Sabtu, 23 April 2016

kel. 5 (IIP) kemajuan dan kemunduran islam dalam sains



MAKALAH
KEMAJUAN DAN KEMUNDURAN ISLAM DALAM ILMU PENGETAHUAN


Disusun Sebagai Tugas Kelompok
Mata Kuliah Islam dan Ilmu Pengetahuan

Dosen Pengampu: Aristophan Firdaus, M.S.I


Disusun Oleh Kelompok 5:
Adi Febi Hidayat (1532100073)
Ajeng Ratika (1532100078)
Desi Ratnasari (1532100099)

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI RADEN FATAH PALEMBANG
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TAHUN AJARAN 2016/2017


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
                            Dalam kandungan al-Qur’an surat Yunus (10) ayat 101 dan dalam surat Al-Alaq (96) ayat 3-5 yang inti dari surat itu mengatakan bahwa pengembangan sains atau ilmu pengetahuan merupakan tugas manusia, karena perkembangan ilmu pengetahuan akan terus berkembang untuk mendapatkan ilmu baru adalah sebuah kewajiban bagi manusia. Di samping itu, Allah menugaskan manusia untuk terus belajar dari apa yang diperoleh dari hasil kajian itu. Allah memerintahkan agar manusia terus mengembangkan sains itu agar bermanfaat bagi kehidupan manusia[1].
                     Dalam sains juga di perlukan, karena tanpa adanya sains suatu ilmu itu tidak akan berjalan sehingga pengembangan terhadap ilmu pengetahuan tidak akan bernilai terhadap suatu ilmu. Karena upaya peningkatan taraf hidup adalah tanggung jawab manusia. Oleh karena itu, Allah memberikan manusia kemampun berpikir dan bekerja untuk menghasilkan teknologi baru dari apa yang mereka dapat dari hasil kajian ilmu pengetahuan.
                     Sehingga pertumbuhan dalam kemajuan dan kemunduran ilmu pengetahuan terhadap islam mempunyai peran dalam meningkatkan kembali kualitas terhadap kepercayaan suatu tradisi yang di anggap selalu dapat di percaya. Dengan demikian pelaksanaan ilmu pengetahuan pada masa pembinaan telah di laksanakan berdasarkan petunjuk dan bimbingan langsung yang berdasarka Al-Qur’an.
                     Bahwa Kemajuan ilmu pengetahuan Islam di Dunia menyebabkan berpadunya unsur-unsur pembawaan  ajaran islam dengan unsur-unsur yang berasal dari luar. Agar mereka dapat menyebar luaskan ilmu pengetahuan yang telah dikembangkan sebagai hasil perkembangan pemikiran dan ilmiah di kalangan kaum muslimin pada masa jayanya
A.    Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Kemajuan Islam dalam Ilmu Pengetahuan?
2.      Bagaimana Kemajuan Ilmu Pengetahuan Islam di Dunia?
3.      Siapa saja Ilmuwan-ilmuwan dalam Kemajuan Ilmu Pengetahuan dalam Islam?
4.      Apa saja Faktor-faktor Pendorong Kemajuan Sains dalam Peradaban Islam?
5.       Bagaimana Kemunduran Islam dalam Ilmu Pengetahuan?
B.     Batasan Masalah
1.      Hanya membahas Kemajuan Islam dalam Ilmu Pengetahuan
2.      Hanya membahas Kemajuan Ilmu Pengetahuan Islam di Dunia
3.      Hanya membahas Ilmuwan-ilmuwan dalam Kemajuan Ilmu     Pengetahuan dalam Islam
4.      Hanya membahs faktor-faktor Pendorong Kemajuan Sains dalam Peradaban Islam
5.      Hanya membahas Kemunduran Islam dalam Ilmu Pengetahuan





2
BAB II
PEMBAHASAN

KEMAJUAN DAN KEMUNDURAN ISLAM DALAM ILMU PENGETAHUAN
A.    Kemajuan Islam dalam Ilmu Pengetahuan
Sebagaimana telah di kemukakan bahwa tumbuh dan berkembangnya ilmu pengetahuan dalam islam, adalah sebagai akibat dari berpadunya unsur-unsur pembawaan  ajaran islam dengan unsur-unsur yang berasal dari luar. Kemudian potensi pembawaan islam tidak merasa cukup hanya menerima pengaruh dari luar saja, tetapi bahkan kemudian mengembangkannya lebih jauh, sehingga nampak adanya unsur-unsur islami yang dominan. Akhirnya berkembanglah berbagai bidang ilmu pengetahuan.
Henry Margenan dan David Bergamini, dalm the scientish sebagaimana di olah jujun S.Suriasumantri, telah mendaftarkan sederatan cabang ilmu pengetahuan yang telah dikembangkan sebagai hasil perkembangan pemikiran dan ilmiah di kalangan kaum muslimin pada masa jayanya, yang kemudian secara berangsur-angsur berpindah ke dunia barat, sebagai berikut [2]:
a.     Dalam bidang matematika, telah dikembangkan oleh para sarjana muslim berbagai cabang ilmu pengetahuan, seperti teori bilangan, aljabar, geometri analit, dan trigonometri.
b.      Dalam bidang fisika, mereka telah berhasil mengembangkan ilmu mekanika dan optika.
c.       Dalam bidang kimia, telah berkembang ilmu kimia.
d.      Dalam bidang astronomi,kaum muslimin telah memiliki ilmu mekanika benda-benda langit.
e.       Dalam bidang geologi, para ahli ilmu pengetahuan muslim telah mengembangkan Geodesi, Mineralogi, dan Meteologi.
f.       Dalam bidang biologi, mereka telah memilki ilmi-ilmu Phisiologi, Anatomi, Botani, Zoologi, Embriologi dan Pathologi.
g.      Dalam bidang sosial, telah pula berkembang ilmu politik.
         Kemajuan ilmu pengetahuan juga sesuai dengan keterangan yang dinyatakan dalam al-Qur’an. Salah satu ilmu modern adalah membedakan manusia berdasarkan sidik jarinya. Sidik jari manusia ternyata bersifat unik dan dapat digunakan untuk membedakan seseorang dengan orang lainnya.  Surah Al-Qiyamah ayat 4 menerangkan bahwa Allah akan menyusun jari-jemari manusia dengan sempurna. Pengertian sempurna adalah sampai pola sidik jari masing-masing manusia akan disusun kembali[3].
         Temuan lain yang menunjukkan kesesuaian al-Qur’an dengan sains adalah keterangan pada Surah An-Nisa’ ayat 56 tentang rasa sakit yang dirasakan oleh kulit. Padaayat tersebut dikatakan bahwa kulit manusia yang hangus dibakar oleh api neraka akan dibuat kembali agar penghuni neraka merasakan kembali rasa sakit tersebut. Profesor Tagatat Tejasen, sekretaris Departemen Anatomi di Universitas Chiang Mai Thailand, telah melakukan banyak penelitian tentang reseptor rasa sakit. Beliau menemukan bahwa reseptor rasa sakit berada pada kulit sehingga manusia tidak merasakan rasa sakit pada dagingnya jika kulitnya terbakar. Reseptor rasa sakit berada pada lapisan kedua kulit yang mengandung pembuluh darah dan ujung-ujung saraf[4].

B.    Kemajuan Ilmu Pengetahuan Islam di Dunia
         Kemajuan ilmu pengetahuan Islam di Dunia terdapat di beberapa negara, seperti[5]:
a.       Di Eropa
                   Pada abad pertengahan umat islam sanagt bergairah dalam menuntut dan mengembangkan ilmu dipelopori oleh Dibasti Abbasiyah yang berkuasa pada tahun 750 M. Pada abad pertengahan itu terdapat tempat pusat peradaban bagdad dan dimesir didunia islam abagian timur serta sicilla dan Andalusia (Spanyol Islam) di dunia islam bagian barat. Bagdad berperan dari 750-1492 M (dikuasai kembali oleh kristen)Pengaruh peradaban islam ke Eropa berlangsung pada abad ke 12 M dimulai dengan banykanya pemuda kristen Eropa yang belajar diberbagai universitas islam di Andalusia serta adanya gerakan penterjemah di Sicillia dan perang salib di Syria. Empirisme keilmuan islam mendorong ilmu Eropa untuk meneliti alam, menaklukan lautan dan menjelajah benua. Empirisme itu memberikan sumbangsihnya terhadap renaissanceeropa yang dimulai dari Italia pada abad ke 13 M.
b)   Di Afrika Utara
                   Orang romawi berusaha menyingkirkan kebudayaan latinnya dinegeri-negeri Afrika Utara. Dipindahkan sekolah-sekolah dan sistem-sistem pendidikannya sebagaimana sastra dan seni yunani menjadi cemerlang di Roma didapatinya pusat-pusat yang subur di Afrika utara sepanjang 2 abad perama semenjak Romawi menguasai Afrika. Disamping sekolah-sekolah dan pusat-pusat kebudayaan romawi terhadap perpustakaan dimana diadakan ceramah dan seminar begitu juga panggung sandiwara adan stadium-stadium yang memenuhi desa dan kota afrika dan berusaha menyingkirkan kebudayaan Romawi.
      c)   Di Andalusia
Orang-orang arab menyebut nama Andalusia untuk semua plosok Spanyol yang tunduk dibawah kaum muslimin dan nama arab itu berasal dari nama puak-puak yang berasal dari Spanyol berada dibawah kekuasaan romawi sehingga ia diserang oleh puak-puak Wandal pada abad ke 5 H. Semenjak itulah negeri ini dinamakan negeri Wandalusia atau negeri Wandal    orang   arab menamainya negeri Wandal. Dari Andalusia orang-orang arab mendirikan skolah-sekolah, masjid-masjid, hotel-hotel, rumah sakit, disegala tempat. Disamping itu mereka membuka jalan dan jembatan.
  1. Ilmuwan-ilmuwan dalam Kemajuan Ilmu Pengetahuan dalam Islam
Dari segi metodologi ilmiah, sebenarnya para sarjana muslim telah pula mengembangkan metodologi ilmiah yang di kembangkan oleh dunia barat sekarang. Pola berpikir rasional, sebenarnya dikenal oleh ahli-ahli pikir barat lewat pembahasan ahli-ahli falsafah islam terhadap filsafat yunani yang dilakukan antara lain oleh Al-kindi ( 809-873 M), Al-Farabi (881-961 M), Ibnu sina (980-103 M), dan Ibnu Rusyd (1126-1198 M). Demikian pula pola berpikir empiris yang di dunia barat dikenal lewat tulisan Francis Bacon (1561-1626 M) semula berasal dari sarjana-sarjana Islam[6].

a.      Abu Ali al Husayn Ibn Abdallah Ibn Al Hasan Ibn Ali Ibn Sina

Ibn Sina atau Avicenna adalah seorang polymath jenius asal Uzbekistan yang mendalami hampir semua ilmu pengetahuan, dari mulai filsafat, kedokteran, astronomi, sekaligus ilmuwan. Avicenna ini mengeluarkan mahakarya kedokteran yang judul “Al Qanun fi al Tibb” atau “The Canon of Medicine” dan menjadi buku pegangan utama para mahasiswa kedokteran di penjuru Eropa sampe abad ke 18.
Pada jaman itu, dunia medis masih sangat miskin pengetahuan, kebanyakan tabib hanya meraba-raba berdasarkan pengalaman tanpa didasari eksperimen serta pengetahuan yang sahih tentang bagaimana sistem tubuh manusia bekerja. Pada jaman ini, Avicenna-lah mengumpulkan seluruh pengetahuan ilmu faal, anatomi, intervensi medis dari jaman klasik Yunani/Romawi dan Persia/India sejak jaman Hippokrates dan Galen, sekaligus digabung dengan riset medis yang ia lakukan sendiri oleh Avicenna. Buku Avicenna sering disebut sebagai “Bapak Pengobatan Modern”.
Pada masanya, Avicenna ini dikenal sebagai orang yang berpikiran sangat logis dan rasional, jauh melampaui manusia-manusia pada zamannya. Perkembangan intelektual Avicenna sangat dipengaruhi dari ajaran Aristoteles dan Plato sebagai perintis tonggak pertama konsep filsafat logika serta budaya untuk selalu mempertanyakan segala sesuatu sampai sedalam-dalamnya. Berdasarkan itu, Avicenna tidak cuma mengembangkan banyak ilmu pengetahuan, tapi juga mengkritik banyak perkembangan ilmu yang keliru dan masih nyampur-nyampur sama hal-hal mistis dan supranatural[7].
·         Metodologi Penelitian: Selain buku the Canon of Medicine, Avicenna juga membuat “Kitab al Shifa” atau lebih dikenal dengan The Book of Healing. Dalam buku itu, Avicenna meletakkan dasar-dasar dan aturan dalam menjalankan metode eksperimen dalam mencari kebenaran dalam ilmu pengetahuan. Sampai akhirnya metode saintifik tersebut disempurnakan oleh Galileo yang menjadi Bapak Sains Modern.
·         Astronomi: Avicenna membantah klaim-klaim para astrolog yang menyatakan bahwa pergerakan benda langit memiliki efek kepada nasib manusia itu adalah hal yang tidak masuk akal. (dalam kitab: Ar Risalah fi Ibtal Ahkam al Nujum)
·         Kimia: Avicenna membantah klaim para alkimiawan (alchemist) yang menyatakan bahwa ada zat yang bisa mengubah timbal menjadi emas yang waktu itu terkenal dengan istilah “The Philosopher’s Stone"
·         Geologi: Dalam buku “The Book of Healing”, Avicenna juga membuat hipotesa bahwa awal terbentuknya gunung adalah proses pergerakan permukaan bumi seperti gempa bumi dan pergerakan sungai.
·         Fisika: Dalam bidang mekanika, Avicenna mengelaborasikan teori “motion” atau gerakan. Sedangkan dalam bidang fisika optik, dia sempat menyatakan bahwa cahaya memiliki kecepatan. Sampai akhirnya disempurnakan oleh Ole Rømer, Maxwell, dan Einstein.
·         Psikologi: Dalam psikologi, Avicenna juga menyatakan bahwa "jiwa" itu sebetulnya hanya merupakan bentuk persepsi fisiologis kesadaran manusia, dan bukan merupakan hal yang supernatural. Filosofi mengenai kejiwaan ini mempengaruhi banyak filsuf Barat jaman Renaissance, terutama René Descartes.

b.      Abu Yusuf Ya’qub Ibn Ishaq Al Sabbah Al Kindi

Al Kindi disebut sebagai ilmuwan muslim terbesar sepanjang masa. Awalnya, Al Kindi dipercaya sama Khalifah Al Ma’mun buat jadi ketua tim penerjemah naskah-naskah filsafat kuno dari Yunani dan Romawi di Bayt al Hikmah.
Al- kindi sebagai ilmuwan yang dapat menerjemahkan berbagai ilmu pengetahuan dari berbagai sumber paling awal peradaban filsafat klasik, Sehingga karya-karyanya dapat dikenal di dalam dunia pendidikan[8].
 Dalam bidang matematika, Al Kindi merupakan salah satu orang pertama yang ngadaptasi angka India jadi sistem bilangan Hindu-Arab (0--9) yang kita dapat pelajari.

c.       Abu al Fath ‘Umar Ibn Ibrahim Al Khayyam

Al-Khayyam atau Omar Khayyam adalah seorang matematikawan dan astronom, Sumbangan terbesar Khayyam di dunia matematika adalah Segi Empat Khayyam-Saccheri, yang merupakan suatu materi matematika soal postulat-postulatnya Euclid. Selain itu, dia juga dikenal sebagai orang yang pertama kali secara lengkap ngejabarin konsep Segitiga Pascal.
Dalam dunia astronomi, ia bisa membuktikan bahwa Bumi berputar pada sumbunya. Selain itu, dia juga salah satu anggota tim perumus kalender Iran yang dikenal sebagai Jalali Calendar.

d.      Abu Abdullah Muhammad Ibn Musa Al Khwarizmi

Al Khwarizmi adalah Ilmuwan asal Khwarezm, Uzbekistan, ini berasal dari keluarga dengan latar belakang penganut agama Zoroastrianisme (Majusi).
Al-khawarizmi mengembangkan pendekatan khusus untuk memecahkan persamaan linear dan kuadrat, yang kita kenal dengan nama Aljabar. 
Selain itu, beliau inilah yang berhasil memetakan pergerakan matahari, bulan, dan kelima planet yang dia tulis dalam kitab Zīj al-Sindhind (Perhitungan Astronomi Pakistan dan India)[9].

e.     Nasir al Din Tusi

Ilmuwan Persia abad ke 13 ini merupakan ilmuwan yang terakhir muncul di dunia Islam, setelah Baghdad diluluh lantakkan oleh bangsa Mongol dibawah kepemimpinan Hulagu Khan.
Karena terjadi pergeseran kekuasaan, Tusi mengabdikan dirinya kepada Khan. Sama seperti ilmuwan yang gua sebut sebelumnya, dia juga seorang polymath yang menguasai banyak bidang ilmu seperti matematika, astronomi, fisika, kimia, biologi, serta sastra. Tapi yang paling terkenal ilmuwan ini adalah teorinya tentang mekanisme Seleksi Alami yang membentuk keanekaragaman hayati di dunia, yang dia kemukakan 750 tahun sebelum Charles Darwin dan Alfred Wallace, duet pengungkap rahasia Seleksi Alami.
Tusi mengatakan bahwa organisme-organisme yang lebih cepat untuk bermutasi dan berubah bentuk/memiliki perubahan fungsi organ akan lebih bervariasi dibandingkan individu lainnya. Badan organisme tersebut berubah karena faktor internal dan eksternal. Ini adalah yang merupakan titik awal pemikiran manusia tentang asal mula spesies terbentuk[10].
"The organisms that can gain the new features faster are more variable. As a result, they gain advantages over other creatures. [...] The bodies are changing as a result of the internal and external interactions."- Al Tusi, Kitab Akhlaq-i-Nasri
    1. Abu al Walid Muhammad Ibn Rushd
Ibn Rushd atau lebih dikenal dengan nama Averroes adalah seorang polymath muslim yang lahir di daerah Andalusia, Spanyol. Cakupan bidang yang dia pelajari sangat luas dari mulai logika, filsafat, psikologi, geografi, matematika, sampai kedokteran. Ibn Rushd dikenal sebagai ilmuwan muslim terakhir yang dengan gigih memperjuangkan nilai-nilai logika dan metode sains dalam kebudayaan Islam di tengah gerakan dari lawan pemikirannya yaitu Al Ghazali yang mengkritik bahwa pencampuran ajaran filsafat Yunani dari jaman Aristoteles hingga, Avicenna dan Al Farabi itu sesat dan tidak sesuai dengan ajaran Islam.
Akibat dari pembelaannya terhadap filsafat Yunani dan metode sains, dirinya dikucilkan dari komunitas Islam dan dianggap sesat oleh tiga agama sekaligus, Islam, Kristen, dan Yahudi. Sampai akhirnya khayatnya, Ibn Rushd tetap setia dengan pandangannya bahwa ilmu pengetahuan, filsafat, dan agama bisa berjalan beriringan. Ironisnya, Ibn Rushd dikenang sebagai pejuang terakhir (sayangnya gagal) yang melakukan perlawanan terakhir para ilmuwan Islam untuk mengedepankan logika dan pendekatan metode saintifk[11].
  1. Faktor-faktor Pendorong Kemajuan Sains dalam Peradaban Islam
Ada beberapa faktor dalm kemajuan imlu pengetahuan dalam islam yang diantaranya ialah[12]:
·          Universalisme
Dalam Al-Quran surat Ali-Imran:110 disebutkan bahwa, orang yang beriman, mengajak kepada kebaikan, dan mencegah yang mungkar, dikategorikan sebagai manusia yang lebih baik daripada ahli kitab sekalipun.
·         Toleransi
Adanya toleransi antar umat, toleransi akan kemauan untuk berbagi ilmu an kemauan menerima ilmu, menyebabkan perkembangan sains atau pengetahuan berkembang pesat.
·         Karakter pasar internasional
Luasnya jaringan perdagangan pada masa itu sangat mempengaruhi perkembangan sains masa itu. Luas daerah kekuasaan Islam pada Dinasti Abbasiyah dari India di Timur sampai dengan Andalusia di Barat. Pengaruh lain adalah Rihlah ilmiyah (perjalanan untuk mencari ilmu pengetahuan). Selain itu, gelombang ekspansi atau perluasan daerah kekuasaan yang cukup besar juga mempengaruhi perkembangan sains dalam peradaban islam.
Faktor-faktor yang menyebabkan ekspansi demikian cepat antara lain adalah[13]:
1.      Islam, disamping merupakan ajaran yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, juga agama yang mementingkan soal pembentukan masyarakat.
2.      Dalam dada para sahabat, tertanam keyakinan tebal tentang kewajiban menyerukan ajaran-ajaran Islam (dakwah) ke seluruh penjuru dunia. Disamping itu, suku-suku bangsa Arab gemar berperang. Semangat dakwah dan kegemaran berperang tersebut membentuk satu kesatuan yang padu dalam diri umat Islam.
3.      Bizantium dan Persia, dua kekuatan yang menguasai Timur Tengah pada waktu itu, mulai memasuki masa kemunduran dan kelemahan, baik karena sering terjadi peperangan antara keduanya maupun karena persoalan-persoalan dalam negeri masing-masing.
4.      Pertentangan aliran agama di wilayah Bizantium mengakibatkan hilangnya kemerdekaan beragama bagi rakyat. Rakyat tidak senang karena pihak kerajaan memaksakan aliran yang dianutnya. Mereka juga tidak senang karena pajak yang tinggi untuk biaya peperangan melawan Persia.
5.      Islam datang ke daerah-daerah yang dimasukinya dengan sikap simpatik dan toleran, tidak memaksa rakyat untuk mengubah agamanya dan masuk Islam.
6.      Bangsa Sami di Syria dan Palestina dan bangsa Hami di Mesir memandang bangsa Arab lebih dekat kepada mereka daripada bangsa Eropa, Bizantium, yang memerintah mereka.
7.      Mesir, Syria dan Irak adalah daerah-daerah yang kaya. Kekayaan itu membantu penguasa Islam untuk membiayai ekspansi ke daerah yang lebih jauh.
·         Perhargaan terhadap sains dan saintis
Al-Makmun membangun Baitul Hikmah
·         Keterpaduan antara tujuan dan alat/cara
Sains dan nilai (etika atau moral) harus berjalan bersamaan
B.  Kemunduran Islam dalam Ilmu Pengetahuan
Orang-orang muslim tak lagi menjadi pelopor dalam perkembangan ilmu pengetahuan, tidak seperti pada zaman sebelumnya. Pada zaman kejayaan Muslim, banyak orang Muslim yang menjadi ilmuwan dan menemukan suatu perkembangan keilmuwan. Sebagai contoh adalah Al Khawarizmi, ia adalah seorang muslim penemu konsep matekmatika, aljabar. Hal ini terekam dalam bukunya yang berjudul  “Al-Jabr wa-al Muqabilah”. Selain aljabar, ia juga pertama kali memperkenalkan konsep angka menjadi bilangan dari 0-9[14].

Matematika, merupakan dasar dari teknologi komputer. Namun, penemu komputer bukanlah orang muslim. Hal ini merupakan salah satu contoh kalahnya orang-orang muslim dalam perkembangan ilmu pengetahuan saat ini. Orang muslim tak lagi berjaya seperti zaman dahulu, kalah oleh mereka yang nonmuslim[15].
Adanya ketimpangan kemampuan umat muslim di era terdahulu dengan sekarang dalam hal pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Syakin Arsalan, adalah seorang pemikir asal Libanon (1869-1946). Arsalan, dalam bukunya Kenapa Islam Terbelakang? Menjelaskan mengenai apa saja penyebab kemunduran dunia Islam. Menurut Arsalan terdapat dua penyebab, yakni yang pertama bangsa-bangsa non-Muslim maju karena mereka tetap berpegang pada tradisi keagamaan mereka sendiri. Arsalan menyebut dua contoh: Jepang dan Eropa, simbol kemajuan dunia pada awal abad ke-20. Dua dunia itu maju tanpa harus mengabaikan tradisi keagamaan mereka. Penjelasan kedua, bangsa-bangsa itu maju karena kerja keras untuk meraih kemajuan, terutama dalam bidang ilmu pengetahuan. 
Selain itu, dalam pandangan Arsalan, kemajuan bangsa-bangsa Islam hanya bisa dicapai melalui jalan yang sama yang ditempuh oleh bangsa-bangsa non-Islam, yakni berpegang pada tradisi, serta kerja keras. Hukum kemajuan berlaku secara “konsisten” bagi bangsa Islam dan non-Islam. Ada tiga penyakit mental yang dianggap oleh Arsalan sebagai “biang kerok” kemunduran dunia Islam: pesimisme (tasya’um), rendah diri (al-istikhdza’) dan cepat putus asa (inqitha’ al-amal). Pada penutup bukunya, Arsalan mengutip ayat yang dalam pandangannya merupakan kunci kebangkitan dunia Islam, yakni Al-Ankabut (29):69. Bunyi ayat itu: wa ‘l-ladzina jahadu fina lanahdiyannahum subulana – mereka yang berjuang (jihad) di jalanKu, Aku akan menunjukkan mereka jalan-jalan menuju Aku.“Jihad” adalah kata kunci yang disebut oleh Arsalan. Tetapi, ini bukanlah jihad dalam pengertian “perang suci” sebagaimana kita jumpai pada kelompok Islam garis keras. Baginya, jihad adalah kerja keras dan kesediaan untuk melakukan pengorbanan (al-tadlkhiyah).
Gagasan dari Arsalan ini, telah disampaikan di awal abad 20. Sebenarnya, selain penyebab-penyebab yang telah disebutkan oleh Arsalan, terdapat satu lagi penyebab kemunduran umat Islam dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, yakni umat Islam saat ini telah jauh dari Kitab Al-quran dan As-sunah[16].
Umat muslimin saat ini, pada umumnya jauh dari dua sumber utama kemuliaan mereka, yakni Kitabullah Al-Qur’an dan As-Sunnah An-Nabawiyyah. Padahal Nabi Muhammad secara gambalang mewasiatkan agar kita senantiasa berpegang teguh kepada kedua warisan suci tersebut. Hanya dengan bersikap demikianlah kita tidak bakal menjadi tersesat dari jalan lurus yang Allah telah berikan bagi orang-orang beriman.
تَرَكْتُ فِيكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا كِتَابَ اللَّهِ وَسُنَّةَ نَبِيِّهِ
Rasulullah bersabda, "Telah aku tinggalkan untuk kalian, dua perkara yang kalian tidak akan sesat selama kalian berpegang teguh dengan keduanya; Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya." (HR. Malik 1395)
            Semestinya kedua perkara ini menjadi rujukan utama kaum muslimin, baik dalam urusan kecil maupun besar, baik urusan pribadi maupun bermasyarakat. Kedua perkara ini merupakan sumber kemuliaan dan kebanggaan kaum muslimin. Jika mereka akrab dengannya, niscaya mereka menjadi mulia. Jika mereka jauh dari keduanya, niscaya mereka akan dihinggapi kehinaan sebagaimana yang tampak dewasa ini[17].
وَلَوِ اتَّبَعَ الْحَقُّ أَهْوَاءَهُمْ لَفَسَدَتِ السَّمَاوَاتُ وَالأرْضُوَمَنْ فِيهِنَّ بَلْ أَتَيْنَاهُمْ بِذِكْرِهِمْ فَهُمْ عَنْ ذِكْرِهِمْ مُعْرِضُونَ 
“Andai kata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan mereka tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu.” (QS. Al-Mukminun [23] : 71)
Realitasnya, dewasa ini hubungan kaum muslimin umumnya jauh dari kedua sumber utama ajaran Islam tersebut. Kalaupun ada hubungan biasanya hanya hubungan parsial. Ada yang hubungannya dengan Al-Qur’an hanya sebatas tilawah (membacanya). Atau kalaupun ada yang lebih daripada itu ialah hubungan tahfizh (menghafalkannya). Ini bukan berarti kita tidak menganggap penting aktifitas tilawah dan tahfizh Al-Qur’an. Tetapi masalahnya ini tidaklah cukup. Allah tidak menurunkan Al-Qur’an dengan maksud sebatas itu. Allah menurunkan Al-Qur’an agar menjadi petunjuk, pedoman hidup bagi ummat Islam, bahkan segenap umat manusia. Allah menghendaki agar dengan berpedoman kepada Al-Qur’an ummat manusia keluar dari kegelapan jahiliyah menuju terangnya hidayah cahaya Islam. Maka sepatutnya kaum muslimin juga tadabbur (memahami) dan tathbiq (mengamalkan) Al-Qur’anul Karim.
Tetapi hal di atas tidak terjadi. Malah banyak muslim yang lebih bangga hidup berpedoman kepada berbagai sumber kebanggaan selain daripada Al-Qur’an dan Sunnah Nabi. Mereka bangga dengan berbagai kitab karya manusia. Ada yang lebih bangga dengan kitab warisan nenek moyangnya yang bukan Islam. Ada yang membanggakan kitab produk kaum kuffar Eropa. Ada yang membanggakan kitab lokal-tradisional suku atau bangsanya yang bukan berpedoman kepada Kitabullah. Dan banyak lagi lainnya. Padahal Allah sudah memperingatkan apa yang bakal terjadi

16
jika mereka meninggalkan sumber kebanggaan yang berasal dari Allah dan Sunnah Nabi Muhammad SAW[18].
وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلا تَتَّبِعُواالسُّبُلَفَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
 “…dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-An’aam [6] : 153)
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa penyebab kemunduran kaum muslimin saat ini terhadap perkembangan ilmu pengetahuan yakni rasa pesimis, rendah diri, cepat putus asa, dan jauh dari kitab suci Al-quran dan As-sunah. Keempat hal ini alangkah baiknya untuk kita hindari bersama, agar umat muslim dapat kembali meraih masa kejayaannya, dalam hal ini kejayaan dalam perkembangan ilmu pengetahuan.
Dalam buku karya Wisnu Arya W. yang berjudul Melacak Teori Einstein  dalam Al Qur'an, disebutkan beberapa faktor yang menjadi penyebab ilmu pengetahuan Islam mengalami kemunduran. Faktor - faktor tersebut, antara lain adalah [19]:
1.      Kesadaran orang barat akan arti penting penguasaan ilmu pengetahuan bagi peningkatan kesejahteraan rakyat sangat tinggi. Oleh karena itu, orang barat ingin mengambil alih kemajuan ilmu pengetahuan dari umat islam, karena pada abad ke 9 - abad ke 13 M umat islam dengan menguasai iptek bisa lebih baik kesejahteraannya dari pada oranga barat, sehingga mereka berusaha untuk merebut kemajuan iptek dari umat islam.
2.      Orang barat yang pada umumnya beragama Nasrani, ingin menunjukan pula bahwa melalui agama Nasrani merekapun dapat maju dalam bidang ilmu pengetahuan sejajar dengan umat islam. Akan tetapi dalam perkembangan selanjutnya setelah mereka mendapatkan kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan, mereka justru mulai menjauh dari agama mereka. Sehingga urusan agama berjalan sendiri, begitu pula dengan ilmu pengetahuan. Mereka mungkin menganggap bahwa agama Nasrani dengan kitab Injil, justru menjadi penghalang bagi kemajuan ilmu pengetahuan. Mungkin hal ini disebabkan kerena banyak penemuan-penemuan baru dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak sesuai dengan ayat-ayat dalam Kitab Injil. Misalkan tentang terbentuknya alam semesta ini, seperti yang tertulis dalam Kitab Injil tidak sesuai dengan teori dan kenyataan yang ada. Peredaran bumi dan planet-planet mengelilingi matahari, bertentangan dengan teori yang ada dalam Kitab Injil. Ingat ketika Galileo Galilei mengumumkan teori tentang peredaran bumi dan planet-planet mengelilingi matahari ditentang oleh gereja, karena tidak sesuai dengan Bibel. Begitu pula dengan Nicolas Copernicus mengumumkan teori tentang “heliocentris”, yaitu bumi berputar mengelilingi matahari dan matahari sebagai pusat peredaran, juga ditentang oleh gereja. Kedua ilmuan tersebut akhirnya dihukum mati oleh gereja. Hal ini tidak terjadi dalam agama Islam, karena Al Qur’an selalu sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan, bahkan Al Qur’an bisa menjadi sumber ilmu pengetahuan Orang-orang barat yang berjiwa petualang berusaha menemukan “benua” baru, sehinggga mereka berusaha berlayar denan route yang tidak lazim, seperti yang dilakukan oleh Amerigo Vespuci dan Columbus pada tahun 1492 ke benua Amerika. Vasco de Gama pada tahun 1407 berlayar ke Tanjung Pengaharapan.
18

James Cook pada tahun 1770 pergi berlayar ke Australia dan New Zealand serta kepulauan Pasifik. Penemuan-penemuan benua baru tersebut ikut mempengaruhi route perdagangan yang berdampak terhadap negara-negara Islam pada waktu itu. Route perdagangan yang semula Syria dan Mesir ramai dikunjungi pedagang-pedagang dari India dan dari Eropa, setelah penemuan route (benua) baru, Mesir dan Syria jadi sepi yang mengakibatkan sumber pendapatan negeri-negeri Islam jadi berkurang banyak[20].
3.      Orang-orang barat sengaja menghancurkan observatorium Islam yang didirikan oleh Taqi Al Din di Konstantinopel pada tahun 1580, menjadikan Islam kehilangan sumber pengetahuan dan pengamatan bintang (astronomi) yang sudah sangat maju pada masa itu. Ironisnya, pada waktu yang sama sekitar tahun 1580 juga, orang barat baru pertama kali membangun observatoriumnya oleh Tycho Brace. Perlu dicatat bahwa Islam telah memiliki observatorium pertama kali yang dibangun pada tahun 500-an M di Ulugh Beg (Samarkand). Jadi orang islam sudah lebih dahulu maju 1000 tahun dari orang barat dalam hal pengerahuan tentang astronomi.
4.      Perjanjian perdagangan antara Sultan Sulaiman I (dinasti Utsmani) dari Turki dan Inggris, yang pada mulanya untuk meringankan Turki mengimport barang-barang dari Inggris dan negara-negara Eropa lainnya, tapi lama-kelamaan ekonomi Turki banyak tergantung pada ekonomi Eropa. Terlebih lagi dengan adanya revolusi industri di Inggris dan di negara-negara Eropa lainnya, produk barang jadi dari Eropa makin membanjiri negara-negara islam dan keadaan ini juga makin mempengaruhi ekonomi negara-negara islam lainnya.
5.      Ketergantungan negara-negara islam terhadap ekonomi Eropa lama kelamaan menjadi suatu bentuk ketergantungan dalam bidang pemerintahan. Inilah awal mula pemerintahan kolonialisme barat terhadap negara-negara islam. Akibat kolonialisme barat, maka negara-negara islam yang pada mulanya bersatu dari Maroko sampai ke Pakistan, kemudian terpecah belah menjadi negara-negara kecil berdasarkan feodalisme, kesultanan , kerajaan dan keemiratan yang antara satu dengan lainnya saling bersaing, bahkan sampai bermusuhan. Politik pecah belah, devide et impera, telah melumpuhkan kejayaan islam pada masa lalu.
6.      Akibat kolonialisme negara-negara islam yang semula menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa nasionalnya, mulai terdesak oleh bahasa penjajah. Keadaan ini sedikit banyak telah menjauhkan mereka dari Al Qur’an, padahal Al Qur’an adalah juga sumber ilmu pengetahuan dan teknologi[21].
7.      Akibat kolonialisme stabilitas politik dan kemakmuran ekonomi negara-negara islam mulai menurun, padahal stabilitas politik dan kemakmuran merupakan akar bagi berkembangnya ilmu pengetahuan Hal ini lebih diperpapah lagi dengan munculnya kapitalisme barat[22].
 Selanjutnya diungkapan oleh M.M Sharif, bahwa pikiran islam menurun setelah abad ke XIII M dan terus melemah sampai abad ke XVIII M. Di antara sebab-sebab melemahnya pikiran islam tersebut, antara lain dilukiskannya sebagai berikut [23]:  
1.      Telah berkelebihan filsafat islam (yang bercorak sifistis) yang dimasukkan oleh Al-Ghazalidalam alam islami di timur, dan berkelebihan pula ibnu rusyd dalam memasukkan filsafat islamnya (yang bercorak rasionalitas) ke dunia islam di barat.
2.      Umat islam, terutama para pemerintahnya (khalifah dan sultan) melalaikan ilmu pengetahuan, dan tidak memberi kesempatan untuk berkembang. Kalau pada mulanya para penjabat pemerintah sangat memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan, dengan memberikan penghargaan yang tinggi kepada para ahli ilmu pengetahuan, maka pada masa menurun dan melemahnya kehidupan umat islam ini, para ahli ilmu pengetahuan umumnya terlibat dalam urusan-urusan pemerintahan, sehingga melupakan pengembangan ilmu pengetahuan.
3.      Terjadinya pemberontakan-pemberontakan yang di barengi dengan serangan dari luar, sehingga menimbulkan kehancuran-kehancuran yang mengakibatkan berhentinya kegiatan pengemangan ilmu pengetahuan di dunia islam.semantara itu obor pikiran islam berpindah tangan ke tangan kaum Masehi, yang mereka ini telah mengikuti jejak kaum muslimin yang menggunakan hasil buah pikiran yang mereka capai dari pikiran islam itu.






21
BAB III
PENUTUP
A.                                                              Kesimpulan
Tumbuh dan berkembangnya ilmu pengetahuan dalam islam, adalah sebagai akibat dari berpadunya unsur-unsur pembawaan  ajaran islam dengan unsur-unsur yang berasal dari luar. Kemudian potensi pembawaan islam tidak merasa cukup hanya menerima pengaruh dari luar saja, tetapi bahkan kemudian mengembangkannya lebih jauh, sehingga nampak adanya unsur-unsur islami yang dominan. Akhirnya berkembanglah berbagai bidang ilmu pengetahuan.
Kemajuan ilmu pengetahuan Islam di Dunia terdapat di beberapa negara, seperti: di Eropa, di Afrika Utara, di Andalusia.
Ilmuwan-ilmuwan dalam Kemajuan Ilmu Pengetahuan dalam Islam seperti: Abu Ali al Husayn Ibn Abdallah Ibn Al Hasan Ibn Ali Ibn Sina, Abu Yusuf Ya’qub Ibn Ishaq Al Sabbah Al Kindi, Abu al Fath ‘Umar Ibn Ibrahim Al Khayyam, Abu Abdullah Muhammad Ibn Musa Al Khwarizmi, Nasir al Din Tusi, dan Abu al Walid Muhammad Ibn Rushd.
Faktor-faktor Pendorong Kemajuan Sains dalam Peradaban Islam diantaranya: Universalisme, Toleransi, Karakter pasar internasional, Perhargaan terhadap sains dan saintis, Keterpaduan antara tujuan dan alat/cara.
Dalam buku karya Wisnu Arya W. yang berjudul Melacak Teori Einstein  dalam Al Qur'an, disebutkan beberapa faktor yang menjadi penyebab ilmu pengetahuan Islam mengalami kemunduran. Faktor - faktor tersebut, antara lain adalah:
1.    Kesadaran orang barat akan arti penting penguasaan ilmu pengetahuan bagi peningkatan kesejahteraan rakyat sangat tinggi.

22
2.    Orang barat yang pada umumnya beragama Nasrani, ingin menunjukan pula bahwa melalui agama Nasrani merekapun dapat maju dalam bidang ilmu pengetahuan sejajar dengan umat islam
3.    Orang-orang barat sengaja menghancurkan observatorium Islam yang didirikan oleh Taqi Al Din di Konstantinopel pada tahun 1580, menjadikan Islam kehilangan sumber pengetahuan dan pengamatan bintang (astronomi) yang sudah sangat maju pada masa itu
4.    Perjanjian perdagangan antara Sultan Sulaiman I (dinasti Utsmani) dari Turki dan Inggris, yang pada mulanya untuk meringankan Turki mengimport barang-barang dari Inggris dan negara-negara Eropa lainnya, tapi lama-kelamaan ekonomi Turki banyak tergantung pada ekonomi Eropa.
5.    Ketergantungan negara-negara islam terhadap ekonomi Eropa lama kelamaan menjadi suatu bentuk ketergantungan dalam bidang pemerintahan.
6.    Akibat kolonialisme negara-negara islam yang semula menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa nasionalnya, mulai terdesak oleh bahasa penjajah.
7.    Akibat kolonialisme stabilitas politik dan kemakmuran ekonomi negara-negara islam mulai menurun, padahal stabilitas politik dan kemakmuran merupakan akar bagi berkembangnya ilmu pengetahuan






23
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Ridwan Sani. 2014. Sains Berbasis Al-Qur,an. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Basri, Hasan Jumin. 2012. Sains dan Teknologi dalam Islam: Tinjauan Genetis dan Ekologis. Jakarta: PT Raja Grafindo.
Zuhairini. 2011. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
https://www.zenius.net/blog/6100/sejarah-islam-ilmu-pengetahuan







24


[1] Hasan Basri Jumin, Sains dan Teknologi Dalam Islam tinjauan genetis dan ekologis, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2012)

1
[2] Zuhairini, dkk, sejarah pendidikan islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011) hlm. 107
3
[3] Ridwan Abdullah Sani, sains berbasis al-qur’an, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2014) hlm. 174
[4] Ibid., hlm. 175-176

4
[6] Op.Cit., hlm. 108
6
[23] Ibid., hlm.110
20

Tidak ada komentar:

Posting Komentar