PENDIDIKAN
PADA ROSULULLAH, KHALAFAU RASYIDIN SERTA METODE LEMBAGA PENDIDIDKAN ISLAM
A.
Latar
Belakang
Sejarah
pendidikan Islam, tidak terlepas dari sumber pendidikan Islam yaitu Allah SAW
sebagai sumber utama melalui firman-firmannya
yang terdapat dikitab suci umat Islam yaitu Al-Quran. Sumber yang kedua ialah
sunnah Nabi Saw. Yang mana dari beliaulah awal mula timbulnya sejarah
pendidikan Islam, melalui sunnahnya. Oleh sebab itu sunnah mencerminkan
prinsip, manisfestasi wahyu dalam segala perbuatan, perkataan dan taqriri nabi,
maka beliau menjadi tauladan yang harus diikuti. Dalam keteladanan Nabi
terkandung pendidikan yang sangat besar artinya, sumber pendidikan Islam
selanjutnya adalah perkataan dan perbuatan sahabat yang merupakan penerus atau
yang paling memahami Rasulullah, selanjutnya ijtihad. Sejarah pendidikan Islam amat perlu dipelajari
dan dibaca oleh kalangan mahasiswa, calon guru agama Islam dan pengelola
pendidikan Islam.
Karna
sejak awal perkembangan Islam memperlihatkan kepeduliannya yang amat besar
terhadap sumber daya manusia (SDM) melalui kegiatan pendidikan, hal ini tidak
bisa dilepaskan dari ajaran yang terkandung dalam Al-qur’an dan As-sunnah yang
memerintahkan kita untuk selalu menuntut ilmu dengan seluas-luasnya. Oleh
karena itu perlu kiranya kita membahas pendidikan pada masa Rosulullah dan
Khulafa Ar-Rasyidin agar kita lebih memahami dan bisa merealisasikan dalam
kehidupan sehari-hari.
B.
Pendidikan Islam Pada Masa Rasulullah
Pendidikan islam pada masa Rasulullah dapat dibedakan
menjadi 2 periode:
a) Periode Mekkah.
b) Periode Madinah.
1. Pendidikan Islam Pada Masa
Rasulullah di Makkah
Nabi Muhammad SAW menerima
wahyu yang pertama di Gua Hira di Makkah pada tahun 610 M dalam wahyu itu termaktub
ayat al-qur’an yang artinya: “Bacalah (ya Muhammad) dengan nama tuhanmu yang
telah menjadikan (semesta alam). Dia menjadikan manusia dari segumpal darah.
Bacalah, dan tuhanmu maha pemurah. Yang mengajarkan dengan pena. Mengajarkan
kepada manusia apa yang belum diketahuinya.[1]
Kemudian disusul oleh
wahyu yang kedua termaktub ayat al-qur’an yang artinya: ”Hai orang yang berkemul (berselimut). Bangunlah, lalu
berilah peringatan! dan Tuhanmu agungkanlah! dan pakaianmu bersihkanlah. dan
perbuatan dosa tinggalkanlah. Dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak.
dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah”.[2]
Dengan turunnya wahyu itu
Nabi Muhammad SAW telah diberi tugas oleh Allah, supaya bangun melemparkan kain
selimut dan menyingsingkan lengan baju untuk member peringatan dan pengajaran
kepada seluruh umat manusia, sebagai tugas suci, tugas mendidik dan mengajarkan
islam.kemudian kedua wahyu itu diikuti oleh wahyu-wahyu yang lain. Semuanya itu
disampaikan dan diajarkan oleh Nabi, mula-mula kepada karib kerabatnya dan
teman sejawatnya dengan sembunyi-sembunyi.
Setelah banyak orang memeluk
islam, lalu Nabi menyediakan rumah Al- Arqam bin Abil Arqam untuk tempat
pertemuan sahabat-sahabat dan pengikut-pengikutnya. di tempat itulah pendiikan
islam pertama dalam sejarah pendidian islam.disanalah Nabi mengajarkan
dasar-dasar atau pokok-pokok agama islam kepada sahabat-sahabatnya dan
membacakan wahyu-wahyu (ayat-ayat) alqur’an kepada para pengikutnya serta Nabi
menerima tamu dan orang-orang yang hendak memeluk agama islam atau menanyakan
hal-hal yang berhubungan dengan agama islam. Bahkan disanalah Nabi beribadah
(sholat) bersama sahabat-sahabatnya.[3]
Lalu turunlah wahyu untuk
menyuruh kepada Nabi, supaya menyiarkan agama islam kepada seluruh penduduk
jazirah Arab dengan terang-terangan. Nabi melaksanakan tugas itu dengan
sebaik-baiknya. Banyak tantangan dan penderitaan yang diterima Nabi dan
sahabat-sahabatnya. Nabi tetap melakukan penyiaran islam dan mendidik
sahabat-sahabatnya dengan pendidikan islam.
Dalam masa pembinaan
pendidikan agama islam di Makkah Nabi Muhammad juga mengajarkan alqur’an karena
al-qur’an merupakan inti sari dan sumber pokok ajaran islam. Disamping itu Nabi
Muhamad SAW, mengajarkan tauhid kepada umatnya.[4]
Intinya pendidikan dan
pengajaran yang diberikan Nabi selama di Makkah ialah pendidikan keagamaan dan akhlak serta menganjurkan kepda manusia, supaya mempergunakan
akal pikirannya memperhatikan kejadian manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dan alam
semesta seagai anjuran pendidikan ‘akliyah dan ilmiyah.
Mahmud Yunus dalam bukunya Sejarah Pendidikan
Islam, menyatakan bahwa pembinaan pendidikan islam pada masa Makkah
meliputi:
1. Pendidikan
Keagamaan, yaitu hendaklah membaca dengan nama Allah semata jangan
dipersekutukan dengan nama berhala.
2. Pendidikan
Akliyah dan Ilmiah, yaitu mempelajari kejadian manusiadari segumpal darah dan
kejadian alam semesta.
3. Pendidikan
Akhlak dan Budi pekerti, yaitu
Nabi Muhammad SAW mengajarkan kepada sahabatnya agar berakhlak baik sesuai
dengan ajaran tauhid.
4. Pendidikan
Jasmani atau Kesehatan, yaitu mementingkan kebersihan pakaian, badan dan tempat
kediaman.[5]
2.
Pendidikan Islam pada masa Rasulullah di Madinah
Berbeda dengan periode di
Makkah, pada periode Madinah islam merupakan kekuatan politik. Ajaran islam
yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat banyak turun di Madinah. Nabi
Muhammad juga mempunyai kedudukan, bukan saja sebagai kepala agama, tetapi juga
sebagai kepala Negara.
Cara Nabi melakukan pembinaan dan pengajaran
pendidikan agaam islam di Madinah adalah sebagai berikut:
a. Pembentukan
dan pembinaan masyarakat baru, menuju satu kesatuan sosial dan politik.
Nabi Muhammad SAW mulai meletakkan dasar-dasar
terbentuknya masyarakat yang bersatu padu secara internal (ke dalam) dan eksternal (ke luar) diakui dan disegani oleh masyarakat lainnya (sebagai satu kesatuan
politik). Dasar-dasar tersebut adalah:
1. Nabi Muhammad saw mengikis habis sisa-sisa
permusuhan dan pertentangan anatr suku, dengan jalan mengikat tali persaudaraan
diantara mereka.nabi mempersaudarakan dua-dua orang, mula-mula diantara sesama
Muhajirin, kemudian diantara Muhajirin dan Anshar. Dengan lahirnya persaudaraan
itu bertambah kokohlah persatuan kaum muslimin.[6]
2. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Nabi
Muhammad menganjurkan kepada kaum Muhajirin untuk berusaha dan bekerja sesuai
dengan kemampuan dan pekerjaan masing-masing seperti waktu di Makkah.
3. Untuk menjalin kerjasama dan saling menolong
dlam rangka membentuk tata kehidupan masyarakat yang adil dan makmur, turunlah
syari’at zakat dan puasa, yang merupakanpendidikan bagi warga masyarakat dalam
tanggung jawab sosial, bnaik secara materil maupun moral.
4. Suatu kebijaksanaan yang sangat efektif dalam
pembinaan dan pengembangan masyarakat baru di Madinah, adalah disyari’atkannya
media komunikasi berdasarkan wahyu, yaitu shalat juma’t yang dilaksanakan
secara berjama’ah dan adzan. Dengan sholat jum’at tersebut hampir seluruh warga
masyarakat berkumpul untuk secara langsung mendengar khutbah dari Nabi Muhammad
SAW dan shalat jama’ah jum’at
Rasa harga diri dan kebanggaan sosial tersebut lebih
mendalam lagi setelah Nabi Muhammad SWA menapat wahyu dari Allah untuk
memindahkan kiblat dalam shalat dari Baitul Maqdis ke Baitul Haram Makkah,
karena dengan demikian mereka merasa sebagai umat yang memiliki identitas.[7]
Setelah selesai Nabi Muhammad mempersatukan kaum
muslimin, sehingga menjadi bersaudara, lalu Nabi mengadakan perjanjian dengan
kaum Yahudi, penduduk Madinah. Dalam perjanjian itu ditegaskan, bahwa kaum
Yahudi bersahabat dengan kaum muslimin, tolong- menolong , bantu-membantu,
terutama bila ada seranga musuh terhadap Madinah. Mereka harus memperhatikan
negri bersama-sama kaum Muslimin, disamping itu kaum Yahudi merdeka memeluk
agamanya dan bebas beribadat menurut kepercayaannya.Inilah salah satu
perjanjian persahabatan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW.[8]
b. Pendidikan sosial
politik dan kewarganegaraan
Materi pendidikan sosial dan kewarnegaraan
islam pada masa itu adalah pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam konstitusi
Madinah, yang dalam prakteknya diperinci lebih lanjut dan di sempurnakan dengan
ayat-ayat yang turun Selama periode Madinah.
Tujuan pembinaan adalah agar secara
berangsur-angsur, pokok-pokok pikiran konstitusi Madinah diakui dan berlaku
bukan hanya di Madinah saja, tetapi luas, baik dalam kehidupan bangsa Arab
maupun dalam kehidupan bangsa-bangsa di seluruh dunia.
c.
Pendidikan anak dalam islam
Dalam islam, anak merupakan pewaris ajaran
islam yang dikembangkan oleh Nabi Muhammad saw dan gnerasi muda muslimlah yang
akan melanjutkan misi menyampaikan islam ke seluruh penjuru alam. Oleh karenanya banyak peringatan-peringatan dalam
Al-qur’an berkaitan dengan itu. Diantara peringatan-peringatan tersebut antara
lain:
·
Pada surat At-Tahrim ayat 6 terdapat peringatan agar kita
menjaga diri dan anggota keluarga (termasuk anak-anak) dari kehancuran (api
neraka).
·
Pada surat An-Nisa ayat 9, terdapat agar janagan
meninggalkan anak dan keturunan dalam keadaan lemah dan tidak berdaya
menghadapi tantangan hidup.
·
Pada surat Al-Furqan ayat 74, Allah SWT memperingatkan
bahwa orang yang mendapatkan kemuliaan antara lain adalah orang-orang yang
berdo’a dan memohon kepada Allah SWT, agar dikaruniai keluarga dan anak
keturunan yang menyenangkan hati.[9]
Adapun garis-garis besar materi pendidikan anak
dalam islam yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW sebagaimana yang
diisyaratkan oleh Allah SWT dalam surat Luqman ayat 13-19 adalah sebagai
berikut:
1. Pendidikan Tauhid.
2. Pendidikan Shalat.
3. Pendidikan adab sopan dan
santun dalam bermasyarakat.
4. Pendidikan adab dan sopan santun dalam keluarga.
6. Pendidikan kesehatan.
PERBEDAAN CIRI POKOK PEMBINAAN PENDIDIKAN ISLAM PERIODE KOTA MEKAH dan KOTA MADINAH:
·
Periode
kota Makkah:
Pokok pembinaan pendidikan islam di kota Makkah
adalah pendidikan tauhid, titik beratnya adalah menanamkan nilai-nilai tauhid
ke dalam jiwa setiap individu muslim, agar jiwa mereka terpancar sinar tauhid
dan tercermin dalam perbuatan dan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.
·
Periode
kota Madinah:
Pokok pembinaan pendidikan
islam di kota Madinah dapat dikatakan sebagai pendidikan sosial dan politik.
Yang merupakan kelanjutan dari pendidikan tauhid di Makkah, yaitu pembinaan di
bidang pendidikan sosial dan politik agar dijiwai oleh ajaran, merupakan cermin
dan pantulan sinar tauhid tersebut.
3.
Kurikulum Pendidikan Islam Pada Masa Rasulullah SAW
Mengindentifikasikan
kurikulum pendidikan pada zaman Rasulullah terasa sulit, sebab Rasul mengajar
pada sekolah kehidupan yang luas tanpa di batasi dinding kelas. Rasulullah
memanfaatkan berbagai kesempatan yang mengandung nilai-nilai pendidikan dan
rasulullah menyampaikan ajarannya dimana saja seperti di rumah, di masjid, di
jalan, dan di tempat-tempat lainnya.
Sistem pendidikan islam
lebih bertumpu kepada Nabi, sebab selain Nabi tidak ada yang mempunyai otoritas
untuk menentukan materi-materi pendidikan islam. Dapat dibedakan menjadi dua periode:
a)
Makkah
Materi yang diajarkan hanya berkisar pada
ayat-ayat Makiyyah sejumlah 93 surat dan petunjuk-petunjuknya yang dikenal
dengan sebutan sunnah dan hadits.
Materi yang diajarkan
menerangkan tentang kajian keagamaan yang menitikberatkan pada keimanan, ibadah
dan akhlak.
b)
Madinah
Upaya pendidikan yang dilakukan Nabi
pertama-tama membangun lembaga masjid, melalui masjid ini Nabi memberikan
pendidikan islam.
Materi pendidikan islam
yang diajarkan berkisar pada bidang keimanan, akhlak, ibadah, kesehatan
jasmanai dan pengetahuan kemasyarakatan
Metode yang dikembangkan
oleh Nabi adalah:
a. Dalam bidang keimanan:
melalui Tanya jawab dengan penghayatan yang mendalam dan di dukung oleh
bukti-bukti yang rational dan ilmiah.
b. Materi ibadah :
disampaikan dengan metode demonstrasi dan peneladanan sehingga mudah didikuti
masyarakat.
c. Bidang akhlak: Nabi
menitikberatkan pada metode peneladanan. Nabi tampil dalam kehidupan sebagai
orang yang memiliki kemuliaan dan keagungan baik dalam ucapan maupun perbuatan.[12]
4. Kebijakan Rasulullah Dalam Bidang Pendidikan
Untuk melaksanakan fungsi utamanya sebagai
pendidik, Rasulullah telah melakukan serangkaian kebijakan yang amat strategis
serta sesuai dengan situasi dan kondisi.
Proses pendidikan pada zaman Rasulullah berada
di Makkah belum berjalan sebagaimana yang diharapkan. Hal yang demikian belum
di mungkinkan, kaena pada saat itu Nabi Muhammmad belum berperan sebagai
pemimipin atau kepala Negara, bahkan beliau dan para pengikutnya berada dalam
baying-bayang ancaman pembunuhan dan kaum kafir quraisy.Selama di Makkah
pendidikan berlangsung dari rumah ke rumah secara sembunyi-sembunyi.Diantaranya
yang terkenal adalah rumah Al- Arqam. Langkah yang bijaka dilakukan Nabi
Muhammad SAW pada tahap awal islam ini adalah melarang para pengikutnya untuk
menampakkan keislamannya dalam berbagai hak.tidak menemui mereka kecuali dengan
cra sembunyi-sembunyi dalam mendidik mereka.
Setelah masyarakat islam terbentuk di Madinah
barulah, barulah pendidikan islam dapat berjalan dengan leluasa dan terbuka
secara umum.dan kebijakan yang telah dilakukan Nabi Muhammmad ketika di Madinah
adalah:
a. Membangun masjid di Madinah. Masjid inilah yang
selanjutnya digunakan sebagai pusat kegiatan pendidikan dan dakwah.
b. Mempersatukan berbagai
potensi yang semula saling berserakan bahkan saling bermusuhan. Langkah ini
dituangkan dalam dokumen yang lebih popular disebut piagam Madinah. Dengan
adanya piagam tersebut terwujudlah keadaan masyarakat yang tenang, harmonis dan
damai.[13]
C. Pendidikan Islam Pada Masa
Kulafa al-Rasyidin
Tahun-tahun pemerintahan Khulafa al-Rasyidin merupakan
perjuangan terus menerus antara hak yang mereka bawa dan dakwahkan kebatilan
yang mereka perangi dan musuhi. Pada zaman khulafa al-Rasyidin seakan-akan
kehidupan Rasulullah SAW itu terulang kembali. Pendidikan islam masih tetap
memantulkanAl-Qur’an dan Sunnah di ibu kota khilafah di Makkah, di Madinah dan
di berbagai negri lain yang ditaklukan oleh orang-orang islam.[14]
Berikut penguraian tentang pendidikan Islam pada masa
Khulafa al- Rasyidin:
a) Masa Khalifah Abu Bakar
as-Siddiq
Pola pendidikan pada masa
Abu Bakar masih seperti pada masa Nabi, baik dari segi materi maupun lembaga
pendidikannya. Dari segi materi pendidikan Islam terdiri dari pendidikan tauhid
atau keimanan, akhlak, ibadah, kesehatan, dan lain sebagainya. Menurut Ahmad
Syalabi lembaga untuk belajar membaca menulis ini disebut dengan Kuttab.
Kuttab merupakan lembaga pendidikan yang dibentuk setelah masjid,
selanjutnya Asama Hasan Fahmi mengatakan bahwa Kuttab didirikan oleh
orang-orang Arab pada masa Abu Bakar dan pusat pembelajaran pada masa ini
adalah Madinah, sedangkan yang bertindak sebagai tenaga pendidik adalah para
sahabat rasul terdekat.[15]
Lembaga pendidikan Islam masjid, masjid
dijadikan sebagai benteng pertahanan rohani, tempat pertemuan, dan lembaga
pendidikan Islam, sebagai tempat shalat berjama’ah, membaca Al-qur’an dan lain
sebagainya.
b) Masa Khalifah Umar bin Khattab
Berkaitan dengan masalah pendidikan, khalifah
Umar bin Khattab merupakan seorang pendidik yang melakukan penyuluhan
pendidikan di kota Madinah, beliau juga menerapkan pendidikan di masjid-masjid
dan pasar-pasar serta mengangkat dan menunjuk guru-guru untuk tiap-tiap daerah
yang ditaklukan itu, mereka bertugas mengajarkan isi Al-qur’an dan ajaran Islam
lainnya. Adapun metode yang mereka
pakai adalah guru duduk di halaman masjid sedangkan murid melingkarinya.[16]
Pelaksanaan pendidikan di
masa Khalifah Umar bin Kattab lebih maju, sebab selama Umar memerintah Negara
berada dalam keadaan stabil dan aman, ini disebabkan disamping telah
ditetapkannya masjid sebagai pusat pendidikan juga telah terbentuknya
pusat-pusat pendidikan Islam di berbagai kota dengan materi yang dikembangkan,
baik dari segi ilmu bahasa, menulis, dan pokok ilmu-ilmu lainnya.
Pendidikan dikelola di bawah pengaturan
gubernur yang berkuasa saat itu,serta diiringi kemajuan di berbagai bidang,
seperti jawatan pos, kepolisian, baitulmal dan sebagainya. Adapun sumber gaji
para pendidik waktu itu diambilkan dari daerah yang ditaklukan dan dari
baitulmal.
c) Masa Khalifah Usman bin
Affan.
Pada masa khalifah Usman
bin Affan, pelaksanaan pendidikan Islam tidak jauh berbeda dengan masa
sebelumnya. Pendidikan di masa ini hanya melanjutkan apa yang telah ada, namun
hanya sedikit terjadi perubahan yang mewarnai pendidikan Islam. Para sahabat
yang berpengaruh dan dekat dengan Rasulullah yang tidak diperbolehkan
meninggalkan Madinah di masa khalifah Umar, diberikan kelonggaran untuk keluar
di daerah-daerah yang mereka sukai. Kebijakan ini sangat besar pengaruhnya bagi
pelaksanaan pendidikan di daerah-daerah.
Proses pelaksanaan pola
pendidikan pada masa Usman ini lebih ringan dan lebih mudah dijangkau oleh
seluruh peserta didik yang ingin menuntut dan belajar Islam dan dari segi pusat
pendidikan juga lebih banyak, sebab pada masa ini para sahabat memilih tempat
yang mereka inginkan untuk memberikan pendidikan kepada masyarakat.[17]
Tugas mendidik dan
mengajar umat pada masa ini diserahkan pada umat itu sendiri, artinya
pemerintah tidak mengangkat guru-guru, dengan demikian para pendidik sendiri
melaksanakan tugasnya hanya dengan mengharapkan keridhaan Allah.
d) Masa Khalifah Ali bin Abi
Thalib
Pada masa Ali telah
terjadi kekacauan dan pemberontakan, sehingga di masa ia berkuasa
pemerintahannya tidak stabil. Dengan kericuhan politik pada masa Ali berkuasa,
kegiatan pendidikan Islam mendapat hambatan dan gangguan.[18] Pada saat itu ali tidak sempat lagi memikirkan masalah
pendidikan sebab keseluruhan perhatiannya itu ditumpahkan pada masalah keamanan
dan kedamaian bagi seluruh masyarakat Islam.
Adapun pusat-pusat
pendidikan pada masa Khulafa al-Rasyidin antara lain:
1. Makkah.
2. Madinah.
3. Basrah.
4. Kuffah.
5. Damsyik (Syam).
e)
Kurikulum Pendidikan Islam Masa khulafa al Rasyidin
(632-661M./ 12-41H)
Sistem pendidikan islam pada masa khulafa
al-Rasyidin dilakukan secara mandiri,tidak dikelola oleh pemerintah, kecuali
pada masa Khalifah Umar bin al;khattab yang turut campur dalam menambahkan
materi kurikulum pada lembaga kuttab.
Materi pendidikan islam yang diajarkan pada
masa khalifah Al-Rasyidin sebelum masa Umar bin Khattab, untuk pendidikan
dasar:
a. Membaca dan menulis.
b. Membaca dan menghafal Al-Qur’an.
c. Pokok-pokok agama islam, seperti cara wudlu,
shalat, shaum dan sebagainya.
Ketika Umar bin Khattab diangkat menjadi
khalifah, ia menginstruksikan kepada penduduk kota agar anak-anak diajari:
a. Berenang.
b. Mengendarai unta.
c. Memanah.
d. Membaca dan menghapal syair-syair yang mudah
dan peribahasa.
Sedangkan materi
pendidikan pada tingkat menengah dan tinggi terdiri dari:
a. Al-qur’an dan tafsirnya.
b. Hadits dan pengumpulannya.
KESIMPULAN
·
Pokok
pembinaan pendidikan islam di kota Makkah adalah pendidikan tauhid, titik
beratnya adalah menanamkan nilai-nilai tauhid ke dalam jiwa setiap individu
muslim, agar jiwa mereka terpancar sinar tauhid dan tercermin dalam perbuatan
dan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.
·
Pokok pembinaan pendidikan islam di kota Madinah dapat
dikatakan sebagai pendidikan sosial dan politik. Yang merupakan kelanjutan dari
pendidikan tauhid di Makkah, yaitu pembinaan di bidang pendidikan sosial dan
politik agar dijiwai oleh ajaran , merupakan cermin dan pantulan sinar tauhid
tersebut.
·
Pendidikan pada masa khalifah Abu Bakar tidak jauh
berbeda dengan pendidikan pada masa Rasulullah. Pada masa khalifah Unar bin
Khattab, pendidikan sudah lebih meningkat dimana pada masa khalifah Umar,
guru-guru sudah diangkat dan digaji untuk mengajar ke daerah-daerah yang baru
ditaklukan. Pada masa khalifah Usman bin Affan, pendidikan diserahkan pada
rakyat dan sahabat tidak hanya terfokus di Madinah saja, tetapi sudah di
bolehkan ke daerah-daerah untuk mengajar.pada masa khalifah Ali bin Abi Thalib,
pendidikan kurang mendapat perhatian, ini disebabkan pemerintahan Ali selalu
dilanda konflik yang berujung kepada kekacauan.
DAFTAR PUSTAKA
Arief,Armai, SejarahPertumbuhan
dan Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam Klasik.Bandung:
Penerbit Angkasa,2005.
Langgulung, Hasan, Asas-asas
Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Husna, 1988.
Nata, Abuddin, Pendidikan
Islam Perspektif Hadits. Ciputat: UIN Jakarta Press, 2005
Nizar, Samsul, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta:
Kencana, 2008
Yunus , Mahmud, Sejarah
Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1992
Zuhairini,dkk, Sejarah
Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara,cet.9,2008
[1](Q.S. Al-Alaq:
1-5)
[2](Q.S. Al-Mudatsir: 1-7)
[3]Prof. Dr.H. Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam,
Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1992. Hal 6
[5]Dra.Zuhairini,dkk, Sejarah
Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, cet.9,2008 hal 27
[6]Prof.Dr.H.Mahmud
Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta:PT.Raja Grafindo, 1992
Persada,2008. Hal 26
[7]Dra. Zuhairini,dkk, Sejarah Pendidikan Islam,
Jakarta: Bumi Aksara, cet.9,2008 hal 37
[8]Dra. Zuhairini,dkk, Sejarah Pendidikan Islam,
Jakarta: Bumi Aksara, cet.9,2008 hal 37
[9]Dra.Zuhairini, dkk, Sejarah Pendidikan Islam,
Jakarta: Bumi Aksara cet.9,2008 hal 55
[10]Dra. Zuhairini,dkk, Sejarah
Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara,cet.9,2008 hal 58
[11]Dra. Zuhairini,dkk, Sejarah
Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara,cet.9,2008 hal 58
[12]Dr.Armai Arief, MA, SejarahPertumbuhan
dan Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam Klasik. Bandung: Penerbit
Angkasa,2005. Hal 135-136
[13]Prof.Dr.H.Abuddin Nata,
MA, Pendidikan Islam Perspektif Hadits. Ciputat: UIN Jakarta Press 2005
hal 24
[15]Prof. Dr. H. Samsul Nizar,
M.ag, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, 2008 hal 45
[16]Prof. Dr. H. Samsul Nizar, M.ag, Sejarah Pendidikan
Islam, Jakarta: Kencana, 2008 hal 48
[17]Prof. Dr. H. Samsul Nizar,
M.ag, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, 2008 hal 49
[18]Prof. Dr. H. Samsul Nizar,
M.ag, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, 2008 hal 50
[19]Prof.Dr.H.Mahmud Yunus, Sejarah
Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Hidakarya Agung,1992.hal 33
[20]Dr.Armai Arief, MA, SejarahPertumbuhan
dan Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam Klasik.Bandung: Penerbit Angkasa,2005. Hal 137
Tidak ada komentar:
Posting Komentar