Sabtu, 23 April 2016

kel. 4 (IPI) lingkungan pendidikan islam



MAKALAH
LINGKUNGAN PENDIDIKAN

Disusun Sebagai Tugas Kelompok
Mata Kuliah Ilmu Pendidikan Islam

Dosen Pengampu: Nurlaila, S.Ag.M.Pd.I



Disusun Oleh Kelompok 9:
Ajeng Ratika (1532100078)
Ayu Lestari (1532100089)

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI RADEN FATAH PALEMBANG
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TAHUN AJARAN 2016/2017


Lingkungan Pendidikan
  1. Pendahuluan
Pendidikan merupakan suatu upaya yang sangat mutlak dalam suatu kehidupan manusia, karena pendidikan merupakan faktor penting dan bermanfaat bagi kehidupan dalam upaya meningkatkan taraf hidup suatu bangsa. Kegiatan pendidikan di manapun berlangsung dalam suatu lingkungan tertentu, baik lingkungan yang berhubungan dengan ruang maupun waktu.
Lingkungan memberikan pengaruh terhadap perkembangan peserta didik. Pengaruh yang diberikan oleh lingkungan ada yang bersifat sengaja dan bersifat tidak sengaja. Artinya lingkungan tidak ada kesengajaan tertentu di dalam memberikan pengaruhnya kepada perkembangan anak didik[1].
Didalam lingkungan pendidikan ini akan membahas tentang pengertian lingkungan pendidikan, jenis-jenis lingkungan pendidikan menurut tempat berlangsungnya kegiatan pendidikan yang terdiri dari tiga macam, yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan juga lingkungan masyarakat, kemudian fungsi lingkungan pendidikan, pengaruh pendidikan terhadap hasil belajar anak, serta perbedaan lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.




  1. Pengertian Lingkungan Pendidikan
Secara fisiologis, lingkungan meliputi segala kondisi dan material jasmaniah didalam tubuh seperti gm pertumbuhan dan gizi, vitamin , air , zat asam, suhu ,sistem saraf, perederan darah, pernapasan , pertumbuhan, dan kesehatan jasmani.
Secara psikologis, lingkungan mencakup segenap stimulasi yang diterima oleh individu mulai sejak dalam konsesi, kelahiran sampai matinya. Stimulasi itu misalnya berupa sifat-sifat “genes”, selera, keinginan, perasaan, tujuan-tujuan, minat, kebutuhan, kemauan, emosi dan kapasita intlektual
Secara sosio-kultural, lingkungan mencakup segenap stimulasi, interaksi, dan kondisi dalan hubungannya dengan stimulasi, interaksi, dan kondisi dalam hubungannya dengan perlakuan ataupun karya orang lain. Pola hidup keluarga, pergaulan kelompok, pola hidup masyarakat,latihan, belajar , pendidikan , pengajaran, bimbingan, dan penyuluhan, adalah termasuk sebagai lingkungan ini[2].
Lingkungan secara umum diartikan sebagai kesatuan ruang dengan segala benda, daya, keadaan, dan mahluk hidup, termasuk manusia dan perilakungya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mehluk hidup lainnya. Lingkungan dibedakan menjadi lingkungan alam hayati, lingkungan alam non hayati, lingkungan buatan dan lingkungan sosial.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik scara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya supaya memiliki kekuatan spritual keagamaan, emosional, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Jadi, lingkungan pendidikan dapat diartikan sebagai berbagai faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap praktek pendidikan. Lingkungan pendidikan sebagai berbagai lingkungan tempat berlangsungnya proses pendidikan, yang merupakan bagian dari lingkungan sosial[3].
  1. Jenis-jenis Lingkungan Pendidikan
a.      Keluarga
Keluarga adalah satu kesatuan sosial terkecil yang dimiliki manusia yang bertempat tinggal dan ditandai oleh adanya kerjasama ekonomi, mendidik, melindungi dan sebagainya. Penanaman nilai-nilai ilahiyah dilakukan terutama di rumah oleh orang tua anak. Orang tua adalah pendidikan utama dan pertama. Utama karena pengaruh mereka amat mendasar dalam perkembangan kepribadian anaknya; pertama karena orang tua adalah orang pertama dan paling banyak melakukan kontak dengan anaknya[4].
Keluarga, dimana akan diasuh dan dibesarkan berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan perkembangannya. Terutama keadaan ekonomi rumah tangga, serta tingkat kemampuan orang tua merawat juga sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan jasmani anak. Sementara tingkat pendidikan orang tua besar pengaruhnya terhadap perkembangan rohaniah anak terutama kepribadian dan kemajuan pendidikannya[5].
Pendidikan yang paling banyak diterima oleh anak adalah dalam keluarga, oleh karena itu tugas utama keluarga dalam pendidikan anak adalah peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan. Sifat dan tabiat anak sebagian besar berasal dari pendidikan kedua orang tuanya dan anggota keluarga yang lain (Indrakusuma, 1978). Keluarga juga membina dan mengembangkan perasaan sosial anak, seperti rasa tenggang rasa, suka menolong, hidup damai, kerjasama, kegotongroyongan, kepekaan, dan sebagainya[6].
Orang tua berkewajiban menanamkan akhlak al-karimah secara bertahap meliputi: 1) memberinya dengan nama yang baik, 2) melaksanakan aqiqah, 3) menghitankan anak, 4) memberi pendidikan dan pengajaran, terutama pendidikan agama, 5) membiasakan anak dengan akhlak mulia, 6) membiasakan anak mengerjakan salat sejak usia dini, 7) menjodohkan dan mengawininya, 8) memberikan perlakuan yang baik dan adil kepada anak-anak[7].
Kesadaran akan tanggung jawab mendidik dan membina anak secara terus menerus perlu dikembangkan kepada setaip orang tua, sehingga pendidikan yang dilakukan tidak lagi berdasarkan kebiasaan yang dilihat dari orang tua, tetapi telah berdasarkan teori-teori pendidikan modern, sesuai dengan perkembangan zaman. Denga demikian tingkah laku dan kualitas materi pendidikan yang diberikan dapat digunakan peserta didik untuk menghadapi lingkungan yang selalu berubah. Bila hal ini dapat dilakukan setiap orang tua, maka generasi mendatang telah mempunyai kekuatan mental menghadapi globalisasi[8].



b.      Sekolah
Sekolah adalah tempat anak belajar. Ia berhadapan dengan guru yang tidak dikenalnya. Guru itu selalu berganti-ganti. Kasih guru kepada murid tidak mendalam seperti kasih sayang orang tua kepada anaknya, sebab guru dan murid tidak terikat oleh tali kekeluargaan[9].
Sekolah disebut sebagai lembaga pendidikan formal karena diadakan di sekolah/tempat tertentu, teratur, sistematis, mempunyai jenjang dan dalam kurun waktu tertentu serta berlangsung, mulai dari Taman Kanak-kanak sampai Perguruan Tinggi, berdasarkan aturan resmi yang telah ditetapkan[10].
Sekolah bertanggung jawab atas pendidikan anak-anak selama mereka diserahkan kepadanya. Karena itu sebagai sumbangan sekolah sebagai lembaga terhadap pendidikan, diantaranya sebagai berikut[11];
1) Sekolah membantu orang tua mengerjakan kebiasaan-kebiasaan yang      baik serta menanamkan budi pekerti yang baik.
2) Sekolah memberikan pendidikan untuk kehidupan di dalam masyarakat yang sukar atau tidak dapat diberikan di rumah.
3) Sekolah melatih anak-anak memperoleh kecakapan-kecakapan seperti membaca, menulis, berhitung, menggambar serta ilmu-ilmu lain sifatnya mengembangkan kecerdasan dan pengetahuan.
4) Di sekolah diberikan pelajaran etika, keagamaan, estetika, membenarkan benar atau salah, dan sebagainya.
Sekolah sangat berperan dalam meningkatkan pola pikir anak, karena disekolah mereka dapat belajar bermacam-macam ilmu pengetahuan. Tinggi rendahnya pendidikan dan jenis sekolahnya turut menentukan pola pikir serta kepribadian anak[12].
Sekolah yang demikian yang diharapkan mampu melaksanakan fungsi pendidikan secara optimal, yakni mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia dalam rangaka mewujudkan tujuan nasional[13].
c.       Masyarakat
Masyarakat dari konsep sosiologi adalah sekumpulan manusia yang bertempat tinggal dalam suatu tempat dan saling berinteraksi sesamanya untuk mencapai suatu tujuan. Ditinjau dari konsep pendidikan, masyarakat adalah sekumpulan banyak orang dengan berbagi ragam kualitas diri mulai dari yang tidak berpendidikan sampai kepada yang berpendidikan tinggi. Masyarakat terdiri atas berbagai kelompok, yang besar maupun kecil bergantung pada jumlah anggotanya. Nasution membedakan atas kelompok primer dan kelompok sekunder[14].
Masyarakat adalah lingkungan tempat tinggal anak. Mereka juga termasuk teman- teman anak tapi diluar sekolah. Disamping itu, kondisi orang-orang di desa atau kota tempat ia tinggal juga turut mempengaruhi perkembangan jiwanya.
Anak-anak yang dibesarkan dikota berbeda pola pikirnya dengan anak desa. Anak kota umumnya lebih bersikap dinamis dan aktif bila dibandingkan dengan anak desa yang bersikap statis dan lamban. Anak kota lebih berani mengemukakan pendapatnya, ramah dan luwes sikapnya dalam pergaulan sehari-hari. Sementara anak desa umumnya kurang berani mengeluarkan pendapat,agak penakut, pemalu dan kaku dalam pergaulan[15].
Dalam konteks pendidikan, masyarakat merupakan lingkungan keluarga dan sekolah. Pendidikan yang dialami dalam masyarakat ini, telah mulai ketika anak-anak untuk beberapa waktu setelah lepas dari asuhan keluarga dan berada di luar dari pendidikan sekolah. Dengan demikian, berarti pengaruh pendidikan tersebut tampaknya lebih luas.
Corak dan ragam pendidikan yang dialami seseorang dalam masyarakat banyak sekali, ini meliputi segala bidang, baik pembentukan kebiasaan-kebiasaan, pembentukan pengertia-pengertian (pengetahuan), sikap dan minat, maupun pembentukan kesusilaan dan keagamaan[16].
D.    Fungsi Lingkungan Pendidikan
Secara umum fungsi lingkungan pendidikan menurut Tirtarahardja (2000) adalah untuk membantu peserta didik dalam berinteraksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya (fisik/sosial/budaya) dan mengajarkan tingkah laku umum serta menyeleksi atau mempersiapkan individu untuk peranan-peranan tertentu[17].
Secara umum fungsi lingkungan pendidikan adalah membantu peserta didik dalam interaksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya, utamanaya berbagai sumber daya pendidikan yang tersedia, agar dapat mencapai tujuan pendidikan yang optimal. Antara lingkungan yang satu dengan lingkungan yang lain tidak mungkin untuk berdiri sendiri. Terdapat hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi antar lingkungan pendidikan[18].
E.     Pengaruh Pendidikan Terhadap Hasil Belajar Anak
Pengaruh lingkungan terhadap prestasi/hasil belajar siswa hanya ada dua, yaitu meningkatkan atau malah menurunkan prestasi siswa itu sendiri. Berikut adalah beberapa contoh lingkungan dan faktor-faktornya yang bisa memberikan pengaruh positif maupun negatif pada siswa[19].
Ø  Lingkungan Keluarga
Keluarga adalah lingkungan sosial pertama yang dikenal oleh seorang siswa. Suasana keluarga yang kondusif bagi siswa untuk belajar, tentu bisa meningkatkan prestasi siswa itu sendiri. Sebaliknya, bila dalam keluarga itu sendiri tercipta suasana yang tidak mendukung siswa untuk belajar, tentu saja prestasi siswa di sekolah tidak akan bagus.
Berikut adalah beberapa tips agar siswa semangat belajar dari segi lingkungan keluarga.
1)      Sebaiknya orang tua atau saudara, selalu memberi semangat dan motivasi dalam bentuk apapun agar siswa menjadi giat belajar.
2)      Kehidupan rumah tangga yang harmonis juga berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Keadaan keluarga dimana ayah dan ibu yang selalu bertengkar, akan membuat siswa menjadi malas untuk belajar di rumah dan lebih memilih untuk keluar jalan-jalan untuk mengusir rasa kesal.
3)      Orang tua yang menerapkan disiplin pada siswa pasti akan sangat bermanfaat. Siswa akan tumbuh menjadi anak yang disiplin dan tentu saja prestasi belajarnya akan meningkat.
Pengaruh lingkungan terhadap prestasi belajar siswa dari segi keluarga adalah yang paling besar. Jadi, hendaknya keharmonisan antar anggota keluarga bisa terjaga. Ini sangat berpengaruh pada mental seorang siswa.
Ø  Lingkungan Sekolah
Pengaruh lingkungan ini terhadap prestasi belajar siswa cukup besar, karena sekolah adalah lingkungan sosial kedua setelah keluarga yang akan dikenal oleh siswa. Berikut ini adalah hal-hal yang akan mempengaruhi prestasi belajar siswa dari segi lingkungan sekolah.
Fasilitas sekolah yang lengkap akan membuat siswa termotivasi untuk belajar. Fasilitas yang dimaksud misalnya perpustakaan dengan buku yang lengkap, laboratorium dengan peralatan yang memadai, atau fasilitas komputer bila perlu.
Teman-teman siswa di sekolah yang punya sifat rajin atau telah memiliki prestasi bagus, tentu akan mendorong siswa untuk meningkatkan prestasinya dengan tujuan bisa setara atau bahkan melebihi teman-temannya.
Sekolah yang baik adalah sekolah yang memiliki guru-guru yang berkualitas. Mulai dari cara mengajarnya, cara memberi motivasi, atau cara mereka memberi perhatian pada siswa-siswanya. Hal ini tentu memberi pengaruh besar terhadap prestasi siswa.
Ø  Lingkungan Pergaulan (Teman) 
Pengaruh lingkungan terhadap prestasi belajar memang sangat besar, apalagi bila menyangkut lingkungan pergaulan siswa itu sendiri. Jika siswa bisa memilih pergaulan yang tepat, tentu tidak masalah, tapi kadang siswa banyak yang terjebak dalam pergaulan yang tidak baik, yang akhirnya berujung pada penurunan prestasi sekolah.
9
Contohnya bergaul dengan teman yang suka malas belajar, suka bermain game, teman dengan gaya hidup mewah yang melupakan pendidikan, dan masih banyak lagi. Hal-hal negatif seperti itu hanya akan membuat siswa menjadi lupa akan kepentingan belajar.
 Untuk menghindari hal-hal seperti ini, perhatian orang tua sebagai orang terdekat dengan siswa sangatlah diperlukan. Perhatikan putra-putri Anda setiap saat, perhatikan bagaimana perkembangan mereka di sekolah, perhatikan juga siapa saja teman-temannya, apakah mereka membawa dampak baik atau buruk.
  1. Perbedaan Lingkungan Keluarga, Lingkungan Sekolah dan Lingkungan Masyarakat
Supaya dapat diinsansi betapa eratnya hubungan antar ketiga lingkungan tersebut serta saling mempengaruhi atas pendidikan anak-anak, perlu kiranya hal itu kita selidiki lebih lanjut yaitu sebagai berikut[20]:
Ø  Perbedaan pertama ialah rumah atau lingkungan keluarga, yakni lingkungan pendidikan yang sewajarnya.
Sudah sewajarnya bahwa keluarga, terutama orang tua, memelihara dan mendidik anak-anaknya dengan rasa kasih sayang. Perasaan kewajiban dan tanggung jawab yang ada pada orang tua untuk mendidik anak-anaknya timbul dengan sendirinya, secara alami, tidak karena dipaksa atau disuruh orang lain.
Sedangkan sekolah adalah buatan manusia. Sekolah didirikan oleh masyarakat atau negara untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga yang sudah tidak mampu lagi memberi bekal persiapan hidup bagi anak-anaknya.
Guru sebagai pendidik adalah lain dari orang tua. Orang tau menerima tugasnya sebagai pendidik dari tuhan atau karena kodratnya. Guru menerima tugas dan kekuasaan sebagai pendidik dari pemerintah atau negara.
Sedangkan masyarakat adalah bagaimana anak itu bisa mempertimbangkan pergaulannya dengan teman yang sebaya yang tidak terlalu melampaui batas.
Ø  Perbedaan kedua ialah perbedaan suasana
Kehidupan dan pergaulan dalam lingkungan keluarga senantiasa diliputi oleh rasa kasih sayang diantara anggota-anggotanya. Di dalamnya terdapat saling mengerti, pesesamanya. rcaya mempercayai, bantu-membantu, dan ksih-mengasihi.
Sedangkan kehidupan dan pergaulan di sekolah sifatnya lebih luas. Di sekolah harus ada ketertiban dan peraturan-peraturan tertentu yang harus dijalankan oleh murid dan guru. Pergaulan antara anak-anak sesamanya dan antara anak-anak dengan guru lebih bersifat objektif dari pada pergaulan di dalam lingkungan keluarga yang lebih diliputi oleh suasana kasih sayang yang sejati. Maka dari itu, di sekolah anak-anak lebih tidak bebas, lebih terkekang oleh peraturan-peraturan dari pada di dalam lingkungan keluarganya.
Ø  Perbedaan ketiga ialah perbedaan tanggung jawab
Telah dikatakan bahwa orang tua atau keluarga menerima tanggung jawab mendidik anak-anaknya dari tuhan atau karna kodratnya. Keluarga, yaitu orang tua, bertanggung jawab penuh atas pemeliharaan anak-anaknya sejak mereka di lahirkan, dan bertanggung jawab penuh atas pendidikan watak anak-anaknya. Bagaimana seharusnya anak-anak itu berbuat, bertingkah laku, berkata-kata, dan sebagainya, terutama bergantung kepada teladan dan pendidikan yang dilakukan oleh keluarganya.

11
Sedangkan sekolah (guru-guru) lebih merasa bertanggung jawab terhadap pendidikan intelek (menambah pengetahuan anak) serta pendidikan keterampilan (skills) yang berhubungan dengan kebutuhan anak itu untuk hidup di dalam masyarakat nanti, dan yang sesuai dengan tuntutan masyarakat pada waktu itu.
Jelaslah sekarang bagi kita bahwa sebenarnya tugas orang tua atau keluarga dan sekolah hampir bersamaan: keduanya melaksanakan pendidikan keseluruhan dari anak. Perbedaannya hanyalah yang satu lebih menitik beratkan kepada salah satu segi pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya masing-masing.
Sedangkan masyarakat yaitu anak harus mempertanggung jawabkannya sendiri apa yang dilakukannya dengan tinjauan dan persetujuan dari orangtua terlebih dahulu .
Ø  Kerjasama antara Keluarga dengan sekolah dan masyarakat
Keluarga dan sekolah sama-sama mendidik anak-anak, baik jasmani maupun rohaninya, sama-sama melakukan pendidikan keseluruhan dari anak. Dengan adanya kerja sama itu orang tua akan dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman dari guru dalam hal mendidik anak-anaknya. Sebaliknya, para guru dapat pula memperoleh keterangan-keterangan dari orang tua tentang kehidupan dan sifat-sifat anak-anaknya.
Keterangan-keterangan orang tua itu sungguh besar gunanya bagi guru dalam memberikan pelajaran dan pendidikan terhadap murid-muridnya. Juga dari keterangan-keterangan orang tua murid, guru dapat mengetahui keadaan alam sekitar tempat murid-muridnya dibesarkan.
Cara-cara untuk mempererat hubungan dan kerjasama antara sekolah dan keluarga antara lain:
1.               Mengadakan pertemuan dengan orang tua pada hari penerimaan murid baru.
12
2.        Mengadakan surat menyurat antara sekolah dengan keluarga.
3.        Adanya daftar nilai atau rapor.
4.        Kunjungan guru ke rumah orang tua murid, atau sebaliknya kunjungan orang tua murid ke sekolah.
5.        Mengadakan perayaan, peserta sekolah atau pameran-pameran hasil karya murid-murid.
6.        Mendirikan perkumpulan orang tua murid dan guru (POMG).
















13
  1. Kesimpulan
Lingkungan pendidikan dapat diartikan sebagai berbagai faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap praktek pendidikan. Lingkungan pendidikan sebagai berbagai lingkungan tempat berlangsungnya proses pendidikan, yang merupakan bagian dari lingkungan sosial.
Jenis-jenis lingkungan pendidikan ada tiga, yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Keluarga adalah satu kesatuan sosial terkecil yang dimiliki manusia yang bertempat tinggal dan ditandai oleh adanya kerjasama ekonomi, mendidik, melindungi dan sebagainya. Sekolah disebut sebagai lembaga pendidikan formal karena diadakan di sekolah/tempat tertentu, teratur, sistematis, mempunyai jenjang dan dalam kurun waktu tertentu serta berlangsung, mulai dari Taman Kanak-kanak sampai Perguruan Tinggi, berdasarkan aturan resmi yang telah ditetapkan. Masyarakat dari konsep sosiologi adalah sekumpulan manusia yang bertempat tinggal dalam suatu tempat dan saling berinteraksi sesamanya untuk mencapai suatu tujuan. Ditinjau dari konsep pendidikan, masyarakat adalah sekumpulan banyak orang dengan berbagi ragam kualitas diri mulai dari yang tidak berpendidikan sampai kepada yang berpendidikan tinggi. Masyarakat terdiri atas berbagai kelompok, yang besar maupun kecil bergantung pada jumlah anggotanya. Nasution membedakan atas kelompok primer dan kelompok sekunder.
Secara umum fungsi lingkungan pendidikan adalah membantu peserta didik dalam interaksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya, utamanaya berbagai sumber daya pendidikan yang tersedia, agar dapat mencapai tujuan pendidikan yang optimal. Antara lingkungan yang satu dengan lingkungan yang lain tidak mungkin untuk berdiri sendiri. Terdapat hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi antar lingkungan pendidikan.

14
Pengaruh lingkungan terhadap prestasi/hasil belajar siswa hanya ada dua, yaitu meningkatkan atau malah menurunkan prestasi siswa itu sendiri.
Perbedaan Lingkungan Keluarga, Lingkungan Sekolah dan Lingkungan Masyarakat ada tiga, yaitu:
Ø  Perbedaan pertama ialah rumah atau lingkungan keluarga, yakni lingkungan pendidikan yang sewajarnya.
Ø  Perbedaan kedua ialah perbedaan suasana
Ø  Perbedaan ketiga ialah perbedaan tanggung jawab















15



  1. Daftar Pustaka
Dalyono. 2012.  Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Rusmaini. 2014. Ilmu Pendidikan. Palembang: Grafika Telindo Press
Sudiyono. 2009. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT Rineka Cipta










16


[2] Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2012) hlm. 129
2
[4] Rusmaini, Ilmu Pendidikan, (Palembang: Grafika Telindo Press, 2014) hlm. 43
[5] Dalyono. Op.Cit., hlm. 130

3
[7] Rusmaini, Op.Cit., hlm. 44
[8] Ibid., hlm. 48

4
[9] Sudiyono, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009) hlm. 160
[10] Rusmaini, Loc.Cit
[12] Dalyono, Op.Cit., hlm. 131
[14] Rusmaini, Op.Cit., hlm. 50-51

6
[15] Dalyono, Loc.Cit

Tidak ada komentar:

Posting Komentar