JIGSAW
(MODEL TIM AHLI), PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI) PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH DAN ARTIKULASI
DOSEN PENGAMPU:
NURLAILA
MATA KULIAH:
ILMU PENDIDIKAN ISLAM
DISUSUN OLEH
KELOMPOK: 3
AGUSRIANTO
(1532100076)
DEWI PUTRI
ANDESTA (1532100093)
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
FAKULTAS
TARBIYAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TAHUN AJARAN
2015-2016
A.
Pengertian Model Pembelajaran Jigsaw
(Model Tim Ahli)
Jigsaw adalah tipe pembelajaran kooperatif yang
dikembangkan oleh Elliot Aronson’s, (Aronson, Blaney, Stephen, Sikes, and
SNAPP, 1978). Model pembelajaran ini didesain untuk meningkatkan rasa tanggung
jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain.
Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus
siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut kepada kelompoknya. Sehingga
baik kemampuan secara kognitif maupun social siswa sangat diperlukan. Model
pembelajaran Jigsaw ini diladasi oleh teori belajar humanistic, karena teori
belajar humanistic menjelaskan bahwa pada hakekatnya setiap manusia adalah
unik, memiliki potensi individual dan dorongan internal untuk berkembang dan
menentukan perilakunya.
Teknik
mengajar Jigsaw sebagain metode pembelajaran kooperatif bisa digunakan dalam
pengakaran membaca, menulis, mendengarkan ataupun berbicara. Teknik ini
menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan dan berbicara sehingga
dapat digunakan dalam beberapa mata pelajaran, seperi ilmu pengetahuan alam,
ilmu pengetahuan social, matematika, agama, dan bahasa. Teknik ini cocok untuk
semua kelas/ tingkatan. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan
model pembelajaran kooperatif, siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri
dari 4-5 orang dengan memperhatikan keheterogenan, bekerjasama positif dan
setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari masalah tertentu dari materi
yang diberikan dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang
lain.
Dalam
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat kelompok ahli dan kelompok
asal. Kelompok asal adalah kelompok awal siswa terdiri dari berapa anggota
kelompok ahli yang dibentuk dengan memperhatikan keragaman dan latar belakang.
Sedangkan kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota
kelompok lain (kelompok asal) yang ditugaskan untuk mendalami topik tertentu
untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.Disini, peran guru
adalah memfasilitasi dan memotivasi para anggota kelompok ahli agar mudah untuk
memahami materi yang diberikan.Kunci tipe Jigsaw ini adalah interdependence
setiap siswa terhadap anggota tim yang memberikan informasi yang diperlukan.
Artinya para siswa harus memiliki tanggunga jawab dan kerja sama yang positif
dan saling ketergantungan untuk mendapatkan informasi dan memecahkan masalah
yang diberikan.
B.
Langkah-langkah Model Pembelajaran
Jigsaw
Langkah-langkah kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran
tipe jigsaw adalah sebagai berikut:
1.
Membentuk
kelompok heterogen yang beranggotakan 4 – 6 orang
2.
Tiap
orang dalam kelompok diberi sub topik yang berbeda.
3.
Setiap
kelompok membaca dan mendiskusikan sub topik masing-masing dan menetapkan
anggota ahli yang akan bergabung dalam kelompok ahli.
4.
Anggota
ahli dari masing-masing kelompok berkumpul dan mengintegrasikan semua sub topik
yang telah dibagikan sesuai dengan banyaknya kelompok.
5.
Kelompok
ahli berdiskusi untuk membahas topik yang diberikan dan saling membantu untuk
menguasai topik tersebut.
6.
Setelah
memahami materi, kelompok ahli menyebar dan kembali ke kelompok masing-masing,
kemudian menjelaskan materi kepada rekan kelompoknya.
7.
Tiap kelompok memperesentasikan hasil
diskusi.
8.
Guru
memberikan tes individual pada akhir pembelajaran tentang materi yang telah
didiskusikan.
9.
Siswa
mengerjakan tes individual atau kelompok yang mencakup semua topik.
C.
Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Jigsaw
Bila dibandingkan dengan metode pembelajaran
tradisional, model pembelajaran Jigsaw memiliki beberapa kelebihan yaitu:
1.
Mempermudah
pekerjaan guru dalam mengajar, karena sudah ada kelompok ahli yang bertugas
menjelaskan materi kepada rekan-rekannya.
2.
Pemerataan
penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat
3.
Metode
pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan
berpendapat.
4.
Beberapa
hal yang bisa menjadi kelemahan aplikasi model ini di lapangan, menurut Roy
Killen, 1996, adalah :
5.
Prinsip
utama pembelajaran ini adalah ‘peer
teaching’, pembelajran oleh teman sendiri, ini akan menjadi kendala karena
perbedaan persepsi dalam memahami konsep yang akan diskusikan bersama siswa
lain.
6.
Apabila
siswa tidak memiliki rasa percaya diri dalam berdiskusi menyampaikan materi
pada teman.
7.
Rekod
siswa tentang nilai, kepribadian, perhatian siswa harus sudah dimiliki oleh
guru dan biasanya butuh waktu yang sangat lama untuk mengenali tipe-tipe siswa
dalam kelas tersebut.
8.
Butuh
waktu yang cukup dan persiapan yang matang sebelum model pembelajaran ini bisa
berjalan dengan baik.
9.
Aplikasi
metode ini pada kelas yang lebih besar (lebih dari 40 siswa) sangatlah sulit.
D.
Adapun
kekurangan yang bisa ditemukan didalam pembelajaran tipe jigsaw adalah sebagai
berikut:
1.
Siswa yang tidak memiliki rasa percaya diri
dalam berdiskusi maka akan sulit dalam menyampaikan materi pada teman.
2.
Siswa yang aktif akan lebih mendominasi
diskusi, dan cenderung mengontrol jalannya diskusi.
3.
Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan
berpikir rendah akan mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi apabila
ditunjuk sebagai tenaga ahli.
4.
Siswa yang cerdas cenderung merasa bosan.
5.
Siswa yang tidak terbiasa berkompetisi akan
kesulitan untuk mengikuti proses pembelajaran.
6.
Penugasan anggota kelompok untuk menjadi tim
ahli sering tidak sesuai antara kemampuan dengan kompetensi yang harus
dipelajari.
7.
Keadaan kondisi kelas yang ramai, sehingga
membuat siswa kurang bisa berkonsentrasi dalam menyampaikan pembelajaran yang
dikuasainya.
8.
Jika jumlah anggota kelompok kurang akan
menimbulkan masalah, misal jika ada anggota yang hanya membonceng dalam
menyelesaikan tugas-tugas dan pasif dalam diskusi.
9.
Jika
tidak didukung dengan kondisi kelas yang mumpuni (luas) metode sulit dijalankan
mengingat siswa harus beberapa kali berpindah dan berganti kelompok.
10.
Membutuhkan waktu yang lebih lama apalagi bila
penataan ruang belum terkondiki dengan baik, sehingga perlu waktu merubah
posisi yang dapat juga menimbulkan gaduh serta butuh waktu dan persiapan yang
matang sebelum model pembelajaran ini bisa berjalan dengan baik.
A.
Model
pembelajaran Problem Based Introduction
(PBI) Pembelajaran
Berdasarkan Masalah.
Istilah Pengajaran Berdasarkan Masalah (PBM) diadopsi dari istilah
Inggris Problem Based Intruction (PBI).
Menurut John Dewey (dalam Sujana 2001: 19) belajar berdasarkan masalah adalah
interaksi antara stimulus dengan respon, merupakan hubungan antara dua arah
belajar dan lingkungan. Lingkungan memberi masukan kepada siswa berupa bantuan
dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu
secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai,
dianalisis serta dicari pemecahannya dengan baik.
Bern dan Erickson (2001:5) menegaskan bahwa pembelajaran berbasis
masalah (problem based learning) merupakan strategi pembelajaran yang melibatkan
siswa dalam memecahkan masalah dengan mengintegrasikan berbagai konsep dan
keterampilan dari berbagai disiplin ilmu. Strategi ini meliputi mengumpulkan
dan menyatukan informasi, dan mempresentasikan penemuan.
Strategi pembelajaran berbasis masalah dikembangkan dari filsafat
konstruksionisme, yang menyatakan bahwa kebenaran merupakan konstruksi
pengetahuan secara otonom. Artinya, peserta didik akan menyususn pengetahuan
dengan cara membangun penalaran dari seluruh pengetahuan yang telah dimiliki
dan dari semua pengetahuan baru yang diperoleh (Harmuni,2009:150). Hal ini
menunjukkan bahwa strategi pembelajaran berpusat pada masalah tidak sekedar transfer of knowledge dari guru kepada
peserta didik, melainkan kolaborasi antara guru dan peserta didik, maupun
peserta didik dengan peserta didik yang lain untuk memecahkan masalah yang
dibahas. Dengan demikian, strategi pembelajaran berbasis masalah adalah
strategi pembelajaran yang berorientasi pada pemecahan masalah secara terbuka.
Hal ini berbeda dengan strategi pembelajaran inkuiri.
B.
Adapun
langkah-langkah pembelajaran problem based introduction (PBI) adalah sebagai berikut :
- Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai dan menyebutkan sarana atau alat pendukung yang dibutuhkan.
- Guru memotivasi siswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang telah dipilih.
- Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)
- Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis dan pemecahan masalah
- Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.
- Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap eksperimen mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
- Kesimpulan/Penutup
C.
Beberapa kelebihan model pembelajaran problem based intruction (PBI) ini adalah:
- Siswa menjadi terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar sehingga memungkinkan pengetahuannya benar-benar diserapnya dengan baik,
- Siswa menjadi terlatih untuk dapat bekerjasama dengan siswa yang lain,
- Siswa mendapatkan pengetahuan secara langsung dari berbagai sumber belajar,
- Siswa dapat merasakan manfaat pembelajaran dikarenakan masalah yang diselesaikan merupakan masalah sehari-hari (pembelajaran menjadi bermakna)
- Siswa menjadi lebih mandiri dalam pembelajaran
- Siswa terlatih untuk dapat bersosial secara positif, memberi aspirasi dan menerima pendapat orang lain
- Siswa dapat mengembangkan cara berfikir secara logis dan juga berlatih untuk mengemukakan pendapatnya dihadapan orang lain.
- Siswa dapat belajar untuk dapat membangun kerangka permasalahan, mengorganisasikan dan menginvestigasi masalah, mengumpulkan dan menganalisis data, menyusun fakta, mengkonstruksi argumentasi mengenai pemecahan masalah, bekerja secara individual atau kolaborasi dalam pemecahan masalah.
- Siswa dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga pengetahuannya benar-benar diserapnya dengan baik.
- Dilatih untuk dapat bekerja sama dengan siswa lain.
- Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka guna beradaptasi dengan pengetahuan.
D.
Model pembelajaran PBI juga memiliki kekurangan jika tidak tepat
dalam kegunaan, kekurangan dalam pembelajaran ini adalah:
- Kegiatan pembelajaran membutuhkan waktu yang relatif lama, hal ini bergantung pada personal siswa dan kemampuan pendidik dalam mengakomodasi peserta didik dan dana.
- Bagi siswa yang memiliki motivasi belajar yang kurang, tujuan dari model pembelajaran PBI tersebut tidak dapat tercapai
- Tidak semua kondisi dapat diterapkan dengan metode ini secara efektif, maka guru sangat berperan dalam menentukan perangkat pembelajaran yang sesuai dengan kondisi (siswa, lingkungan, fasilitas sekolah dan sebagainya),
- Model PBI yang ideal membutuhkan fasilitas yang memadai seperti tempat duduk siswa yang terkondisi untuk belajar kelompok, perangkat pembelajaran, dan sebagainya,
- Menuntut guru membuat perencanaan pembelajaran yang lebih matang dengan segala kemungkinan yang akan terjadi dalam pembelajaran, dan
- Model pembelajaran PBI tidak akan efektif dilaksanakan jika peserta didik dalam satu kelas berjumlah banyak, idealnya maksimal 30 siswa per kelas. Jumlah peserta didik yang banyak dapat diatasi dengan menempatkan asisten sehingga dapat membantu peserta didik.
- Untuk siswa yang malas tujuan dari metode tersebut tidak dapat tercapai.
- Membutuhkan banyak waktu dan dana.
- Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan metode ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar