96.
[8] [8] M. Bahri Ghazali, Konsep Ilmu Menurut Al-Ghazali, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2001), hal.  37.
[9] Ibid., hal 39
[10] I nu Kencana Syafi’ie,Ilmu Pemerintah dan Al-Qur’an,(Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal. 48.
[11] M. Bahri Ghazali, Konsep Ilmu Menurut Al-Ghazali, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2001), hal.  25.
[12] Ibid., 26

Tidak ada komentar:

Posting Komentar