Kamis, 21 Juli 2016

Kel. 7 Historiografi islam modern



Historografi Islam Modern
(Al-jabarti Penulisan Sejarah di Mesir Abad ke-19 Paska al-jabarti dan Historografi Arab Islam pada Abad ke-20)

Makalah Ini Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Historiografi Islam
Disusun Oleh Kelompok 7 :

Aidil Hasby ( 1532)
Desi Ambarwati (1532100)
Dewi Shintawati (1532100103)

Dosen Pembimbing:
Nyayu Soraya, M.Hum

Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan
Uin Raden Fatah Palembang
Tahun 2016/2017


DAFTAR ISI




BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Di penghujung abad ke-18, Mesir sudah memperlihatkan tanda-tanda kebangkitan. Mesir memang merupakan negeri muslim yang pertama mengalami kebangkitan kembali, setelah sekian lama mengalami kemunduran. Kebangkitan ini dimulai dengan munculnya beberapa orang penulis Mesir dalam berbagai disiplin ilmu. Dalam bidang sejarah, ‘Abd al-Rahman al-Jabarti dapat dikatakan sebagai pelopor dan perintis kebangkitan kembali Arab-Islam di Mesir pada abad ke-19.

 B. Rumusan Masalah

1.    Bagaimana Biografi Al-Jabarti ?
2.    Apa Karya-karya Al-Jabarti ?
3.   Bagaiman  Penulisan sejarah masa Al-Jabarti ?
4.    Bagaimana Penulisan sejarah di Mesir abad ke-19 pasca Al-Jabarti ?
5.  Bagaimana  Historiografi Arab Islam pada abad ke-20 ?
C. Batasan Masalah
1. Hanya membahas Biografi Al-jabarti
2. Hanya membahas Karya-karya Al-jabarti
3. Hanya membahas penulisan sejarah masa Al-jabarti
4.Hanya membahas penulisan sejarah di mesir abad ke-19 pasca Al-jabarti
5. Hnya membahas historiografi Arab pada abad ke-20









BAB II
PEMBAHASAN

  Perkembangan Historiografi Islam Modern

A. Biografi al-jabarti

Nama lengkap al-Jabarti adalah Abd al-Rahman Ibn Hasan al-Jabarti, lahir di Kairo tahun 1163 H/ 1753 M. (Abdullah, 2004: 56). Al-Jabarti dinisbatkan pada Jabart yaitu sebuah karang kecil di negeri Habasyah (Ethiopia), negeri asal nenek moyang.
Al-Jabarti berasal dari keluarga yang taat beragama dan aktif berkecimpung di dunia ilmiyah. Beberapa orang diantaranya dikenal sebagai ilmuwan di al-Azhar, Mesir. Ayahnya sendiri, Hasan al-Jabarti (w. 1179 H), adalah seorang ahli ilmu keagamaan islam dan ilmu pasti, terutama Astronomi dan Geografi dan mengajar di al-Azhar. (yatim, 1997: 218) Al-Jabarti adalah sejarawan Mesir terkenal yang hidup di tiga periode politik Mesir; 1). Zaman pemerintahan Turki Ustmani di Mesir yang berakhir tahun 1798; 2). Zaman pendudukan Perancis (1798-1801) dan 3). Zaman pemerintahan Muhammad Ali Pasya yang dimulai tahun 1805 M.[1]
Pendidikan formal pertamanya yang dilalui al-Jabarti adalah di Madrasah as-Samaniyah, Kairo. Disamping menuntut ilmu di madrasah ini, pada waktu yang sama, sepulang dari madrasah, ia juga belajar berbagai ilmu keagamaan dari ayahnya dan dari ulama-ulama yang datang ke rumahnya. Setelah itu, al-Jabarti melanjutkan pendidikannya di al-Azhar sambil terus belajar ilmu astronomi, matematika dan hikmah dari ayahnya.
Demikianlah pendidikan yang dilalui sampai ayahnya meninggal dunia pada 1179 H, ketika ia masih berusia 21 tahun. Dalam lapangan ilmu, al-Jabarti sebenarnya melanjutkan tradisi ilmiyah yang sudah dikembangkan oleh anggota keluarga al-Jabarti lebih dahulu. Sebagaimana ayahnya, dia juga menjadi salah seorang ulama besar al-Azhar, Kairo, Mesir. Disamping itu, al-Jabarti juga memberi pengajaran di masjid-masjid dan rumahnya.

  B. Penulisan sejarah Al-jabarti

Dalam penulisan sejarah Mesir pada masa Turki Usmani, al-Jabarti mempunyai kelebihan dibandingkan dengan sejarawan lainnya karena,
a.Ia menggambarkan masyarakat Mesir pada masa itu dengan sempurna serta berusaha melakukan penelitian mendalam terhadap peristiwa yang dialaminya.[2]
b. Ia menyatakan dalam bukunya ia menulis sejarah bukan karena perintah penguasa karena ia adalah seorang ilmuan independen. (Yatim, 1997: 219)
Pada masa pemerintahan kerajaan Ottoman atau Usmani di dunia Arab (1517-1922) yang berpusat di Istanbul, Turki, buku-buku sejarah yang bermutu tidak banyak lagi muncul dalam bahasa Arab, tetapi dalam bahasa Turki. Ketika Abdurrahman al-Jabarti muncul dengan karya besar sejarahnya, dia kemudian dinilai dengan sebagai seorang pahlawan sejarah Arab-Islam.

C. Karya-karya al-jabarti

Dalam bidang sejarah, al-Jabarti menulis dua buah karya buku penting, yang pertama buku yang berjudul “Aja’ib al-Atsar fi al-Tarajim wa al-Akhbar” (Keanehan-keanehan Peninggalan tentang Biografi dan Kabar Berita). Terdiri dari empat jilid yang lebih dikenal dengan nama “Tarikh al-Jabarti” dan buku yang berjudul “Mazhab at-Taqdis”. Buku Aja’ib memotret peristiwa-peristiwa yang terjadi di Mesir, terutama di Kairo mulai dari tahun 1688 M/ 1000 H sampai dengan 1821 M/ 1236 H.[3]
Karya al-Jabarti berisi catatan berbagai peristiwa dan data-data kematian. Penulis memulai karyanya dengan pengantar singkat dan uraian peristiwa hingga era Utsmani. Jilid I buku Aja’ib ditutup dengan catatan kematian Muhammad Bek Abi Dzahab. Jilid III, membahas sejarah Mesir semenjak kedatangan misi Perancis di bawah kepemimpinan Napoleon Bonaparte. (Abdullah, 2004: 58)
Dalam perkembangan selanjutnya, Aja’ib al-Atsar dilarang beredar di Mesir pada tahun 1878 M karena menyebutkan kejelekan yang terjadi pada zaman pemerintahan Muhammad Ali Pasha. Pada tahun itu, sebagian dari buku itu saja yang diterbitkan dan baru pada tahun 1880 M buku tersebut data diterbitkan secara lengkap yaitu pada zaman Khudaywi Tawfiq. Bangsa Perancis sejak dini telah berusaha menerjemahkan buku itu dan menerbitkannya karena di dalamnya terdapat ulasan tentang penjajahan Perancis terhadap Mesir, keberadaan penduduk aslinya, serta para panglima dan kekuasaannya. (Amin, 1995: 276)
Secara garis besar sesuai dengan judulnya, karya ini dibagi atas dua bagian; bagian pertama tentang peristiwa-peristiwa sejarah dan bagian kedua tentang biografi para tokoh. Yang terakhir ini mempunyai nilai sosial yang sangat besar karena ia menggambarkan secara terinci kehidupan penduduk dunia islam bagian Timur.
Adapun karya yang lain, yaitu berjudul “Mazhab at-Taqdis” merupakan sebuah catatan terinci tentang proses pendudukan Perancis atas Mesir. Buku ini diterbitkan kembali  bahasa Arab dalam bentuk ringkasan pada tahun 1960-an, tanpa suntingan dan dibagikan di sekolah-sekolah yang berada di bawah kordinasi Departemen Pendidikan dan Pengajaran Mesir. Bentuk utuh buku ini dalam bahasa Arab tidak pernah terbit lagi, tetapi terjemahannya oleh Cardin, terbit di Paris pada 1838 M dalam bahasa Turki dan Bahasa Perancis.

D.  Penulisan sejarah di Mesir abad ke-19 pasca al-Jabarti

Gerakan kebangkitan yang dipelopori oleh al-Jabarti terputus beberapa tahun ketika terjadi pendudukan Napoleon dari Perancis atas Mesir (1798-1802 M). Namun pendudukan itu memberikan konstribusi bagi kebangkitan Mesir pada masa selanjutnya, termasuk dalam bidang sejarah.[4]
Setelah Perancis meninggalkan Mesir, penguasa baru Mesir Muhammad Ali Pasya bertekad untuk memulai pembangunan Mesir dengan meniru Barat. Sekolah-sekolah baru dibuka dan para mahasiswa dikirim ke Eropa.[5] Muhammad Ali Pasya pada waktu itu menggalakkan gerakan penterjemahan. Di awal abad ke 19, muncul dua kelompok yang menjadi pelopor kedua setelah al-Jabarti dalam kebangkitan penulisan sejarah. Yang pertama adalah kelompok Rifaah al-Thahthawi yang memiliki latar belakang pendidikan islam di al-Azhar, kemudian menambah pengetahuan dilembaga pendidikan di Perancis dan sebagai penuntut ilmu di lembaga-lembaga bahasa yang didirikan Perancis.[6] Sedangkan kelompok kedua adalah kelompok ‘Ali Mubarak yang mempunyai latar belakang pendidikan dalam bidang ilmu pengetahuan  teknik, astronomi dan arkeologi. Kedua kelompok ini didalam penulisan sejarah dipengaruhi oleh literatur dan pengetahuan kebudayaan Perancis. Mereka juga menggunakan referensi buku-buku sejarah yang ditulis masa Klasik dan Pertengahan Islam, serta referensi Barat modern.
Menurut Mu’in Umar, ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebangkitan penulisan sejarah di Mesir pada abad ke-19, yaitu:
a.    Adanya gerakan pembaharuan menjelang akhir kekuasaan Ismail Pasya pada pertengahan abad ke-19.[7]
b.    Semenjak awal abad ke-19, ahli-ahli Eropa melakukan penelitian Arkeologi di Mesir. Hal itu memberi pengaruh yang besar bagi ahli-ahli Mesir untuk mempergunakan bahan-bahan hasil penelitian Arkeologi itu dalam penulisan sejarah pada abad ke-19.
c.    Keberhasilan Rifaah al-Thahthawi menempatkan sejarah sebagai ilmu yang berdiri sendiri, sehingga di ajarkan ilmu sejarah di sekolah sampai pada tingkat menengah. Lulusannya kemudian dikirim ke Eropa untuk melanjutkan studinya dalam ilmu sejarah.
d.   Adanya percetakan. Pada masa Muhammad Ali Pasya, tepatnya pada tahun 1822 M didirikan satu unit percetakan Bulaq.
e.    Munculnya penerbitan harian dan berkala, artikel-artikel sejarah banyak ditulis dalam penerbitan media massa itu.
f.     Rifa’ah dan Ali Mubarak melakukan editing naskah-naskah kuno untuk kemudian diterbitkan. Usaha ini sangat membantu rakyat Mesir untuk memperoleh pengetahuan warisan sejarah mereka dimasa silam.[8]
g.    Berdirinya himpunan-himpunan ilmu pengetahuan dalam bidang sejarah. Himpunan yang pertama adalah Institut Egyptian pada tahun 1798 M yang didirikan oleh Napoleon. (Umar, 1987: 164-169)
Berbeda dengan penulisan sejarah pada masa Islam Klasik dan Pertengahan yang sedikit sekali melakukan kritik, analisis, dan perbandingan, penulisan sejarah Mesir pada abad ke-19 dipengaruhi oleh penulisan metode ilmu pengetahuan baru dengan mengikuti buku-buku sejarah Eropa. Mereka mencoba mengkritik, menganalisis, membandingkan dan memberikan pandangan mereka tentang apa yang mereka tulis. Dalam hal ini, mereka juga sudah menggunakan ilmu-ilmu bantu sejarah seperti dokumen, numismatik, arkeologi, inskripsi, ekspolari, geografi dan lain-lain.
Menurut Umar (1987: 169) Ahli-ahli sejarah tidak hanya tertumpu kepada sejarah mesir dan islam tetapi juga menyajikan masalah-masalah lain yang tidak begitu dikenal di dalam periode islam. ahli sejarah menyajikan berbagai ragam sejarah seperti:
a. Sejarah dunia
b. Sejarah negara-negara tetangga
c. Memoar pribadi
d. Sejarah umum mengenai mesir
e. Sejarah topografi dan sejarah kota
f. Sejarah mesir abad ke-19 M di bawah kekuasaan dinasti muhammad ali
g. Biografi-biografi
h. Novel sejarah
i. Penulisan sejarah dalam bahasa asing


Adapun pengaruh penulisan sejarah bagi rakyat mesir adalah sebagai berikut:
a. Membangkitkan kesadaran sejarah yang mendorong orang-orang mesir berminat kepada sejarah pada umumnya dan sejarah mesir pada khususnya dalam aneka ragam masanya.[9]
b.Membangkitkan rasa patriotisme dan mengokohkan semangat nasionalisme.

E. Historiografi Arab Islam pada abad ke-20

Sejak awal abad ke-20, barat menjadi kiblat dalam historiografi islam. di barat kemajuan-kemajuan ilmiah, termasuk dalam bidang sejarah, dengan cepat terjadi. Volteire memulai perubahan dalam penulisan sejarah, dalam karyanya the age of louis XIV (1751) ia menguraikan masyarakat perancis sebagai satu kesatuan. Ia berusaha menyajikan suatu pandangan yang komprehensif dengan meneliti banyak segi kehidupan dan kebudayaannya, seperti peperangan, ilmu pengetahuan, kesusasteraan, kesenian dan agama.[10]
Perkembangan penulisan sejarah islam tidak begitu cepat mengikuti perubahan yang terjadi di barat.  Para sejarawan arab banyak mengajukan kritik terhadap corak penulisan sejarah islam tradisional.
Menurut Dr. Sayyidah ismail kasyif, guru besar sejarah islam pada universitas syams. Para sejarawan hingga awal abad ke-20, dalam pembahasan sejarah hanya berorientasi kepada pembahasan peristiwa-peristiwa politik negara dan mereka memperhatikan pengkajian terhadap para pemimpin, tokoh-tokoh menonjol, perbuatan dan kontroversi mereka. Akan tetapi, orientasi modern dalam studi sejarah mengarahkan kepada studi tentang strata sosial bangsa yang beragam, cara hidupnya, pranata sosialnya, keadaan sosial, ekonomi, dan politik. Dalam artian sejarawan harus mengkaji seluruh aspek kehidupan masyarakat.[11]























BAB III
PENUTUP

 1.   Kesimpulan

Al-Jabarti lahir di Kairo 1753 M dan meninggal tahun 1805 M merupakan salah satu beberapa tokoh besar di Mesir yang hidup di tiga periode penguasa Mesir yaitu zaman Turki Usmani, masa pendudukan Perancis dan era pemerintahan Muhammad Ali Pasha.
Perintis penulisan sejarah Islam awal di mesir adalah al-jabarti, dalam penulisannya Ia menggambarkan masyarakat Mesir pada masa itu dengan sempurna serta berusaha melakukan penelitian mendalam terhadap peristiwa yang dialaminya. Dalm penulisan sejarah Islam Ia juga menyatakan dalam bukunya ia menulis sejarah bukan karena perintah penguasa tetapi karena ia adalah seorang ilmuan independen.
Al-Jabarti merupakan tokoh sejarawan besar yang menghidupi historiografi Arab-Islam untuk pertama kalinya setelah sekian lama menghilang di Mesir. Dua buah karyanya; Ajaib al-Atsar fi al-Tarajim wa al-Akhbar dan Mazhar at-Taqdis. Buku Ajaib terdiri dari empat jilid. Buku ini pernah dilarang beredar pada zaman pemerintahan Muhammad Ali Pasha tahun 1878 M. buku ini kembali beredar di Mesir tahun 1880 M.
Metode penulisan sejarah al-Jabarti dalam bentuk kombinasi antara biografi dan kronikel. Karyanya banyak terinspirasi dari gurunya, al-Muradi dan al-Murtadha. Al-Jabarti menggunakan sumber-sumber primer dalam karyanya serta menggunakan hawliyat. Al-Jabarti sudah menggunakan pendekatan tematik meskipun antara tema satu dengan tema lainnya tidak ada hubungannya.

2.      Saran

Dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu  kritik dan saran yang membangun dari pembaca senantiasa pemakalah harapkan, yang nantinya dapat dijadikan sebagai titian usaha perbaikan lebih lanjut.




Daftar Pustaka
Yatim, Badri. 1997. Historiografi Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.





[1] Badri yatim, Historiografi islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997). Hlm. 217
[2] Ibid.
[3] Ibid.
[5] Badri Yatim, Op. cit, hlm. 221

[7] Ibid.
[8] Ibid.
[9] Ibid.hlm. 224
[10] Badri Yatim, Op. cit. hlm. 225
[11] Ibid. hlm. 227

Tidak ada komentar:

Posting Komentar