Kamis, 21 Juli 2016

Kel. 6 Talking Stik, Snowball Trowing



A. Talking Stick
1.  Sejarah Penemuan Metode Talking Stick
Talking Stick (tongkat berbicara) adalah metode yang pada mulanya digunakan oleh penduduk asli Amerika untuk mengajak semua orang berbicara atau menyampaikan pendapat dalam suatu forum (pertemuan antarsuku), sebagaimana dikemukakan Carol Locust berikut ini.
“Tongkat berbicara telah digunakan selama berabad-abad oleh suku-suku Indian sebagai alat menyimak secara adil dan tidak memihak. Tongkat berbicara sering digunakan kalangan dewan untuk memutuskan siapa yang mempunyai hak berbicara. Pada saat pimpinan rapat mulai berdiskusi dan membahas masalah, ia harus memegang tongkat berbicara atau menanggapinya. Dengan cara ini tongkat berbicara akan berpindah dari satu orang ke orang lain jika orang tersebut ingin mengemukakan pendapatnya. Apabila semua mendapatkan giliran berbicara, tongkat itu lalu dikembalikan lagi ke ketua/pimpinan rapat”.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Talking Stick dipakai sebagai tanda seseorang mempunyai hak suara (berbicara) yang diberikan secara bergiliran/bergantian.
Model pembelajaran Talking Stick berkembang dari penelitian belajar kooperatif oleh Slavin pada tahun 1995. Model ini merupakan suatu cara yang efektif untuk melaksanakan pembelajaran yang mampu mengaktifkan siswa. Dalam model pembelajaran ini siswa dituntut mandiri sehingga tidak bergantung pada siswa yang lainnya. Sehingga siswa harus mampu bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan siswa juga harus percaya diri dan yakin dalam menyelesaikan masalah.
Model pembelajaran Talking Stick adalah suatu model pembelajaran kelompok dengan bantuan tongkat, kelompok yang memegang tongkat terlebih dahulu wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya, selanjutnya kegiatan tersebut diulang terus-menerus sampai semua kelompok mendapat giliran untuk menjawab petanyaan dari guru.
Model pembelajaran Talking Stick merupakan salah satu dari model pembelajaran kooperatif, guru memberikan siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain dengan cara mengoptimalisasikan partisipasi siswa (Lie, 2002:56). Kemudian menurut widodo (2009) mengemukakan bahwa Talking Stick merupakan suatu model pembelajaran yang menggunakan sebuah tongkat sebagai alat petunjuk giliran. Siswa yang mendapat tongkat akan diberi pertanyaan dan harus menjawabnya. Kemudian secara estafet tongkat tersebut berpindah ke tangan siswa lainnya secara bergiliran. Demikian seterusnya sampai seluruh siswa mendapat tongkat dan pertanyaan.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Talking Stick merupakan salah satu dari model pembelajaran kooperatif yang menggunakan sebuah tongkat sebagai alat petunjuk giliran dengan memberikan siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain sehingga mengoptimalisasikan partisipasi siswa.
Menurut sugihharto (2009) mengemukakan bahwa model pembelajaran Talking Stick termasuk dalam pembelajran kooperatif yaitu:
1.      Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.
2.      Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
3.      Anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda, serta
4.      Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu.
2.   Langkah-langkah Metode Talking Stick
Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam metode Talking Stick ini adalah sebagai berikut:
a.       Guru membentuk kelompok yang terdiri atas 5 0rang.
b.      Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya 20 cm.
c.       Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan para kelompok untuk membaca dan mempelajari materi pelajaran.
d.      Siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat di dalam wacana.
e.       Setelah kelompok selesai membaca materi pelajaran dan mempelajari isinya, guru mempersilahkan anggota kelompok untuk menutup isi bacaan.
f.       Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada salah satu anggota kelompok, setelah itu guru memberi pertanyaan dan anggota kelompok yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.
g.      Siswa lain boleh membantu menjawab pertanyaan jika anggota kelompoknya tidak bisa menjawab pertanyaan.
h.      Guru memberikan kesimpulan.
i.        Guru melakukan evaluasi/penialian, baik secara kelompok maupun individu.
j.        Guru menutup pembelajaran.

3.  Keunggulan dan Kelemahan Metode Talking Stick
a.       Keunggulan Metode Talking Stick yaitu:
1)      Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial.
2)      Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan.
3)      Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial.
4)      Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen.
5)      Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois.
6)      Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewas.
7)      Berbagai keterampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekkan.
8)      Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia.
9)      Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik.
10)  Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, dan agama.
11)  Menguji kesiapan siswa.
12)  Melatih membaca dan memahami dengan cepat.
13)  Agar siswa lebih giat lagi belajr.
b.      Kelemahan metode Talking Stick
1)      Sangat tidak rasional kalau kita mengharapkan secara otomatis siswa dapat mengerti dan memahami filsafat Cooperative Learning. Untuk siswa yang dianggap memiliki kelebihan contohnya, mereka akan merasa terhambat oleh siswa yang dianggap kurang memilik kemampuan. Akibatnya, keadaan semacam ini dapat mengganggu iklim kerjasama dalam kelompok.
2)      Ciri utama dari pembelajaran kooperatif adalah bahwa siswa saling membelajarkan. Oleh karena itu, jika tanpa peer teaching yang efektif, maka dibandingkan dengan pengajaran langsung dari guru, bias terjadi cara belajar yang demikian apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami tidak pernah tercapai oleh siswa.
3)      Keberhasilan pembelajaran kooperatif dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang, dan hal ini tidak mungkin dapat tercapai hanya dengan satu kali atau sekali-kali penerapan strategi ini.
4)      Senam jantung.
B.  Bertukar Pasangan
1.   Langkah-langkah Metode Bertukar Pasangan
Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam metode Bertukar Pasangan ini adalah sebagai berikut:
a)      Peserta didik dibagi dalam kelompok-kelompok belajar yang heterogen.
b)      Guru memberikan materi atau tugas tertentu kepada setiap kelompok untuk dipelajari atau dicari penyelesaian dari tugas yang diberikan.
c)      Dalam setiap kelompok, ketua kelompok membagi materi atau tugas yang diberikan oleh guru menjadi sub-sub bab kecil untuk dipelajari atau diselesaikan oleh masing-masing anggota kelompok.
d)     Dari antar kelompok, anggota kelompok yang mendapatkan tugas yang sama bertemu atau membentuk kelompok sendiri untuk mendiskusikan materi atau tugas tersebut sampai benar-benar mengerti isi atau penyelesaian dari materi atau soal tersebut.
e)      Temuan baru yang didapatkan dari pertukaran pasangan antar kelompok kemudian dijadikan bahan tukar pikiran dalam pasangan semula.

2.   Keunggulan dan Kelemahan Metode Bertukar Pasangan
a.       Keunggulan Metode Bertukar Pasangan
1)      Setiap siswa termotivasi untuk menguasai materi.
2)      Menghilangkan kesenjangan antara yang pintar dengan tidak pintar.
3)      Mendorong siswa tampil prima karena membawa nama baik kelompok lamanya.
4)      Tercipta suasana gembira dalam belajar. Dengan demikian meskipun saat pelajaran menempati jam terakhir pun, siswa tetap antusias belajar.
b.      Kelemahan Metode Bertukar Pasangan
1)      Ada siswa yang takut diintimidasi bila member nilai jelek kepada anggotanya (bila kenyataannya siswa lain kurang mampu menguasai materi) solusinya, lembar penilaian tidak diberi nama si penilai.
2)      Ada siswa yang mengambil jalan pintas, dengan meminta tolong pada temannya untuk mencarikan jawabannya.
3)      Solusinya mengurangi poin pada siswa yang membantu dan dibantu.

C.  Snowball Throwing
1.   Langkah-langkah Metode Snowball Throwing
Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam metode Snowball Throwing ini adalah sebagai berikut:
a.       Guru menyampaikan materi yang akan disajikan. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi.
b.      Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya.
c.       Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kerja untuk menuliskan pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.
d.      Kemudian kertas tersebutdibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa lain selama kurang lebih 5 menit.
e.       Setelah siswa mendapat satu bola / satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian.
f.       Evaluasi.
g.      Penutup.

2.   Keunggulan dan Kelemahan Snowball Throwing
a.       Keunggulan Metode Snowball Throwing
1)      Melatih kesiapan siswa dalam merumuskan pertanyaan dengan bersumber pada materi yang diajarkan serta saling memberikan pengetahuan.
2)      Siswa lebih memahamidan mengerti secara mendalam tentang materi pelajaran yang dipelajari. Hal ini disebabkan karena siswa mendapat penjelasan dari teman sebaya yang secara khusus disiapkan oleh guru serta mengerahkan penglihatan, pendengaran, menulis dan berbicara mengenai materi yag didiskusikan dalam kelompok.
3)      Dapat membangkitkan keberanian siswa dalam mengemukakan pertanyaan kepada teman lain maupun guru.
4)      Melatih siswa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh temannya dengan baik.
5)      Merangsang siswa mengemukakan pertanyaan sesuai dengan topik yang sedang dibicarakan dalam pelajaran tersebut.
6)      Dapat mengurangi rasa takut siswa dalam bertanya kepada teman maupun guru.
7)      Siswa akan lebih mengerti makna kerjasama dalam menemukan pemecahan suatu masalah.
8)      Siswa akan memahami makna tanggung jawab.
9)      Siswa akan lebih bisa menerima keragaman atau heterogenitas suku, sosial, budaya, bakat dan intelegensia.
10)  Siswa akan terus termotivasi untuk meningkatkan kemampuannya.
b.      Kelemahan Metode Snowball Throwing
1)      Sangat bergantung pada kemampuan siswa dalam memahami materi sehingga apa yang dikuasai siswa hanya sedikit. Hal ini dapat dilihat dari soal yang dibuat siswa biasanya hanya seputar materi yang sudah dijelaskan atau seperti contoh soal yang telah diberikan.
2)      Ketua kelompok yang tidak mampu menjelaskan dengan baik tentu menjadi penghambat bagi anggota lain untuk memahami materi sehingga diperlukan waktu yang tidak sedikit untuk siswa mendiskusikan materi pelajaran.
3)      Tidak ada kuis individu maupun penghargaan kelompok sehingga siswa saat berkelompok kurang termotivasi untuk bekerja sama. Tapi tidak menutup kemungkinan bagi guru untuk menambahkan pemberian kuis individu dan penghargaan kelompok.
4)      Memerlukan waktu yang panjang.
5)      Murid yang nakal cenderung untuk berbuat onar.
6)      Kelas sering kali gaduh karena kelompok dibuat oleh murid.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar