Historografi Islam Modern
(Al-jabarti Penulisan Sejarah di
Mesir Abad ke-19 Paska al-jabarti dan Historografi Arab Islam pada Abad ke-20)
Makalah Ini Di
Susun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Historiografi Islam
Disusun Oleh Kelompok 7 :
Aidil Hasby ( 1532)
Desi Ambarwati (1532100)
Dewi Shintawati (1532100103)
Dosen Pembimbing:
Nyayu Soraya, M.Hum
Nyayu Soraya, M.Hum
Jurusan
Pendidikan Agama Islam
Fakultas
Tarbiyah Dan Keguruan
Uin Raden Fatah
Palembang
Tahun 2016/2017
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Di penghujung abad ke-18, Mesir sudah memperlihatkan
tanda-tanda kebangkitan. Mesir memang merupakan negeri muslim yang pertama
mengalami kebangkitan kembali, setelah sekian lama mengalami kemunduran.
Kebangkitan ini dimulai dengan munculnya beberapa orang penulis Mesir dalam
berbagai disiplin ilmu. Dalam bidang sejarah, ‘Abd al-Rahman al-Jabarti dapat
dikatakan sebagai pelopor dan perintis kebangkitan kembali Arab-Islam di Mesir
pada abad ke-19.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana Biografi
Al-Jabarti ?
2.
Apa Karya-karya
Al-Jabarti ?
3. Bagaiman Penulisan sejarah masa Al-Jabarti ?
4.
Bagaimana Penulisan
sejarah di Mesir abad ke-19 pasca Al-Jabarti ?
5. Bagaimana Historiografi Arab Islam pada abad ke-20
?
C. Batasan Masalah
1. Hanya membahas Biografi Al-jabarti
2. Hanya membahas Karya-karya Al-jabarti
3. Hanya membahas penulisan sejarah masa Al-jabarti
4.Hanya membahas penulisan sejarah di mesir abad ke-19 pasca
Al-jabarti
5. Hnya membahas historiografi Arab pada abad ke-20
BAB II
PEMBAHASAN
Perkembangan Historiografi Islam
Modern
A. Biografi al-jabarti
Nama lengkap al-Jabarti adalah Abd al-Rahman Ibn Hasan
al-Jabarti, lahir di Kairo tahun 1163 H/ 1753 M. (Abdullah, 2004: 56).
Al-Jabarti dinisbatkan pada Jabart yaitu sebuah karang kecil di negeri Habasyah
(Ethiopia), negeri asal nenek moyang.
Al-Jabarti berasal dari keluarga yang taat beragama dan
aktif berkecimpung di dunia ilmiyah. Beberapa orang diantaranya dikenal sebagai
ilmuwan di al-Azhar, Mesir. Ayahnya sendiri, Hasan al-Jabarti (w. 1179 H),
adalah seorang ahli ilmu keagamaan islam dan ilmu pasti, terutama Astronomi dan
Geografi dan mengajar di al-Azhar. (yatim, 1997: 218) Al-Jabarti adalah
sejarawan Mesir terkenal yang hidup di tiga periode politik Mesir; 1). Zaman
pemerintahan Turki Ustmani di Mesir yang berakhir tahun 1798; 2). Zaman
pendudukan Perancis (1798-1801) dan 3). Zaman pemerintahan Muhammad Ali Pasya
yang dimulai tahun 1805 M.[1]
Pendidikan formal pertamanya yang dilalui al-Jabarti adalah
di Madrasah as-Samaniyah, Kairo. Disamping menuntut ilmu di madrasah ini, pada
waktu yang sama, sepulang dari madrasah, ia juga belajar berbagai ilmu
keagamaan dari ayahnya dan dari ulama-ulama yang datang ke rumahnya. Setelah
itu, al-Jabarti melanjutkan pendidikannya di al-Azhar sambil terus belajar ilmu
astronomi, matematika dan hikmah dari ayahnya.
Demikianlah pendidikan yang dilalui sampai ayahnya meninggal
dunia pada 1179 H, ketika ia masih berusia 21 tahun. Dalam lapangan ilmu,
al-Jabarti sebenarnya melanjutkan tradisi ilmiyah yang sudah dikembangkan oleh
anggota keluarga al-Jabarti lebih dahulu. Sebagaimana ayahnya, dia juga menjadi
salah seorang ulama besar al-Azhar, Kairo, Mesir. Disamping itu, al-Jabarti
juga memberi pengajaran di masjid-masjid dan rumahnya.
B. Penulisan sejarah Al-jabarti
Dalam penulisan sejarah Mesir pada masa Turki Usmani,
al-Jabarti mempunyai kelebihan dibandingkan dengan sejarawan lainnya karena,
a.Ia
menggambarkan masyarakat Mesir pada masa itu dengan sempurna serta berusaha
melakukan penelitian mendalam terhadap peristiwa yang dialaminya.[2]
b. Ia menyatakan dalam bukunya ia
menulis sejarah bukan karena perintah penguasa karena ia adalah seorang ilmuan
independen. (Yatim, 1997: 219)
Pada masa pemerintahan kerajaan Ottoman atau Usmani di dunia
Arab (1517-1922) yang berpusat di Istanbul, Turki, buku-buku sejarah yang
bermutu tidak banyak lagi muncul dalam bahasa Arab, tetapi dalam bahasa Turki.
Ketika Abdurrahman al-Jabarti muncul dengan karya besar sejarahnya, dia
kemudian dinilai dengan sebagai seorang pahlawan sejarah Arab-Islam.
C. Karya-karya al-jabarti
Dalam bidang sejarah, al-Jabarti menulis dua buah karya buku
penting, yang pertama buku yang berjudul “Aja’ib al-Atsar fi al-Tarajim wa
al-Akhbar” (Keanehan-keanehan Peninggalan tentang Biografi dan Kabar
Berita). Terdiri dari empat jilid yang lebih dikenal dengan nama “Tarikh
al-Jabarti” dan buku yang berjudul “Mazhab at-Taqdis”. Buku Aja’ib
memotret peristiwa-peristiwa yang terjadi di Mesir, terutama di Kairo mulai
dari tahun 1688 M/ 1000 H sampai dengan 1821 M/ 1236 H.[3]
Karya al-Jabarti berisi catatan berbagai peristiwa dan
data-data kematian. Penulis memulai karyanya dengan pengantar singkat dan
uraian peristiwa hingga era Utsmani. Jilid I buku Aja’ib ditutup dengan catatan
kematian Muhammad Bek Abi Dzahab. Jilid III, membahas sejarah Mesir semenjak
kedatangan misi Perancis di bawah kepemimpinan Napoleon Bonaparte. (Abdullah,
2004: 58)
Dalam perkembangan selanjutnya, Aja’ib al-Atsar dilarang
beredar di Mesir pada tahun 1878 M karena menyebutkan kejelekan yang terjadi
pada zaman pemerintahan Muhammad Ali Pasha. Pada tahun itu, sebagian dari buku
itu saja yang diterbitkan dan baru pada tahun 1880 M buku tersebut data
diterbitkan secara lengkap yaitu pada zaman Khudaywi Tawfiq. Bangsa Perancis
sejak dini telah berusaha menerjemahkan buku itu dan menerbitkannya karena di
dalamnya terdapat ulasan tentang penjajahan Perancis terhadap Mesir, keberadaan
penduduk aslinya, serta para panglima dan kekuasaannya. (Amin, 1995: 276)
Secara garis besar sesuai dengan judulnya, karya ini dibagi
atas dua bagian; bagian pertama tentang peristiwa-peristiwa sejarah dan bagian
kedua tentang biografi para tokoh. Yang terakhir ini mempunyai nilai sosial
yang sangat besar karena ia menggambarkan secara terinci kehidupan penduduk
dunia islam bagian Timur.
Adapun karya yang lain, yaitu berjudul “Mazhab at-Taqdis”
merupakan sebuah catatan terinci tentang proses pendudukan Perancis atas Mesir.
Buku ini diterbitkan kembali bahasa Arab dalam bentuk ringkasan pada
tahun 1960-an, tanpa suntingan dan dibagikan di sekolah-sekolah yang berada di
bawah kordinasi Departemen Pendidikan dan Pengajaran Mesir. Bentuk utuh buku
ini dalam bahasa Arab tidak pernah terbit lagi, tetapi terjemahannya oleh
Cardin, terbit di Paris pada 1838 M dalam bahasa Turki dan Bahasa Perancis.
D. Penulisan sejarah di Mesir abad ke-19 pasca al-Jabarti
Gerakan kebangkitan yang dipelopori oleh al-Jabarti terputus
beberapa tahun ketika terjadi pendudukan Napoleon dari Perancis atas Mesir
(1798-1802 M). Namun pendudukan itu memberikan konstribusi bagi kebangkitan
Mesir pada masa selanjutnya, termasuk dalam bidang sejarah.[4]
Setelah Perancis meninggalkan Mesir, penguasa baru Mesir
Muhammad Ali Pasya bertekad untuk memulai pembangunan Mesir dengan meniru
Barat. Sekolah-sekolah baru dibuka dan para mahasiswa dikirim ke Eropa.[5]
Muhammad Ali Pasya pada waktu itu menggalakkan gerakan penterjemahan. Di awal
abad ke 19, muncul dua kelompok yang menjadi pelopor kedua setelah al-Jabarti
dalam kebangkitan penulisan sejarah. Yang pertama adalah kelompok Rifaah
al-Thahthawi yang memiliki latar belakang pendidikan islam di al-Azhar,
kemudian menambah pengetahuan dilembaga pendidikan di Perancis dan sebagai
penuntut ilmu di lembaga-lembaga bahasa yang didirikan Perancis.[6]
Sedangkan kelompok kedua adalah kelompok ‘Ali Mubarak yang mempunyai latar
belakang pendidikan dalam bidang ilmu pengetahuan teknik, astronomi dan arkeologi. Kedua
kelompok ini didalam penulisan sejarah dipengaruhi oleh literatur dan
pengetahuan kebudayaan Perancis. Mereka juga menggunakan referensi buku-buku
sejarah yang ditulis masa Klasik dan Pertengahan Islam, serta referensi Barat
modern.
Menurut Mu’in Umar, ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebangkitan
penulisan sejarah di Mesir pada abad ke-19, yaitu:
a. Adanya gerakan pembaharuan menjelang
akhir kekuasaan Ismail Pasya pada pertengahan abad ke-19.[7]
b. Semenjak awal abad ke-19, ahli-ahli
Eropa melakukan penelitian Arkeologi di Mesir. Hal itu memberi pengaruh yang
besar bagi ahli-ahli Mesir untuk mempergunakan bahan-bahan hasil penelitian
Arkeologi itu dalam penulisan sejarah pada abad ke-19.
c. Keberhasilan Rifaah al-Thahthawi
menempatkan sejarah sebagai ilmu yang berdiri sendiri, sehingga di ajarkan ilmu
sejarah di sekolah sampai pada tingkat menengah. Lulusannya kemudian dikirim ke
Eropa untuk melanjutkan studinya dalam ilmu sejarah.
d. Adanya percetakan. Pada masa
Muhammad Ali Pasya, tepatnya pada tahun 1822 M didirikan satu unit percetakan
Bulaq.
e. Munculnya penerbitan harian dan
berkala, artikel-artikel sejarah banyak ditulis dalam penerbitan media massa
itu.
f. Rifa’ah dan Ali Mubarak melakukan
editing naskah-naskah kuno untuk kemudian diterbitkan. Usaha ini sangat membantu
rakyat Mesir untuk memperoleh pengetahuan warisan sejarah mereka dimasa silam.[8]
g. Berdirinya himpunan-himpunan ilmu
pengetahuan dalam bidang sejarah. Himpunan yang pertama adalah Institut
Egyptian pada tahun 1798 M yang didirikan oleh Napoleon. (Umar, 1987: 164-169)
Berbeda dengan penulisan sejarah pada masa Islam Klasik dan
Pertengahan yang sedikit sekali melakukan kritik, analisis, dan perbandingan,
penulisan sejarah Mesir pada abad ke-19 dipengaruhi oleh penulisan metode ilmu
pengetahuan baru dengan mengikuti buku-buku sejarah Eropa. Mereka mencoba
mengkritik, menganalisis, membandingkan dan memberikan pandangan mereka tentang
apa yang mereka tulis. Dalam hal ini, mereka juga sudah menggunakan ilmu-ilmu
bantu sejarah seperti dokumen, numismatik, arkeologi, inskripsi, ekspolari,
geografi dan lain-lain.
Menurut Umar (1987: 169) Ahli-ahli sejarah tidak hanya
tertumpu kepada sejarah mesir dan islam tetapi juga menyajikan masalah-masalah
lain yang tidak begitu dikenal di dalam periode islam. ahli sejarah menyajikan
berbagai ragam sejarah seperti:
a. Sejarah dunia
b.
Sejarah
negara-negara tetangga
c.
Memoar
pribadi
d.
Sejarah
umum mengenai mesir
e. Sejarah topografi dan sejarah kota
f. Sejarah mesir abad ke-19 M di bawah
kekuasaan dinasti muhammad ali
g. Biografi-biografi
h. Novel sejarah
i.
Penulisan
sejarah dalam bahasa asing
Adapun pengaruh penulisan sejarah bagi rakyat mesir adalah
sebagai berikut:
a. Membangkitkan kesadaran sejarah yang
mendorong orang-orang mesir berminat kepada sejarah pada umumnya dan sejarah
mesir pada khususnya dalam aneka ragam masanya.[9]
b.Membangkitkan rasa patriotisme dan mengokohkan semangat
nasionalisme.
E. Historiografi Arab Islam pada abad ke-20
Sejak awal abad ke-20, barat menjadi kiblat dalam
historiografi islam. di barat kemajuan-kemajuan ilmiah, termasuk dalam bidang
sejarah, dengan cepat terjadi. Volteire memulai perubahan dalam penulisan
sejarah, dalam karyanya the age of louis XIV (1751) ia menguraikan masyarakat
perancis sebagai satu kesatuan. Ia berusaha menyajikan suatu pandangan yang
komprehensif dengan meneliti banyak segi kehidupan dan kebudayaannya, seperti
peperangan, ilmu pengetahuan, kesusasteraan, kesenian dan agama.[10]
Perkembangan penulisan sejarah islam tidak begitu cepat
mengikuti perubahan yang terjadi di barat.
Para sejarawan arab banyak mengajukan kritik terhadap corak penulisan
sejarah islam tradisional.
Menurut Dr. Sayyidah ismail kasyif, guru besar sejarah islam
pada universitas syams. Para sejarawan hingga awal abad ke-20, dalam pembahasan
sejarah hanya berorientasi kepada pembahasan peristiwa-peristiwa politik negara
dan mereka memperhatikan pengkajian terhadap para pemimpin, tokoh-tokoh
menonjol, perbuatan dan kontroversi mereka. Akan tetapi, orientasi modern dalam
studi sejarah mengarahkan kepada studi tentang strata sosial bangsa yang
beragam, cara hidupnya, pranata sosialnya, keadaan sosial, ekonomi, dan
politik. Dalam artian sejarawan harus mengkaji seluruh aspek kehidupan
masyarakat.[11]
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Al-Jabarti lahir di Kairo 1753 M dan meninggal tahun 1805 M
merupakan salah satu beberapa tokoh besar di Mesir yang hidup di tiga periode
penguasa Mesir yaitu zaman Turki Usmani, masa pendudukan Perancis dan era
pemerintahan Muhammad Ali Pasha.
Perintis penulisan sejarah Islam awal di mesir adalah
al-jabarti, dalam penulisannya Ia menggambarkan masyarakat Mesir pada masa itu
dengan sempurna serta berusaha melakukan penelitian mendalam terhadap peristiwa
yang dialaminya. Dalm penulisan sejarah Islam Ia juga menyatakan dalam bukunya
ia menulis sejarah bukan karena perintah penguasa tetapi karena ia adalah
seorang ilmuan independen.
Al-Jabarti merupakan tokoh sejarawan besar yang menghidupi
historiografi Arab-Islam untuk pertama kalinya setelah sekian lama menghilang
di Mesir. Dua buah karyanya; Ajaib al-Atsar fi al-Tarajim wa al-Akhbar
dan Mazhar at-Taqdis. Buku Ajaib terdiri dari empat jilid. Buku
ini pernah dilarang beredar pada zaman pemerintahan Muhammad Ali Pasha tahun
1878 M. buku ini kembali beredar di Mesir tahun 1880 M.
Metode penulisan sejarah al-Jabarti dalam bentuk kombinasi
antara biografi dan kronikel. Karyanya banyak terinspirasi dari gurunya,
al-Muradi dan al-Murtadha. Al-Jabarti menggunakan sumber-sumber primer dalam
karyanya serta menggunakan hawliyat. Al-Jabarti sudah menggunakan
pendekatan tematik meskipun antara tema satu dengan tema lainnya tidak ada
hubungannya.
2. Saran
Dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh
karena itu kritik dan saran yang
membangun dari pembaca senantiasa pemakalah harapkan, yang nantinya dapat
dijadikan sebagai titian usaha perbaikan lebih lanjut.
Daftar Pustaka
Yatim,
Badri. 1997. Historiografi Islam.
Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
http://blog-kuelvisusanti1992.blogspot.co.id/2014/06/perkembangan-historiografi-islam-modern.html, pukul 17. 30, tgl 25-04-2016
[1] Badri yatim, Historiografi islam, (Jakarta: Logos Wacana
Ilmu, 1997). Hlm. 217
[2] Ibid.
[3] Ibid.
[4]http://blog-kuelvisusanti1992.blogspot.co.id/2014/06/perkembangan-historiografi-islam-modern.html, pukul 17. 30, tgl 25-04-2016
[5] Badri Yatim, Op. cit, hlm. 221
[7] Ibid.
[8] Ibid.
[9] Ibid.hlm. 224
[10] Badri Yatim, Op. cit. hlm. 225
[11] Ibid. hlm. 227
Tidak ada komentar:
Posting Komentar