Sabtu, 23 April 2016

kel. 2 (IPI) konsep pendidikan islam



Makalah Kelompok
Ilmu Pendidikan Islam
Konsep Pendidikan Islam

Di Susun Oleh Kelompok 4 :

Bagus Hidayattullah ( 1532100091 )
Desi Ambarwati        ( 1532100098 )

Dosen Pembimbing :
Nurlaila, S.Ag M.Pd.I

Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan
UIN Raden Fatah Palembang
Tahun 2016/2017



PENDAHULUAN

Perlu kita ketahui bahwa pendidikan sangatlah penting bagi seluruh aspek masyarakat baik dari aspek ekonomi seperti masyarakat yang ekonominya rendah maupun tinggi, aspek sosial seperti masyarakat yang golongannya ke bawah maupun ke atas, dan aspek politik seperti masyarakat yang pangkat atau jabatannya kecil maupun besar, dan juga pendidikan di mulai pada saat kita dalam kandungan sampai akhir hayat.
Dalam hal ini, pendidikan tidak hanya mengajarkan mata pelajaran yang bersifat sosial ataupun eksak tetapi juga mengajarkan mata pelajaran agama terutama agama Islam, karena mata pelajaran agama banyak menanamkan nilai-nilai moral yang baik agar peserta didik dapat memiliki karakter yang baik (akhlakul karimah) dalam bersosialisasi dan berinteraksi baik di lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat.
Cara-cara penanaman moral yang baik kepada peserta didik dalam lingkungan sekolah tentunya di mulai dari contoh nyata dari seorang pendidik. Jika cara pendidik mendidik peserta didik dengan baik tentunya akan menghasilkan peserta didik yang baik maupun sebaliknya. Oleh sebab itu, tidaklah mudah menjadi seorang pendidik karena pendidik harus kompeten dalam menjalankan tugasnya. Jika pendidik telah menjadi image yang baik maka pendukung-pendukung seperti sarana & prasarana, kurikulum & metode-metode pendidikan akan ikut baik.
Kembali lagi ke pendidikan Islam, pendidikan Islam merupakan ilmu yang membahas tentang ajaran-ajaran Islam agar peserta didik dapat menjadi muslim dan muslimah yang sesuai dengan syariat agama Islam, tentunya yang akan dibahas adalah teori-teori seperti,  dalam konsep pendidikan islam peserta didik diajarkan tentang apa itu pengertian, dasar/landasan, dan tujuan pendidikan islam dan juga di ajarkan tentang bagaimana asas pendidikan dalam Islam, sarana & prasaran, pendidik,  peserta didik, kurikulum, pendekatan, dan metode-metode pendidikan Islam.



1.      Apa Pengertian Konsep Pendidikan Islam?
2.      Apa Dasar dan Landasan Pendidikan islam?
3.      Apa Tujuan Pendikan Islam?
4.      Apa saja Asas-asas Pendidikan Islam?
5.      Bagaiana Pendidik dalam Pendidikan Islam
6.      Bagaimana Peserta Didik dalam Pendidikan Islam?
7.      Bagaimana Kurikulum Pendidikan Islam?
8.      Bagaimana Pendekatan dalam Teori Pendidikan Islam?
9.      Bagaimana Metode-metode Pendidikan Islam?
10.  Apa saja Alat-alat Pendidikan Islam?

1.      Hanya membahas Pengertian Konsep Pendidikan Islam.
2.      Hanya membahas Dasar dan Landasan Pendidikan islam.
3.      Hanya membahas Tujuan Pendikan Islam.
4.      Hanya membahas Asas-asas Pendidikan Islam.
5.      Hanya membahas Pendidik dalam Pendidikan Islam.
6.      Hanya membahas Peserta Didik dalam Pendidikan Islam.
7.      Hanya membahas Kurikulum Pendidikan Islam.
8.      Hanya membahas Pendekatan dalam Teori Pendidikan Islam.
9.      Hanya membahas Metode-metode Pendidikan Islam.
10.  Hanya membahas Alat-alat Pendidikan Islam.

PEMBAHASAN

Dalam bahasa Indonesia, istilah pendidian berasal dari kata “didik” dengan memberi awalan “pe” dan akhiran “an” maka mengandung arti ”perbuatan”. Istilah pendidikan ini semula berasal dari bahasa Yunani, yaitu “paedagogie”, yang berarti bimbingan yang di berikan kepada anak. Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, yaitu “education” yang berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa Arab istilah ini sering diterjemahkan dengan “tarbiyah” yang berarti pendidikan.[1]
Dalam perkembangannya istilah pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja terhadap anak didik. Dalam perkembangan selanjutnya, pendidikan berarti usaha yang dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang agar mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental.[2]
Dalam sistem pendidikan nasional dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.[3]
Dengan demikian pendidikan berarti, segala usaha pendidik dalam pergaulan dengan peserta didik untuk mengembangkan potensi jasmani yang meliputi seluruh organ jasmaniah yang berwujud nyata dan rohaniah yang bersifat spiritual ke arah kesempurnaan.
Pendidikan dalam Islam di kenal dengan beberapa istilah untuk menggambarkan konsep pendidikan, yaitu tarbiyah, ta’lim, ta’dib. Setiap istilah tersebut memiliki makna yang berbeda satu sama lain yang dikarnakan perbedaan teks dan konteks. Berikut adalah konsep pendidikan Islam :
A.     Tarbiyah
Tarbiyah diturunkan dari kata rabb yang oleh sebagian ahli di artikan sebagai tuan, pemilik, memperbaiki, merawat, dan memperindah. Istilah tarbiyah digunakan untuk menandai konsep pendidikan Islam, meskipun telah berlaku umum, akan tetapi masih merupakan masalah kontroversial. Karena sebagian ulama kontemporer cenderung menggunakan istilah ta’lim atau ta’dib sebagai gantinya.[4]
Menurut Prof. Dr. Muhammad Athiyyah al-Abrasy dan Prof. Dr. Mahmud Yunus menyatakan bahwa istilah tarbiyah berarti mendidik peserta didik dengan segala macam cara agar dapat mempergunakan tenaga dan bakatnya dengan baik sehingga mencapai kehidupan yang sempurna di masyarakat.[5]
Menurut Ibnu Manzhur dalam lisan al-‘Arab, juz 9, kata tarbiyah merupakan masdar dari kata rabba yang berarti mengasuh, mendidik, dan memelihara.[6]
Dengan demikian tarbiyah adalah pendidikan yang fokus terhadap masalah-masalah pembentukan karakter dan akhlak peserta didik agar dapat berguna dalam masyarakat.
B.     Ta’lim
Menurut Rasyid Ridah, ta’lim adalah proses transmisi berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasan dan ketentuan tertentu.[7]
Menurut Ibnu Manzhur, ta’lim merupakan masdar dari kata ‘allama yang berarti pengajaran yang bersifat pemberian atau penyampaian pengertian, pengetahuan, dan keterampilan.[8]
Ta’lim yaitu pendidikan yang menitikberatkan pada pengajaran, penyampaian informasi dan pengembangan ilmu. Oleh karena itu istilah ta’lim mencakup aspek kognitif (ilmu pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik (keterampilan).[9]
C.     Ta’dib
Menurut Al-Naquib al-Attas, ta’dib merupakan pengenalan dan pengakuan tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu yang di dalam tatanan penciptaan sedemikian rupa, sehingga membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan kekuasaan dan keagungan Tuhan di dalam tatanan wujud dan keberadaannya.[10]

Ta’dib berasal dari kata adab yang berarti pengenalan terhadap hakikat bahwa pengetahuan dan wujud bersifat teratur secara hirerarkis sesuai dengan berbagai tingkatan derajat, kapasitas dan potensi jasmaniah maupun rohaniah seseorang.
Pendidikan sebgai suatu usaha yang di lakukan secara sadar dan terencana harus memiliki landasan sebagai dasar pelaksanaannya dan tujuan yang jelas. Sehingga diharapkan dalam pelaksanaannya tidak kehilangan arah dan pijakan.
Fungsi pendidikan sebagai agent of cultur memerlukan acuan pokok yang menjadi landasannya. Karena pendidikan merupakan bagian yang terpenting dalam kehidupan manusia, yang secara kodrati adalah insan pedagodik, maka acuan yang  menjadi landasan bagi pendidikan adalah nilai yang tertinggi dari pandangan hidup suatu masyarakat dimana pendidikan itu di laksanakan.[11]
Menurut Abdul Fatah Jalal, beliau membagi sumber pendidikan Islam menjadi dua macam, yaitu (1) sumber Ilahi, meliputi al-Qur’an dan Hadis; (2) sumber Insaniah, dari proses ijtihad manusia.[12]
Menurut Zakiah Darajat, landasan pendidikan adalah al-Qur’an, as-Sunnah, dan ijtihad dan menurut Hery Noeraly, landasan pendidikan Islam adalah al-Qur’an, Sunnah, dan Ra’yu.[13]
Jadi, menurut pendapat para ahli di atas dapat di simpulkan bahwa landasan pendidikan Islam ada tiga, yaitu al-Qur’an, Sunnah, dan ijtihad. Berikut penjelasan ketiga landasan pendidikan Islam tersebut.
A.    Al-Qur’an
Al-Qur’an merupakan kallamullah (perkataan-perkataan Allah) yang telah di wahyukan kepada Nabi Muhammad untuk di ajarkan kepada seluruh umat manusia. Al-Qur’an juga merupakan pedoman hidup bagi manusia dalam menuntun mereka agar selalu berada di jalan Allah SWT.
Di dalam al-Qur’an terdapat banyak petunjuk yang berhubungan dengan masalah bagaimana kita dapat melakukan proses pendidikan scara baik menurut Islam. Al-Qur’an membahas berbagai aspek kehidupan manusia, dan pendidikan merupakan tema terpenting yang dibahasnya. Setiap ayatnya merupakan bahan baku bangunan pendidikan yang dibutuhkan oleh setiap manusia.[14]
B.     Al-Hadist (As-Sunnah)
Al-Hadist merupakan jalan atau cara yang di contohkan Nabi Muhammad SAW dalam perjalanan kehidupannya melaksanakan dakwah Islam. Contoh Hadis yang diberikan beliau dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu (1) Hadist qauliyat yang berisi ucapan, pernyataan, dan persetujuan Nabi Muhammad SAW; (2) Hadist fi’liyat yang berisi tetntang tindakan dan perbuatan yang pernah di lakukan nabi; (3) Hadist taqririyat yang merupakan persetujuan nabi atas tindakan atau peristiwa yang telah terjadi.[15]
Jadi, dapat disimpulkan bahwa al-Hadis adalah perkataan, perbuatan atas tindakan dan peristiwa yang pernah terjadi yang merupakan rujukan kedua setelah al-Qur’an.
C.     Ijtihad
Menurut Zakiah Darajat, ijtihad adalah istilah para fuqaha, yaitu berpikir dengan menggunakan ilmu yang dimiliki oleh ilmuan syari’ah Islam untuk menetapkan suatu hukum syari’at Islam dalam hal yang ternyata belum ditegaskan dalam al-Qur’an dan as-Sunnah.[16]
Dari pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa ijtihad pada dasarnya merupakan proses penggalian dan penetapan hukum syari’ah yang di lakukan oleh para mujtahid muslim guna memberikan jawaban atas persoalan umat yang ketentuan hukumnya secra syari’ah tidak terdapat dalam al-Qur’an dan Hadist.
Secara etimologi, tujuan adalah “arah, maksud atau haluan”. Dalam bahasa arab “tujuan” diistilahkan dengan “ghayat, adhaf, atau maqashid”. Sementara dlam bahasa Inggris diistilahkan dengan “goal, purpose, objectives, atau aim”. Secara terminologi, tujuan berarti sesuatu yang diharapkan tercapai setelah sebuah usaha atau kegiatan selesai.[17]
Menurut Abdurrakhman Saleh Abdullah, tujuan umum pendidikan Islam adalah membentuk kepribadian sebagai khalifah allah atau sekurang kurangnya mempersiapkan ke jalan yang mengacu kepada tujuan akhir manusia.[18]
Jadi, dapat di simpulkan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah membentuk karakter atau kepribadian peserta didik secara Islami agar menjadi manusia paripurna (manusia yang memiliki jasmani yang sehat, psikis yang stabil, perilaku yang terpuji, pribadi yang tangguh, dll).
Dalam proses pendidikan kita di tuntut untuk mencari ilmu dan mengajarkannya, berarti pendidikan mencakup berbagai aktivitas manusia yang berhubungan dengan peradaban dan budaya.
Asas pendidikan Islam adalah asas perkembangan dan pertumbuhan dalam perikehidupan yang berkeseimbangan antara kehidupan duniawiah dan ukhrawiah, jasmaniah dan rohaniah atau antara kehidupan materiil dan mental spiritual. Asas-asas yang lain dalam pelaksanaan operasional seperti asas adil dan merata, asas menyeluruh dan asas integralitas, adalah juga dijadikan pegangan dalam pendidikan praktis sesuai pandangan teoritis yang dipegangi.[19]
Pendidikan harus memiliki struktur fondasi yang disebut dengan asas-asas pendidikan, sebagai dasar pijakan dalam pengembangan materi. Asas-asas pendidikan Islam erat kaitannya dengan ilmu-ilmu lain seperti : asas filosofis, asas historis, asas politik, asas sosial, asas ekonomi, dan asas psikologis. Berikut penjelasan asas-asas dalam pendidikan Islam.
A.    Asas Filosofis
Asas filosofis dalam pendidikan Islam berarti asas pendidikan yang berdasar kajian filsafat. Pendidikan sangat erat kaitannya dengan kajian filsafat karena dalam pelaksanaannya memerlukan proses pemikiran yang konsekuen tentang hal-hal yang harus di laksanakan demi tercapainya tujuan pendidikan.[20]
Falsafah pendidikan merupakan pandangan hidup muslim seperti yang termuat dalam ajaran al-Qur’/an dan Hadist. Hubungan timbal balik antar sesama muslim menyebabkan sistem pendidikan Islam tidak dapat dipisahkan dengan falsafah.
B.        Asas Historis
Asas historis berarti asas pendidikan yang berdasarkan faktor sejarah yang membahas peristiwa di masa lalu, asas histpros dalam pendidikan Islam meletakkan dasar pada analisa pendidikan dari fakta-fakta sejarah umat Islam yang berawal dari Nabi Muhammad SAW sampai sekarang.[21]
Dengan mengetahui sejarah maka kita dapat belajar lebih banyak bagaimana kita harus bersikap sehingga kita tidak akan mengulangi kesalahan yang sama dengan kesalahan yang pernah di lakukan oleh nenek moyang terdahulu sehingga menjadikan seseorang itu lebih baik.
C.      Asas Sosial
Pendidikan merupakan salah satu bentuk interaksi antar manusia. Aspek-aspek sosial pendidikan dapat digambarkan sengan memandang ketergantungan antara individu yang satu dengan yang lainnya.
Sebagai makhluk sosial manusia selalu berhubungan dengan manusia lainnya dan hidup saling ketergantungan. Dengan demikian asas sosial dalam pendidikan Islam berarti asas pendidikan yang bersumber dengan nilai-nilai kehidupan masyarakat dalam rangka memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidup masyarakat.[22]
Asas yang memerhatikan penciptaan suasana sosial yang dapat membaangkitkan semangat kerja sama antara peserta didik dengan pendidik dan masyarakat sekitarnya dalam menerima pelajaran agar lebih berdaya guna dan berhasil guna. Pendidik dapat memfungsikan sumber-sumber fasilitas dari masyarakat untuk kepentingan pelajarannya dengan membawa peserta didik untuk karyawisata, survei, pengabdian masyarakat (service projct), dan perkemahan (school camping)
D. Asas Ekonomi
Dalam bidang ekonomi, yang sangat relevan dengan pendidikan biasanya adalah hal-hal yang berkaitan dengan investmen dan hasilnya. Artinya, kalau modal yang ditanam sekian maka akan mengharapkan keuntungan dari hal itu. Negara – negara industri memerlukan waktu lebih banyak untuk belajar, ini artinya lebih banyak  investasi dalam pendidikan.  Sedangkan dinegara tertentu waktu belajar lebih sedikit dan tentunya budgetnya juga lebih sedikit. Hasil dari pendidikan tidak harus selalu bersifat uang, tetapi hal-hal yang tidak bersifat benda. Misalnya status, kesempatan, maupun penghargaan.[23]
E. Asas politik
            Politik merupakan masalah yang erat kaitannya dengan maslah kekuasaan dan kebijakan yang dilakukannya. Asas politik dalam pendidikan Islam merupakan asas pendidkan yang sangat erat hubungannya dengan kebijakan yang dilakukan oleh penguasa.[24]
Salah satu aspek politik yaitu ideologi. Ideologi inilah yang ingin diterapkan disuatu negara melalui pendidikan, tetapi pelaksanaanya harus mempertimbangkan aspek-aspek administratif supaya bisa berkembang dengan baik. Sebenarnya asas ini sangat berkaitan dengan sistem pendidikan. Karena jika sistem pendidikan berubah, maka administrasinya pun ikut berubah.
F. Asas Psikologi
Asas psikologi dalam pendidikan Islam menyatakan bahwa proses pendidikan Islam harus memperhitungkan faktor-faktor kejiwaan peserta didik. Asas psikologis dalam pendidikan ialah mempelajari situasi pendidikan dengan fokus utama interaksi pendidikan karena dengan asas psikologi pendidik dapat melaksanakan pendidikan dengan lebih baik dan mampu memberikan bimbingan yang tepat kepada peserta didik.[25]
Hubungan psikologi dengan pendidikan yaitu bagaimana budaya, keterampilan, dan  nilai-nilai masyarakat dipelajari, dari generasi tua hingga generasi muda agara identitas masyarakat terpelihara. Dengan adanya psikologi maka pendidik akan tahu bagaimana sifat-sifat dan perilaku peserta didik sehingga mampu menyampaikan materi dengan baik dan disesuaikan dengan perkembangan peserta didik sehingga tujuan pendidikan akan tercapai. [26]



Dalam Kamus Bahasa Indonesia dinyatakan, bahwa pendidik adalah orang yang mendidik. Dalam pengertian yang lazim digunakan, pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan pertolongan pada peserta didiknya dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaan, mampu berdiri sendiri dan memenuhi tingkat kedewasaannya, mampu mandiri dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah SWT, dan mampu melakukan tugas sebagai makhluk sosial dan sebagai makhluk individu yang mandiri.[27]
Pendidik adalah salah satu unsur yang paling penting dalam proses pendidikan. Karena pendidik merupakan penanggungjawab dalam memenuhi kebutuhan peserta didik, baik spiritual, intelektual, moral, estetika maupun kebutuhan fisik peserta didik.
Dalam konteks pendidikan Islam “pendidik” sering disebut dengan “murabbi, mu’alim, mu’addib”. Kata murabbi berasal dari kata rabba, yurabbi istilah ini lebih menekankan pengembangan dan pemeliharaan baik dalam aspek jasmaniah maupun ruhaniah. Kata mu’alim berasal dari kata ‘alama, yu’alimu istilah ini lebih menekankan posisi pendidik sebagai pengajar dan penyampai pengetahuan dan ilmu. Kata mu’addib berasal dari kata addaba, yuaddibu istilah ini lebih menekankan pendidik sebagai Pembina moralitas dan akhlak peserta didik dengan keteladanan.[28]
Secara umum, pendidik adalah orang yang mempunyai tanggungjawab untuk mendidik. Sementara secara khusus pendidik dalam perspektif pendidikan Islam adalah orang yang bertanggungjawab terhadap perkembangan peserta didik dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi peserta didik, baik potensi afektif, kognitif, maupun psikomotorik yang sesuai dengan nilai-nilai Islami.[29]
Pendidikan islam menempatkan manusia sebagai makhluk Allah yang paling mulia, kemulian dari manusia tentunya didapat melalui pendidikan dan pembinaan yang baik dan benar yang meliputi pembinaan aspek jasmaniah, rohaniah, fisik, maupun mental. Oleh sebab itulah manusia perlu mendapat pendidikan.[30]
Secara etimologi peserta didik adalah anak didik yang mendapat pengajaran ilmu. Secara Terminologi pesserta didik adalah anak didik atau individu yang mengalami perubahan, perkembangan sehingga masih memerlukan bimbingan dan arahan dalam membentuk kepribadian serta sebagai bagian dari struktural proses pendidikan. Dengan kata lain peserta didik adalah seorang individu yang tengah mengalami fase perkembangan atau pertumbuhan baik dari segi fisik, mental, maupun pikiran.
Dari pendapat tersebut peserta didik mempunyai ruang lingkup yang tidak terbatas, manusia harus selalu berusaha secara konstan melalui proses pendidikan sampai akhir hayatnya.
Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur prndidikan baik pendidikan informal maupun pendidikan nonformal, pada jenjang pendidikan dan jenis pendidikan tertentu.
A.    Istilah Lain Peserta Didik
Ø  Siswa/Siswi istilah bagi peserta didik pada jenjang pendidikan menengah pertama dan menengah keatas. Siswa adalah komponen masukan dalam sistem pendidikan, yang selanjutnya diproses dalam proses pendidikan, sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
Ø  Mahasiswa/Mahasiswi istilah umum bagi peserta didik pada jenjang pendidikan tinggi yaitu perguruan tinggi ataupun sekolah tinggi.
Ø  Taruna banyak digunakan Sekolah Militer atau yang menganut sistem militer, menurut KBBI berarti “pelajar (siswa) sekolah calon perwira”, beberapa perguruan tinggi kedinasan juga menggunakan kata Taruna untuk menyebut peserta didik.
Ø  Warga Belajar istilah bagi peserta didik yang mengikuti jalur pendidikan nonformal. Misalnya seperti warga belajar pendidikan keaksaraan fungsional.
Ø  Pelajar adalah istilah lain yang digunakan bagi peserta didik yang mengikuti pendidikan formal tingkat dasar maupun pendidikan formal tingkat menengah.
Ø  Murid istilah lain peserta didik tingkat taman kanak-kanak dan sekolah dasar.
Ø  Santri adalah istilah bagi peserta didik suatu pesantren atau sekolah-sekolah salafiyah yang sangat mempunyai potensi.[31]
B.     Tugas Siswa/Murid/Peserta Didik
Selain guru, murid pun mempunyai tugas untuk menjaga hubungan baik dengan guru maupun dengan sesama temannya dan untuk senantiasa meningkatkan keefektifan belajar bagi kepentingan dirinya sendiri. Tugas tersebut dapat ditinjau dari berbagai aspek yaitu aspek yang berhubunagn dengan belajar, aspek yang berhubungan dengan bimbingan, dan aspek yang berhubungan dengan administrasi.
Tujuan dari pendidikan agama islam adalah membentuk sumberdaya manusia yang berkepribadian muslim, menguasai dan mengembangkan iptek dan mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan. Untuk mencapai tujuan tersebut kurikulum pendidikan islam harus mencakup semua aspek yang menunjang pertumbuhan dan perkembangann manusia. Kurikulum juga berfungsi untuk menyediakan program pendidikan yang relevan dalam mencapai tujuan akhir pendidikan.
Dalam lembaga pendidikan Islam kurikulum merupakan faktor yang sangat penting dalam proses pendidikan Islam Karena segala hal yang harus di pahami, diketahui, dihayati, serta dilaksanakan oleh peserta didik harus ditetapkan dalam kurikulum. Oleh karena itu, dalam kurikulum tergambar jelas bagaimana proses belajar mengajar yang dilakukan oleh pendidik dan peserta didik.[32]
A.    Pengertian Kurikulum
Isilah kurikulum berasal dai bahasa latin curriculum kata curir yang artinya pelari dan curere yang artinya tempat berlomba[33], bisa dikatakan kurikulum adalah tempat belajar untuk menguasai suatu pelajaran guna mencapai akhir yang di inginkan.
Definisi kurikulum menurut pandangan lama adalah sejumlah mata pelajaran tertentu yang harus dikuasai untuk mencaapai suatu tingkatan tertentu dan ada juga yang mengatakan bahwa kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus di tempuh oleh murid untuk memperoleh ijazah.[34]
Saylor dan Alexander menjelaskan kurikulum adalah segala usaha sekolah untuk mencapai tuuan yang diinginkan. Selain itu kurikulum tidak hanya mengenai situasi di dalam sekolah, akan tetapi juga di luar sekolah.[35]
Armai Arief menjelaskan kurikulum pendidikan islam adalah jalan yang terang yang di lalui oleh pendidik bersama anak didiknya, untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap anak didik.[36]
Dari berbagai definisi yang telah mengemukakan tentang kurikulum pendidikan Islam, dapat disimpulkan bahwa kurikulum pendidikan Islam adalah kegiatan pendidikan yang dirancang oleh lembaga pendidikan Islam baik di dalam maupun di luar sekolah dengan maksud untuk mencapai tujuan pendidikan Islam.
B.     Peran dan fungsi kurikulum
Sebagai salah satu komponen suatu sistem pendidikan, paling tidak kurikulum mempunyai peran, yaitu:
Ø  Peran konservatif yaitu melestarikan berbagai nilai budaya sebagai warisan masa  lalu.
Ø  Peran kreatif yaitu mengembangkan setiap potensi yang dimiliki siswa.
Ø  Peran kritis dan evaluatif yaitu menyeleksi dan mengevaluasi segala sesuatu yang dianggap bermanfaat untuk kehidupan anak didik.
C.     Landasan Pengembangan Kurikulum
Pengembangan kurikulum adalah proses atau kegiatan yang sengaja dan dipikirkan untuk mnghasilkan sebuah kurikulum sebagai pedoman dalam proses dan penyelenggaraan pembelajaran oleh guru di sekolah. Ada dua hal yang harus dipertimbangkan dalam penentuan isi pengembangan kurikulum, yaitu rentangan kegiatan dan tujuan kelembagaan dengan visi dan misi.[37]
D.    Organisasi Kurikulum
Beragamnya pandangan yang mendasari pengembangan kurikulum munculnya terjadinya keragaman dalam mengorganisasikan kurikulum. Terdapat enam pengorganisasian kurikulum, yaitu:
Ø  Mata pelajaran terpisah: kurikulum terdiri dari sejumlah mata pelajaran yang terpisa-pisah.
Ø  Mata pelajaran berkorelasi: korelasi diadakan sebagai upaya untuk mengurangi kelemahan-kelemahan sebagai akibat pemisahan mata pelajaran.
Ø  Bidang studi: organisasi kurikulum yang berupa pengumpulan beberapa mata pelajaran yang sejenis serta memiliki ciri-ciri yang sama.
Ø  Program yang berpusat pada anak: program kurikulum yang menitikberatkan pada kegiatan-kegiatan peserta didik.
Ø  Inti Masalah: suatu program yang berupa unit-unit masalah.
Ø  Ecletic Program: suatu program yang mencari keseimbangan antara organisasi kurikulum.
E.     Evaluasi Kurikulum
Evaluasi merupakan salah satu komponen kurikulum. Evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa tingkat ketercapaian tujuan-tujuan pendidikan yang ingin diwujudkan melalui kurikulum yang bersangkutan. Evaluasi kurikulum memegang peranan penting, baik untuk penentuan kebijakan pendidikan pada umumnya maupun untuk pengambilan keputusan dalam kurikulum itu sendiri.[38]
F.      Fungsi Kurikulum
Ø  Fungsi penyesuaian mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu mengarahkan siswa agar memiliki sifat well adjusted yaitu mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.
Ø  Fungsi integrasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu menghasilkan pribadi-pribadi yang utuh.[39]
Pendekatan berarti proses, perbuatan, dan cara mendekati. Dari pengertian ini dapat diartikan bahawa pendekatan pendidikan adalah suatu proses, perbuatan, dan cara mendekati dan mempermudah pelaksanaan pendidikan. Jika dalam kegiatan pendidikan, metode sebagai cara mendidik, maka pendekatan berfungsi sebagai alat bantu agar penggunaan metode tersebut mengalami kemudahan dan keberhasilan. Pendekatan pendidikan Islam yang seharusnya dipahami dan dikembangkan oleh para pendidik adalah meliputi:
A.    Pendekatan psikologis: yang tekanannya diutamakan pada dorongan-dorongan yang bersifat persuasif dan motivatif, yaitu suatu dorongan yang mampu menggerakkan daya kognitif (mencipta hal-hal yang baru), konatif (daya untuk berkemauan keras), dan efektif (kemampuan yang menggerakkan daya emosional).
B.     Pendekatan sosial-kultural: yang ditekankan pada usaha pengembangan sikap pribadi dan sosial sesuai dengan tuntutan masyarakat, yang berorientasi kepada kebutuhan hidup yang semakin maju dalam berbudaya dan berperadaban.
C.     Pendekatan religik: yakni suatu pendekatan yang membawa keyakinan (aqidah) dan keimanan dalam pribadi anak didik yang cenderung ke arah komprehensif, intensif, dan ekstensif (mendalam dan meluas).
D.    Pendekatan historis: yang ditekankan pada usaha pengembangan pengetahuan, sikap dan nilai keagamaan melalui proses kesejahteraan.
E.     Pendekatan komparatif: yaitu pendekatan yang dilakukan dengan membandingkan suatu gejala sosial keagamaan dengan hukum agama yang ditetapkan selaras dengan situasi dan zamannya.
F.      Pendekatan filosofis: yaitu pendekan yang berdasarkan tinjauan atau pandangan falsafah. Pendekatan demikian cenderung kepada usaha mencapai kebenaran dengan mencapai kebenaran dengan memakai akal atau rasio.[40]
G.    Pendekatan fungsional: berdasarkan pendekatan fungsional potensi manusia dilihat sesuai dengan fungsi potensi itu masing-masing. Dorongan naluriah, seperti makan dan minum dikembangkan dengan tujuan agar manusia dapat memelihara kelanjutan hidupnya.
H.    Pendekatan emosiona: adalah usaha untuk mengunggah perasaan dan emosi peserta didik dalam meyakini dan menghayati ajaran agamanya. Kecerdasan emosional ini penting dikembangkan secara maksimal.
I.       Pendekatan sistem: dalam proses pembelajaran pendidikan Islam dapat dilakukan juga dengan pendekatan sistem. Sistem adalah suatu himpunan gagasan atau prinsip-prisip yang saling bertautan, yang bergabung menjadi suatu keseluruhan.
J.        Pendekatan induksi: induksi merupakan cara berpikir dimana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual. Pendekatan induksi dilaksanakan, misalnya dalam membelajarkan nilai-nilai Ilahiya dimulai dengan mengenal kasus-kasus dalam kehidupan sehari-hari.
K.    Pendekatan deduksi: deduksi adalah cara berpikir dimana dari pertanyaan yang besifat umum ditarik dari kesimpulan yang bersifat khusus. Pendekatan deduksi adalah cara menyajikan nilai-nilai kebenaran (ketuhanan dan kemanusiaan) dengan jalan menguraikan konsep tentang kebenaran itu agar dipahami oleh peserta didik.[41]
L.     Pendekatan tilawah (pengajaran): pendekatan ini meliputi membacakan ayat-ayat Allah yang bertujuan memandang fenomena alam sebagi ayat-Nya, mempunyai keyakinan bahwasemua ciptaan Allah memiliki keteraturan.
M.   Pendekatan tazkiyah (penyucian): pendekatan ini meliputi menyucikan diri dengan upaya Amar Ma’ruf nahi munkar (tindakan proaktif dan tindakan reaktif).
N.    Pendekatan ta’lim al-kitab: mengajarkan Al-Qur’an dengan menjelaskan hukum halal dan haram.
O.    Pendekatan ta’lim al-hikmah:pendekatan ini hampir sama dengan pendekatan ta’lim al-kitab.
P.      Pendekatan islah (perbaikan): pelepasan beban dan belenggu-belenggu yang bertujuan memiliki kepekaan terhadap penderitaan orang lain.[42]
Metode pendidikan Islam adalah prosedur umum dalam penyampaian atas asumsi tertentu tentang hakikat Islam sebagai suprasistem. Metode pendidikan Islam menyangkut permasalahan individual atau sosial peserta didik dan pendidik itu sendiri. Metode pendidikan merupakan sarana atau jalan menuju tujuan pendidikan, sehingga jalan yang ditempuh oleh seorang pendidik haruslah mengacu pada dasar-dasar metode pendidikan tersebut. Dasar metode pendidikan Islam itu diantaranya adalah dasar agamis, biologis, psikologis, dan sosiologis.
Ø  Dasar Agamis, maksudnya bahwa metode yang digunakan dalam pendidikan Islam haruslah berdasarkan pada Agama.
Ø  Dasar Biologis, perkembangan biologis manusia mempunyai pengaruh dalam perkembangn intelektualnya.
Ø  Dasar Psikologis, perkembangan dan kondisi psikologis peserta didik akan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap penerimaan nilai pendidikan dan pengetahuan yang dilaksanakan, dalam kondisi yang labil pemberian ilmu pengetahuan dan internalisasi nilai akan berjalan tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Ø  Dasar Sosiologis, saat pembelajaran berlangsung ada interaksi antarapeserta didik dan ada interaksi antara pendidik dengan peserta didik, atas dasar hal ini maka pengguna metode dalam pendidikan Islam harus memperhatikan landasan atau dasar ini.
A.    Prinsip-Prinsip Metode Pendidikan Islam
Metode pendidikan Islam harus digunakan dengan memperhatikan prinsip-prinsip yang mampu memberikan pengarahan dan petunjuk tenteng pelaksanaan metode pendidikan tersebut sebab dengan prinsip-prinsip ini diharapkan metode pendidikan Islam dapat berfungsi lebih efektif dan efisien dan tidak menyimpang dari tujuan semula dari pendidikan Islam. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
Ø  Prinsip mempermudah: metode pendidikan yang digunakan oleh pendidik pada dasarnya adalah menggunakan suatu cara yang memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk menghayati dan mengamalkan ilmu pengetahuan dan keterampilan.[43]
Ø  Berkesinambungan: berkesinambungan dijadikan sebagai prinsip metode pendidikan Islam, karena dengan asumsi bahwa pendidikan Islam adalah sebuah prosese yang akan berlangsung terus menerus, sehingga dalam menggunakan metode pendidikan seorang pendidik perlu memperhatikan kesinambungan pelaksanaan pemberian materi.
Ø  Fleksibel dan Dinamis: metode pendidikan Islam harus digunakan dengan prinsip fleksibel dan dinamis, sebab dengan kelenturan dan kedinamisan metode tersebut, pemakaian metode tidak hanya menonton dan zaklik dengan satu macam metode saja.[44]
B.     Macam-Macam Metode
Ø  Metode Ceramah adalah cara penyampaian informasi melalui penuturan secara lisan oleh pendidik kepada peserta didik.
Ø  Metode Tanya Jawab adalah suatu cara mengajar dimana seorang guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada murid tentang bahan pelajaran yang telah diajarkan atau bacaan yang telah mereka baca.
Ø  Metode Diskusi adalah suatu cara penyajian/penyampaian bahan pelajaran dimana pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik/membicarakan dan mengalisis secara ilmiah guna mengumpulkan pendapat.
Ø  Metode Pemberian Tugas adalah suatu cara mengajar dimana seorang guru memberikan tugas-tugas tertentu kepada murid-murid.
Ø  Metode Demontrasi adalah suatu cara mengajar dimana guru mempertunjukkan tentang proses sesuatu, atau pelaksanaan sesuatu sedangkan murid memperhatikannya.
Ø  Metode Eksperimen adalah suatu cara mengajar dengan menyuruh murid melakukan suatu percobaan dan setiap proses dan hasil percobaan itu diamati oleh setiap murid.
Ø  Metode Amsal/Perumpamaan yaitu cara mengajar dimana guru menyampaikan materi pembelajaran melalui contoh atau perumpamaan.
Ø  Metode Targhib dan Tarhib yaitu cara mengajar dimana guru memberikan materi pembelajaran dengan menggunakan ganjaran terhadap kebaikan dan hukuman terhadap keburukan agar peserta didik melakukan kebaikan dan menjauhi keburukan.[45]
Ø  Metode Penglangan (tikror) yaitu cara mengajar dimana guru memberikan materi ajar dengan cara mengulang-ngulang materi tersebut dengan harapan siswa bisa mengingat lebih lama materi yang disampaikan.[46]
Alat pendidikan secara umum emrupakan segala sesuatu yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam praktik pendidikan, istilah alat pendidikan sering diidentikan dengan media pendidikan, walaupun sebenarnya pengertian alat lebih luas dari pada media. Media pendidikan adalah alat, metode dan tekhnik yang digunakan dalam rangka meningkatkan efektivitas komunikasi, interaksi, dan edukatif antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran disekolah. Alat pendidikan Islam adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan Isla. Dengan demikian, alat ini mencakup apa saja yang dapat digunakan termasuk didalamnya metode pendidikan Islam. Alat pendidikan Islam yaitu segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menuntun atau membimbing anak dalam masa pertumbuhannya agar kelak menjadi manusia kepribadian muslim yang diridhai Allah swt.
A.    Macam-Macam Alat Pendidikan
Ø  Alat pendidikan yang bersifat Rohaniah (normatif), berfungsi sebagai preventf (pencegahan) dan represif (reaksi setelah ada perbuatan).
Ø  Alat pendidikan yang bersifat kebendaan (materi).[47]
B.     Landasan Penggunaan Alat Pembelajaran
Ø  Landasan Filosofis, digunakan berbagai jenis alat hasil teknologi baru didalam kelas, dapat mengakibatkan proses pembelajaran yang kurang manusiawi (karena anak dianggap seperti robot yang dapat belajar sendiri dengan mesin) atau dehumanisasi.
Ø  Landasan Psikologis, dari hasil kajian psikologis tentang proses belajar yang terkait dengan penggunaan alat pembelajaran, belajar adalah proses kompleks dan unik dalam mengelola proses pembelajaran haru diusahakan dapat memberikan fasilitas belajar (juga media dan metode pembelajaran) harus sesuai dengan perbedaan individual siswa.[48]
C.     Landasan Teknologis
Ø  Teknologi dalam pembelajaran: istilah teknologi dalam pembelajaran ini artinya ialah memanfaatkan kemajuan teknologi untuk mengfektifkan proses pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran (pendidikan).
Ø  Teknologi pembelajaran adalah proses yang kompleks dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide, , peralatan, dan organisasi untuk menganalisis masalah, mencari cara pemecahan, melaksanakan, mengevaluasi, ada mengelola pemecahan masalah-masalah dalam situasi dimana kegiatan belajar itu mempunyai tujuan dan terkontrol.
D.    Landasan Empiris
Dalam landasan ini menekankan pada pemilihan dan penggunaan alat belajar dan penggunaan alat belajar itu berdasarkan karakteristik orang yang belajar dan alatnya.[49]
E.     Jenis-Jenis Media Pendidikan
Ø  Taksonomi menurut Rudy Bretz: menurutnya ciri utama media dibagi menjadi 3 unsur pokok yaitu suara, visual, dan gerak..[50]
Ø  Media Grafis termasuk ke dalam media visual. Fungsinya menyalurkan pesan dari sumber ke penerima dengan indera penglihatan yang dituangkan dala simbol-simbol komunikasi visual. Seperti: sketsa, diagram, bagan/chart, grafik, kartun, poster, peta/globe, papan flannel, papan bulettin.
Ø  Media Audio berkaitan dengan indera pendengaran. Pesan-pesan yang disampaikan dituangkan ke dalam lambang-lambang auditif, baik verbal (ke dalam kata-kata/ bahasa lisan) maupun non verbal. Magnetic, pirirngan hitam, dan laboratorium bahasa.[51]
F.      Bentuk-Bentuk Alat Dalam Pendidikan Islam
Pada dasarnya yang dinamakan alat ini luas sekali artinya, segala perlengkapan yang dipakai dalam usaha pendidikan disebut alat pendidikan. Adapun bentuk-bentuk dalam pendidikan Islam:
Ø  Materi (Alat Dalam Bentuk Benda/hardwere)
Beberapa alat yang berbentuk materi (alat yang berbentuk benda) dalam pendidikan Islam yang sangat penting dalam dunia pendidikan adalah sebagai berikut:
ü  Pendidik merupakan alat pendidik karena tanpa pendidik, pendidikan tidak akan berjalan dengan baik.
ü  Lembaga Pendidik yang memberikan tempat unuk melaksanakan pendidikan formal dengan baik.
ü  Anak Didik merupakan sasaran dalam dunia pendidikan itu sendiri.
ü  Sarana dan Prasarana yang membantu lancarnya pelaksaan pendidikan, terutama dalam proses belajar pembelajaran seperti: meja kursi belajar, papan tulis, penghapus, kapur tulis, buku, peta, OHP, dan sebagainya.
ü  Perpustakaan yaitu buku-buku yang memberikan ilmu pengetahuan kepada para pendidik dan anak didik.[52]
ü  Kecakapan atau Kompetensi Pendidik sehingga memberikan pengajaran yang profesional dan sesuai dengan kapabilitasnya.
ü  Metodologi Pendidikan yaitu yang mengelola pelaksanaan pendidikan merupakan alat yang amat penting dalam pendidikan, seperti pengaturan jadwal, penempatan pendidik dalam mata pelajaran tertentu, pengaturan lama mengajar, pemenuhan gaji atau honor pendidik, penentuan rapat-rapat pendidikan dan sebagainya.
ü  Strategi Pembelajaran yang disesuaikan dengan tujuan belajar siswa dalam lembaga pendidikan tertentu, karena setiap lembaga pendidikan memiliki visi dan misi serta maksud dan tujuan yang berbede-beda.
ü  Evaluasi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, dalam pendidikan dikenal dengan tujuan pendidikan dan tujuan belajar.
Ø  Nonmateri (Tindakan/softwere)
Baik alat yang berbentuk materi (alat berbentuk benda) maupun nonmateri (tindakan) mempunyai fungsi yang sama-sama pentingnya, kedua alat ini tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya.[53]
G.    Contoh Alat Pendidikan Islam Dalam Kehidupan
Ø  Keteladanan, pada umumnya menusia memerlukan figure (sosok) identidikasi yang dapat membimbing manusia kearah kebenaran untuk memenuhi keinginan tersebut, untuk itu Allah mengutus Muhammad menjadi tauladan bagi manusia dan wjib diikuti oleh umatnya.
Ø  Perintah dan Larangan, seorang muslim diberi oleh Allah tugas dan tanggungjawab melaksanakan peserta didikan “amar ma’ruf nahi munkar”.
Ø  Ganjaran dan Hukuman, maksud ganjaran dalam konteks ini adalah memberikan suatu yang menyenangkan (penghargaan) dan dijadikan sebuah hadiah bagi peserta yang berprestasi, baik dalam belajar maupun sikap perilaku. Pendidika dalam pendidikan Islam yang tidak memberikan ganjaran kepada peserta didik yang telah memperoleh prestasi sebagai hasil belajar, maka dapat diartikan secara implasit bahwa pendidik belum memanfaatkan alat pengajaran seoptimalnya.[54]


H.     

PENUTUP

Dari pengertian pendidikan Islam di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pendidian Islam adalah usaha sadar dari pendidik untuk mengarahkan peserta didik menjadi pribadi muslim yang kamil dan berasaskan Islam yang berlandaskan al-Qur’an, hadist, dan ijtihad yang bertujuan untuk membentuk kepribadian peserta didik agar menjadi manusia paripurna dengan menyertakan asas-asas, kurikulum, pendekatan teori, sarana & prasarana, dan metode-metode sebagai pendukung konsep pendidikan Islam.

DAFTAR PUSTAKA

Ø Daulay, Haidar Putra. 2014. Pendidikan Islam dalam Perspektif Filsafat. Jakarta. Kencana Prenadamedia Group.
Ø Langgulung, Hasan. 1996. Asas-Asas Pendidikan Islam. Jakarta. Al-Husna.
Ø Marno. 2010. Strategi dan Merode Pengajaran. Yogyakarta. Ar-ruz Media.
Ø Nata, Abuddin. 2010. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta. Kencana.
Ø Ramayulis. 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta. Kalam Mulia.
Ø Rusmaini. 2014. Ilmu Pendidikan. Palembang. Grafika Telindo Press.
Ø Soebahar, Halim. 2002. Wawasan Baru Pendidikan Islam. Jakarta. Kalam Mulia.
Ø Tafsir, Ahmad. 1992. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung. Remaja Rosda Karya.
Ø Tantowi, Ahmad. 2009. Pendidikan Islam di Era Transformasi Global. Semarang. Pustaka Rizki Putra.
Ø Uhbiyati, Nur. 1999. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung. CV Pustaka Setia.



[1]Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), Hal. 13.
[2]Ibid.,
[3]Rusmaini, Ilmu Pendidikan, (Palembang: Grafika Telindo Press, 2014), Hal.2.
[4]Ibid.,
[5]Halim Soebahar, Wawasan Baru Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), Hal.7.
[6] Ahmad Tantowi, Pendidikan Islam di era Transformasi Global, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2009), Hal.9.
[7]Ramayulis, op. Cit., Hal.16.
[8]Ibid., Hal.89.
[9]Rusmaini, op. Cit., Hal.6.
[10]Ramayulis, op. Cit., Hal.17.
[11]Rusmaini, op. Cit., Hal.17.
[12]Ibid.,
[13]Ibid., Hal.18.
[14]Ibid., Hal. 20.
[15]Ibid.,
[16]Ibid., Hal.21.
[17]Ibid., Hal.22.
[18]Ibid.,
[19]Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia. 1999), Hal. 18.
[20]Rusmaini, op. Cit.Hal.29.
[21]Ibid., Hal. 31.
[22]Ibid., Hal.34.
[23]Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Al-Husna. 1996), Hal.137.
[24]Rusmaini, op. Cit. Hal. 38.
[25]Ibid., Hal.40.
[26]Hasan Langgulung. Op. Cit., Hal.251.
[27]Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2010), Hal. 159.
[28]Marno, Strategi dan Metode Pengajaran, (Yogyakarta: Ar-ruz Media, 2010), Hal.15.
[29]Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1992), Hal.74
[30]Rusmaini, op. Cit. Hal.79.
[32]Ibid., Hal.91.
[33]Ibid.,
[34]Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam dalam Perspektif Filsafat, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2014), Hal.87.
[35]Ibid., Hal.88.
[36]Rusmaini, op. Cit. Hal.93.
[41]Rusmaini, op. Cit. Hal.110.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar