Kamis, 21 Juli 2016

Kel. 1 Hakikat Pendidikan Islam dan Manusia

HAKIKAT PENDIDIKAN ISLAM DAN MANUSIA

 

A.    Pendahuluan

Kebutuhan dasar ini sejatinya terpenuhi dalam rangka membebaskan manusia dari berbagai persoalan hidup, sehingga proses pendidikan yang dilaksanakan secara sistematis dan konsisten berdasarkan nilai-nilai islami dapat meningkatakan kualitas manusia, selaku hamba Allah di muka bumi.[3] Proses pendidikan tidak terlepas dari faktor psikologis, fisik manusia dan pengaruh faktor lingkungan. Proses pendidikan harus berpegang pada petunjuk-petunjuk para ahli psikologi, terutama psikologi pendidikan, perkembangan dan psikologi agama.
 Dengan demikian proses pendidikan akan berlangsung secara sistematis dan terorganisir dengan  Dalam buku ini akan dibahas mengenai “Hakiakat pendidikan Islam dan Manusia” mulai dari pengertian dan pengertian pendidikan Islam dan manusia, dimana pengertian pendidikan di dalam islam itu sendiri ada tiga pengertian, yaitu al-tarbiyah, al-ta’dib, dan al-ta’lim, serta apa hakikat manusia di dalam Islam yaitu menjadi abdullah (hamba Allah) sekaligus menjadi khalifah fil ardh’ (pemimpin di Bumi) yang akan dibahas satu persatu di dalam makalah ini.
B.     Pengertian Pendidikan Islam  
Definisi pendidikan dikemukakan para ahli dalam rumusan yang berbeda-beda menurut sudut pandang masing-masing. Apabila kita tinjau dari rumusan bahasa sebagaimana tercantum dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tingkah seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.[4] Pendidikan diartikan sebagai usaha yang dijalankan seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau pengalaman hidup atau penghidupan yang tinggi dalam arti mental. Ilmu pendidikan membahas masalah-masalah yang bersifat ilmu, bersifat teori, maupun yang bersifat praktis[5].
Sehingga dapat disimpulkan dari berbagai pendapat diatas bahwa Pendidikan adalah suatu proses yang dilakukan secara sadar atau disengaja guna untuk menambah pengetahuan, wawasan serta pengalaman untuk menentukan tujuan hidup sehingga dengan pendidikan itu sendiri dapat menciptakan orang-orang berkualitas.
Selanjutnya kita memahami pengertian dan makna yang terkandung dari kata Islam. Menurut bahasa Dari segi etimologi, istilah Islam diambil dari bahasa Arab yaitu:[6]
1.        Aslama Yuslimu    : berserah diri, taat, patuh, tunduk. Seperti dalam firman Allah Swt.
šúïÏ%©!$# (#þqä9$s% ¨bÎ) ©!$# yÎgtã !$uZøŠs9Î) žwr& šÆÏB÷sçR @AqßtÏ9 4Ó®Lym $oYtÏ?ù'tƒ 5b$t/öà)Î/ ã&é#à2ù's? â$¨Y9$# 3 ö@è% ôs% öNä.uä!%y` ×@ßâ `ÏiB Î=ö7s% ÏM»oYÉit6ø9$$Î/ Ï%©!$$Î/ur óOçFù=è% zOÎ=sù öNèdqßJçFù=tFs% bÎ) óOçGYä. tûüÏ%Ï»|¹ ÇÊÑÌÈ  
"Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan". (QS.Al iImran:183)
2.      Kata Assilm yang berarti perdamaian, ketentraman, kerukunan, keamanan, seperti terdapat dalam Firman Allah:
* bÎ)ur (#qßsuZy_ ÄNù=¡¡=Ï9 ôxuZô_$$sù $olm; ö@©.uqs?ur n?tã «!$# 4 ¼çm¯RÎ) uqèd ßìŠÏJ¡¡9$# ãLìÎ=yèø9$# ÇÏÊ
"Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepada-Nya dan bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui". (QS. Al-Anfal:61)
3.      Kata Assalam yang artinya selamat, sejahtera, bahagia, seperti dalam firman Allah:
t,Åur šúïÏ%©!$# (#öqs)¨?$# öNåk®5u n<Î) Ïp¨Zyfø9$# #·tBã ( #Ó¨Lym #sŒÎ) $ydrâä!%y` ôMysÏGèùur $ygç/ºuqö/r& tA$s%ur óOçlm; $pkçJtRtyz íN»n=y öNà6øn=tæ óOçFö7ÏÛ $ydqè=äz÷Š$$sù tûïÏ$Î#»yz ÇÐÌÈ  
“Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhan dibawa ke dalam syurga berombong-rombongan (pula). Sehingga apabila mereka sampai ke syurga itu sedang pintu-pintunya telah terbuka dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya: "Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu. Berbahagialah kamu! maka masukilah syurga ini, sedang kamu kekal di dalamnya." (QS. Az-Zumar:73)
4.    Kata Salimun yang artinya suci dan bersih, seperti dalam firman Allah yang berbunyi:
øŒÎ) uä!%y` ¼çm­/u 5=ù=s)Î/ AOŠÎ=y ÇÑÍÈ  
“(lngatlah) ketika ia datang kepada Tuhannya dengan hati yang suci (Maksud datang kepada Tuhannya ialah mengikhlaskan hatinya kepada Allah dengan sepenuh-penuhnya.)” (QS. Ash-Shoffat:84)
Dari definisi secara etimologi tersebut, terkandung makna esensial tentang komitmen seorang muslim terhadap islamnya, yaitu mengaku islam, wajib berserah diri, tunduk, patuh, dan taat hanya kepada Allah SWT harus dapat menciptakan kedamaian dan kerukunan di lingkungannya, menciptakan keselamatan dan kesejahteraan hidup di lingkungan masyarakat, menjaga kebersihan dan kesucian (kehormatan) dirinya dan lingkungannya. Menurut terminologi Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah kepada manusia melalui Rasul-Nya, yang berisi hukum yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan alam semesta.[7]
Rangkaian kata “Pendidikan Islam”  bisa dipahami dalam arti berbeda-beda, antara lain: Istilah pertama, pendidikan (menurut) Islam, berdasarkan sudut pandang bahwa Islam adalah ajaran tentang nilai-nilai dan norma-norma kehidupan yang ideal, yang bersumber dari al-Qur’an dan as-sunnah. Istilah kedua, pendidikan (dalam) Islam, berdasar atas perspektif bahwa islam adalah ajaran-ajaran, sistem budaya dan peradapan yang tumbuh dan berkembang sepanjang perjalanan sejarah umat Islam, sejak zaman Nabi Muhammad saw sampai masa sekarang. [8] Sedangkan istilah ketiga, pendidikan (agama) Islam, muncul dari pandangan bahwa Islam adalah nama bagi agama yang menjadi panutan dan pandangan hidup umat Islam[9].
Untuk lebih jelasnya kita tinjau beberapa pendapat para ahli tentang pengertian pendidikan Islam:[10]
1.    Arifin mengemukakan: “pendidikan Islam adalah sistem pendidikan yang dapat memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita Islam, karena nilai-nilai Islam telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadiannya”.[11]
2.    Marimba mendefinisikan: “pendidikan Islam Bimbingan Jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam”.[12]
3.    Samsul Nizar mengemukakan: “pendidikan Islam adalah proses penstransferan nilai yang dilakukan oleh pendidik yang meliputi proses perubahan sikap dan tingkah laku dengan tetap berpedoman pada ajaran Islam”.[13]
4.    Muhaimin mendefinisikan pendidikan Agama dalam tiga macam pengertian, yaitu[14]:
a.       Pendidikan munurut Islam atau pendidikan islami, yakni pendidikan yang dipahami dan dikembangkan dari ajaran dan nilai-nilai fundamental yang terkandung dalam al-Qur’an dan as-sunnah.
b.      Pendidikan keislaman atau pendidikan agama Islam, yakni upaya mendidikkan agama Islam atau ajaran Islam dan nilai-nilainya, agar menjadi pandangan dan sikap hidup manusia.
c.       Pendidikan dala islam, atau proses dan prektik penyelenggaraan pendidikan yang berlangsung dan berkembang dalam sejarah umat Islam.[15]
Sehingga dapat disimpulkan pendidikan Islam adalah suatu proses perubahan sikap dan tingkah laku berdasar nilai islamiyah yang bersumber dari al-Qur’an dan as-sunnah untuk mencapai tingat hidup yang tinggi. Pendidikan Islam selalu muncul “polemik” yang tidak berkesudahan mengenai istilah-istilah bahasa Arab yang paling pas untuk diterjemahkan menjadi pendidikan Islam.
Adapun istilah-istilah yang dikemukakan oleh pemikir  Muslim, antara lain: al-tarbiyah, al-ta’lim, dan al- ta’dib.
1.    Al-Tarbiyah
Menrut Ibnu Manzhur dalam lisan al-‘Arab[16], juz 9, kata al-tarbiyah merupakan masdar dari kata rabba yang berarti mengasuh, mendidik, dan memelihara. Istilaha tarbiyah berakar pada kata pertama, raba yarbu yang berarti bertambah dan tumbuh. Kedua, kata rabiya yarba yang berarti tumbuh dan berkembang. Ketiga, kata  rabba yarubbu  yang berarti memperbaiki, menguasai, memimpin, dan memelihara. Kata al-rabb, juga berasal dari kata tarbiyah dan berarti mengantarkan sesuatu kepada kesempurnaannya secara bertahap atau membuat sesuatu menjadi sempurna secara berangsur-angsur[17].
Hal tersebut sejalan dengan firman Allah:
ôÙÏÿ÷z$#ur $yJßgs9 yy$uZy_ ÉeA%!$# z`ÏB ÏpyJôm§9$# @è%ur Éb>§ $yJßg÷Hxqö$# $yJx. ÎT$u­/u #ZŽÉó|¹ ÇËÍÈ  
 Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “ Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” (QS. Al-Isra: 24).
Dengan demikian tarbiyah, yaitu pendidikan yang membentuk dan mengembangkan akhlak secara bertahap/berangsur angsur.
2.    Al-Ta’lim
Secara etimologi, ta’lim berkonotasi pembelajaran, yaitu semacam proses transfer ilmu pengetahuan. Hakekat ilmu pengetahuan bersumber dari Allah SWT. Adapun proses pembelajaran (ta’lim) secara simbolis dinyatakan dalam informasi al-Qur’an ketika penciptaan Adam as oleh Allah SWT, ia menerima pemahaman tentang konsep ilmu pengetahuan langsung dari penciptanya. Proses pembelajaran ini disajikan dengan menggunakan konsep ta’lim yang sekaligus menjelaskan hubungan antara pengetahuan Adam as dengan Tuhannya.[18]
yaitu pendidikan yang menitikberatkan pada pengajaran, penyampaian informasi, dan pengembangan ilmu. Kata Al-Ta’lim merupakan masdar dari kata ‘allama yang berarti pengajaran yang bersifat pemberian atau penyampaian pengertian, pengetahuan, dan keterampilan.[19] Firman Allah swt,
zN¯=tæur tPyŠ#uä uä!$oÿôœF{$# $yg¯=ä. §NèO öNåkyÎztä n?tã Ïps3Í´¯»n=yJø9$# tA$s)sù ÎTqä«Î6/Rr& Ïä!$yJór'Î/ ÏäIwàs¯»yd bÎ) öNçFZä. tûüÏ%Ï»|¹ ÇÌÊÈ  
“dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!"(QS. Al-Baqarah: 31)
3.    Al-Ta’dib
Istilah ta’dib dalam konsep pendidkan Islam berasal dari kata adab, yang berarti pengenalan dan pengakuan tentang hakikat bahwa pengetahuan dan wujud bersifat teratur secara herarkis sesuai dengan berbagai derajat tingkatnya dan menempatakan seseorang sesuai dengan kapasitas dan potensi jasmani, rohani, dan intelektualnya. Dengan demikian kata adab mencakup pengertian ilmu dan amal.  Ta’dib sesuai dengan cara Tuhan mendidik Nabi Muhammad saw. Hal ini ta’dib, yaitu pendidikan yang memandang bahwa proses pendidikan merupakan usaha yang mencoba membentuk keteraturan susunan ilmu yang berguna bagi dirinya sebagai muslim yang harus melaksanakan kewajiban serta fungsionalisasi atas nilai atau system sikap yang direalisasikan dalam kemampuan berbuat yang teratur (sistematik), terarah, dan efektif.[20]
Ta’dib berarti pengenalan dan pengakuan tentang hakikat bahwa pengetahuan dan wujud bersifat teratur secara hirarkis sesuai dengan berbagai derajat tingkatannya dan menempatkan seseorang sesuai dengan kapasitas dan potensi jasmani, rohani, serta intelektualnya[21].
Menurut al-Attas, istilah yang paling tepat untuk menunjukkan pendidikan Islam adalah al-Ta’dib, konsep ini didasarkan pada hadits Nabi:
اِدَّ بَنِيْ رَبِّى فَأَحْسَنَ تَـأْدِيْبِيْ {رواه العسكرى على}
 “Tuhan telah mendidikku, maka ia sempurnakan pendidikanku” (HR. al-Askary dari Ali r.a).
Al-Ta’dib berarti pengenalan dan pengetahuan secara berangsur-angsur ditanamkan ke dalam diri manusia (peserta didik) tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan. Dengan pendekatan ini pendidikan akan berfungsi sebagai pembimbing ke arah pengenalan dan pengakuan tempat Tuhan yang tepat dalam tatanan wujud dan kepribadiannya.
Dengan demikian, uraian di atas, istilah al-tarbiyah, al-ta’lim, al-ta’dib mempunyai hubungan yang sangat erat dan saling mengisi satu sama lain. Dalam pertumbuhan dan perkembangan intelektual peserta didik.
C.    Hakekat Manusia
Pengetahuan tentang hakekat dan kedudukan manusia merupakan bagian amat esensial, karena dengan pengetahuan tersebut dapat diketahui tentang hakekat manusia, kedudukan dan peranannya di alam semesta ini. Salah satu spesies makhluk hidup di bumi ini adalah manusia.  Keberadaannya pertama kali di bumi ini tidak diketahui secara pasti. Sejarah panjangnya merupakan rangkaian peristiwa yang terputus-putus.
Teori evolusi mengatakan bahwa alam ini, termasuk yang berada di dalamnya berkembang secara evolusionis (berubah atau berkembang secara perlahan) dari mahkluk yang sangat sederhana yang berkembang sedemikian rupa menjadi makhluk yang lebih kompleks perjalanannya yang sangat penting itu menceritakan perkembangan tahap demi tahap sampai menjadi manusia seperti sekarang ini[22].
Pandangan yang lain, seperti pandangan ahli Agama[23], mengatakan bahwa manusia pertama tidak diciptakan di tempat ini (di bumi), dan bukan merupakan bagian panjang dari sejarah alam seperti di perkirakan dalam pandangan evolusionisme tadi. Manusia pertama yang kemudian disebut dengan Adam itu di ciptakan didalam surga (suatu tempat yang menjadi idaman para penganut agama dan keberadaannya di luar alam ini, serta berbeda dengan alam ini  karena ia bersifat immateri).
Hakikat Manusia menurut islam adalah makhluk ciptaan Allah, ia tidaklah muncul dengan sendirinya atau berada oleh dirinya sendiri[24].
   كُلُّ مَولُودٍ يُولَدُ عَلى الفِطرَةِ فَاَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ اَو يُنَصِّرَانِهِ اَو يُمَجِّسَانِه
 (البخرى و مسلم)
Artinya: Tiap orang dilahirkan membawa fitrah, ayah dan ibunyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau majusi. (Hadis riwayat bukhari dan muslim).
Manusia lahir membawa kemampuan-kemampuan, dan kemampuan itulah yang disebut pembawaan. Fitrah yang di sebutkan di dalam hadis itu adalah potensi. Potensi adalah kemampuan jadi fitrah yang dimaksud di sini adalah pembawaan. Dan manusia adalah makhluk utuh yang terdiri atas jasmani, akal, dan rohani sebagai potensi pokok[25].
Di dalam Al-Qur’an menggambarkan manusia sebagai suatu makhluk pilihan Tuhan, sebagai Khalifah-Nya di bumi, serta sebagai makhuk yang di dalam dirinya ditanamkan sifat mengakui Tuhan, bebas terpercaya, rasa tanggung jawab terhadap dirinya ataupun alam semesta, serta karunia  keagungan terhadap alam semesta, langit, dan kejahatan.
Manusia dikarunia Allah swt fisik, psikis dan potensi-potensi yang membuktikan bahwa manusia ditempatkan Allah pada posisi yang strategis yaitu : sebagai khalifah Allah, berarti manusia dapat perperan sebagai obyek dan subyek pendidikan. Sebagai hamba Allah seluruh tugas manusia dalam hidup ini berakumulasi pada tanggung jawab mengabdi kepada nya berdasarkan firman Allah:
$tBur àMø)n=yz £`Ågø:$# }§RM}$#ur žwÎ) Èbrßç7÷èuÏ9 ÇÎÏÈ  
 Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahku (QS. Az-Zariat: 56)[26].
Para ahli dalam berbagai bidang memberikan penafsiran tentang hakikat manusia. Sastraprateja, mengatakan[27] bahwa manusia adalah makhluk yang historis. Hakekat manusia sendiri adalah sejarah, suatu peristiwa yang bukan semata-mata datum. Hakekat manusia hanya dapat dilihat dalam perjalanan sejarah dalam sejarah manusia. Ada enam anthropological constants yang dapat ditarik dari pengalaman sejarah umat manusia, yaitu:
Murthada Mutahhari melukiskan gambaran al-Qur’an tentang manusia sebagai berikut[28]: Al-Qur’an menggambarkan manusia sebagai suatu makhluk pilihan tuhan, sebagai khalifah nya di bumi, serta sebagai makhluk yang semi samawi dan semi duniawi yang dalam dirinya ditanamkan sifat mengakui Tuhan, bebas terpecaya, rasa tanggung jawab terhadap dirinya maupun alam semesta, serta karunia keunggulan terhadap alam semesta, langit, dan bumi. Ditinjau dari segi kata (istilah) yang di gunakan Al-Qur’an memperkenalkan tiga kata (istilah) yang biasa digunakan untuk merujuk pengertian manusia.
1.    Al-Insan
Al-Insan terbentuk dari kata nasiya yang berarti lupa. Kata Al-Insan dinyatakan dalam Al-Qur’an sebanyak 73 kali yang disebut dalam 43 surat. Kata al-insan juga menunjukan pada proses kejadian manusia, baik dalam proses penciptaan Adam maupun Proses manusia pasca Adam di alam rahim yang berlangsung secara utuh dan berproses.
Penggunaan kata al-insan pada ayat di atas mengandung dua dimensi, yaitu dimensi tubuh (dengan berbagai unsurnya) dan dimensi spiritual (ditiupkan-Nya ruh kepada Manusia). Kedua dimensi tersebut memberikan suatu penegasan, bahwa kata al-insan mengandung makna akan keunikan manusia. Sebab disamping memiliki kelebihan dan keistimewaan, ia juga memiliki sifat-sifat keterbatasan seperti tergesa-gesa dan resah.
2.    Al-basyar
Al-Basyar dinyatakan dalam Al-Qur’an sebanyak 36 kali dalam 26 surat. Secara epistimologi, al-basyar merupakan bentuk jamak dari kata al-basyarot  yang berarti kulit kepala. Pemaknaan manusia ini memberikan pengertian bahwa manusia adalah makhluk biologis, serta memiliki sifat-sifat  ada di dalamnya, seperti makan, minum, hiburan, dan lain sebagainya. Kata al-basyar ditunjukan kepada seluruh manusia tanpa terkecuali. Ini berarti Nabi dan Rasul pun memiliki dimensi al-basyar.
3.    An-nas
Kata an-nas dinyatakan dalam Al-Quran sebanyak 240 kali dalam 53 surat. Kata an-nas menunjukkan pada hakekat manusia sebagai makhluk sosial dan ditunjukkan kepada seluruh manusia secara umum tanpa melihat statusnya beriman atau kafir. Kata an-nas juga dipakai dalam Al-Qur’an untuk menunjukkan bahwa karakteristik manusia itu labil. Meskipun telah dianugrahkan Allah SWT dengan berbagai potensi yang bisa digunakan untuk mengenal Tuhannya, namun hanya segelintir manusia yang mau mempergunakannya sesuai dengan ajaran Tuhannya[29].
Hakekat manusia adalah mahkluk yang diciptakan oleh Allah sebagai khalifah dimuka bumi ini yang dikarunia Allah swt fisik, psikis, dan potensi-potensi. Kesatuan wujud manusia antara psikis dan fisik serta didukung oleh potensi-potensi yang ada membuktikan bahwa manusia sebagai ahsan al-taqwin dan menempatkan manusia pada posisi yang strategis yaitu:[30]
1.  Manusia sebagai Hamba Allah
Manusia adalah makhluk yang memiliki potensi untuk beragama sesuai dengan fitrahnya. Meskipun dengan pemikiran dan kondisi yang cukup sederhana, manusia dahulu telah mengakui bahwa di luar dirinya ada zat yang lebih berkuasa dan menguasa seluruh kehidupannya. Namun mereka tidak mengetakui hakikat zat yang berkuasa. Mereka mengaplikasikan apa yang mereka yakini dengan berbagai bentuk upacara ritual.
Pengetahuan manusia akan adanya Tuhan secara naluriah menurut informasi Al-Qur’an disebabkan telah terjadinya dialog antara Allah dan ruh manusia. Kepercayaan dan ketergantungan manusia dengan Tuhannya, tidak dapat di pisahkan dari kehidupan manusia itu sendiri. Karena manusia telah berikrar sejak zaman azali bahwa Allah SWT adalah Tuhannya.[31]
2.  Manusia sebagai khalifah fil ardhi
Bila ditinjau, kata khalifah berasal dari fi’il maddhi (خلف) yang berarti mengganti dan melanjutkan.  Untuk lebih menegaskan fungsi ke khalifah manusia di alam ini, dapat di lihat misalnya ayat-ayat yang artinya di bawah ini:
uqèdur Ï%©!$# öNà6n=yèy_ y#Í´¯»n=yz ÇÚöF{$# yìsùuur öNä3ŸÒ÷èt/ s-öqsù <Ù÷èt/ ;M»y_uyŠ öNä.uqè=ö7uŠÏj9 Îû !$tB ö/ä38s?#uä 3 ¨bÎ) y7­/u ßìƒÎŽ|  É>$s)Ïèø9$# ¼çm¯RÎ)ur Öqàÿtós9 7LìÏm§ ÇÊÏÎÈ  
Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebagian kamu atas sebagian yang lain beberapa derajat” (QS.al-an’am,6:165).
Namun menurut Quraysihab mengatakan bahwa hubungan antara manusia dengan alam atau hubungan manusia dengan sesamanya, bukan merupakan hubungan antara penakluk dengan ditaklukkan, atau antara tuhan dengan hamba, tetapi hubungan kebersamaan dalam ketundukan kepada Allah SWT karena kalaupun manusia mampu mengelola, namun hal tersebut bukan akibat kekuatan yang dimilikinya, tetapi akibat tuhan menundukkannya untuk manusia[32].
Pendidikan tidak lepas dari manusia dan selalu berpusat pada manusia dan kehidupannya, baik sebagai subjek maupun sebagai objek. Tiada pendidikan tanpa manusia dan manusia tanpa pendidikan. Hubungan manusia dengan pendidik ini bersifat simbolis, manusia mengembangkan pendidik dan pendidikan pengembangan manusia dan kehidupan, maka dalam proses mempersiapakan generasi penerus estafet kekhalifhan yang sesuai dengan nilai-nilai Ilaiyah, pendidikan yang ditawarkan harus mampu memberikan dan membentuk pribadi peserta didiknya, dengan acuaan nilai-nilai ilaiyah.
D.           Fungsi Pendidikan Bagi Perkembangan Manusia
Fungsi pendidikan bagi perkembangan manusia adalah bahwa pendidikan merupakan sistem untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dalam segala aspek kehidupan.  Pendidikan dibutuhkan untuk menyiapkan anak manusia demi menunjang peranannya di masa datang. Upaya pendidikanyang dilakukan oleh suatu bangsa memiliki hubungan yang signifikan dengan rekayasa bangsa menciptakan suatu generasi baru pemuda-pemudi yang tidak akan kehilangan ikatan dengan teradisi mereka sendiri tapi juga sekaligus tidak menjadi bodoh secara intelektual atau terbelakang dalam pendidikan mereka atau tidak menyadari adanya perkembangan-perkembangan di setiap cabang pengetahuan manusia.[33]
Bagi perkembangan manusia pendidikan adalah transformasi budaya dari generasi ke generasi, mempertahankan unsure-unsur esensi dari kebudayaan dengan membuka diri pada usur positif dari luar. Pendidikan bertanggung jawab terhadap generasi masa kini, artinya pendidikan tidak dapat pejam mata terhadap pengangguran dan harus mewujudkan kesejahteraan dalam kehidupan. Dalam tugas yang paling berat pendidikan adalah menyiapkan generasi masa depan dalam perkembangan kehidupan, yang dulu hidup dalam keadaan tradisional harus mempersiapkan generasi yang mampu menerobos kehidupan modern dan berperan aktif.[34]
Jadi fungsi pendidikan disini turut ambil peran dalam memberikan pengaruh pada kehidupan masyarakat atau generasi penerus di masa yang akan datang.Pendidikan merupakan sistem untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dalam segala aspek kehidupan.


E.            Simpulan
Pendidikan Islam adalah suatu proses perubahan sikap dan tingkah laku yang lebih baik lagi dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan  berdasar  nilai islamiyah yang bersumber dari al-Qur’an dan as-sunnah untuk mencapai tingat hidup yang tinggi dan menjadi pandangan hidup manusia agar menjadi manusia paripurna.
Kemudian hakikat manusia yaitu adalah abdullah (hamba Allah) yang tujuan diciptakannya adalah untuk beribadah kepada Allah. Selain hakikat manusia menjadi ‘abdullah (hamba Allah) yaitu makhluk yang diperintahkan Allah untuk beribadah kepada-Nya, hakekat manusia juga sebagai makhluk paling sempurna diantara makhluk lainnya yang diciptakan oleh Allah sebagai khalifah fil ardh’ (pemimpin dimuka bumi) ini yang dikarunianya fisik, psikis, dan potensi-potensi untuk menjadi seorang pemimpin di mukabumi ini.


F.     Daftar Pustaka


Arifin, 2000.  Ilmu Pengetahuan Islam Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis             Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner. Jakarta: Bumi Aksara,             Cetakan Kelima.
Budiyanto Mangun, 2010. Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta: Griya         Santri.
Hasbullah, 2013. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Kadir, Abdul, 2012. Dasar-Dasar Pendidikan. Jakarta: Kencana     Prenadamedia             Group.

Marimba D Ahmad,  1980. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung:            al-Ma’arif.

Muhaimin, et.al, 2001. Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan            Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nizar Samsul, 2001. Pengantar Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama.

Ramayulis, 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

Rusmaini. 2014. Ilmu Pedidikan. Palembang: Grafi Telindo Press.

Tafsir, Ahmad, 2012. Ilmu Pengetahuan Dalam Perspektif Islam. Bandung:           Remaja Rosda Karya.
Tantowi, Ahmad,  2008. Pendidikan Islam di Era Transformasi Global.      Semarang: PT Pustaka Rizki Putra.
Tim penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa            Departemen     Pendidikan dan Kebudayaan, 1995.  Kamus Besar     Bahasa Indonesia.       Jakarta: Balai Pustaka. Edisi kedua.
Pariyatun Tri https:/tripariyatun.blogspot.co.id/2015/01/hakikat-tujuan-dan-            fungsi pendidikan_21.html?m=1 , diakses pada tanggal 1 april 2016,    Pukul : 8.15     WIB
Pradinata Adi, http://www.rumahbangsa.net/2014/07/perkembangan-          manusia-          dan-pendidikan_1.html, 18 september 2015, diakses    tanggal 17 Mei 2016, pukul 20.06 WIB.

Stikes Muhmmdiyah, Lamongan,       http://fungsipendidikandalamperubahansosial.blogspot.co.id/,          tanggal 16 maret 2016, pukul 19.25 WIB, dakses tanggal 17 Mei          2016, pukul 20.06 WIB.



[1]Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan Edisi Revisi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), hlm. 2
[2] Tri Payatun,  http://tripariyatun.blogspot.co.id/2015/01/hakikat-tujuan-dan-fungsi-pendidikan_21.html  30 januari 2015, diakses pada tanggal 25 maret 2016, pukul 09.00 WIB.
[3]Hasbullah, Op. Cit , hlm.4
[4]Tim penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia , (Jakarta: Balai Pustaka,1995). Edisi kedua, hlm. 232
[5]Hasbullah, loc.cit hlm. 2
[6]Tri Payatun,  http://tripariyatun.blogspot.co.id/2015/01/hakikat-tujuan-dan-fungsi-pendidikan_21.html  30 januari 2015, diakses pada tanggal 25 maret 2016, pukul 09.00 WIB.
[7] Ahmad Tantowi, op.cit, hal 10
[8]Tri Payatun, http://tripariyatun.blogspot.co.id/2015/01/hakikat-tujuan-dan-fungsi-pendidikan_21.html  30 januari 2015, diakses pada tanggal 25 maret 2016, pukul 09.00 WIB.
[9]Ibid.,
[10]Rusmaini, Ilmu Pendidikan, (Palembang: Grafika Telindo Press, 2014). Hlm. 6
[11]H.M. Arifin, Ilmu Pengetahuan Islam Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000) Cetakan Kelima, hlm. 16
[12]Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: al-Ma’arif, 1980), hlm. 131
[13]Samsul Nizar, Pengantar Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001), hlm. 6
[14]Muhaimin, et.al, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001) hlm. 29-30
[15]Rusmaini, Op. cit., hlm. 6-7
[16]Ahmad Tantowi, Op. cit., hlm. 8
[17]Rusmaini, op. cit., hlm. 3
[18]Tri Payatun,  http://tripariyatun.blogspot.co.id/2015/01/hakikat-tujuan-dan-fungsi-pendidikan_21.html  30 januari 2015, diakses pada tanggal 25 maret 2016, pukul 09.00 WIB.
[19]Mangun Budiyanto, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Griya Santri, 2010), hlm. 27
[20]Rusmaini, Ilmu Pendidikan.., Hal. 6
[21]Ibid., hlm. 6
[22]Abdul Kadir, Dasar-Dasar Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2012), hlm. 7
[23]Ibid.,
[24]Ahmad Tafsir, Ilmu Pengetahuan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2012), hlm.34
[25]Ibid., hlm. 37
[26]Rusmaini, Op. Cit., hlm. 9
[27]Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), hlm. 1
[28]Ibid.,
[29]Rusmaini, Op. cit., hlm. 11
[30]Ibid., hlm. 15-17
[31]Ibid.,
[32]Ibid., hlm. 19
[33] Adi pradinata, http://www.rumahbangsa.net/2014/07/perkembangan-manusia-dan-pendidikan_1.html, 18 september 2015, diakses tanggal 17 Mei 2016, pukul 20.06 WIB.
[34]Adi pradinata, http://www.rumahbangsa.net/2014/07/perkembangan-manusia-dan-pendidikan_1.html, 18 september 2015, diakses tanggal 17 Mei 2016, pukul 20.06 WIB.
[35] Stikes Muhmmdiyah, Lamongan, http://fungsipendidikandalamperubahansosial.blogspot.co.id/,  tanggal 16 maret 2016, pukul 19.25 WIB, dakses tanggal 17 Mei 2016, pukul 20.06 WIB.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar