Pembelajaran
Kooperatif Model Tari Bambu (Bamboo Dancing) dan Pembelajaran Kooperatif Model Two Stay Two Stray (TSTS)
Disusun Sebagai Tugas Kelompok
Mata Kuliah Ilmu Pendidikan Islam
Dosen Pengampu: Nurlaila, M.Pd.I
Disusun Oleh Kelompok 10:
Askur Hadi
(1532100088)
Dhea Amelya
(1532100104)
UNIVERSITAS
ISLAM NEGRI RADEN FATAH PALEMBANG
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TAHUN AJARAN 2015/2016
Pembelajaran Kooperatif Model Tari
Bambu (Bamboo Dancing)
v Langkah-langkah
belajar kooperatif Tari Bambu
Adapun langkah-langkah
belajar kooperatif tari bambu adalah sebagai berikut.
1.
Pembelajaran
diawali dengan pengenalan topik oleh guru. Pada tahap ini guru dapat menuliskan
topik atau melakukan tanya jawab kepada siswa berkaitan dengan pengetahuan
peserta didik tentang topik yang diberikan. Langkah ini perlu dilakukan aar
siswa lebih siap menghadapi materi yang baru.
2.
Guru
membagi kelas menjadi dua kelompok besar. Misalkan jika dalam kelas terdapat 40
anak, maka tiap kelompok besar terdiri 20 orang.
3.
Pada
kelompok besar 20 orang, kemudian dibagi menjadi dua kelompok masing-masing 10
orang diatur yang saling berhadap-hadapan dengan 10 orang lainnya, dengan
posisi berdiri. Pasangan ini disebut dengan pasangan awal.
4.
Kemudian
guru membagikan topik yang berbeda-beda kepada masing-masing pasangan untuk
didiskusikan. Dalam langkah ini guru memberi waktu yang cukup agar materi yang
didiskusikan benar-benar dipahami siswa.
5.
Usai
berdiskusi, 20 orang dari tiap-tiap kelompok besar yang berdiri berjajar saling
berhadapan itu bergeser mengikuti arah jarum jam. Dengan cara ini tiap-tiap
peserta didik mendapat pasangan baru dan saling berbagi informasi yang berbeda,
demikian seterusnya. Pergerakan searah jarum jam baru berhenti ketika peserta
didik kembali ke tempat asalnya. gerakan saling bergeser dan berbagai informasi
inilah menyerupai gerakan pohon bambu yang menari-nari.
6.
Hasil
diskusi tiap-tiap kelompok besar kemudian dipresentasikan kepada seluruh kelas.
Melalui kegiatan ini dimaksudkan agar pengetahuan hasil diskusi oleh tiap-tiap
kelompok besar dapat diobyektifkan dan menjadi pengetahuan bersama seluruh
kelas. Metode ini sangat bermanfaat guna membangun kebersamaan antar siswa.
Dalam metode ini tidak terjadi persaingan, karena siswa saling berbagi in
formasi.
v Kelebihan
dan Kekurangan Model Tari Bambu (Bamboo Dancing)
a.
Kelebihan
Model Belajar Kooperatif Tari Bambu
1.
Siswa
dapat bertukar pengalaman dengan sesamanya dalam proses pembelajaran.
2.
Meningkatkan
kerjasama diantara siswa.
3.
Meningkatkan
toleransi antara sesama siswa.
b.
Kekurangan
Model Belajar Kooperatif Tari Bambu
1.
Kelompok
belajarnya terlalu banyak sehingga menyulitkan proses belajar mengajar.
2.
Siswa
lebih banyak bermain dari pada belajar.
3.
Memerlukan
periode waktu yang cukup panjang.
Walaupun model belajar koopertaif tari bambuini memiliki beberapa
kekurangan , namun jika guru dapat mengatur kegiatan pembelajaran dengan baik,
Insya Allah kekurangan tersebut dapat teratasi dengan baik.
Pembelajaran Kooperatif Model Two Stay Two Stray (TSTS)
A.Pengertian
Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah model TSTS. “Dua tinggal dua tamu” yang dikembangkan oleh Spencer Kagan 1992 dan biasa digunakan bersama dengan model Kepala Bernomor (Numbered Heads). Struktur TSTS yaitu salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada kelompok membagikan hasil dan informasi kepada kelompok lain. Hal ini dilakukan karena banyak kegiatan belajar mengajar yang diwarnai dengan kegiatan-kegiatan individu. Siswa bekerja sendiri dan tidak diperbolehkan melihat pekerjaan siswa yang lain. Padahal dalam kenyataan hidup di luar sekolah, kehidupan dan kerja manusia saling bergantung satu sama lainnya
Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah model TSTS. “Dua tinggal dua tamu” yang dikembangkan oleh Spencer Kagan 1992 dan biasa digunakan bersama dengan model Kepala Bernomor (Numbered Heads). Struktur TSTS yaitu salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada kelompok membagikan hasil dan informasi kepada kelompok lain. Hal ini dilakukan karena banyak kegiatan belajar mengajar yang diwarnai dengan kegiatan-kegiatan individu. Siswa bekerja sendiri dan tidak diperbolehkan melihat pekerjaan siswa yang lain. Padahal dalam kenyataan hidup di luar sekolah, kehidupan dan kerja manusia saling bergantung satu sama lainnya
B.Tujuan
Dalam model pembelajaran kooperatif TSTS ini memiliki tujuan yang sama dengan pendekatan pembelajaran kooperatif yang telah di bahas sebelumnya. Siswa di ajak untuk bergotong royong dalam menemukan suatu konsep. Penggunaan model pembelajaran kooperatif TSTS akan mengarahkan siswa untuk aktif, baik dalam berdiskusi, tanya jawab, mencari jawaban, menjelaskan dan juga menyimak materi yang dijelaskan oleh teman. Selain itu, alasan menggunakan model pembelajaran Two Stay Two Stray ini karena terdapat pembagian kerja kelompok yang jelas tiap anggota kelompok, siswa dapat bekerjasama dengan temannya, dapat mengatasi kondisi siswa yang ramai dan sulit diatur saat proses belajar mengajar. Dengan demikian, pada dasarnya kembali pada hakekat keterampilan berbahasa yang menjadi satu kesatuan yaitu membaca, berbicara, menulis dan menyimak. Ketika siswa menjelaskan materi yang dibahas oleh kelompoknya, maka tentu siswa yang berkunjung tersebut melakukan kegiatan menyimak atas apa yang di jelaskan oleh temannya. materi kepada teman lain. Demikian juga ketika siswa kembali ke kelompoknya untuk menjelaskan materi apa yang di dapat dari kelompok yang dikunjungi. Siswa yang kembali tersebut menjelaskan materi yang di dapat dari kelompok lain, siswa yang bertugas menjaga rumah menyimak hal yang dijelaskanoleh temannya.
Dalam model pembelajaran kooperatif TSTS ini memiliki tujuan yang sama dengan pendekatan pembelajaran kooperatif yang telah di bahas sebelumnya. Siswa di ajak untuk bergotong royong dalam menemukan suatu konsep. Penggunaan model pembelajaran kooperatif TSTS akan mengarahkan siswa untuk aktif, baik dalam berdiskusi, tanya jawab, mencari jawaban, menjelaskan dan juga menyimak materi yang dijelaskan oleh teman. Selain itu, alasan menggunakan model pembelajaran Two Stay Two Stray ini karena terdapat pembagian kerja kelompok yang jelas tiap anggota kelompok, siswa dapat bekerjasama dengan temannya, dapat mengatasi kondisi siswa yang ramai dan sulit diatur saat proses belajar mengajar. Dengan demikian, pada dasarnya kembali pada hakekat keterampilan berbahasa yang menjadi satu kesatuan yaitu membaca, berbicara, menulis dan menyimak. Ketika siswa menjelaskan materi yang dibahas oleh kelompoknya, maka tentu siswa yang berkunjung tersebut melakukan kegiatan menyimak atas apa yang di jelaskan oleh temannya. materi kepada teman lain. Demikian juga ketika siswa kembali ke kelompoknya untuk menjelaskan materi apa yang di dapat dari kelompok yang dikunjungi. Siswa yang kembali tersebut menjelaskan materi yang di dapat dari kelompok lain, siswa yang bertugas menjaga rumah menyimak hal yang dijelaskanoleh temannya.
Dalam proses
pembelajaran dengan model two stay two stray, secara sadar ataupun tidak sadar,
siswa akan melakukan salah satu kegiatan berbahasa yang menjadi kajian untuk
ditingkatkan yaitu keterampilan menyimak. Dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif TSTS seperti itu, siswa akan lebih banyak melakukan kegiatan
menyimak secara langsung, dalam artian tidak selalu dengan cara menyimak apa
yang guru utarakan yang dapat membuat siswa jenuh.
Dengan penerapan model
pembelajaran TSTS, siswa juga akan terlibat secara aktif, sehingga akan
memunculkan semangat siswa dalam belajar (aktif).
Sedangkan tanya jawab dapat dilakukan oleh siswa dari kelompok satu dan yang lain, dengan cara mencocokan materi yang didapat dengan materi yang disampaikan. Dengan begitu, siswa dapat mengevaluasi sendiri, seberapa tepatkah pola pikirnya terhadap suatu konsep dengan pola pikir narasumber. Kemudian bagi guru atau peneliti, menjadi acuan evaluasi berapa persenkah keberhasilan penggunaan model pemelajaran kooperatif two stay two stray ini dalam meningkatkan keterampilan menyimak siswa.
C. Langkah-langkah model pembelajaran Two Stay Two Stray
Sedangkan tanya jawab dapat dilakukan oleh siswa dari kelompok satu dan yang lain, dengan cara mencocokan materi yang didapat dengan materi yang disampaikan. Dengan begitu, siswa dapat mengevaluasi sendiri, seberapa tepatkah pola pikirnya terhadap suatu konsep dengan pola pikir narasumber. Kemudian bagi guru atau peneliti, menjadi acuan evaluasi berapa persenkah keberhasilan penggunaan model pemelajaran kooperatif two stay two stray ini dalam meningkatkan keterampilan menyimak siswa.
C. Langkah-langkah model pembelajaran Two Stay Two Stray
1.
Adapun langkah-langkah
model pembelajaran Dua Tinggal Dua Tamu (dalam Lie, 2002:60-61) adalah sebagai berikut.
Siswa bekerja sama dalam kelompok berempat seperti biasa.
Siswa bekerja sama dalam kelompok berempat seperti biasa.
2.
Setelah selesai, dua
siswa dari masing-masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan
masing-masing bertamu ke kelompok yang lain.
3.
Dua siswa yang tinggal
dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu
mereka.
4.
Tamu mohon diri dan
kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok
lain.
5.
Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil
kerja mereka
D. Tahapan-tahapan dalam model pembelajaran TSTS
Pembelajaran kooperatif model TSTS
terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut.
1. Persiapan
Pada tahap persiapan ini, hal yang dilakukan guru adalah membuat silabus dan sistem penilaian, desain pembelajaran, menyiapkan tugas siswa dan membagi siswa menjadi beberapa kelompok dengan masing-masing anggota 4 siswa dan setiap anggota kelompok harus heterogen berdasarkan prestasi akademik siswa dan suku.
Pada tahap persiapan ini, hal yang dilakukan guru adalah membuat silabus dan sistem penilaian, desain pembelajaran, menyiapkan tugas siswa dan membagi siswa menjadi beberapa kelompok dengan masing-masing anggota 4 siswa dan setiap anggota kelompok harus heterogen berdasarkan prestasi akademik siswa dan suku.
2. PresentasiGuru
Pada tahap ini guru menyampaikan indikator pembelajaran, mengenal dan menjelaskan materi sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat.
Pada tahap ini guru menyampaikan indikator pembelajaran, mengenal dan menjelaskan materi sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat.
3. KegiatanKelompok
Pada kegiatan ini pembelajaran menggunakan lembar kegiatan yang berisi tugas-tugas yang harus dipelajari oleh tiap-tiap siswa dalam satu kelompok. Setelah menerima lembar kegiatan yang berisi permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan konsep materi dan klasifikasinya, siswa mempela-jarinya dalam kelompok kecil (4 siswa) yaitu mendiskusikan masalah tersebut bersama-sama anggota kelompoknya. Masing-masing kelompok menyelesai-kan atau memecahkan masalah yang diberikan dengan cara mereka sendiri. Kemudian 2 dari 4 anggota dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya dan bertamu ke kelompok yang lain, sementara 2 anggota yang tinggal dalam kelompok bertugas menyampaikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu. Setelah memperoleh informasi dari 2 anggota yang tinggal, tamu mohon diri dan kembali ke kelompok masing-masing dan melaporkan temuannya serta mancocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.
Pada kegiatan ini pembelajaran menggunakan lembar kegiatan yang berisi tugas-tugas yang harus dipelajari oleh tiap-tiap siswa dalam satu kelompok. Setelah menerima lembar kegiatan yang berisi permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan konsep materi dan klasifikasinya, siswa mempela-jarinya dalam kelompok kecil (4 siswa) yaitu mendiskusikan masalah tersebut bersama-sama anggota kelompoknya. Masing-masing kelompok menyelesai-kan atau memecahkan masalah yang diberikan dengan cara mereka sendiri. Kemudian 2 dari 4 anggota dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya dan bertamu ke kelompok yang lain, sementara 2 anggota yang tinggal dalam kelompok bertugas menyampaikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu. Setelah memperoleh informasi dari 2 anggota yang tinggal, tamu mohon diri dan kembali ke kelompok masing-masing dan melaporkan temuannya serta mancocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.
4. Formalisasi
Setelah belajar dalam kelompok dan menyelesaikan permasalahan yang diberikan salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya untuk dikomunikasikan atau didiskusikan dengan kelompok lainnya. Kemudian guru membahas dan mengarahkan siswa ke bentuk formal.
Setelah belajar dalam kelompok dan menyelesaikan permasalahan yang diberikan salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya untuk dikomunikasikan atau didiskusikan dengan kelompok lainnya. Kemudian guru membahas dan mengarahkan siswa ke bentuk formal.
5. EvaluasiKelompokdanPenghargaan
Pada tahap evaluasi ini untuk mengetahui seberapa besar kemampuan siswa dalam memahami materi yang telah diperoleh dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif model TSTS. Masing-masing siswa diberi kuis yang berisi pertanyaan-pertanyaan dari hasil pembelajaran dengan model TSTS, yang selanjutnya dilanjutkan dengan pemberian penghargaan kepada kelompok yang mendapatkan skor rata-rata tertinggi.
Pada tahap evaluasi ini untuk mengetahui seberapa besar kemampuan siswa dalam memahami materi yang telah diperoleh dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif model TSTS. Masing-masing siswa diberi kuis yang berisi pertanyaan-pertanyaan dari hasil pembelajaran dengan model TSTS, yang selanjutnya dilanjutkan dengan pemberian penghargaan kepada kelompok yang mendapatkan skor rata-rata tertinggi.
E. Kelebihan dan kekurangan model TSTS
Suatu model
pembelajaran pasti memiliki kekurangan dan kelebihan. Adapun kelebihan dari
model TSTS adalah sebagai berikut.
1. Dapat diterapkan pada
semua kelas/tingkatan
2. Kecenderungan belajar
siswa menjadi lebih bermakna
3. Lebih berorientasi pada
keaktifan.
4. Diharapkan siswa akan
berani mengungkapkan pendapatnya.
5. Menambah kekompakan dan
rasa percaya diri siswa.
6. Kemampuan berbicara
siswa dapat ditingkatkan.
7. Membantu meningkatkan
minat dan prestasi belajar
Sedangkan kekurangan
dari model TSTS adalah:
1. Membutuhkan waktu yang
lama
2. Siswa cenderung tidak
mau belajar dalam kelompok
3. Bagi guru, membutuhkan
banyak persiapan (materi, dana dan tenaga)
4. Guru cenderung
kesulitan dalam pengelolaan kelas.
Untuk mengatasi kekurangan pembelajaran kooperatif
model TSTS, maka sebelumpembelajaran guru terlebih dahulu mempersiapkan dan
membentuk kelompok-kelompok belajar yang heterogen ditinjau dari segi jenis
kelamin dan kemampuan akademis. Berdasarkan sisi jenis kelamin, dalam satu
kelompk harus ada siswa laki-laki dan perempuannya. Jika berdasarkan kemampuan
akademis maka dalam satu kelompok terdiri dari satu orang berkemampuan akademis
tinggi, dua orang dengan kemampuan sedang dan satu lainnya dari kelompok
kemampuan akademis kurang. Pembentukan kelompok heterogen memberikan kesempatan
untuk saling mengajar dan saling mendukung sehingga memudahkan pengelolaan
kelas karena dengan adanya satu orang yang berkemampuan akademis tinggi yang
diharapkan bisa membantu anggota kelompok yang lain.
F.Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kelebihan model TSTS adalah siswa lebih aktif dalam proses belajar mengajar dan pembelajaran menjadi lebih bermakna. Kekurangan model pembelajaran TSTS adalah teknik ini membutuhkan persiapan yang matang karena proses belajar mengajar dengan model TSTSmembutuhkan waktu yang lama dan pengelolaan kelas yang optimal. Selain itu berdasarkan hasil pembahasan di atas, dapat disarankan bahwa dalam menerapkan model Two Stay Two Stray hendaknya disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan oleh guru. Bagi guru selanjutnya disarankan agar tidak hanya menilai hasil belajar tapi juga menilai segala aktivitas atau keaktifan setiap siswa dalam melaksanakan langkah-langkah model ini.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kelebihan model TSTS adalah siswa lebih aktif dalam proses belajar mengajar dan pembelajaran menjadi lebih bermakna. Kekurangan model pembelajaran TSTS adalah teknik ini membutuhkan persiapan yang matang karena proses belajar mengajar dengan model TSTSmembutuhkan waktu yang lama dan pengelolaan kelas yang optimal. Selain itu berdasarkan hasil pembahasan di atas, dapat disarankan bahwa dalam menerapkan model Two Stay Two Stray hendaknya disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan oleh guru. Bagi guru selanjutnya disarankan agar tidak hanya menilai hasil belajar tapi juga menilai segala aktivitas atau keaktifan setiap siswa dalam melaksanakan langkah-langkah model ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar