A. Talking Stick
1. Sejarah Penemuan Metode Talking Stick
Talking
Stick (tongkat berbicara) adalah metode yang pada mulanya digunakan oleh
penduduk asli Amerika untuk mengajak semua orang berbicara atau menyampaikan
pendapat dalam suatu forum (pertemuan antarsuku), sebagaimana dikemukakan Carol
Locust berikut ini.
“Tongkat
berbicara telah digunakan selama berabad-abad oleh suku-suku Indian sebagai
alat menyimak secara adil dan tidak memihak. Tongkat berbicara sering digunakan
kalangan dewan untuk memutuskan siapa yang mempunyai hak berbicara. Pada saat
pimpinan rapat mulai berdiskusi dan membahas masalah, ia harus memegang tongkat
berbicara atau menanggapinya. Dengan cara ini tongkat berbicara akan berpindah dari
satu orang ke orang lain jika orang tersebut ingin mengemukakan pendapatnya.
Apabila semua mendapatkan giliran berbicara, tongkat itu lalu dikembalikan lagi
ke ketua/pimpinan rapat”.
Dari
penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Talking Stick dipakai sebagai tanda
seseorang mempunyai hak suara (berbicara) yang diberikan secara
bergiliran/bergantian.
Model
pembelajaran Talking Stick berkembang dari penelitian belajar kooperatif oleh
Slavin pada tahun 1995. Model ini merupakan suatu cara yang efektif untuk
melaksanakan pembelajaran yang mampu mengaktifkan siswa. Dalam model
pembelajaran ini siswa dituntut mandiri sehingga tidak bergantung pada siswa
yang lainnya. Sehingga siswa harus mampu bertanggung jawab terhadap diri
sendiri dan siswa juga harus percaya diri dan yakin dalam menyelesaikan
masalah.
Model
pembelajaran Talking Stick adalah suatu model pembelajaran kelompok dengan
bantuan tongkat, kelompok yang memegang tongkat terlebih dahulu wajib menjawab
pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya, selanjutnya kegiatan
tersebut diulang terus-menerus sampai semua kelompok mendapat giliran untuk
menjawab petanyaan dari guru.
Model
pembelajaran Talking Stick merupakan salah satu dari model pembelajaran
kooperatif, guru memberikan siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta
bekerja sama dengan orang lain dengan cara mengoptimalisasikan partisipasi
siswa (Lie, 2002:56). Kemudian menurut widodo (2009) mengemukakan bahwa Talking
Stick merupakan suatu model pembelajaran yang menggunakan sebuah tongkat sebagai
alat petunjuk giliran. Siswa yang mendapat tongkat akan diberi pertanyaan dan
harus menjawabnya. Kemudian secara estafet tongkat tersebut berpindah ke tangan
siswa lainnya secara bergiliran. Demikian seterusnya sampai seluruh siswa
mendapat tongkat dan pertanyaan.
Berdasarkan
uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Talking Stick
merupakan salah satu dari model pembelajaran kooperatif yang menggunakan sebuah
tongkat sebagai alat petunjuk giliran dengan memberikan siswa kesempatan untuk
bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain sehingga
mengoptimalisasikan partisipasi siswa.
Menurut
sugihharto (2009) mengemukakan bahwa model pembelajaran Talking Stick termasuk
dalam pembelajran kooperatif yaitu:
1. Siswa bekerja dalam kelompok secara
kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.
2. Kelompok dibentuk dari siswa yang
memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
3. Anggota kelompok berasal dari ras,
budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda, serta
4. Penghargaan lebih berorientasi kelompok
ketimbang individu.
2. Langkah-langkah Metode Talking Stick
Langkah-langkah
yang dapat dilakukan dalam metode Talking Stick ini adalah sebagai berikut:
a. Guru membentuk kelompok yang terdiri
atas 5 0rang.
b. Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya
20 cm.
c. Guru menyampaikan materi pokok yang akan
dipelajari, kemudian memberikan kesempatan para kelompok untuk membaca dan
mempelajari materi pelajaran.
d. Siswa berdiskusi membahas masalah yang
terdapat di dalam wacana.
e. Setelah kelompok selesai membaca materi
pelajaran dan mempelajari isinya, guru mempersilahkan anggota kelompok untuk
menutup isi bacaan.
f. Guru mengambil tongkat dan memberikan
kepada salah satu anggota kelompok, setelah itu guru memberi pertanyaan dan
anggota kelompok yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian
seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap
pertanyaan dari guru.
g. Siswa lain boleh membantu menjawab
pertanyaan jika anggota kelompoknya tidak bisa menjawab pertanyaan.
h. Guru memberikan kesimpulan.
i.
Guru
melakukan evaluasi/penialian, baik secara kelompok maupun individu.
j.
Guru
menutup pembelajaran.
3. Keunggulan dan Kelemahan Metode Talking Stick
a. Keunggulan Metode Talking Stick yaitu:
1)
Meningkatkan
kepekaan dan kesetiakawanan sosial.
2)
Memungkinkan
para siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan, informasi, perilaku
sosial, dan pandangan-pandangan.
3)
Memudahkan
siswa melakukan penyesuaian sosial.
4)
Memungkinkan
terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen.
5)
Menghilangkan
sifat mementingkan diri sendiri atau egois.
6)
Membangun
persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewas.
7)
Berbagai
keterampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan saling
membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekkan.
8)
Meningkatkan
rasa saling percaya kepada sesama manusia.
9)
Meningkatkan
kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik.
10)
Meningkatkan
kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamin, normal
atau cacat, etnis, kelas sosial, dan agama.
11)
Menguji
kesiapan siswa.
12)
Melatih
membaca dan memahami dengan cepat.
13)
Agar
siswa lebih giat lagi belajr.
b. Kelemahan metode Talking Stick
1)
Sangat
tidak rasional kalau kita mengharapkan secara otomatis siswa dapat mengerti dan
memahami filsafat Cooperative Learning. Untuk siswa yang dianggap memiliki
kelebihan contohnya, mereka akan merasa terhambat oleh siswa yang dianggap
kurang memilik kemampuan. Akibatnya, keadaan semacam ini dapat mengganggu iklim
kerjasama dalam kelompok.
2)
Ciri
utama dari pembelajaran kooperatif adalah bahwa siswa saling membelajarkan.
Oleh karena itu, jika tanpa peer teaching yang efektif, maka dibandingkan
dengan pengajaran langsung dari guru, bias terjadi cara belajar yang demikian
apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami tidak pernah tercapai oleh siswa.
3)
Keberhasilan
pembelajaran kooperatif dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok
memerlukan periode waktu yang cukup panjang, dan hal ini tidak mungkin dapat
tercapai hanya dengan satu kali atau sekali-kali penerapan strategi ini.
4) Senam jantung.
B. Bertukar Pasangan
1. Langkah-langkah Metode Bertukar Pasangan
Langkah-langkah
yang dapat dilakukan dalam metode Bertukar Pasangan ini adalah sebagai berikut:
a) Peserta didik dibagi dalam
kelompok-kelompok belajar yang heterogen.
b) Guru memberikan materi atau tugas
tertentu kepada setiap kelompok untuk dipelajari atau dicari penyelesaian dari
tugas yang diberikan.
c) Dalam setiap kelompok, ketua kelompok
membagi materi atau tugas yang diberikan oleh guru menjadi sub-sub bab kecil
untuk dipelajari atau diselesaikan oleh masing-masing anggota kelompok.
d) Dari antar kelompok, anggota kelompok
yang mendapatkan tugas yang sama bertemu atau membentuk kelompok sendiri untuk
mendiskusikan materi atau tugas tersebut sampai benar-benar mengerti isi atau
penyelesaian dari materi atau soal tersebut.
e) Temuan baru yang didapatkan dari
pertukaran pasangan antar kelompok kemudian dijadikan bahan tukar pikiran dalam
pasangan semula.
2. Keunggulan dan Kelemahan Metode Bertukar
Pasangan
a. Keunggulan Metode Bertukar Pasangan
1) Setiap siswa termotivasi untuk menguasai
materi.
2) Menghilangkan kesenjangan antara yang
pintar dengan tidak pintar.
3) Mendorong siswa tampil prima karena
membawa nama baik kelompok lamanya.
4) Tercipta suasana gembira dalam belajar.
Dengan demikian meskipun saat pelajaran menempati jam terakhir pun, siswa tetap
antusias belajar.
b. Kelemahan Metode Bertukar Pasangan
1)
Ada
siswa yang takut diintimidasi bila member nilai jelek kepada anggotanya (bila
kenyataannya siswa lain kurang mampu menguasai materi) solusinya, lembar
penilaian tidak diberi nama si penilai.
2)
Ada
siswa yang mengambil jalan pintas, dengan meminta tolong pada temannya untuk
mencarikan jawabannya.
3) Solusinya mengurangi poin pada siswa
yang membantu dan dibantu.
C. Snowball Throwing
1. Langkah-langkah Metode Snowball Throwing
Langkah-langkah
yang dapat dilakukan dalam metode Snowball Throwing ini adalah sebagai berikut:
a. Guru menyampaikan materi yang akan
disajikan. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua
kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi.
b. Masing-masing ketua kelompok kembali ke
kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh
guru kepada temannya.
c. Kemudian masing-masing siswa diberikan
satu lembar kerja untuk menuliskan pertanyaan apa saja yang menyangkut materi
yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.
d. Kemudian kertas tersebutdibuat seperti
bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa lain selama kurang lebih 5 menit.
e. Setelah siswa mendapat satu bola / satu
pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang
tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian.
f. Evaluasi.
g. Penutup.
2. Keunggulan dan Kelemahan Snowball Throwing
a. Keunggulan Metode Snowball Throwing
1) Melatih kesiapan siswa dalam merumuskan
pertanyaan dengan bersumber pada materi yang diajarkan serta saling memberikan
pengetahuan.
2) Siswa lebih memahamidan mengerti secara
mendalam tentang materi pelajaran yang dipelajari. Hal ini disebabkan karena
siswa mendapat penjelasan dari teman sebaya yang secara khusus disiapkan oleh
guru serta mengerahkan penglihatan, pendengaran, menulis dan berbicara mengenai
materi yag didiskusikan dalam kelompok.
3) Dapat membangkitkan keberanian siswa
dalam mengemukakan pertanyaan kepada teman lain maupun guru.
4) Melatih siswa menjawab pertanyaan yang
diajukan oleh temannya dengan baik.
5) Merangsang siswa mengemukakan pertanyaan
sesuai dengan topik yang sedang dibicarakan dalam pelajaran tersebut.
6) Dapat mengurangi rasa takut siswa dalam
bertanya kepada teman maupun guru.
7) Siswa akan lebih mengerti makna
kerjasama dalam menemukan pemecahan suatu masalah.
8) Siswa akan memahami makna tanggung
jawab.
9) Siswa akan lebih bisa menerima keragaman
atau heterogenitas suku, sosial, budaya, bakat dan intelegensia.
10) Siswa akan terus termotivasi untuk
meningkatkan kemampuannya.
b. Kelemahan Metode Snowball Throwing
1) Sangat bergantung pada kemampuan siswa
dalam memahami materi sehingga apa yang dikuasai siswa hanya sedikit. Hal ini
dapat dilihat dari soal yang dibuat siswa biasanya hanya seputar materi yang
sudah dijelaskan atau seperti contoh soal yang telah diberikan.
2) Ketua kelompok yang tidak mampu
menjelaskan dengan baik tentu menjadi penghambat bagi anggota lain untuk
memahami materi sehingga diperlukan waktu yang tidak sedikit untuk siswa
mendiskusikan materi pelajaran.
3) Tidak ada kuis individu maupun
penghargaan kelompok sehingga siswa saat berkelompok kurang termotivasi untuk
bekerja sama. Tapi tidak menutup kemungkinan bagi guru untuk menambahkan
pemberian kuis individu dan penghargaan kelompok.
4) Memerlukan waktu yang panjang.
5) Murid yang nakal cenderung untuk berbuat
onar.
6) Kelas sering kali gaduh karena kelompok
dibuat oleh murid.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar