Pengertian
dan Lahirnya Historiografi
Makalah
Ini Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Historiografi
Islam
Dosen Pengampu:
Nyayu Soraya, M. Hum.
Nyayu Soraya, M. Hum.
Disusun Oleh Kelompok 1:
Anggun
Violita (
1532100085)
Bagus Hidayahtullah
(1532100091)
Delsie Iin Syafutri
(1532100096)
Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan
Universitas Islam Negeri
Raden Fatah Palembang
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan menyebut nama Allah SWT
yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, dengan ini kami panjatkan puji syukur
atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan makala historiografi islam yang berjudulPengertian dan Lahirnya Historiografi (Faktor – Faktor
Pendukung Perkembangan Sejarah dalam Islam, Posisi Ilmu Sejarah dalam Ilmu
keislaman, Kegunaan, dan Manfaat Historiografi )
Kami sangat berharap makalah ini
dapat berguna untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai Pengertian dan Lahirnya Historiografi (Faktor – Faktor
Pendukung Perkembangan Sejarah dalam Islam, Posisi Ilmu Sejarah dalam Ilmu
keislaman, Kegunaan, dan Manfaat Historiografi ). Dalam kesempatan ini kami mengucapkan
terima kasih kepada ibu Nyayu Soraya, M. Hum. yang telah membantu kami dalam
menyelesaikan tugas ini .
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa
di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, kami berharap adanya kritik dan saran untuk perbaikan makalah di masa yang
akan datang.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Palembang,
7
Maret 2016
Penulis
A. Latar belakang
Historiografi atau penulisan sejarah
dalam ilmu sejarah merupakan titik puncak seluruh kegiatan penelitian sejarah.
Dalam metodologi sejarah, historiografi merupakan bagian terakhir. Langkah
terakhir, tetapi langkah terberat, karena di bidang ini letak tuntutan terberat
bagi sejarah untuk membuktikan legitimasi dirinya sebagai suatu bentuk disiplin
ilmiah.Historiografi tidak terlepas dari data -data yang mendukung guna
penulisan sejarah. Historiografi merupakan usaha pendataan sumber- sumber yang
telah tersedia terhadap kajian -kajian kritis yang ada. Metode -metode dan
pendekatan- pendekatan yang di dapat atau telah terbukti di manfaatkan untuk
mempelajari bahan -bahan dan terhadap masalah teoritis yang berkaitan dengan
penulisan sejarah.
Secara umum, historiografi sebagai
sebuah ilmu berbicara mengenai proses penulisan tentang suatu peristiwa di masa
lampau (peristiwa sejarah). Sedangkan, pengertian umum dari historiografi umum
sebagai satu disiplin ilmu sejarah, merupakan satu bagian integral dari
historiografi dalam metode sejarah yang berbicara mengenai kerangka penulisan
ilmiah (terkait dengan struktur fisik dan ide), teori penafsiran sejarah, serta
perkembangan teori dan metodologi sejarah. Historiografi umum memiliki esensi
tentang kesadaran manusia dalam memaknai kehidupannya ke dalam sebuah tulisan
(dokumen). Menjelaskan suatu peristiwa sejarah sangat membutuhkan aspek
pembabakan atau periodisasi.[1]
Jadi,
Historiografi adalah suatu penulisan sejarah yang merupakan bagian terakhir
dalam penulisan sejarah masa lampau. Historiografi memiliki dua pengertian
yaitu sebagai peristiwa masa lampau dan sebagai ilmu.
Berbicara
mengenai historigrafi umum, tentunya ada macam
dari historiografi itu sendiri, yaitu historiografi Islam. Historiografi Islam
merupakan penulisan sejarah yang dilakukan oleh orang islam baik kelompok
maupun perorangan dari berbagai aliran dan di pada masa tertentu. Tujuan
penulisannya adalah untuk menunjukkan perkembangan konsep sejarah baik di dalam
pemikiran maupun di dalam pendekatan ilmiah yang dilakukannya disertai dengan
uraian mengenai pertumbuhan, perkembangan dan kemunduran bentuk-bentuk ekspresi
yang dipergunakan dalam penyajian bahan-bahan sejarah.
Jadi, ada beberapa macam historiografi dan salah
satunya adalah historiografi islam. Yang tujuannya adalah mengetahui
perkembangan, pertumbuhan sejarah islam.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa Pengertian
Historiografi Islam
dan Lahirnya Historiografi Islam?
2.
Apa Saja Faktor
Pendukung Perkembangan Sejarah dalam Islam ?
3.
Bagaimana
Posisi Ilmu Sejarah dalam Ilmu Keislaman ?
4. Apa
Kegunaan dan Manfaat Historiografi ?
C. Batasan Masalah
1.
Untuk
Mengentahui Apa Pengertian Historiografi dan Lahirnya Historiografi Islam.
2.
Untuk
Mengentahui Apa Saja Faktor Pendukung Perkembangan Sejarah dalam Islam.
3.
Untuk
Mengentahui Bagaimana Posisi Ilmu Sejarah dalam Ilmu Keisalaman.
4.
Untuk
Mengentahui Apa Kegunaan dan Manfaat Historiografi.
BAB II
PEMBAHASAN
Kata ”historiografi”merupakan
gabungan dari dua kata, yaitu history yang berarti sejarah dan grafi
yang berarti deskripsi/penulisan.[2]
History berasal
dari kata benda Yunani ”istoria” yang berarti ilmu. Yang pada perkembangan
selanjutnya lebih banyak digunakan untuk pemaparan mengenai
gejala-gejala, terutama tentang keadaan manusia, dalam urutan kronologis. [3]
Jadi, Historiografi adalah suatu penulisan
sejarah guna menuliskan peristiwa masa lampau dan penjelasan mengenai gejala –
gejala mengenai sesuatu terutama keadaan manusia secara berurutan.
Sejarah memiliki dua pengertian,
yaitu sebagai kejadian yang terjadi pada masa lampau dan sejarah sebagai ilmu,
pada defenisi diatas sejarah hanya dipahami sebagai kejadian yang terjadi pada
masa lampau sehingga untuk mewakili pemahaman bahwa sejarah sebagai sebuah
disiplin ilmu, meletakkan beberapa batasan tertentu tentang peristiwa masa lampau tersebut yaitu:
[4]
1.
Pembatasan menyangkut waktu
Salah satu konsensus sejarah menetapkan bahwa
sejarah bermula ketika bukti-bukti sejarah tertulis telah ditemukan. Sedang
sebelum adanya bukti tersebut masuk dalam kategori ”prasejarah”.
2.
Pembatasan tentang peristiwa
Tidak semua kejadian di
masa lampau adalah sejarah. Tetapi yang di anggap sejarah hanya
peristiwa yang menyangkut manusia yang menjadi objek sejarah.
3.
Pembatasan tempat
Agar menjadi ilmu maka tempat
kejadian sebuah peristiwa menjadi bagian yang tidak terpisah sehingga bisa
menjadi objek penelitian.
4. Seleksi
Tidak
semua peristiwa yang terjadi pada manusia termasuk dalam kategori sejarah,
semua kejadian tersebut bisa dianggap sejarah jika bisa digabung sehingga
membentuk bagian-bagian dari suatu proses, atau dinamika yang menjadi perhatian
sejarawan.
Dari uraian diatas bisa dipahami
bahwa penulisan sejarah adalah usaha merekonstruksi peristiwa yang terjadi
dimasa lampau. Dan penulisan tersebut baru bisa dikerjakan setelah melalui
penelitian, karena tanpa penelitian terlebih dahulu maka penulisan yang
dilaksanakan hanya akan menjadi sebuah catatan tanpa adanya pembuktian.[5]
Historiografi awal Islam pada dasarnya merupakan
historiografi Arab yang berkembang dalam periode sejak Islam pertama kali
disampaikan Nabi Muhammad SAW sampai abad ke-3 H., ketika historiografi Islam
awal mengambil bentuk relatif mapan sulit dibantah, bahwa historiografi awal
ini mempunyai sumber dasar keagamaan. Adalah Islam yang memberikan kesadaran
sejarah kepada kaum muslim baik melalui al-Qur'an --- dengan banyak ayat yang
mendandung dimensi historis dan quasi-historis—maupun melalui Nabi Muhammad sendiri
sebagai figus historis.(M. Azami, 1977:1-3).[6]
Dalam pandangan Yusni Abdul Gani, ilmu sejarah dalam
Islam dianggap sebagai ilmu-ilmu keagamaan ('ulum an-naqliyyah) kerena pada
awalnya terkait erat dengan ilmu hadis. Seperti dikemukakan Duri, kebangkitan
tulisan sejarah sejak masa awal Islam merupakan bagian integral dari perkembangan
kebudayaan Islam umumnya, historiografi Islam berkaitan sangat erat dengan
kebangkitan disiplin hadits.(Duri, 1986:12-3) Senada dengan pernyataan Duri,
Azra, melihat bahwa penulisan hadits itu dapat dikatakan sebagai cikal bakal
penulisan sejarah.[7]
Dari penulisan hadits-hadits Nabi itu, para sejarawan
segera memperluas cakupan sejarah. Pertama-tama mereka mengembangkannya kepada
riwayat-riwayat yang berkenaan dengan perang-perang Nabi yang disebut dengan
al-maghazi.
Perkembangan ilmu
sejarah dalam Islam tidak dapat dipisahkan dari perkembangan budaya secara umum
yang berlangsung sangat cepat. Dalam bidang politik, hanya dalam satu abad
lebih sedikit, Islam sudah menguasai Spanyol, Afrika Utara, Syria, Palestina,
Semenanjung Arabia, Irak, sebagian Asia Kecil, Persia, Afghanistan, Turkmenia,
Uzbekistan, dan Kirgis di Asia Tengah. Kebangkitan Islam itu telah melahirkan
sebuah imperium, mengalahkan dua imperiumbesar yang sudah ada sebelumnya :
Persia dan Bizantium.Sejalan dengan menanjakannya imperium besar ini, umat
islam juga menggalakan pengembangan ilmu pengetahuan, baik dalam bidang agama
maupun umum. Perkembangan ilmu pengetahuan itu semakin dipercepat dengan
terjadinya kontak-kontak pemikiran dan budaya antara orang-orang Arab Islam
dengan bangsa-bangsa yang telah ditaklukannya, di samping semakin meningkatnya
pengalaman umat islam itu sendiri. Puncak dari perkembangan budaya dan
peradaban Islam itu terjadi pada masa Abasyah, tepatnya pada abad ke-9 dan
ke-10 M. Ketika itu, cendikiawan – cendikiawan Islam bukan hanya menguasai ilmu
pengetahuan dan filsafat yang mereka pelajari dari buku-buku Yunani, tetapi
juga menambahkan ke dalamnya hasil - hasil penelitian yang mereka lakukan
sendiri dalam lapangan ilmu pengetahuan dan hasil pemikiran mereka dalam bidang
filsafat. Pada masa ini pula ilmu-ilmu keagamaan dalam Islam disusun. Seiring
dengan perkembangan budaya dan peradaban Islam lahir dan berkembang. [8]
Ketika umat Islam sudah mencapai kemajuan dalam penulisan sejarah, tidak
ada bangsa lain pada waktu itu yang menulis sejarah seperti halnya kaum
muslimin. Mereka memandang sejarah sebagai ilmu yang sangat bermanfaat. Tokoh –
tokoh sejarawan menulis ribuan buku dengan judul-judul yang berbeda-beda yang
menggambarkan isinya. Pertama-tama, karya sejarah yang paling banyak dikarang
adalah dengan tujuan mengambil manfaat dan teladan, karena mereka mendapatkan
hal yang sama di dalam al – Qur’an tentang kisah-kisah umar yang telah lalu. Oleh
karena itu, karya- karya sejarah pertama berisi berita penciptaan bumi,
turunnya Nabi Adam, kisah para Nabi, riwayat hidup Nabi Muhammad SAW. [9]
Sejarahwan muslim juga
mengkaitkan sejarah dengan berbagai disiplin ilmu seperti sastra, politik,
sosial, fiqh, geografi, dan rihlah. Judul karya – karya seperti ini diantaranya
“ garib” (yang asing )”tuhfal” (pengembara) “uqud” (transaksi ) dsb.Akan tetapi
sayang karya-karya itu sebagian besar tidak sampai ke generasi kita. Malapetaka
yang diderita umat islam tidak terbatas ada pertumpahan darah, tetapi juga
permusnahan buku-buku. Pembumihangusan kota Bagdad oleh tentara Hulagu tahun
1258 M telah memusnahkan banyak perpustakaan dan masjid yang berisi kitab-kitab
yang ditulis cendikiawan muslim. Permusuhan syiah dan dan sunnah, juga
mengakibatkan banyaknya buku-buku yang musnah.
Ada dua faktor pendukung utama berkembangannya penulisan sejarah dalam
sejarah islam.[10]
a. Al Qur’an, kitab suci
umat Islam memeriahkan umatnya untuk memperhatikan sejarah. Beberapa ayat
Al-Qur’an dengan jelas memerintahkan hal itu. Diantaranya ayat Al-Qur’an :
1. Surat Yusuf ayat 111
“Sesungguhnya
pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai
akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan
(kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai
petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.”
2. Al – Qur’an surat Al A’raf 176
“Demikian
itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka
ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir”.
3. Surat At Thaha ayat 99
“Demikianlah kami
kisahkan kepadamu (Muhammad) sebagian kisah umat yang telah lalu, dan
sesungguhnya telah Kami berikan kepadamu dari sisi Kami suatu peringatan (Al
Quran).”
Jadi intinya Al – Qur’an bahkan
tidak hanya memerintahkan umatnya untuk memperhatikan perkembangan sejarah
manusia, tetapi Al-Qur’an juga menyajikan banyak kisah. Sebagian ulama bahakan
ada yang berpendapat bahwa dua pertiga isi Al-Qur’an itu adalah kisah sejarah.
Manna’ al –Qaththan membagi kisah al – Qur’an kepada golongan:
a. Kisah para nabi yang
berisi usaha, fase-fase dan perkembangan dakwah mereka, dan sikap orang-orang
yang menentang mereka, termasuk ke dalam golongan ini Kisah Nabi Adam,Nabi Nuh,
Ishak, Ismail, Musa , Harun, Isa, dan Nabi Muhammad Saw.
b. Kisah- kisah
orang-orang terdahulu yang tidak termasuk dalam katagori nabi, seperti kisah
Thalut, Jalut, dua orang putera Nabi Adam, Ashbab Al-Kahfi (penghuni gua), Zulkarnaen,
Karun, Firaun, dan Maryam.
c. Kisah - kisah yang
berhubungan dengan peristiwa – peristiwa yang terjadi di masa Nabi Muhammad,
seperti peristiwa Perang Badar, Perang Uhud, Perang al- Ahzab, Perang Hunain,
Perang Tabuk, Hijrah, Isra’.
Pada masa wilayah kekuasaan Islam sudah mencakup
banyak orang-orang yahudi dan kristen , kaum muslimin berpaling kepada mereka
untuk mengetahui isyarat-isyarat al – Qur’an tersebut. Orang-orang yahudi dan
kristen kemudian menyampaikan kisah-kisah yang terdapat di dalam injil dan
taurat sambil menerangkannya. Apa yang disampaikan oleh orang- orang Yahudi dan
Kristen itu disebut dengan “Isra’iliyyat”. Umat Islam mengaitkan “
Isra’iliyyat” itu dengan tafsir dan sejarah. Pengaruh “ Isra’iliyyat” itu masih
dirasakan dan terdapat sampai sekarang.
b. Ilmu Hadits, ajaran –
ajaran Islam yang terkandung di dalam al- Qur’an yang berkenaan dengan muamalat
bersifat umum dan hanya dalam garis besarnya saja. Untuk kepentingan
pengembangan dan pelaksanaanya Tuhan sendiri menunjukkan bahwa tugas Nabi
adalah untuk menjabarkan yang masih dalam garis besarnya, menerangkan yang
masih dipandang umum dan tersamar, dan bahkan membuat hukum- hukum yang belum
terdapat dalam al- Qur’an. Oleh karena itu, diawal masa perkembangan Islam,
ilmu hadits merupakan ilmu yang paling tinggi dan paling diperlukan oleh umat
Islam pada waktu itu.
Hadits bukan hanya
perkataan Nabi, tetap juga mencakup perbuatannya dan ketetapan-ketetapannya.
Oleh karena itu, Nabi dipandang sebagai contoh teladan yang harus diikuti oleh
umat islam. Untuk kepentingan meneladani Nabi, umat islam kemudian di permudah
oleh para ulama hadits yang kemudian menyusun buku semacam biografi Nabi, yang
di kenal dengan nama al-sirahdan
perang-perang Nabi (al-maghazi) di
kemudian hari.
Dari
penulisan Hadis inilah dapat dikatakan sebagai cikal bakal perintisan jalan
menuju perkembangan ilmu sejarah, bahkan dalam rangka menyeleksi hadis yang
benar dari yang salah maka muncullah ilmu kritik hadis, baik dari segi
periwayatannya maupun dari segi matan atau materinya. Ilmu kritik hadis ini
pula yang dijadikan metode kritik penulisan sejarah yang paling awal.
Sejarah penulisan
dimulai pada awal masa kenabian, awalnya Rasulullah melarang para sahabatnya
menulis hadist, seperti riwayat dari Abu Said Al Khudry,
لا تكتبوا
عني ومن كتب عني غير القرآن فليمحه
“Janganlah kalian menulis dari ku, dan barangsiapa
yang telah menulis dari ku selain al Quran maka hapuslah”. (HR. Muslim).
Namun
di akhir hayatnya Rasulullah mengizinkan penulisan hadits seperti yang diriwayatkan,
dari Abdulllah bin Amr bin Ash, beliau mengatakan,
كُنْتُ
أَكْتُبُ كُلَّ شَيْءٍ أَسْمَعُهُ مِنْ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم أُرِيدُ
حِفْظَهُ ، فَنَهَتْنِي قُرَيْشٌ وَقَالُوا : أَتَكْتُبُ كُلَّ شَيْءٍ تَسْمَعُهُ
وَرَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم بَشَرٌ يَتَكَلَّمُ فِي الْغَضَبِ ،
وَالرِّضَا ، فَأَمْسَكْتُ عَنِ الْكِتَابِ ، فَذَكَرْتُ ذَلِكَ لِرَسُولِ اللهِ
صلى الله عليه وسلم ، فَأَوْمَأَ بِأُصْبُعِهِ إِلَى فِيهِ ، فَقَالَ : اكْتُبْ
فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ مَا يَخْرُجُ مِنْهُ إِلاَّ حَقٌّ.
“Dahulu aku menulis semua yang aku dengar dari
Rasulullah karena aku ingin menghafalnya. Kemudian orang orang Quraisy
melarangku, mereka berkata, “Engkau menulis semua yang kau dengar dari
Rasulullah? Dan Rasulullah adalah seorang manusia, kadang berbicara karena
marah, kadang berbicara dalam keadaan lapang”. Mulai dari sejak itu akupun
tidak menulis lagi, sampai aku bertemu dengan Rasulullah dan mengadukan masalah
ini, kemudian beliau bersabda sambil menunjukkan jarinya ke mulutnya, “tulislah!
Demi yang jiwaku ada di tanganNya, tidak lah keluar dari mulutku ini kecuali
kebenaran”. (HR. Adu Dawud, Ahmad, Al Hakim).
Di samping dua faktor
pendukung utama perkembangan penulisan sejarah dalam islam (al-Qur’an dan
Hadits) itu, menurut Husein Nashshar, terdapat faktor-faktor yang mendorong
kebangkitan gerakan sejarah dengan lebih cepat lagi. Faktor-faktor itu adalah :[11]
1.
Para khalifah membutuhkan suatu pengetahuan yang dapat
membimbing mereka dalam menjalankan roda pemerintahan, sementara hal itu mereka
dapatkan dalam warisan budaya mereka.
2.
Orang-orang Arab menulis sejarah mereka agar dapat
mempertahankan diri dari sikap superioritas bangsa-bangsa asing itu. Mereka
menerangkan bahwa meskipun mereka baru memasuki dunia peradaban mereka tidak
lebih rendah dari bangsa-bangsa lain.
3.
Sistem pemerintahan, terutama sistem keuangan dalam
pemerintahan islam, termasuk salah satu faktor yang mendorong berkembang dan
tersebarnya penulisan sejarah karena pembayaran pajak dari daerah-daerah tergantung
kepada bagaimana daerah itu ditakukan, apakah dengan damai, dengan kekerasan
atau dengan suatu perjanjian.
4.
Penulisan sejarah juga di dorong oleh keadaan di mana
dimulainya gerakan menulis ilmu-ilmu yang lain yang sudah di kenal oleh bangsa
Arab ketika itu.
5.
Penulisan “silsilah” semakin berkembang di masa Islam,
dan memberi warna tersendiri bagi para penyair-penyair Arab dalam penulisan
sejarah Arab, karena sebelum masuknya Islam penulisan “silsilah” bukan di tulis
melainkan dihapal.
Meskipun umat Islam sangat memperhatikan
penulisan sejarah, para cendikiawan muslim pada masa silam tidak sepakat dalam menempatkan
sejarah sebagai ilmu dalam jajaran ilmu-ilmulainnya. Pada periode pengambil alihan pengetahuan. Yunani
sarjana-sarjana Islam untuk pertama kalinya berkenalan dengan klasifikasi beberapa
macam cabang ilmu pengetahuan. Namun klasifikasi mengenai ilmu pengetahuan yang
diambil alih oleh orang-orang muslim itu tidak menentukan tempat khusus bagi sejarah.
Demikianlah klasifikasi ilmu pengetahuan yang disusun oleh al-Kindi, al- Farabi,
IbnuSina, dan al-Ghazali, bahkan Ibnu Khaldun yang dikenal luas sebagai ahli sejarah
dalam Islam juga tidak menyebutkan sejarah di dalam pembidangan ilmu yang dilakukannya.
Hal ini mungkin di pengaruhi oleh klasifikasiYunani, jadi sarjana-sarjana muslim
pada waktu itu tidak begitu yakin untuk menentukan tempat sejarah di dalam kerangka
ilmu-ilmu pengetahuan.[12]
Akan tetapi, di samping orang-orang yang tidak menempatkan sejarah di
dalam kerangka ilmu pengetahuan, ada
juga yang mencoba menentukan posisinya. Namun mereka juga tidak bersepakat tentang
posisi itu. Ibnu Nadim pada abad ke 10 dalam kitabnya alFihrist membagi ilmu yang berkembang pada masanya menjadi sepuluh bagian besar. Ilmu sejarah
ditempatkannya pada bagian ketiga dari bukunya itu. Bagian ketiga itu berisi keterangan
panjang mengenai sejarah. Al-Khawarizmi menempatkan sejarah
sebagai salah satu dari enam ilmu pengetahuan arab, seperti : Fiqih, Theologi,
Gramatika bahasa Arab, Menulis, Sastra, dan sejarah.Rasa’il Ikhwan al-Shafa memasukan ilmu sejarah sebagai bagia dari
ilmu-ilmu elementer (membaca,menulis,tata bahasa Arab, dan puisi).
Ibn Hazm menempatkan
sejarah pada tempat yang penting dari ilmu fisika dan matematika. Ibn Abi
al-Rabi’ menempatkan ilmu sejarah sejajar dengan ilmu theologi dan hukum Islam.[13]
Jadi, dalam menentukan posisi ilmu sejarah dalam islam para ilmuan
muslim memiliki pendapat yang berbeda- beda. Ada yang memasukan ilmu sejarah ke
dalam ilmu pengetahuan, ada juga yang memasukan ilmu sejarah sebagai ilmu yang
sangat penting.
Keguanaan historiografi
adalah untuk meninjau kembali suatu pendapat atau pandangan dalam sebuah
karangan yang dibuat oleh orang lain. Manfaat yang di dapat dari historiografi adalah:
1. Untuk mengetahui
pandangan, metode penelitian, dan metode penulisan sejarah yang dilakukan para
sejarawan muslim di masa silam, sehingga dapat dilakukan kajian kritis terhadap
karya-karya sejarah mereka. Kita perlu mengetahui latar belakang dan faktor yang
mendorong penulisan sejarah oleh sejarawan itu, pendapat-pendapat sejarah
mereka, cara mereka meriwayatkan sejarah dalam tulisan, pandangan mereka
tentang pentingnya arti sejarah dan perannya dalam kehidupan intelektual dan
kehidupan umum.
2. Untuk mengenal sumber
sejarah Islam. Banyak di antara karya sejarawan muslim di masa silam yang
sekarang merupakan sumber primer karena karya-karya itu banyak yang memaparkan
peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa hidup penulis atau dikutip dari
karya-karya yang memaparkan peritiwa-peristiwa yang sezaman dengan penulis.
Seperti, kiab-kitab khutbath adalah
kitab-kitab yang menerangkan suatu daerah yang diduduki oleh suatu kabilah dan
belum diduduki oleh kabilah lain sebelumnya. Karya seperti itulah yang di sebut
sumber primer dalam penulisan sejarah Arab-islam.
3. Untuk mendapatkan
sumber-sumber yang banyak di anggap ‘primer” itu. Misalnya, bagi sejarawan
sekarang masih merupakan sumber yang sangat berharga, tetapi dilihat dari apa
yang di tulisnya tentang masa kebangkitan awal islam, kita dalam hal ini
ternyata dihadapkan dengan sejumlah sejarawan dan bukan sejarawan yang menjadi
sandaran atau sumer al-Thabari seperti, Abu Mikhnaf, Sa’if Ibn ‘Umar, Ibn
al-kalbi, dan lain-lain.
Jadi kesimpulannya banyak sekali manfaat
atau kegunaan dari historiografi ini. Namun menurut kami menfaatnya dalam
kehidupan sehari- hari yaitu membantu kita mengetahui sejarah masa lampau yang
belum kita ketahui.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Historiografi itu
dimaksudkan sebagai penulisan sejarah, maka historiografi merupakan tingkatan
kemampuan seni yang menekankan pentingnya keterampilan, tradisi
akademis, ingatan subyektif (imajinasi) dan pandangan arah yang semuanya
memberikan warna pada hasil penulisannya. Dengan demikian berarti bahwa
historiografi sebagai suatu hasil karya sejarawan yang menulis tulisan sejarah.
Faktor pendukung perkembangan sejarah dalam islam yaitu,
Al Qur’an, Hadits, Situasi (social, politik, budaya) dan Kondisi pada masa itu.
Posisi lmu sejarah, dalam menentukan posisi ilmu sejarah
dalam islam para ilmuan muslim memiliki pendapat yang berbeda- beda. Ada yang
memasukan ilmu sejarah ke dalam ilmu pengetahuan, ada juga yang memasukan ilmu
sejarah sebagai ilmu yang sangat penting.
Manfaat Historiografi banyak sekali manfaat atau kegunaan dari
historiografi ini. Namun menurut kami menfaatnya dalam kehidupan sehari- hari
yaitu membantu kita mengetahui sejarah masa lampau yang belum kita ketahui.
DAFTAR PUSAKA
Gottshalk, Louis.1986. Mengerti Sejarah. Jakarta : UI Press
Yatim, Badri. 1997. Historiografi
Islam. Jakarta : Logos
[1]Youchenky Salahuddin Mayeli, resume
historiografi : http://youchenkymayeli.blogspot.co.id/2011/12/resume-historiografi.html,
1 Maret 2016, 13: 27
[2]Badri
Yatim, Historiografi Islam, (Jakarta : Logos. 1997). hal. 1
[3]Louis
Gottshalk, Mengerti Sejarah,( Jakarta : UI Press, 1986). hal. 27
[6]Syafieh, perkembangan historiografi islam : http://syafieh74.blogspot.co.id/2013/04/perkembangan-historiografi-islam.html, 1 Maret 2016, 13.56.
[7]Syafieh, perkembangan historiografi islam : http://syafieh74.blogspot.co.id/2013/04/perkembangan-historiografi-islam.html, 1 Maret 2016, 13.58.
[10]Ibid., Hal.11.
[11]Ibid., Hal.14.
[12]Ibid., Hal.17.
[13]Ibid., Hal.18.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar