HAKIKAT PENDIDIKAN ISLAM DAN MANUSIA
A. Pendahuluan
Dalam konteks
globalisasi, pendidikan Islam memainkan peranan penting keseimbangan. Dan
pendidikan senantiasa disesuaikan dengan fitrah kemanusiaan yang hakiki yakni
menyangkut aspek material dan spiritual, aspek keilmuan sekaligus moral aspek
duniawi sekaligus ukhrawi.[1] Dalam konteks historis, pendidikan Islam
di indonesia tidak lepas dari pesantren dan madrasah. Pesantren merupakan lembaga
pendidikan asli Indonesia yang unik. Sejak masa kelahirannya, pesantren mampu
menjadi agent of sosial change dan
cetak jutaan kader Muslim ideal yang mewarnai bangsa ini. Pesantren sampai
sekarang tetap survive tengah arus
pendidikan global. Hal ini tidak lepas dari sikap pesantren yang akomodatif terhadap perubahan sembari
tetap memegang teguh pada Islam.[2]
Kebutuhan dasar
ini sejatinya terpenuhi dalam rangka membebaskan manusia dari berbagai persoalan
hidup, sehingga proses pendidikan yang dilaksanakan secara sistematis dan konsisten
berdasarkan nilai-nilai islami dapat meningkatakan kualitas manusia, selaku
hamba Allah di muka bumi.[3] Proses
pendidikan tidak terlepas dari faktor psikologis, fisik manusia dan pengaruh
faktor lingkungan. Proses pendidikan harus berpegang pada petunjuk-petunjuk
para ahli psikologi, terutama psikologi pendidikan, perkembangan dan psikologi
agama.
Dengan demikian proses pendidikan akan
berlangsung secara sistematis dan terorganisir dengan Dalam buku ini akan dibahas mengenai “Hakiakat pendidikan Islam dan Manusia” mulai
dari pengertian dan pengertian pendidikan Islam dan manusia, dimana pengertian pendidikan di dalam islam itu sendiri ada tiga
pengertian, yaitu al-tarbiyah, al-ta’dib,
dan al-ta’lim, serta apa
hakikat manusia di dalam Islam yaitu menjadi abdullah (hamba Allah)
sekaligus menjadi khalifah fil ardh’ (pemimpin di Bumi) yang akan
dibahas satu persatu di dalam makalah ini.
B.
Pengertian
Pendidikan Islam
Definisi
pendidikan dikemukakan para ahli dalam rumusan yang berbeda-beda menurut sudut
pandang masing-masing. Apabila kita tinjau dari rumusan bahasa sebagaimana
tercantum dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa pendidikan adalah
proses perubahan sikap dan tingkah seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.[4] Pendidikan
diartikan sebagai usaha yang dijalankan seseorang atau kelompok orang lain agar
menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau pengalaman hidup atau
penghidupan yang tinggi dalam arti mental. Ilmu pendidikan membahas
masalah-masalah yang bersifat ilmu, bersifat teori, maupun yang bersifat
praktis[5].
Sehingga
dapat disimpulkan dari berbagai pendapat diatas bahwa Pendidikan
adalah suatu proses yang dilakukan secara sadar atau disengaja guna untuk
menambah pengetahuan, wawasan serta pengalaman untuk menentukan tujuan hidup
sehingga dengan pendidikan itu sendiri dapat menciptakan orang-orang
berkualitas.
Selanjutnya kita memahami
pengertian dan makna yang terkandung dari kata Islam. Menurut bahasa Dari segi
etimologi, istilah Islam diambil dari bahasa Arab yaitu:[6]
1.
Aslama Yuslimu :
berserah diri, taat, patuh, tunduk. Seperti dalam firman Allah Swt.
úïÏ%©!$# (#þqä9$s% ¨bÎ) ©!$# yÎgtã !$uZøs9Î) wr& ÆÏB÷sçR @AqßtÏ9 4Ó®Lym $oYtÏ?ù't 5b$t/öà)Î/ ã&é#à2ù's? â$¨Y9$# 3 ö@è% ôs% öNä.uä!%y` ×@ßâ `ÏiB Î=ö7s% ÏM»oYÉit6ø9$$Î/ Ï%©!$$Î/ur óOçFù=è% zOÎ=sù öNèdqßJçFù=tFs% bÎ) óOçGYä. tûüÏ%Ï»|¹ ÇÊÑÌÈ
"Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah,
padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi,
baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka
dikembalikan". (QS.Al iImran:183)
2. Kata Assilm yang berarti perdamaian, ketentraman, kerukunan, keamanan, seperti
terdapat dalam Firman Allah:
*
bÎ)ur (#qßsuZy_ ÄNù=¡¡=Ï9 ôxuZô_$$sù $olm; ö@©.uqs?ur n?tã «!$# 4 ¼çm¯RÎ) uqèd ßìÏJ¡¡9$# ãLìÎ=yèø9$# ÇÏÊ
"Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepada-Nya
dan bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui". (QS. Al-Anfal:61)
3. Kata Assalam yang artinya selamat, sejahtera, bahagia, seperti dalam
firman Allah:
t,Åur úïÏ%©!$# (#öqs)¨?$# öNåk®5u n<Î) Ïp¨Zyfø9$# #·tBã ( #Ó¨Lym #sÎ) $ydrâä!%y` ôMysÏGèùur $ygç/ºuqö/r& tA$s%ur óOçlm; $pkçJtRtyz íN»n=y öNà6øn=tæ óOçFö7ÏÛ $ydqè=äz÷$$sù tûïÏ$Î#»yz ÇÐÌÈ
“Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhan dibawa ke dalam syurga
berombong-rombongan (pula). Sehingga apabila mereka sampai ke syurga itu sedang
pintu-pintunya telah terbuka dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya:
"Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu. Berbahagialah kamu! maka masukilah
syurga ini, sedang kamu kekal di dalamnya." (QS. Az-Zumar:73)
4. Kata Salimun yang artinya suci dan bersih, seperti dalam firman Allah yang
berbunyi:
øÎ) uä!%y` ¼çm/u 5=ù=s)Î/ AOÎ=y ÇÑÍÈ
“(lngatlah)
ketika ia datang kepada Tuhannya dengan hati yang suci (Maksud datang kepada
Tuhannya ialah mengikhlaskan hatinya kepada Allah dengan sepenuh-penuhnya.)” (QS. Ash-Shoffat:84)
Dari definisi secara
etimologi tersebut, terkandung makna esensial tentang komitmen seorang muslim
terhadap islamnya, yaitu mengaku islam, wajib berserah diri, tunduk, patuh, dan
taat hanya kepada Allah SWT harus dapat menciptakan kedamaian dan kerukunan di
lingkungannya, menciptakan keselamatan dan kesejahteraan hidup di lingkungan
masyarakat, menjaga kebersihan dan kesucian (kehormatan) dirinya dan
lingkungannya. Menurut terminologi Islam adalah agama yang diturunkan oleh
Allah kepada manusia melalui Rasul-Nya, yang berisi hukum yang mengatur
hubungan manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan
manusia dengan alam semesta.[7]
Rangkaian kata “Pendidikan
Islam” bisa dipahami dalam arti
berbeda-beda, antara lain: Istilah pertama, pendidikan (menurut) Islam,
berdasarkan sudut pandang bahwa Islam adalah ajaran tentang nilai-nilai dan
norma-norma kehidupan yang ideal, yang bersumber dari al-Qur’an dan as-sunnah.
Istilah kedua, pendidikan (dalam) Islam, berdasar atas perspektif bahwa islam
adalah ajaran-ajaran, sistem budaya dan peradapan yang tumbuh dan berkembang
sepanjang perjalanan sejarah umat Islam, sejak zaman Nabi Muhammad saw sampai
masa sekarang. [8]
Sedangkan istilah ketiga, pendidikan (agama) Islam, muncul dari pandangan bahwa
Islam adalah nama bagi agama yang menjadi panutan dan pandangan hidup umat
Islam[9].
Untuk lebih jelasnya
kita tinjau beberapa pendapat para ahli tentang pengertian pendidikan Islam:[10]
1. Arifin mengemukakan: “pendidikan Islam
adalah sistem pendidikan yang dapat memberikan kemampuan seseorang untuk
memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita Islam, karena nilai-nilai Islam
telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadiannya”.[11]
2. Marimba mendefinisikan: “pendidikan
Islam Bimbingan Jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju
kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam”.[12]
3. Samsul Nizar mengemukakan: “pendidikan
Islam adalah proses penstransferan nilai yang dilakukan oleh pendidik yang
meliputi proses perubahan sikap dan tingkah laku dengan tetap berpedoman pada
ajaran Islam”.[13]
4. Muhaimin mendefinisikan pendidikan
Agama dalam tiga macam pengertian, yaitu[14]:
a. Pendidikan munurut Islam atau
pendidikan islami, yakni pendidikan yang dipahami dan dikembangkan dari ajaran
dan nilai-nilai fundamental yang terkandung dalam al-Qur’an dan as-sunnah.
b. Pendidikan keislaman atau pendidikan
agama Islam, yakni upaya mendidikkan agama Islam atau ajaran Islam dan
nilai-nilainya, agar menjadi pandangan dan sikap hidup manusia.
c. Pendidikan dala islam, atau proses dan
prektik penyelenggaraan pendidikan yang berlangsung dan berkembang dalam
sejarah umat Islam.[15]
Sehingga dapat
disimpulkan pendidikan Islam adalah suatu proses perubahan sikap dan tingkah
laku berdasar nilai islamiyah yang bersumber dari al-Qur’an dan as-sunnah untuk
mencapai tingat hidup yang tinggi. Pendidikan Islam selalu muncul “polemik”
yang tidak berkesudahan mengenai istilah-istilah bahasa Arab yang paling pas
untuk diterjemahkan menjadi pendidikan Islam.
Adapun istilah-istilah
yang dikemukakan oleh pemikir Muslim,
antara lain: al-tarbiyah, al-ta’lim, dan
al- ta’dib.
1.
Al-Tarbiyah
Menrut
Ibnu Manzhur dalam lisan al-‘Arab[16],
juz 9, kata al-tarbiyah merupakan
masdar dari kata rabba yang berarti
mengasuh, mendidik, dan memelihara. Istilaha tarbiyah berakar pada kata pertama, raba yarbu yang berarti bertambah dan tumbuh. Kedua, kata rabiya yarba yang berarti tumbuh dan
berkembang. Ketiga, kata rabba yarubbu yang berarti memperbaiki, menguasai, memimpin,
dan memelihara. Kata al-rabb, juga
berasal dari kata tarbiyah dan berarti mengantarkan sesuatu kepada
kesempurnaannya secara bertahap atau membuat sesuatu menjadi sempurna secara
berangsur-angsur[17].
Hal
tersebut sejalan dengan firman Allah:
ôÙÏÿ÷z$#ur
$yJßgs9
yy$uZy_
ÉeA%!$#
z`ÏB
ÏpyJôm§9$#
@è%ur
Éb>§
$yJßg÷Hxqö$#
$yJx.
ÎT$u/u
#ZÉó|¹
ÇËÍÈ
“Dan
rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah: “ Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya sebagaimana mereka
berdua telah mendidik aku waktu kecil.” (QS. Al-Isra: 24).
Dengan
demikian tarbiyah, yaitu pendidikan yang membentuk dan mengembangkan akhlak
secara bertahap/berangsur angsur.
2.
Al-Ta’lim
Secara
etimologi, ta’lim berkonotasi pembelajaran, yaitu semacam proses transfer ilmu
pengetahuan. Hakekat ilmu pengetahuan bersumber dari Allah SWT. Adapun proses
pembelajaran (ta’lim) secara simbolis dinyatakan dalam informasi al-Qur’an
ketika penciptaan Adam as oleh Allah SWT, ia menerima pemahaman tentang konsep
ilmu pengetahuan langsung dari penciptanya. Proses pembelajaran ini disajikan
dengan menggunakan konsep ta’lim yang sekaligus menjelaskan hubungan antara
pengetahuan Adam as dengan Tuhannya.[18]
yaitu
pendidikan yang menitikberatkan pada pengajaran, penyampaian informasi, dan
pengembangan ilmu. Kata Al-Ta’lim
merupakan masdar dari kata ‘allama yang
berarti pengajaran yang bersifat pemberian atau penyampaian pengertian,
pengetahuan, dan keterampilan.[19]
Firman Allah swt,
zN¯=tæur tPy#uä uä!$oÿôF{$# $yg¯=ä. §NèO öNåkyÎztä n?tã Ïps3Í´¯»n=yJø9$# tA$s)sù ÎTqä«Î6/Rr& Ïä!$yJór'Î/ ÏäIwàs¯»yd bÎ) öNçFZä. tûüÏ%Ï»|¹ ÇÌÊÈ
“dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda)
seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman:
"Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar
orang-orang yang benar!"(QS. Al-Baqarah: 31)
3.
Al-Ta’dib
Istilah ta’dib
dalam konsep pendidkan Islam berasal dari kata adab, yang berarti pengenalan
dan pengakuan tentang hakikat bahwa pengetahuan dan wujud bersifat teratur
secara herarkis sesuai dengan berbagai derajat tingkatnya dan menempatakan
seseorang sesuai dengan kapasitas dan potensi jasmani, rohani, dan
intelektualnya. Dengan
demikian kata adab mencakup pengertian ilmu dan amal. Ta’dib sesuai dengan cara
Tuhan mendidik Nabi Muhammad saw. Hal ini ta’dib,
yaitu pendidikan yang memandang bahwa proses pendidikan merupakan usaha
yang mencoba membentuk keteraturan susunan ilmu yang berguna bagi dirinya
sebagai muslim yang harus melaksanakan kewajiban serta fungsionalisasi atas
nilai atau system sikap yang direalisasikan dalam kemampuan berbuat yang
teratur (sistematik), terarah, dan efektif.[20]
Ta’dib
berarti pengenalan dan pengakuan tentang hakikat bahwa pengetahuan dan wujud
bersifat teratur secara hirarkis sesuai dengan berbagai derajat tingkatannya
dan menempatkan seseorang sesuai dengan kapasitas dan potensi jasmani, rohani,
serta intelektualnya[21].
Menurut al-Attas, istilah yang paling tepat untuk menunjukkan
pendidikan Islam adalah al-Ta’dib, konsep ini didasarkan pada hadits Nabi:
اِدَّ بَنِيْ رَبِّى فَأَحْسَنَ تَـأْدِيْبِيْ {رواه العسكرى على}
“Tuhan telah
mendidikku, maka ia sempurnakan pendidikanku” (HR. al-Askary dari Ali r.a).
Al-Ta’dib berarti pengenalan dan pengetahuan secara
berangsur-angsur ditanamkan ke dalam diri manusia (peserta didik) tentang
tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan.
Dengan pendekatan ini pendidikan akan berfungsi sebagai pembimbing ke arah
pengenalan dan pengakuan tempat Tuhan yang tepat dalam tatanan wujud dan
kepribadiannya.
Dengan demikian, uraian di atas, istilah al-tarbiyah, al-ta’lim, al-ta’dib mempunyai
hubungan yang sangat erat dan saling mengisi satu sama lain. Dalam pertumbuhan
dan perkembangan intelektual peserta didik.
C.
Hakekat Manusia
Pengetahuan tentang hakekat dan
kedudukan manusia merupakan bagian amat esensial, karena dengan pengetahuan
tersebut dapat diketahui tentang hakekat manusia, kedudukan dan peranannya di
alam semesta ini. Salah satu spesies makhluk hidup di bumi ini adalah
manusia. Keberadaannya pertama kali di
bumi ini tidak diketahui secara pasti. Sejarah panjangnya merupakan rangkaian
peristiwa yang terputus-putus.
Teori evolusi mengatakan bahwa
alam ini, termasuk yang berada di dalamnya berkembang secara evolusionis
(berubah atau berkembang secara perlahan) dari mahkluk yang sangat sederhana
yang berkembang sedemikian rupa menjadi makhluk yang lebih kompleks
perjalanannya yang sangat penting itu menceritakan perkembangan tahap demi
tahap sampai menjadi manusia seperti sekarang ini[22].
Pandangan yang lain, seperti pandangan ahli Agama[23],
mengatakan bahwa manusia pertama tidak diciptakan di tempat ini (di bumi), dan
bukan merupakan bagian panjang dari sejarah alam seperti di perkirakan dalam
pandangan evolusionisme tadi. Manusia pertama yang kemudian disebut dengan Adam
itu di ciptakan didalam surga (suatu tempat yang menjadi idaman para penganut
agama dan keberadaannya di luar alam ini, serta berbeda dengan alam ini karena ia bersifat immateri).
Hakikat
Manusia menurut islam adalah makhluk ciptaan Allah, ia tidaklah muncul dengan
sendirinya atau berada oleh dirinya sendiri[24].
كُلُّ مَولُودٍ يُولَدُ عَلى الفِطرَةِ
فَاَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ اَو يُنَصِّرَانِهِ اَو يُمَجِّسَانِه
(البخرى
و مسلم)
Artinya:
Tiap orang dilahirkan membawa fitrah, ayah dan ibunyalah yang menjadikannya
Yahudi, Nasrani atau majusi. (Hadis riwayat bukhari dan muslim).
Manusia
lahir membawa kemampuan-kemampuan, dan kemampuan itulah yang disebut pembawaan.
Fitrah yang di sebutkan di dalam hadis itu adalah potensi. Potensi
adalah kemampuan jadi fitrah yang dimaksud di sini adalah pembawaan. Dan
manusia adalah makhluk utuh yang terdiri atas jasmani, akal, dan rohani sebagai
potensi pokok[25].
Di dalam Al-Qur’an
menggambarkan manusia sebagai suatu makhluk pilihan Tuhan, sebagai Khalifah-Nya
di bumi, serta sebagai makhuk yang di dalam dirinya ditanamkan sifat mengakui
Tuhan, bebas terpercaya, rasa tanggung jawab terhadap dirinya ataupun alam
semesta, serta karunia keagungan
terhadap alam semesta, langit, dan kejahatan.
Manusia dikarunia Allah swt fisik, psikis dan
potensi-potensi yang membuktikan bahwa manusia ditempatkan Allah pada posisi
yang strategis yaitu : sebagai khalifah Allah, berarti manusia dapat perperan
sebagai obyek dan subyek pendidikan. Sebagai hamba Allah seluruh tugas manusia
dalam hidup ini berakumulasi pada tanggung jawab mengabdi kepada nya
berdasarkan firman Allah:
$tBur àMø)n=yz £`Ågø:$# }§RM}$#ur wÎ) Èbrßç7÷èuÏ9 ÇÎÏÈ
“Dan aku tidak
menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahku (QS.
Az-Zariat: 56)[26].
Para ahli dalam berbagai bidang memberikan penafsiran tentang
hakikat manusia. Sastraprateja, mengatakan[27] bahwa
manusia adalah makhluk yang historis. Hakekat manusia sendiri adalah sejarah,
suatu peristiwa yang bukan semata-mata datum. Hakekat manusia hanya dapat
dilihat dalam perjalanan sejarah dalam sejarah manusia. Ada enam anthropological constants yang dapat
ditarik dari pengalaman sejarah umat manusia, yaitu:
Murthada Mutahhari melukiskan
gambaran al-Qur’an tentang manusia sebagai berikut[28]:
Al-Qur’an menggambarkan manusia sebagai suatu makhluk pilihan tuhan, sebagai
khalifah nya di bumi, serta sebagai makhluk yang semi samawi dan semi duniawi
yang dalam dirinya ditanamkan sifat mengakui Tuhan, bebas terpecaya, rasa
tanggung jawab terhadap dirinya maupun alam semesta, serta karunia keunggulan
terhadap alam semesta, langit, dan bumi. Ditinjau dari segi kata (istilah) yang
di gunakan Al-Qur’an memperkenalkan tiga kata (istilah) yang biasa digunakan
untuk merujuk pengertian manusia.
1. Al-Insan
Al-Insan
terbentuk
dari kata nasiya yang berarti lupa. Kata Al-Insan dinyatakan
dalam Al-Qur’an sebanyak 73 kali yang disebut dalam 43 surat. Kata al-insan
juga menunjukan pada proses kejadian manusia, baik dalam proses penciptaan Adam
maupun Proses manusia pasca Adam di alam rahim yang berlangsung secara utuh dan
berproses.
Penggunaan
kata al-insan pada ayat di atas mengandung dua dimensi, yaitu dimensi
tubuh (dengan berbagai unsurnya) dan dimensi spiritual (ditiupkan-Nya ruh
kepada Manusia). Kedua dimensi tersebut memberikan suatu penegasan, bahwa kata al-insan
mengandung makna akan keunikan manusia. Sebab disamping memiliki kelebihan
dan keistimewaan, ia juga memiliki sifat-sifat keterbatasan seperti
tergesa-gesa dan resah.
2. Al-basyar
Al-Basyar
dinyatakan dalam Al-Qur’an sebanyak 36 kali dalam 26 surat. Secara
epistimologi, al-basyar merupakan bentuk jamak dari kata al-basyarot yang berarti kulit kepala. Pemaknaan manusia
ini memberikan pengertian bahwa manusia adalah makhluk biologis, serta memiliki
sifat-sifat ada di dalamnya, seperti
makan, minum, hiburan, dan lain sebagainya. Kata al-basyar ditunjukan
kepada seluruh manusia tanpa terkecuali. Ini berarti Nabi dan Rasul pun
memiliki dimensi al-basyar.
3.
An-nas
Kata
an-nas dinyatakan dalam Al-Quran sebanyak 240 kali dalam 53 surat. Kata an-nas
menunjukkan pada hakekat manusia sebagai makhluk sosial dan ditunjukkan kepada
seluruh manusia secara umum tanpa melihat statusnya beriman atau kafir. Kata an-nas
juga dipakai dalam Al-Qur’an untuk menunjukkan bahwa karakteristik manusia itu
labil. Meskipun telah dianugrahkan Allah SWT dengan berbagai potensi yang bisa
digunakan untuk mengenal Tuhannya, namun hanya segelintir manusia yang mau
mempergunakannya sesuai dengan ajaran Tuhannya[29].
Hakekat manusia adalah mahkluk yang diciptakan oleh
Allah sebagai khalifah dimuka bumi ini yang dikarunia Allah swt
fisik, psikis, dan potensi-potensi.
Kesatuan wujud manusia antara psikis dan fisik serta didukung oleh
potensi-potensi yang ada membuktikan bahwa manusia sebagai ahsan al-taqwin
dan menempatkan manusia pada posisi yang strategis yaitu:[30]
1.
Manusia sebagai
Hamba Allah
Manusia
adalah makhluk yang memiliki potensi untuk beragama sesuai dengan fitrahnya.
Meskipun dengan pemikiran dan kondisi yang cukup sederhana, manusia dahulu
telah mengakui bahwa di luar dirinya ada zat yang lebih berkuasa dan menguasa
seluruh kehidupannya. Namun mereka tidak mengetakui hakikat zat yang berkuasa.
Mereka mengaplikasikan apa yang mereka yakini dengan berbagai bentuk upacara
ritual.
Pengetahuan
manusia akan adanya Tuhan secara naluriah menurut informasi Al-Qur’an
disebabkan telah terjadinya dialog antara Allah dan ruh manusia. Kepercayaan
dan ketergantungan manusia dengan Tuhannya, tidak dapat di pisahkan dari
kehidupan manusia itu sendiri. Karena manusia telah berikrar sejak zaman azali
bahwa Allah SWT adalah Tuhannya.[31]
2.
Manusia sebagai khalifah
fil ardhi
Bila ditinjau, kata khalifah berasal dari
fi’il maddhi (خلف)
yang berarti mengganti dan melanjutkan.
Untuk lebih menegaskan fungsi ke khalifah manusia di alam ini, dapat di
lihat misalnya ayat-ayat yang artinya di bawah ini:
uqèdur Ï%©!$# öNà6n=yèy_ y#Í´¯»n=yz ÇÚöF{$# yìsùuur öNä3Ò÷èt/ s-öqsù <Ù÷èt/ ;M»y_uy öNä.uqè=ö7uÏj9 Îû !$tB ö/ä38s?#uä 3
¨bÎ) y7/u ßìÎ| É>$s)Ïèø9$# ¼çm¯RÎ)ur Öqàÿtós9 7LìÏm§ ÇÊÏÎÈ
“Dan Dialah yang menjadikan kamu
penguasa penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebagian kamu atas sebagian yang
lain beberapa derajat” (QS.al-an’am,6:165).
Namun menurut Quraysihab mengatakan bahwa hubungan
antara manusia dengan alam atau hubungan manusia dengan sesamanya, bukan
merupakan hubungan antara penakluk dengan ditaklukkan, atau antara tuhan dengan
hamba, tetapi hubungan kebersamaan dalam ketundukan kepada Allah SWT karena
kalaupun manusia mampu mengelola, namun hal tersebut bukan akibat kekuatan yang
dimilikinya, tetapi akibat tuhan menundukkannya untuk manusia[32].
Pendidikan tidak lepas dari manusia dan selalu
berpusat pada manusia dan kehidupannya, baik sebagai subjek maupun sebagai
objek. Tiada pendidikan tanpa manusia dan manusia tanpa pendidikan. Hubungan
manusia dengan pendidik ini bersifat simbolis, manusia mengembangkan pendidik
dan pendidikan pengembangan manusia dan kehidupan, maka dalam proses
mempersiapakan generasi penerus estafet kekhalifhan yang sesuai dengan
nilai-nilai Ilaiyah, pendidikan yang ditawarkan harus mampu memberikan dan
membentuk pribadi peserta didiknya, dengan acuaan nilai-nilai ilaiyah.
D.
Fungsi
Pendidikan Bagi Perkembangan Manusia
Fungsi pendidikan bagi perkembangan
manusia adalah bahwa pendidikan merupakan sistem untuk meningkatkan kualitas
hidup manusia dalam segala aspek kehidupan.
Pendidikan dibutuhkan untuk menyiapkan anak manusia demi menunjang
peranannya di masa datang. Upaya pendidikanyang dilakukan oleh suatu bangsa
memiliki hubungan yang signifikan dengan rekayasa bangsa menciptakan suatu
generasi baru pemuda-pemudi yang tidak akan kehilangan ikatan dengan teradisi
mereka sendiri tapi juga sekaligus tidak menjadi bodoh secara intelektual atau
terbelakang dalam pendidikan mereka atau tidak menyadari adanya
perkembangan-perkembangan di setiap cabang pengetahuan manusia.[33]
Bagi perkembangan manusia pendidikan adalah transformasi budaya dari
generasi ke generasi, mempertahankan unsure-unsur esensi dari kebudayaan dengan
membuka diri pada usur positif dari luar. Pendidikan bertanggung jawab terhadap
generasi masa kini, artinya pendidikan tidak dapat pejam mata terhadap
pengangguran dan harus mewujudkan kesejahteraan dalam kehidupan. Dalam tugas
yang paling berat pendidikan adalah menyiapkan generasi masa depan dalam
perkembangan kehidupan, yang dulu hidup dalam keadaan tradisional harus
mempersiapkan generasi yang mampu menerobos kehidupan modern dan berperan
aktif.[34]
Seperti
contohnya dalam bidang sosial pendidikan
dalam perubahan sosial dalam rangka meningkatkan kemampuan analisis kritis berperan
untuk menanamkan keyakinan-keyakinan dan nilai-nilai baru tentang cara berpikir
manusia. Pendidikan dalam era abad modern telah berhasil menciptakan generasi baru
dengan daya
kreasi dan kemampuan berpikir kritis sikap tidak mudah menyerah pada
situasi
yang ada
dan diganti dengan sikap yang tanggap terhadap perubahan.
cara-cara berpikir dan sikap-sikap tersebut
akan melepaskan diri dari
ketergantungandan
kebiasaan
berlindung pada
orang lain, terutama pada mereka yang berkuasa. Pendidikan ini
terutama diarahkan
untuk memperoleh
kemerdekaan politik,sosial, dan ekonomi sepertiyang
diajukan oleh Paulo Friere. Dalam banyak negara terutama negara-negara yang
sudah maju, pendidikan orang dewasa telah dikembangkan sedemikian rupa sehingga
masalah kemampuan kritis ini telah berlangsung
dengan sangat intensif. Pendidikan semacam itu telah berhasil membuka mata masyarakat
terutama di daerah pedesaan dalam penerapan
teknologi maju dan penyebaran penemuan baru lainnya.[35]
Jadi fungsi pendidikan disini turut ambil
peran dalam memberikan pengaruh pada kehidupan masyarakat atau generasi penerus
di masa yang akan datang.Pendidikan merupakan sistem untuk meningkatkan kualitas
hidup manusia dalam segala aspek kehidupan.
E.
Simpulan
Pendidikan Islam adalah suatu proses perubahan sikap dan
tingkah laku yang lebih baik lagi dalam usaha mendewasakan manusia melalui
upaya pengajaran dan pelatihan berdasar nilai islamiyah yang bersumber dari al-Qur’an
dan as-sunnah untuk mencapai tingat hidup yang tinggi dan menjadi pandangan
hidup manusia agar menjadi manusia paripurna.
Kemudian hakikat
manusia yaitu adalah abdullah (hamba Allah) yang tujuan diciptakannya
adalah untuk beribadah kepada Allah. Selain hakikat manusia menjadi ‘abdullah (hamba Allah) yaitu makhluk
yang diperintahkan Allah untuk beribadah kepada-Nya, hakekat manusia juga
sebagai makhluk paling sempurna diantara makhluk lainnya yang diciptakan oleh
Allah sebagai khalifah fil ardh’ (pemimpin
dimuka bumi) ini yang dikarunianya fisik, psikis, dan
potensi-potensi untuk menjadi seorang pemimpin di mukabumi ini.
F. Daftar Pustaka
Arifin, 2000. Ilmu
Pengetahuan Islam Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner. Jakarta: Bumi
Aksara, Cetakan Kelima.
Budiyanto Mangun, 2010. Ilmu
Pendidikan Islam. Yogyakarta: Griya Santri.
Hasbullah, 2013. Dasar-Dasar
Ilmu Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Kadir, Abdul, 2012. Dasar-Dasar Pendidikan. Jakarta: Kencana
Prenadamedia Group.
Marimba D Ahmad, 1980. Pengantar
Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: al-Ma’arif.
Muhaimin, et.al, 2001. Paradigma Pendidikan Islam Upaya
Mengefektifkan Pendidikan Agama
Islam di Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nizar Samsul, 2001. Pengantar Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan
Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama.
Ramayulis, 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam
Mulia.
Rusmaini. 2014. Ilmu Pedidikan. Palembang: Grafi Telindo
Press.
Tafsir, Ahmad, 2012. Ilmu
Pengetahuan Dalam Perspektif Islam. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Tantowi, Ahmad,
2008. Pendidikan Islam di Era Transformasi Global. Semarang: PT Pustaka Rizki Putra.
Tim penyusun Kamus
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1995. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka. Edisi kedua.
Pariyatun Tri https:/tripariyatun.blogspot.co.id/2015/01/hakikat-tujuan-dan- fungsi pendidikan_21.html?m=1
, diakses pada tanggal 1 april 2016, Pukul : 8.15
WIB
Pradinata Adi, http://www.rumahbangsa.net/2014/07/perkembangan- manusia- dan-pendidikan_1.html, 18 september
2015, diakses tanggal 17 Mei 2016, pukul 20.06 WIB.
Stikes Muhmmdiyah, Lamongan, http://fungsipendidikandalamperubahansosial.blogspot.co.id/, tanggal
16 maret 2016, pukul 19.25 WIB, dakses tanggal 17 Mei 2016, pukul 20.06 WIB.
[1]Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu
Pendidikan Edisi Revisi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), hlm. 2
[2] Tri Payatun, http://tripariyatun.blogspot.co.id/2015/01/hakikat-tujuan-dan-fungsi-pendidikan_21.html 30 januari 2015,
diakses pada tanggal 25 maret 2016, pukul 09.00 WIB.
[3]Hasbullah, Op. Cit , hlm.4
[4]Tim penyusun Kamus Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia , (Jakarta:
Balai Pustaka,1995). Edisi kedua, hlm. 232
[5]Hasbullah, loc.cit hlm. 2
[6]Tri Payatun, http://tripariyatun.blogspot.co.id/2015/01/hakikat-tujuan-dan-fungsi-pendidikan_21.html 30 januari 2015,
diakses pada tanggal 25 maret 2016, pukul 09.00 WIB.
[7] Ahmad Tantowi, op.cit, hal 10
[8]Tri Payatun, http://tripariyatun.blogspot.co.id/2015/01/hakikat-tujuan-dan-fungsi-pendidikan_21.html 30 januari 2015,
diakses pada tanggal 25 maret 2016, pukul 09.00 WIB.
[9]Ibid.,
[11]H.M. Arifin, Ilmu Pengetahuan Islam Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan
Pendekatan Interdisipliner, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000) Cetakan Kelima,
hlm. 16
[12]Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung:
al-Ma’arif, 1980), hlm. 131
[13]Samsul Nizar, Pengantar Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan
Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001), hlm. 6
[14]Muhaimin, et.al, Paradigma Pendidikan Islam Upaya
Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2001) hlm. 29-30
[15]Rusmaini, Op. cit., hlm. 6-7
[16]Ahmad Tantowi, Op. cit., hlm. 8
[17]Rusmaini, op. cit., hlm. 3
[18]Tri Payatun, http://tripariyatun.blogspot.co.id/2015/01/hakikat-tujuan-dan-fungsi-pendidikan_21.html 30 januari 2015,
diakses pada tanggal 25 maret 2016, pukul 09.00 WIB.
[22]Abdul Kadir, Dasar-Dasar Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group,
2012), hlm. 7
[23]Ibid.,
[24]Ahmad Tafsir, Ilmu Pengetahuan
Dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2012), hlm.34
[26]Rusmaini, Op. Cit., hlm. 9
[27]Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), hlm. 1
[28]Ibid.,
[29]Rusmaini, Op. cit., hlm. 11
[31]Ibid.,
[33]
Adi pradinata, http://www.rumahbangsa.net/2014/07/perkembangan-manusia-dan-pendidikan_1.html, 18 september 2015, diakses
tanggal 17 Mei 2016, pukul 20.06 WIB.
[34]Adi pradinata, http://www.rumahbangsa.net/2014/07/perkembangan-manusia-dan-pendidikan_1.html, 18 september 2015, diakses
tanggal 17 Mei 2016, pukul 20.06 WIB.
[35]
Stikes
Muhmmdiyah, Lamongan, http://fungsipendidikandalamperubahansosial.blogspot.co.id/, tanggal 16 maret 2016, pukul 19.25 WIB, dakses
tanggal 17
Mei 2016, pukul 20.06 WIB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar