Konsep Pendidikan Islam
A. Pendahuluan
Perlu kita ketahui
bahwa pendidikan sangatlah penting bagi seluruh aspek masyarakat baik dari
aspek ekonomi, seperti masyarakat yang ekonominya rendah maupun tinggi; aspek
sosial, seperti masyarakat yang golongannya ke bawah maupun ke atas; dan aspek
politik, seperti masyarakat yang pangkat atau jabatannya kecil maupun besar dan
juga pendidikan di mulai pada saat kita dalam kandungan sampai akhir hayat.
Dalam hal ini,
pendidikan tidak hanya mengajarkan mata pelajaran yang bersifat sosial ataupun
eksak tetapi juga mengajarkan mata pelajaran agama terutama agama Islam, karena
mata pelajaran agama banyak menanamkan nilai-nilai moral yang baik agar peserta
didik dapat memiliki karakter yang baik (akhlakul
karimah) dalam bersosialisasi dan berinteraksi baik di lingkungan sekolah
maupun lingkungan masyarakat.
Cara-cara penanaman
moral yang baik kepada peserta didik dalam lingkungan sekolah tentunya di mulai
dari contoh nyata dari seorang pendidik. Jika cara pendidik mendidik peserta
didik dengan baik tentunya akan menghasilkan peserta didik yang baik maupun
sebaliknya. Oleh sebab itu, tidaklah mudah menjadi seorang pendidik karena
pendidik harus kompeten dalam menjalankan tugasnya. Jika pendidik telah menjadi
image yang baik maka
pendukung-pendukung seperti sarana & prasarana, kurikulum &
metode-metode pendidikan akan ikut baik.
Pendidikan Islam
merupakan ilmu yang membahas tentang ajaran-ajaran Islam agar peserta didik
dapat menjadi muslim dan muslimah yang sesuai dengan syariat agama Islam,
tentunya yang akan dibahas adalah teori-teori seperti, dalam konsep pendidikan islam peserta didik
diajarkan tentang apa itu pengertian, dasar/landasan, dan tujuan pendidikan
islam dan juga di ajarkan tentang bagaimana asas pendidikan dalam Islam, sarana
& prasaran, pendidik, peserta didik,
kurikulum, pendekatan, dan metode-metode pendidikan Islam yang akan kita bahas
dalam buku ini.
B. Pembahasan
Dalam bahasa
Indonesia, istilah pendidian berasal dari kata “didik” dengan memberi awalan
“pe” dan akhiran “an” maka mengandung arti ”perbuatan”. Istilah pendidikan ini
semula berasal dari bahasa Yunani, yaitu “paedagogie”,
yang berarti bimbingan yang di berikan kepada anak. Istilah ini kemudian
diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, yaitu “education” yang berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa
Arab istilah ini sering diterjemahkan dengan “tarbiyah” yang berarti pendidikan.[1]
Dalam
perkembangannya istilah pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan yang
diberikan dengan sengaja terhadap anak didik. Dalam perkembangan selanjutnya,
pendidikan berarti usaha yang dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang
untuk mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang agar mencapai tingkat hidup
dan penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental.[2]
Dalam sistem
pendidikan nasional dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.[3]
Dengan demikian
pendidikan berarti, segala usaha pendidik dalam pergaulan dengan peserta didik
untuk mengembangkan potensi jasmani yang meliputi seluruh organ jasmaniah yang
berwujud nyata dan rohaniah yang bersifat spiritual ke arah kesempurnaan.
Pendidikan dalam Islam di kenal dengan
beberapa istilah untuk menggambarkan konsep pendidikan, yaitu tarbiyah, ta’lim, ta’dib. Setiap istilah
tersebut memiliki makna yang berbeda satu sama lain yang dikarnakan perbedaan
teks dan konteks. Berikut adalah konsep pendidikan Islam :
a.
Tarbiyah
Tarbiyah
diturunkan dari kata rabb yang oleh
sebagian ahli di artikan sebagai tuan, pemilik, memperbaiki, merawat, dan
memperindah. Istilah tarbiyah digunakan
untuk menandai konsep pendidikan Islam, meskipun telah berlaku umum, akan
tetapi masih merupakan masalah kontroversial. Karena sebagian ulama kontemporer
cenderung menggunakan istilah ta’lim atau
ta’dib sebagai gantinya.[4]
Menurut
Prof. Dr. Muhammad Athiyyah al-Abrasy dan Prof. Dr. Mahmud Yunus menyatakan
bahwa istilah tarbiyah berarti
mendidik peserta didik dengan segala macam cara agar dapat mempergunakan tenaga
dan bakatnya dengan baik sehingga mencapai kehidupan yang sempurna di
masyarakat.[5]
Menurut Ibnu Manzhur dalam lisan al-‘Arab,
juz 9, kata tarbiyah merupakan masdar
dari kata rabba yang berarti mengasuh, mendidik, dan memelihara.[6]
Dengan demikian tarbiyah adalah pendidikan yang fokus terhadap masalah-masalah
pembentukan karakter dan akhlak peserta didik agar dapat berguna dalam
masyarakat.
b.
Ta’lim
Menurut
Rasyid Ridah, ta’lim adalah proses
transmisi berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasan dan
ketentuan tertentu.[7]
Menurut Ibnu Manzhur, ta’lim
merupakan masdar dari kata ‘allama
yang berarti pengajaran yang bersifat pemberian atau penyampaian pengertian,
pengetahuan, dan keterampilan.[8]
Ta’lim
yaitu
pendidikan yang menitikberatkan pada pengajaran, penyampaian informasi dan
pengembangan ilmu. Oleh karena itu istilah ta’lim
mencakup aspek kognitif (ilmu pengetahuan), afektif (sikap), dan
psikomotorik (keterampilan).[9]
c.
Ta’dib
Menurut Al-Naquib al-Attas, ta’dib merupakan pengenalan dan pengakuan tempat-tempat yang tepat
dari segala sesuatu yang di dalam tatanan penciptaan sedemikian rupa, sehingga
membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan kekuasaan dan keagungan Tuhan di
dalam tatanan wujud dan keberadaannya.[10]
Ta’dib berasal
dari kata adab yang berarti pengenalan terhadap hakikat bahwa pengetahuan dan
wujud bersifat teratur secara hirerarkis sesuai dengan berbagai tingkatan derajat,
kapasitas dan potensi jasmaniah maupun rohaniah seseorang.
Pendidikan sebgai suatu usaha yang di lakukan secara
sadar dan terencana harus memiliki landasan sebagai dasar pelaksanaannya dan
tujuan yang jelas. Sehingga diharapkan dalam pelaksanaannya tidak kehilangan
arah dan pijakan.
Fungsi
pendidikan sebagai agent of cultur memerlukan
acuan pokok yang menjadi landasannya. Karena pendidikan merupakan bagian yang
terpenting dalam kehidupan manusia, yang secara kodrati adalah insan pedagodik,
maka acuan yang menjadi landasan bagi
pendidikan adalah nilai yang tertinggi dari pandangan hidup suatu masyarakat
dimana pendidikan itu di laksanakan.[11]
Menurut
Abdul Fatah Jalal, beliau membagi sumber pendidikan Islam menjadi dua macam,
yaitu (1) sumber Ilahi, meliputi al-Qur’an dan Hadis; (2) sumber Insaniah, dari
proses ijtihad manusia.[12] Menurut
Zakiah Darajat, landasan pendidikan adalah al-Qur’an, as-Sunnah, dan ijtihad
dan menurut Hery Noeraly, landasan pendidikan Islam adalah al-Qur’an, Sunnah,
dan Ra’yu.[13]
Jadi, menurut pendapat para ahli di atas
dapat di simpulkan bahwa landasan pendidikan Islam ada tiga, yaitu al-Qur’an,
Sunnah, dan ijtihad. Berikut penjelasan ketiga landasan pendidikan Islam
tersebut.
a. Al-Qur’an
Al-Qur’an merupakan kallamullah (perkataan-perkataan Allah) yang telah di wahyukan
kepada Nabi Muhammad untuk di ajarkan kepada seluruh umat manusia. Al-Qur’an
juga merupakan pedoman hidup bagi manusia dalam menuntun mereka agar selalu
berada di jalan Allah SWT.
Di dalam
al-Qur’an terdapat banyak petunjuk yang berhubungan dengan masalah bagaimana
kita dapat melakukan proses pendidikan scara baik menurut Islam. Al-Qur’an
membahas berbagai aspek kehidupan manusia, dan pendidikan merupakan tema
terpenting yang dibahasnya. Setiap ayatnya merupakan bahan baku bangunan
pendidikan yang dibutuhkan oleh setiap manusia.[14]
b. Al-Hadist
(As-Sunnah)
Al-Hadist merupakan jalan atau cara yang di
contohkan Nabi Muhammad SAW dalam perjalanan kehidupannya melaksanakan dakwah
Islam. Contoh Hadis yang diberikan beliau dapat dibagi menjadi tiga bagian,
yaitu (1) Hadist qauliyat yang berisi
ucapan, pernyataan, dan persetujuan Nabi Muhammad SAW; (2) Hadist fi’liyat yang berisi tetntang tindakan dan perbuatan yang
pernah di lakukan nabi; (3) Hadist
taqririyat yang merupakan persetujuan nabi atas tindakan atau peristiwa
yang telah terjadi.[15]
Jadi, dapat
disimpulkan bahwa al-Hadis adalah perkataan, perbuatan Nabi Muhammad SAW atas
tindakan dan peristiwa yang pernah terjadi yang merupakan rujukan kedua setelah
al-Qur’an dalam membahas pendidikan Islam.
c. Ijtihad
Menurut Zakiah Darajat, ijtihad adalah istilah para
fuqaha, yaitu berpikir dengan menggunakan ilmu yang dimiliki oleh ilmuan
syari’ah Islam untuk menetapkan suatu hukum syari’at Islam dalam hal yang
ternyata belum ditegaskan dalam al-Qur’an dan as-Sunnah.[16]
Dari pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa
ijtihad pada dasarnya merupakan proses penggalian dan penetapan hukum syari’ah
yang di lakukan oleh para mujtahid muslim guna memberikan jawaban atas
persoalan umat yang ketentuan hukumnya secra syari’ah tidak terdapat dalam
al-Qur’an dan Hadist.
Secara
etimologi, tujuan adalah “arah, maksud atau haluan”. Dalam bahasa arab “tujuan”
diistilahkan dengan “ghayat, adhaf, atau
maqashid”. Sementara dlam bahasa
Inggris diistilahkan dengan “goal,
purpose, objectives, atau aim”.
Secara terminologi, tujuan berarti sesuatu yang diharapkan tercapai setelah
sebuah usaha atau kegiatan selesai.[17]
Menurut
Abdurrakhman Saleh Abdullah, tujuan umum pendidikan Islam adalah membentuk
kepribadian sebagai khalifah allah atau sekurang kurangnya mempersiapkan ke
jalan yang mengacu kepada tujuan akhir manusia.[18]
Jadi, dapat di simpulkan bahwa
tujuan pendidikan Islam adalah membentuk karakter atau kepribadian peserta
didik secara Islami agar menjadi manusia paripurna (manusia yang memiliki
jasmani yang sehat, psikis yang stabil, perilaku yang terpuji, pribadi yang
tangguh, dll).
Dalam
proses pendidikan kita di tuntut untuk mencari ilmu dan mengajarkannya, berarti
pendidikan mencakup berbagai aktivitas manusia yang berhubungan dengan
peradaban dan budaya.
Asas
pendidikan Islam adalah asas perkembangan dan pertumbuhan dalam perikehidupan
yang berkeseimbangan antara kehidupan duniawiah dan ukhrawiah, jasmaniah dan
rohaniah atau antara kehidupan materiil dan mental spiritual. Asas-asas yang
lain dalam pelaksanaan operasional seperti asas adil dan merata, asas
menyeluruh dan asas integralitas, adalah juga dijadikan pegangan dalam
pendidikan praktis sesuai pandangan teoritis yang dipegangi.[19]
Pendidikan
harus memiliki struktur fondasi yang disebut dengan asas-asas pendidikan,
sebagai dasar pijakan dalam pengembangan materi. Asas-asas pendidikan Islam
erat kaitannya dengan ilmu-ilmu lain seperti : asas filosofis, asas historis,
asas politik, asas sosial, asas ekonomi, dan asas psikologis. Berikut
penjelasan asas-asas dalam pendidikan Islam.
a. Asas
Filosofis
Asas
filosofis dalam pendidikan Islam berarti asas pendidikan yang berdasar kajian
filsafat. Pendidikan sangat erat kaitannya dengan kajian filsafat karena dalam
pelaksanaannya memerlukan proses pemikiran yang konsekuen tentang hal-hal yang
harus di laksanakan demi tercapainya tujuan pendidikan.[20]
Falsafah pendidikan merupakan pandangan
hidup muslim seperti yang termuat dalam ajaran al-Qur’/an dan Hadist. Hubungan
timbal balik antar sesama muslim menyebabkan sistem pendidikan Islam tidak
dapat dipisahkan dengan falsafah.
b.
Asas Historis
Asas historis berarti asas pendidikan yang berdasarkan faktor sejarah yang
membahas peristiwa di masa lalu, asas historis dalam pendidikan Islam
meletakkan dasar pada analisa pendidikan dari fakta-fakta sejarah umat Islam
yang berawal dari Nabi Muhammad SAW sampai sekarang.[21]
Dengan mengetahui
sejarah maka kita dapat belajar lebih banyak bagaimana kita harus bersikap
sehingga kita tidak akan mengulangi kesalahan yang sama dengan kesalahan yang
pernah di lakukan oleh nenek moyang terdahulu sehingga menjadikan seseorang itu
lebih baik.
c. Asas Sosial
Pendidikan merupakan salah satu bentuk interaksi antar manusia. Aspek-aspek
sosial pendidikan dapat digambarkan sengan memandang ketergantungan antara
individu yang satu dengan yang lainnya.
Sebagai makhluk sosial manusia selalu berhubungan dengan manusia lainnya
dan hidup saling ketergantungan. Dengan demikian asas sosial dalam pendidikan
Islam berarti asas pendidikan yang bersumber dengan nilai-nilai kehidupan
masyarakat dalam rangka memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidup masyarakat.[22]
Asas
yang memerhatikan penciptaan suasana sosial yang dapat membaangkitkan semangat
kerja sama antara peserta didik dengan pendidik dan masyarakat sekitarnya dalam
menerima pelajaran agar lebih berdaya guna dan berhasil guna. Pendidik dapat
memfungsikan sumber-sumber fasilitas dari masyarakat untuk kepentingan
pelajarannya dengan membawa peserta didik untuk karyawisata, survei, pengabdian
masyarakat (service projct), dan perkemahan (school camping)
d. Asas
Ekonomi
Dalam
bidang ekonomi, yang sangat relevan dengan pendidikan biasanya adalah hal-hal
yang berkaitan dengan investmen dan hasilnya. Artinya, kalau modal yang ditanam
sekian maka akan mengharapkan keuntungan dari hal itu. Negara – negara industri
memerlukan waktu lebih banyak untuk belajar, ini artinya lebih banyak investasi dalam pendidikan. Sedangkan dinegara tertentu waktu belajar
lebih sedikit dan tentunya budgetnya juga lebih sedikit. Hasil dari pendidikan
tidak harus selalu bersifat uang, tetapi hal-hal yang tidak bersifat benda.
Misalnya status, kesempatan, maupun penghargaan.[23]
e. Asas
politik
Politik merupakan masalah yang erat kaitannya dengan
maslah kekuasaan dan kebijakan yang dilakukannya. Asas politik dalam pendidikan
Islam merupakan asas pendidkan yang sangat erat hubungannya dengan kebijakan yang
dilakukan oleh penguasa.[24]
Salah satu aspek politik yaitu ideologi. Ideologi
inilah yang ingin diterapkan disuatu negara melalui pendidikan, tetapi
pelaksanaanya harus mempertimbangkan aspek-aspek administratif supaya bisa
berkembang dengan baik. Sebenarnya asas ini sangat berkaitan dengan sistem
pendidikan. Karena jika sistem pendidikan berubah, maka administrasinya pun
ikut berubah.
f. Asas Psikologi
Asas psikologi dalam pendidikan Islam menyatakan
bahwa proses pendidikan Islam harus memperhitungkan faktor-faktor kejiwaan
peserta didik. Asas psikologis dalam pendidikan ialah mempelajari situasi
pendidikan dengan fokus utama interaksi pendidikan karena dengan asas psikologi
pendidik dapat melaksanakan pendidikan dengan lebih baik dan mampu memberikan
bimbingan yang tepat kepada peserta didik.[25]
Hubungan psikologi dengan pendidikan yaitu bagaimana
budaya, keterampilan, dan nilai-nilai masyarakat dipelajari, dari
generasi tua hingga generasi muda agara identitas masyarakat terpelihara.
Dengan adanya psikologi maka pendidik akan tahu bagaimana sifat-sifat dan
perilaku peserta didik sehingga mampu menyampaikan materi dengan baik dan
disesuaikan dengan perkembangan peserta didik sehingga tujuan pendidikan akan
tercapai. [26]
Dalam
Kamus Bahasa Indonesia dinyatakan, bahwa pendidik adalah orang yang mendidik.
Dalam pengertian yang lazim digunakan, pendidik adalah orang dewasa yang
bertanggung jawab memberikan pertolongan pada peserta didiknya dalam
perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaan, mampu
berdiri sendiri dan memenuhi tingkat kedewasaannya, mampu mandiri dalam
memenuhi tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah SWT, dan mampu melakukan
tugas sebagai makhluk sosial dan sebagai makhluk individu yang mandiri.[27]
Pendidik
adalah salah satu unsur yang paling penting dalam proses pendidikan. Karena
pendidik merupakan penanggungjawab dalam memenuhi kebutuhan peserta didik, baik
spiritual, intelektual, moral, estetika maupun kebutuhan fisik peserta didik.
Dalam
konteks pendidikan Islam “pendidik” sering disebut dengan “murabbi, mu’alim, mu’addib”. Kata murabbi berasal dari kata rabba,
yurabbi istilah ini lebih menekankan pengembangan dan pemeliharaan baik
dalam aspek jasmaniah maupun ruhaniah. Kata mu’alim
berasal dari kata ‘alama, yu’alimu istilah
ini lebih menekankan posisi pendidik sebagai pengajar dan penyampai pengetahuan
dan ilmu. Kata mu’addib berasal dari
kata addaba, yuaddibu istilah ini
lebih menekankan pendidik sebagai Pembina moralitas dan akhlak peserta didik
dengan keteladanan.[28]
Secara umum, pendidik adalah orang yang
mempunyai tanggungjawab untuk mendidik. Sementara secara khusus pendidik dalam
perspektif pendidikan Islam adalah orang yang bertanggungjawab terhadap
perkembangan peserta didik dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi
peserta didik, baik potensi afektif, kognitif, maupun psikomotorik yang sesuai
dengan nilai-nilai Islami.[29]
Pendidikan
islam menempatkan manusia sebagai makhluk Allah yang paling mulia, kemulian
dari manusia tentunya didapat melalui pendidikan dan pembinaan yang baik dan
benar yang meliputi pembinaan aspek jasmaniah, rohaniah, fisik, maupun mental.
Oleh sebab itulah manusia perlu mendapat pendidikan.[30]
Secara
etimologi peserta didik adalah anak didik yang mendapat pengajaran ilmu. Secara
Terminologi pesserta didik adalah anak didik atau individu yang mengalami
perubahan, perkembangan sehingga masih memerlukan bimbingan dan arahan dalam
membentuk kepribadian serta sebagai bagian dari struktural proses pendidikan.
Dengan kata lain peserta didik adalah seorang individu yang tengah mengalami
fase perkembangan atau pertumbuhan baik dari segi fisik, mental, maupun
pikiran.
Dari
pendapat tersebut peserta didik mempunyai ruang lingkup yang tidak terbatas,
manusia harus selalu berusaha secara konstan melalui proses pendidikan sampai
akhir hayatnya.
Peserta didik adalah
anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses
pembelajaran pada jalur prndidikan baik pendidikan informal maupun pendidikan
nonformal, pada jenjang pendidikan dan jenis pendidikan tertentu.
a. Istilah Lain Peserta Didik
1) Siswa/Siswi istilah bagi peserta didik pada jenjang pendidikan menengah pertama
dan menengah keatas. Siswa adalah komponen masukan dalam sistem pendidikan,
yang selanjutnya diproses dalam proses pendidikan, sehingga menjadi manusia
yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
2) Mahasiswa/Mahasiswi istilah umum bagi peserta didik pada jenjang pendidikan tinggi
yaitu perguruan tinggi ataupun sekolah tinggi.
3) Taruna banyak
digunakan Sekolah Militer atau yang menganut sistem militer, menurut KBBI
berarti “pelajar (siswa) sekolah calon perwira”, beberapa perguruan tinggi
kedinasan juga menggunakan kata Taruna untuk menyebut peserta didik.
4) Warga Belajar istilah bagi peserta didik yang mengikuti jalur pendidikan
nonformal. Misalnya seperti warga belajar pendidikan keaksaraan fungsional.
5) Pelajar adalah istilah lain yang digunakan
bagi peserta didik yang mengikuti pendidikan formal tingkat dasar maupun
pendidikan formal tingkat menengah.
6) Murid istilah
lain peserta didik tingkat taman kanak-kanak dan sekolah dasar.
7) Santri adalah
istilah bagi peserta didik suatu pesantren atau sekolah-sekolah salafiyah yang
sangat mempunyai potensi.[31]
b. Tugas Siswa/Murid/Peserta Didik
Selain guru, murid
pun mempunyai tugas untuk menjaga hubungan baik dengan guru maupun dengan
sesama temannya dan untuk senantiasa meningkatkan keefektifan belajar bagi
kepentingan dirinya sendiri. Tugas tersebut dapat ditinjau dari berbagai aspek
yaitu aspek yang berhubunagn dengan belajar, aspek yang berhubungan dengan
bimbingan, dan aspek yang berhubungan dengan administrasi.
Tujuan
dari pendidikan agama islam adalah membentuk sumberdaya manusia yang
berkepribadian muslim, menguasai dan mengembangkan iptek dan mampu
mengaplikasikannya dalam kehidupan. Untuk mencapai tujuan tersebut kurikulum
pendidikan islam harus mencakup semua aspek yang menunjang pertumbuhan dan
perkembangann manusia. Kurikulum juga berfungsi untuk menyediakan program
pendidikan yang relevan dalam mencapai tujuan akhir pendidikan.
Dalam lembaga pendidikan Islam kurikulum
merupakan faktor yang sangat penting dalam proses pendidikan Islam Karena
segala hal yang harus di pahami, diketahui, dihayati, serta dilaksanakan oleh
peserta didik harus ditetapkan dalam kurikulum. Oleh karena itu, dalam
kurikulum tergambar jelas bagaimana proses belajar mengajar yang dilakukan oleh
pendidik dan peserta didik.[32]
a. Pengertian
Kurikulum
Isilah
kurikulum berasal dai bahasa latin curriculum
kata curir yang artinya pelari dan curere yang artinya tempat berlomba[33], bisa
dikatakan kurikulum adalah tempat belajar untuk menguasai suatu pelajaran guna
mencapai akhir yang di inginkan.
Definisi
kurikulum menurut pandangan lama adalah sejumlah mata pelajaran tertentu yang
harus dikuasai untuk mencaapai suatu tingkatan tertentu dan ada juga yang
mengatakan bahwa kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus di tempuh
oleh murid untuk memperoleh ijazah.[34]
Saylor
dan Alexander menjelaskan kurikulum adalah segala usaha sekolah untuk mencapai
tuuan yang diinginkan. Selain itu kurikulum tidak hanya mengenai situasi di
dalam sekolah, akan tetapi juga di luar sekolah.[35]
Armai
Arief menjelaskan kurikulum pendidikan islam adalah jalan yang terang yang di
lalui oleh pendidik bersama anak didiknya, untuk mengembangkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap anak didik.[36]
Dari berbagai
definisi yang telah mengemukakan tentang kurikulum pendidikan Islam, dapat
disimpulkan bahwa kurikulum pendidikan Islam adalah kegiatan pendidikan yang
dirancang oleh lembaga pendidikan Islam baik di dalam maupun di luar sekolah
dengan maksud untuk mencapai tujuan pendidikan Islam.
b. Peran dan fungsi kurikulum
Sebagai salah satu
komponen suatu sistem pendidikan, paling tidak kurikulum mempunyai peran,
yaitu:
1) Peran konservatif yaitu melestarikan berbagai
nilai budaya sebagai warisan masa lalu.
2) Peran kreatif yaitu mengembangkan setiap
potensi yang dimiliki siswa.
3) Peran kritis dan evaluatif yaitu menyeleksi
dan mengevaluasi segala sesuatu yang dianggap bermanfaat untuk kehidupan anak
didik.
c. Landasan Pengembangan Kurikulum
Pengembangan
kurikulum adalah proses atau kegiatan yang sengaja dan dipikirkan untuk
mnghasilkan sebuah kurikulum sebagai pedoman dalam proses dan penyelenggaraan
pembelajaran oleh guru di sekolah. Ada dua hal yang harus dipertimbangkan dalam
penentuan isi pengembangan kurikulum, yaitu rentangan kegiatan dan tujuan
kelembagaan dengan visi dan misi.[37]
d. Organisasi Kurikulum
Beragamnya pandangan
yang mendasari pengembangan kurikulum munculnya terjadinya keragaman dalam
mengorganisasikan kurikulum. Terdapat enam pengorganisasian kurikulum, yaitu:
1)
Mata
pelajaran terpisah: kurikulum terdiri dari sejumlah mata pelajaran yang
terpisa-pisah.
2)
Mata
pelajaran berkorelasi: korelasi diadakan sebagai upaya untuk mengurangi
kelemahan-kelemahan sebagai akibat pemisahan mata pelajaran.
3)
Bidang
studi: organisasi kurikulum yang berupa pengumpulan beberapa mata pelajaran
yang sejenis serta memiliki ciri-ciri yang sama.
4)
Program
yang berpusat pada anak: program kurikulum yang menitikberatkan pada
kegiatan-kegiatan peserta didik.
5)
Inti
Masalah: suatu program yang berupa unit-unit masalah.
6)
Ecletic
Program: suatu program yang mencari keseimbangan antara organisasi kurikulum.
e. Evaluasi Kurikulum
Evaluasi merupakan
salah satu komponen kurikulum. Evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa tingkat
ketercapaian tujuan-tujuan pendidikan yang ingin diwujudkan melalui kurikulum
yang bersangkutan. Evaluasi kurikulum memegang peranan penting, baik untuk
penentuan kebijakan pendidikan pada umumnya maupun untuk pengambilan keputusan
dalam kurikulum itu sendiri.[38]
f. Fungsi Kurikulum
1) Fungsi penyesuaian mengandung makna bahwa
kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu mengarahkan siswa agar memiliki
sifat well adjusted yaitu mampu
menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan
sosial.
2) Fungsi integrasi mengandung makna bahwa
kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu menghasilkan pribadi-pribadi yang
utuh.[39]
Pendekatan berarti proses, perbuatan, dan cara
mendekati. Dari pengertian ini dapat diartikan bahwa pendekatan pendidikan
adalah suatu proses, perbuatan, dan cara mendekati dan mempermudah pelaksanaan
pendidikan. Jika dalam kegiatan pendidikan, metode sebagai cara mendidik, maka
pendekatan berfungsi sebagai alat bantu agar penggunaan metode tersebut
mengalami kemudahan dan keberhasilan. Pendekatan pendidikan Islam yang
seharusnya dipahami dan dikembangkan oleh para pendidik adalah meliputi:
a. Pendekatan psikologis:
yang tekanannya diutamakan pada dorongan-dorongan yang bersifat persuasif dan
motivatif, yaitu suatu dorongan yang mampu menggerakkan daya kognitif (mencipta
hal-hal yang baru), konatif (daya untuk berkemauan keras), dan efektif
(kemampuan yang menggerakkan daya emosional).
b. Pendekatan sosial-kultural: yang
ditekankan pada usaha pengembangan sikap pribadi dan sosial sesuai dengan
tuntutan masyarakat, yang berorientasi kepada kebutuhan hidup yang semakin maju
dalam berbudaya dan berperadaban.
c. Pendekatan religik:
yakni
suatu pendekatan yang membawa keyakinan (aqidah) dan keimanan dalam pribadi
anak didik yang cenderung ke arah komprehensif, intensif, dan ekstensif
(mendalam dan meluas).
d. Pendekatan historis:
yang ditekankan pada usaha pengembangan pengetahuan, sikap dan nilai keagamaan
melalui proses kesejahteraan.
e. Pendekatan komparatif:
yaitu pendekatan yang dilakukan dengan membandingkan suatu gejala sosial
keagamaan dengan hukum agama yang ditetapkan selaras dengan situasi dan
zamannya.
f. Pendekatan filosofis:
yaitu pendekan yang berdasarkan tinjauan atau pandangan falsafah. Pendekatan
demikian cenderung kepada usaha mencapai kebenaran dengan mencapai kebenaran
dengan memakai akal atau rasio.[40]
g. Pendekatan fungsional:
berdasarkan pendekatan fungsional potensi manusia dilihat sesuai dengan fungsi
potensi itu masing-masing. Dorongan naluriah, seperti makan dan minum
dikembangkan dengan tujuan agar manusia dapat memelihara kelanjutan hidupnya.
h. Pendekatan emosional:
adalah usaha untuk mengunggah perasaan dan emosi peserta didik dalam meyakini
dan menghayati ajaran agamanya. Kecerdasan emosional ini penting dikembangkan
secara maksimal.
i.
Pendekatan sistem:
dalam proses pembelajaran pendidikan Islam dapat dilakukan juga dengan
pendekatan sistem. Sistem adalah suatu himpunan gagasan atau prinsip-prisip
yang saling bertautan, yang bergabung menjadi suatu keseluruhan.
j.
Pendekatan induksi: induksi
merupakan cara berpikir dimana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari
berbagai kasus yang bersifat individual. Pendekatan induksi dilaksanakan,
misalnya dalam membelajarkan nilai-nilai Ilahiya
dimulai dengan mengenal kasus-kasus dalam kehidupan sehari-hari.
k. Pendekatan deduksi:
deduksi adalah cara berpikir dimana dari pertanyaan yang besifat umum ditarik
dari kesimpulan yang bersifat khusus. Pendekatan deduksi adalah cara menyajikan
nilai-nilai kebenaran (ketuhanan dan kemanusiaan) dengan jalan menguraikan
konsep tentang kebenaran itu agar dipahami oleh peserta didik.[41]
l.
Pendekatan tilawah (pengajaran):
pendekatan ini meliputi membacakan ayat-ayat Allah yang bertujuan memandang
fenomena alam sebagi ayat-Nya, mempunyai keyakinan bahwasemua ciptaan Allah
memiliki keteraturan.
m. Pendekatan
tazkiyah (penyucian): pendekatan ini
meliputi menyucikan diri dengan upaya Amar Ma’ruf nahi munkar (tindakan
proaktif dan tindakan reaktif).
n. Pendekatan
ta’lim al-kitab: mengajarkan Al-Qur’an dengan
menjelaskan hukum halal dan haram.
o. Pendekatan
ta’lim al-hikmah:pendekatan ini hampir sama dengan
pendekatan ta’lim al-kitab.
p. Pendekatan
islah (perbaikan): pelepasan beban
dan belenggu-belenggu yang bertujuan memiliki kepekaan terhadap penderitaan
orang lain.[42]
Metode pendidikan
Islam adalah prosedur umum dalam penyampaian atas asumsi tertentu tentang
hakikat Islam sebagai suprasistem. Metode pendidikan Islam menyangkut
permasalahan individual atau sosial peserta didik dan pendidik itu sendiri.
Metode pendidikan merupakan sarana atau jalan menuju tujuan pendidikan,
sehingga jalan yang ditempuh oleh seorang pendidik haruslah mengacu pada
dasar-dasar metode pendidikan tersebut. Dasar metode pendidikan Islam itu
diantaranya adalah dasar agamis, maksudnya bahwa metode yang digunakan dalam
pendidikan Islam haruslah berdasarkan pada Agama; biologis, perkembangan
biologis manusia mempunyai pengaruh dalam perkembangn intelektualnya; psikologis,
perkembangan dan kondisi psikologis peserta didik akan memberikan pengaruh yang
sangat besar terhadap penerimaan nilai pendidikan dan pengetahuan yang
dilaksanakan, dalam kondisi yang labil pemberian ilmu pengetahuan dan
internalisasi nilai akan berjalan tidak sesuai dengan yang diharapkan; dan
sosiologis saat pembelajaran berlangsung ada interaksi antarapeserta didik dan
ada interaksi antara pendidik dengan peserta didik, atas dasar hal ini maka
pengguna metode dalam pendidikan Islam harus memperhatikan landasan atau dasar
ini.
a. Prinsip-Prinsip Metode Pendidikan Islam
Metode
pendidikan Islam harus digunakan dengan memperhatikan prinsip-prinsip yang
mampu memberikan pengarahan dan petunjuk tenteng pelaksanaan metode pendidikan
tersebut sebab dengan prinsip-prinsip ini diharapkan metode pendidikan Islam
dapat berfungsi lebih efektif dan efisien dan tidak menyimpang dari tujuan
semula dari pendidikan Islam. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
1)
Prinsip mempermudah: metode
pendidikan yang digunakan oleh pendidik pada dasarnya adalah menggunakan suatu
cara yang memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk menghayati dan
mengamalkan ilmu pengetahuan dan keterampilan.[43]
2)
Berkesinambungan: berkesinambungan
dijadikan sebagai prinsip metode pendidikan Islam, karena dengan asumsi bahwa
pendidikan Islam adalah sebuah prosese yang akan berlangsung terus menerus,
sehingga dalam menggunakan metode pendidikan seorang pendidik perlu
memperhatikan kesinambungan pelaksanaan pemberian materi.
3)
Fleksibel dan Dinamis: metode pendidikan Islam harus digunakan dengan
prinsip fleksibel dan dinamis, sebab dengan kelenturan dan kedinamisan metode
tersebut, pemakaian metode tidak hanya menonton dan zaklik dengan satu macam
metode saja.[44]
b. Macam-Macam Metode
1) Metode Ceramah adalah cara penyampaian informasi melalui penuturan secara lisan
oleh pendidik kepada peserta didik.
2) Metode Tanya Jawab adalah suatu cara mengajar dimana seorang guru mengajukan beberapa
pertanyaan kepada murid tentang bahan pelajaran yang telah diajarkan atau
bacaan yang telah mereka baca.
3) Metode Diskusi adalah suatu cara
penyajian/penyampaian bahan pelajaran dimana pendidik memberikan kesempatan
kepada peserta didik/membicarakan dan mengalisis secara ilmiah guna
mengumpulkan pendapat.
4) Metode Pemberian Tugas adalah suatu cara
mengajar dimana seorang guru memberikan tugas-tugas tertentu kepada
murid-murid.
5) Metode Demontrasi adalah suatu cara mengajar dimana guru mempertunjukkan tentang
proses sesuatu, atau pelaksanaan sesuatu sedangkan murid memperhatikannya.
6) Metode Eksperimen adalah suatu cara mengajar dengan menyuruh murid melakukan suatu
percobaan dan setiap proses dan hasil percobaan itu diamati oleh setiap murid.
7) Metode Amsal/Perumpamaan yaitu cara mengajar
dimana guru menyampaikan materi pembelajaran melalui contoh atau perumpamaan.
8) Metode Targhib dan Tarhib yaitu cara mengajar
dimana guru memberikan materi pembelajaran dengan menggunakan ganjaran terhadap
kebaikan dan hukuman terhadap keburukan agar peserta didik melakukan kebaikan
dan menjauhi keburukan.[45]
9) Metode Penglangan (tikror) yaitu cara mengajar
dimana guru memberikan materi ajar dengan cara mengulang-ngulang materi
tersebut dengan harapan siswa bisa mengingat lebih lama materi yang
disampaikan.[46]
Alat pendidikan
secara umum emrupakan segala sesuatu yang digunakan untuk mencapai tujuan
pendidikan. Dalam praktik pendidikan, istilah alat pendidikan sering
diidentikan dengan media pendidikan, walaupun sebenarnya pengertian alat lebih
luas dari pada media. Media pendidikan adalah alat, metode dan tekhnik yang
digunakan dalam rangka meningkatkan efektivitas komunikasi, interaksi, dan
edukatif antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran
disekolah. Alat pendidikan Islam adalah segala sesuatu yang dapat digunakan
untuk mencapai tujuan pendidikan Isla. Dengan demikian, alat ini mencakup apa
saja yang dapat digunakan termasuk didalamnya metode pendidikan Islam. Alat
pendidikan Islam yaitu segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menuntun atau membimbing
anak dalam masa pertumbuhannya agar kelak menjadi manusia kepribadian muslim
yang diridhai Allah swt.
a. Macam-Macam Alat Pendidikan
1)
Alat pendidikan yang bersifat Rohaniah (normatif), berfungsi sebagai
preventf (pencegahan) dan represif (reaksi setelah ada perbuatan).
b. Landasan Penggunaan Alat Pembelajaran
1)
Landasan Filosofis, digunakan berbagai jenis alat hasil teknologi baru
didalam kelas, dapat mengakibatkan proses pembelajaran yang kurang manusiawi
(karena anak dianggap seperti robot yang dapat belajar sendiri dengan mesin)
atau dehumanisasi.
2)
Landasan Psikologis, dari hasil kajian psikologis tentang proses
belajar yang terkait dengan penggunaan alat pembelajaran, belajar adalah proses
kompleks dan unik dalam mengelola proses pembelajaran haru diusahakan dapat
memberikan fasilitas belajar (juga media dan metode pembelajaran) harus sesuai
dengan perbedaan individual siswa.[48]
3)
Landasan Teknologis
a) Teknologi dalam pembelajaran: istilah
teknologi dalam pembelajaran ini artinya ialah memanfaatkan kemajuan teknologi
untuk mengfektifkan proses pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran
(pendidikan).
b) Teknologi pembelajaran adalah proses yang
kompleks dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide, , peralatan, dan
organisasi untuk menganalisis masalah, mencari cara pemecahan, melaksanakan,
mengevaluasi, ada mengelola pemecahan masalah-masalah dalam situasi dimana
kegiatan belajar itu mempunyai tujuan dan terkontrol.
4)
Landasan Empiris, dalam landasan ini menekankan pada pemilihan dan
penggunaan alat belajar dan penggunaan alat belajar itu berdasarkan
karakteristik orang yang belajar dan alatnya.[49]
c. Jenis-Jenis Media Pendidikan
Taksonomi menurut
Rudy Bretz: menurutnya ciri utama media dibagi menjadi tiga unsur pokok yaitu
suara, visual, dan gerak..[50]
1) Media Grafis termasuk ke dalam media visual.
Fungsinya menyalurkan pesan dari sumber ke penerima dengan indera penglihatan
yang dituangkan dala simbol-simbol komunikasi visual. Seperti: sketsa, diagram,
bagan/chart, grafik, kartun, poster, peta/globe, papan flannel, papan bulettin.
2) Media Audio berkaitan dengan indera
pendengaran. Pesan-pesan yang disampaikan dituangkan ke dalam lambang-lambang
auditif, baik verbal (ke dalam kata-kata/ bahasa lisan) maupun non verbal.
Magnetic, pirirngan hitam, dan laboratorium bahasa.[51]
d. Bentuk-Bentuk Alat Dalam Pendidikan Islam
Pada dasarnya yang
dinamakan alat ini luas sekali artinya, segala perlengkapan yang dipakai dalam
usaha pendidikan disebut alat pendidikan. Adapun bentuk-bentuk dalam pendidikan
Islam:
1)
Materi (Alat Dalam Bentuk Benda/hardware)
Beberapa alat yang
berbentuk materi (alat yang berbentuk benda) dalam pendidikan Islam yang sangat
penting dalam dunia pendidikan adalah sebagai berikut:
a)
Pendidik merupakan alat
pendidik karena tanpa pendidik, pendidikan tidak akan berjalan dengan baik.
b)
Lembaga Pendidik yang memberikan tempat unuk melaksanakan
pendidikan formal dengan baik.
c)
Anak Didik merupakan
sasaran dalam dunia pendidikan itu sendiri.
d)
Sarana dan Prasarana yang
membantu lancarnya pelaksaan pendidikan, terutama dalam proses belajar
pembelajaran seperti: meja kursi belajar, papan tulis, penghapus, kapur tulis,
buku, peta, OHP, dan sebagainya.
e)
Perpustakaan yaitu buku-buku yang memberikan ilmu pengetahuan kepada
para pendidik dan anak didik.[52]
f)
Kecakapan atau Kompetensi Pendidik sehingga memberikan pengajaran yang
profesional dan sesuai dengan kapabilitasnya.
g)
Metodologi Pendidikan yaitu
yang mengelola pelaksanaan pendidikan merupakan alat yang amat penting dalam
pendidikan, seperti pengaturan jadwal, penempatan pendidik dalam mata pelajaran
tertentu, pengaturan lama mengajar, pemenuhan gaji atau honor pendidik,
penentuan rapat-rapat pendidikan dan sebagainya.
h)
Strategi Pembelajaran yang
disesuaikan dengan tujuan belajar siswa dalam lembaga pendidikan tertentu,
karena setiap lembaga pendidikan memiliki visi dan misi serta maksud dan tujuan
yang berbede-beda.
i)
Evaluasi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, dalam pendidikan dikenal
dengan tujuan pendidikan dan tujuan belajar.
2) Nonmateri (Tindakan/software)
Baik alat yang berbentuk materi (alat
berbentuk benda) maupun nonmateri (tindakan) mempunyai fungsi yang sama-sama
pentingnya, kedua alat ini tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya.[53]
e. Contoh Alat Pendidikan Islam Dalam Kehidupan
1) Keteladanan, pada umumnya menusia memerlukan
figure (sosok) identidikasi yang dapat membimbing manusia kearah kebenaran
untuk memenuhi keinginan tersebut, untuk itu Allah mengutus Muhammad menjadi
tauladan bagi manusia dan wjib diikuti oleh umatnya.
2) Perintah dan Larangan, seorang muslim diberi
oleh Allah tugas dan tanggungjawab melaksanakan peserta didikan “amar ma’ruf
nahi munkar”.
3) Ganjaran dan Hukuman, maksud ganjaran dalam
konteks ini adalah memberikan suatu yang menyenangkan (penghargaan) dan
dijadikan sebuah hadiah bagi peserta yang berprestasi, baik dalam belajar
maupun sikap perilaku. Pendidika dalam pendidikan Islam yang tidak memberikan
ganjaran kepada peserta didik yang telah memperoleh prestasi sebagai hasil
belajar, maka dapat diartikan secara implasit bahwa pendidik belum memanfaatkan
alat pengajaran seoptimalnya.[54]
Konsep
pendidian Islam adalah ide atau gagasan dalam pendidikan Islam yang membahas
pengertian dan hakikat pendidikan yang berlandaskan al-Qur’an, hadist, dan
ijtihad yang bertujuan untuk membentuk kepribadian peserta didik agar menjadi
manusia paripurna dengan menyertakan asas-asas, kurikulum, pendekatan teori,
sarana & prasarana, dan metode-metode sebagai pendukung konsep pendidikan
Islam.
Daftar Pustaka
Daulay, Haidar Putra. 2014. Pendidikan Islam dalam Perspektif Filsafat.
Jakarta. Kencana Prenadamedia Group.
Langgulung,
Hasan. 1996. Asas-Asas Pendidikan Islam.
Jakarta. Al-Husna.
Marno.
2010. Strategi dan Merode Pengajaran.
Yogyakarta. Ar-ruz Media.
Nata, Abuddin. 2010. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta. Kencana.
Ramayulis. 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta. Kalam Mulia.
Rusmaini. 2014. Ilmu Pendidikan. Palembang. Grafika Telindo Press.
Soebahar, Halim. 2002. Wawasan Baru Pendidikan Islam. Jakarta. Kalam Mulia.
Tafsir, Ahmad. 1992. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung. Remaja Rosda
Karya.
Tantowi,
Ahmad. 2009. Pendidikan Islam di Era
Transformasi Global. Semarang. Pustaka Rizki Putra.
Uhbiyati, Nur. 1999. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung. CV Pustaka Setia.
[1]Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam
Mulia, 2008), Hlm. 13
[2]Ibid.,
[3]Rusmaini, Ilmu Pendidikan, (Palembang: Grafika
Telindo Press, 2014), Hlm.2
[4]Ibid.,
[5]Halim Soebahar,
Wawasan Baru Pendidikan Islam, (Jakarta:
Kalam Mulia, 2002), Hlm.7
[6] Ahmad Tantowi,
Pendidikan Islam di era Transformasi
Global, (Semarang: Pustaka Rzki Putra, 2009), Hlm.9
[7]Ramayulis, op. Cit., Hlm.16
[8]Ibid., Hlm.89
[9]Rusmaini, op. Cit., Hlm.6
[10]Ramayulis, op. Cit., Hlm.17
[11]Rusmaini, op. Cit., Hlm.17
[12]Ibid.,
[15]Ibid.,
[18]Ibid.,
[19]Nur Uhbiyati, Ilmu
Pendidikan Islam, (Bandung:
CV Pustaka Setia. 1999), Hlm. 18
[20]Rusmaini, op. Cit.Hlm.29
[23]Hasan Langgulung, Asas-Asas
Pendidikan Islam, (Jakarta: Al-Husna. 1996), Hlm.137
[24]Rusmaini, op. Cit. Hlm. 38
[26]Hasan Langgulung. Op.
Cit., Hlm.251
[27]Abuddin Nata, Ilmu
Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2010), Hlm. 159
[28]Marno, Strategi
dan Metode Pengajaran, (Yogyakarta:
Ar-ruz Media, 2010), Hlm.15
[29]Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung:
Remaja Rosda Karya, 1992), Hlm.74
[30]Rusmaini, op.
Cit. Hlm.79
[33]Ibid.,
[34]Haidar Putra
Daulay, Pendidikan Islam dalam Perspektif
Filsafat, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2014), Hlm.87
[36]Rusmaini, op. Cit. Hlm.93
[38] https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/22/komponen-komponen-kurikulum. 22 Maret
2016. Pukul 14:59
[39] https://ikhwan-insancita.blogspot.com/2011/05/pengertian-kurikulum-dan-fungsi. 22 Maret 2016.
Pukul 15:05
[40] http://yastarin.blogspot.com/2014/03/metode-dan-pendekatan-dalam-pendidikan. 22 Maret
2016. Pukul 15:10
[41]Rusmaini, op. Cit. Hlm.110
[42] http://wandibudiman.blogspot.com/2011/10/ilmu-pendidikan-islam-pendidikan-dalam. 22 Maret
2016. Pukul 15:17
[43] https://afniafandi.wordpress.com/2013/10/09/metode-dalam-pendidikan-islam. 22 Maret
2016. Pukul 15:21
[44] https://afniafandi.wordpress.com/2013/10/09/metode-dalam-pendidikan-islam. 22 Maret
2016. Pukul 15:25
[45] https://farhansyaddad.wordpress.com/2010/06/09/metode-pendidikan-islam. 22 Maret
2016. Pukul 15:27
[46] https://farhansyaddad.wordpress.com/2010/06/09/metode-pendidikan-islam. 22 Maret
2016. Pukul 15:30
[47] http://dinara-289.blogspot.co.id/2013/07/alat-alat-pendidikan-islam. 22 Maret
2016. Pukul 15:35
[48] http://anshar-mtk.blogspot.co.id/2014/05/alat-alat-pendidikan-islam. 22 Maret
2016. Pukul 15:38
[49] http://anshar-mtk.blogspot.co.id/2014/05/alat-alat-pendidikan-islam. 22 Maret
2016. Pukul 15:41
[50] http://www.charlesmalinkayo.com/2015/01/alat-dan-media-pendidikan-islam. 22 Maret
2016. Pukul 15:44
[51] http://www.charlesmalinkayo.com/2015/01/alat-dan-media-pendidikan-islam. 22 Maret
2016. Pukul 15:46
[54] http://wallpapercartoonmuslimah.blogspot.co.id/2012/05/alat-alat-pendidikan-islam. 22 Maret
2016. Pukul 15:55
Tidak ada komentar:
Posting Komentar