MAKALAH
Pertumbuhan dan perkembangan pendidikan islam
pada masa kemunduran dan pembaharuan
Disusun Sebagai Tugas Kelompok
Mata Kuliah Ilmu Pendidikan
Islam
Dosen Pengampu: Nurlaila, M.Pd.I
Disusun
Oleh Kelompok 6:
Bagus Pamungkas (1532100092)
Aji Effendi (1532100079)
Askur Hadi (1532100088)
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI RADEN FATAH PALEMBANG
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TAHUN
AJARAN 2016/2017
Pertumbuhan
Dan Perkembangan Pendidikan Islam Pada Masa Kemunduran Dan Pembaharuan
A. Pendahuluan
Pendidikan
Islam berkembang dengan melalui beberapa masa. Pertama adalah masa awal
pembinaan pendidikan Islam, yaitu di masa Nabi Muhammad SAW. Kedua adalah
masa pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam terjadi pada masa Nabi SAW
dan khulafa’ al-rasyidin. Ketiga
adalah masa kejayaan pendidikan Islam yang terjadi pada masa pemerintahan
Dinasti Umayyah dan Dinasti Abbasiyah. Keempat adalah masa kemunduran
pendidikan Islam, karena kondisi umat Islam saat itu cenderung hanya berpikir
secara tradisional dan tidak mau berpikir dengan pola rasional. Kondisi ini
kirakira terjadi pada abad VIII sampai abad XIII M.[1]
Kemudian
kesadaran akan kelemahan dan ketertinggalan kaum muslimin dari bangsa-bangsa
eropa dalam berbagai bidang , telah imbul dari abad ke 11 H./17 M. Dengan
kekalahan-kekalahan yang diderita oleh kerajaan Turki Utsmani dalam peperangan
dengan Negara-negara Eropa. Kekalahan tersebut mendorong Raja-Raja dan
pemuka-pemuka kerajaan untuk menyelidiki sebab-sebab kekalahan mereka dan
rajasia keunggula lawan. Mereka mulai memperhatikan kemajuan yang dicapai oleh
Eropa, terutama Perancis yang merupakan pusat kemajuan kebudayaan Eopa pada asa
itu. Kemudian dikirim duta-duta untuk mempelajari kemajuan Eropa, terutama
dibidang militer dan kemajuan ilmu pengetahuan. Didatangkan pelatih-pelatih
militer dari eropa dan didirikan sekolah tekhnik militer pada tahun 1734 M.
Untuk pertama kalinya.[2]
Demikianlah
beberapa masa dalam pendidikan islam. Mulai dari masa pembinaan, sampai pada
masa kemunduran, dan masa pembaharuan. Inilah fluktuasi sejarah pendidikan
islam dari masa rasulullah sampai sekarang.
Dalam
makalah ini akan dibahas tentang pertumbuhan dan perkembangan pendidikan islam
pada masa kemunduran dan pembaharuan, yang melingkupi latar belakang sosial
politik, faktor-faktor, dan profil tokoh-tokohnya, sampai usaha-usaha
pembaharuan pendidikan islam dan tokoh-tokoh pembaharunya.
B. Pembahasan
1. Latar Belakang Sosial Politik Kemunduran Pendidikan Islam
Tampilnya
dinasti Abasiyah yang menggantikan dinasti Umayyah dalam peradaban Islam
membawa corak baru dalam budaya Islam dan terutama dalam bidang pendidikan
Islam. Pada periode pertama dinasti Abasiyah (132 H/750 M-232 H/847 M), dunia
pendidikan Islam mengalami masa kejayaannya (lahirnya sekolah-sekolah yang tak terhitung
banyaknya yang tersebar dari kota-kota sampai desa-desa) dan sekaligus pada
periode kedua dinasti Abasiyah (847 M-942 M) menjadi awal kemunduran
intelektual Islam dan terlihat nyata pada periode kelima (akhir dinasti
abasiyah 1258 M.[3]
Hal ini sesuai dengan
siklus sejarah yang bersifat faktual yang dijelaskan oleh Ibnu Khaldun dalam Muqaddimahnya,
yaitu ada generasi perintis, generasi penerus, generasi penikmat, dan generasi
penghancur. Beberapa hal yang melatar belakangi dinasti tersebut mundur/hancur,
tentunya juga berpengaruh terhadap pelaksanaan pendidikan Islam di dunia.
Adapun beberapa hal yang menjadi akar kehancurannya yaitu; adanya faktor
internal (konflik dalam keluarga Istana, dominasi militer, keuangan, berdirinya
dinasti-dinasti kecil, luasnya wilayah, dan fanatisme keagamaan/aliran-aliran)
dan faktor eksternal (terjadinya perang salib dan serangan tentara Mongol).[4]
Sedangkan
Islam di bagian Barat telah mengalami kemajuan dan kesuksesan selama kurang
lebih delapan abad. Spanyol dengan pusat ibu kotanya di Cordova telah menjadi
kiblat ilmu pengetahuan yang menyaingi Baghdad. Perkembangan ilmu pengetahuan
di Spanyol juga mengalami kemandekan bahkan kemunduran sebagaimana kota Baghdad
karena beberapa faktor: (1) adanya konflik kekeluargaan karena tidak jelasnya
sistem peralihan kekuasaan diantara ahli waris, (2) lemahnya figur dan
kharismatik para khalifah pengganti, (3) perselisihan di kalangan umat Islam
sendiri, (4) konflik Islam dengan Kristen di dalam negeri karena kebijakan pemerintah
tidak melakukan islamisasi secara sempurna, (5) munculnya kerajaan-kerajaan
kecil yang saling berebut kekuasaan.[5] Dalam
posisi yang lemah tersebut kemudian dimanfaatkan oleh orang Kristen Spanyol
untuk menyerang dan menghancurkan Islam. Hancurnya kekuasaan Islam di Baghdad
dan Cordova adalah sebagai faktor utama yang melatar belakangi kemunduran
pendidikan Islam.
Kemunduran
pendidikan islam pada masa ini terlihat jelah bahwa yang menjadi penyebab utama
adalah adanya konflik dalam
keluarga Istana, dominasi militer, keuangan, berdirinya dinasti-dinasti kecil,
luasnya wilayah, dan fanatisme keagamaan/aliran-aliran dan juga terjadinya
perang salib dan serangan tentara Mongol terhadap dinasti abassiyah yang
menyebabkan pendidikan islam mengalami kemunduran.
2. Faktor-Faktor Penyebab Kemunduran Pendidikan Islam
Dalam
sejarah kehancuran total yang dihadapi kota-kota pendidikan dan kebudayaan
Islam yang mengakibatkan runtuhnya sendi-sendi pendidikan Islam dan melemahnya
pemikiran Islam yaitu disebabkan:
a. Berlebihannya filsafat
Islam yang bersifat sufistik
Hal ini yang dimasukkan oleh Al-Ghazali
dalam alam islami di timur, dan berkelebihan pula Ibn Rusyd dalam memasukkan
filsafatnya yang bercorak rasionalistis ke dunia islam barat. Al-Ghazali dengan
alam filsafatnya menuju ke arah bidang rohaniah hingga menghilang ia ke dalam
mega alam tasawuf. Sedangkan Ibn Rusyd dengan filsafatnya menuju ke arah yang
bertentangan dengan Al-Ghazali, maka Ibn Rusyd dengan filsafatnya menuju ke
jurang materialisme.[6]
b.
Umat Islam melalaikan ilmu
pengetahuan dan kebudayaan
Umat islam, terutama para pemerintahnya,
(Khalifah, sultan, Amir-amir), melalaikan ilmu pengetahuan dan kebudayaan, dan
tidak memberi kesempatan untuk berkembang. Kalau pada mulanya para pejabat
pemerintah sangat memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan, dengan
memberikan penghargaan yang tinggi keada para ahli ilmu pengetahuan, maka pada
masa menurun dan melemahnya kehidupan umat islam ini, para ahli ilmu
pengetahuan umumnya terlibat dalam urusan-urusan pemerintahan, sehingga
melupakan perkembangan ilmu pengetahuan.[7]
c.
Terjadinya
pemberontakan-pemberontakan
Terjadinya pemberontakan-pemberontakan yang
dibarengi dengan serangan dari luar, sehingga menimbulkan kehancuran-kehancuran
yang mengakibatkan berhentinya kegiatan-kegiatan pengembangan ilmu pengetahuian
dan kebudayaan di dunia islam.[8]
d. Sedikitnya kurikulum Islam
Mahmud
Yunus menjelaskan tentang sedikitnya materi kurikulum dan mata pelajaran umum
yang ada di madrasah-madrasah, seperti menafikan perhatian kepada ilmu-ilmu
kealaman dan hanya terbatas pada ilmu-ilmu keagamaan yang ditambah dengan
sedikit gramatikal dan bahasa sebagai alat yang diperlukan. Dengan penyempitan
kurikulum yang ada juga sudah mulai meninggalkan ilmu-ilmu keagamaan yang murni
(tafsir hadits, fiqih, usul fiqih, ilmu kalam, dan teologi Islam). Sedangkan
ilmu-ilmu keagamaan yang ada adalah yang tujuannya untuk mendekatkan diri
kepada Allah dan menyucikan diri dan ditambah dengan pendidikan sufi.[9]
e. Tertutupnya pintu ijtihad
Ini
disebabkan dengan runtuhnya kota-kota pendidikan Islam, sehingga pelaksanaan
pendidikan Islam banyak dilaksanakan dirumah-rumah para ulama yang pada
akhirnya madrasah-madrasah kurang berfungsi. Namun demikian, pendidikan di
madrasah masih terus dilakukan akan tetapi dengan mata pelajaran yang beraliran
sufi dan sehingga para ulama banyak yang meninggalkan ijtihad. Selain itu, hal
ini akan mengakibakan semakin ditinggalkannya pendidikan intelektual yang
mengakibatkan semakin statis kebudayaan Islam karena daya intelektual generasi
penerus tidak mampu mengadakan kreasi-kreasi budaya yang baru, bahkan ketidak
mampuan untuk mengatasi persoalan-persoalan baru yang muncul.[10]
faktor-faktor
penyebab kemunduran pendidikan islam ini dikarenakan Berlebihannya filsafat
Islam yang bersifat sufistik, Umat Islam melalaikan ilmu pengetahuan dan
kebudayaan, Terjadinya pemberontakan-pemberontakan, Sedikitnya kurikulum pendidikan Islam dan Tertutupnya pintu ijtihad.
3. Profil Tokoh-Tokoh Pada Masa Kemunduran Pendidikan Islam
a. Muhammad Ali Pasya
Muhammad
Ali Pasha lahir bulan Januari 1765 di Kavala Albania Yunani dekat pantai
Macedonia dan meninggal di Mesir pada tahun 1849. Dialah pendiri dinasti Mesir
yang keturunannya memerintah Mesir sampai tahun 1952. Sejak kecil ia memiliki
keterampilan dan kecerdasan luar biasa. Dalam perjalanan kariernya, banyak
usaha yang dilakukan untuk memperbaharukan atau memodenisir keadaan umat islam
yang telah jauh tertinggal dari negara-negara Barat. Orang tuanya bekerja
sebagai penjual rokok, dari kecil ia sudah harus bekerja, dia tak pernah
memperoleh kesempatan sekolah, dengan demikian dia tidak bisa membaca dan
menullis.
Setelah
besar ia bekerja sebagai pemungut pajak, karena kecakapannya dalam pekerjaannya
ini ia menjadi kesayangan Gubernur Usmani setempat, akhirnya ia diangkat
sebagai menantu oleh gubernur tersebut dan mulai dari waktu itu bintangnya
semakin meningkat terus.
Setelah
ia di angkat menjadi menantu Gubernur Usmani di tempatnya bekerja. Ia masuk
dalam dinas meliter dan dalam lapangan ini ia juga menunjukkan kecakapan dan
kesanggupan sehingga pangkatnya cepat menaik menjadi perwira. ketika pergi ke
Mesir ia mempunyai kedudukan wakil perwira yang memimpin pasukan yang dikirim
dari daerahnya. Setelah tentara prancis keluar dari Mesir di tahun 1801.
Muhammad Ali turut memainkan peran penting dalam politik. Mesir mulai mengalami
ketenangan politik, khususnya setelah Muhammad Ali membantai sisa-sisa petinggi
Mamluk pada tahun 1811, menurut cerita dari 470 kaum mamluk hanya seorang yang
dapat melepaskan diri dengan melompat dari pagar istana kejurang yang ada di
bukit Mukattan, kudanya mati tetapi ia selamat dengan pergi lari. kaum mamluk
yang ada diluar Kairo kemudian diburu, mana yang dapat dibunuh dan sebagian
kecil dapat melarikan diri ke Sudan pada akhirnya tahun 1811, kekuatan kaum
mamluk di mesir telah habis.
Untuk
memajukan Mesir, Muhammad Ali melakukan pembenahan ekonomi dan militer. Atas
saran para penasihatnya, ia juga melakukan program pengiriman tentara untuk
belajar di Eropa. Pemerinthan Muhammad Ali pasya menandai permulan diferensiasi
yang sebenarnya antara struktur politik dan ke agamaan di Mesir. keputusan-keputusan
dan program-programnya ternyata sebagian besar telah menentukan jalannya
sekulerisasi yang berlangsung selama satu setengah abad di Mesir. Muhammad Ali
berkuasa penuh. Ia telah menjadi wakil Sultan dengan resmi di Mesir dan rakyat
sendiri tidak mempunyai organisasi dan kekuatan untuk menentang kekuasannya, ia
pun bertindak sebagai diktator.
Ia
diberikan kepercayaan sebagai pemimpin militer pada era Turki Utsmani dan
menjadi seorang pemimpin tersohor kebanggaan negara Mesir, terutama dalam
merevolusi negara tersebut menjadi sebuah negara industri dan modern.
Bahkan, orang Mesir sendiri mengenalnya sebagai seorang pahlawan. Walaupun
tidak dilahirkan di Mesir dan tidak berbahasa Arab, namun keinginannya untuk
membangun dan meningkatkan sumber penghasilan ekonomi bagi negara Mesir sangat
besar. Inisiatif, visi dan semangat yang dimilikinya tak mampu menandingi
pahlawan-pahlawan lain yang sezaman dengannya
Dialah
pendiri dinasti Mesir yang keturunannya memerintah Mesir sampai tahun 1952. dia
muncul di Mesir tahun 1799 sebagai salah seorang diantara 300 orang anggota
pasukan yang dikirim Albania atas perintah Sultan Utsmani untuk mengusir
Perancis. Pada awalnya ia berkedudukan sebagai penasehat komandan pasukan
Albania, karena kecakapannya dalam memimpin maka ia diangkat menjadi komandan
penuh. Setelah berhasil mengusir Napoleon dari Mesir, ia di angkat menjadi
jendral tahun 1801. pada bulan Nopember 1805 ia menjadi penguasa di Mesir dan
bulan April 1806 ia di angkat menjadi Wali Negara Mesir dengan gelar Pasya.[11]
b. Muhammad Abduh
Muhammad Abduh
dilahirkan pada tahun 1849 M (1265 H) di Mahallah Nasr, sebuah perkampungan
subur di propinsi Gharbiyyah. Ayahnya bemama Abduh bin Hasan Chairullah seorang
berdarah Turki, sedangkan ibunya Yatimah binti Utsman al-Kabir yang mempunyai
silsilah keluarga besar keturunan Umar Ibn al Khatab.[12]
Abduh mengawali
pendidikannya dengan berguru pada ayahnya di rumah. Pelajaran pertama yang ia
peroleh adalah membaca, menulis, dan menghafal al-Qur’an. Abduh mampu menghafal
al-Qur’an dalam jangka waktu yang sangat singkat, yaitu hanya dua tahun. Pada
usia 12 tahun ia telah menyempurnakan hafalannya. Kemudian, pada usia 14 tahun
ia dikirim ayahnya ke Tantha untuk belajar di Masjid al-Ahmadi. Di tempat
inilah ia belajar bahasa arab dan fiqh, serta menjaga hafalannya. Setelah
belajar selama dua tahun, Abduh merasa bosan dan kecewa bahkan membawanya pada
keputusan untuk mendapatkan ilmu seperti yang diinginkannya. Perasaan ini
berpangkal dari metode yang diterapkan di sekolah tersebut. Metode yang dipakai
adalah hafalan tanpa mementingkan pemahaman. Hal ini menyebabkan ia memilih
untuk kembali ke Mahallat Nasr.[13]
Pada
dekade 1877, Abduh berhasil menamatkan studinya di Universitas al-Azhar dengan
predikat gelar kesarjanaan 'âlim. Gelar kesarjanaan ini memberikan hak
bagi dirinya untuk mengajar di Universitas tersebut. Konon, kelulusan Abduh
sangatlah kontroversial. Bahkan sampai melibatkan rektor pada waktu untuk dalam
proses kelulusannya. Hal ini dipicu oleh adanya jurang perbedaan pendapat yang
begitu dalam dengan para pengujinya. Selain mengajar mata kuliah ilmu kalam dan
logika di Universitas al-Azhar, Muhammad Abduh juga diangkat sebagai dosen
tetap di Universitas Dar-al-Ulum dan Perguruan Bahasa Khedevi pada tahun 1879.
Di sini ia mengajar Ilmu Kalam, Sejarah Ilmu Politik dan Kesusasteraan Arab.
Dalam mengajar, Muhammad Abduh menggunakan metode diskusi untuk mempercepat
proses transformasi intelektual para anak didiknya. Selain penguasaan ilmu
pengetahuan, Abduh juga menekankan para mahasiswanya agar tanggap terhadap
situasi sosial-politik yang sedang berkembang dan kalau perlu mengoreksinya.[14]
Pada
1894 dia menjadi anggota pimpinan tertinggi al-Azhar (conseil superieur) yang
dibentuk berdasarkan anjurannya, dan di sini selain mengadakan
pembaruan-pembaruan juga dia sendiri aktif memberikan pelajaran. Setelah mengalami sakit
beberapa lama, Muhammad Abduh meninggal dunia pada tanggal 11 Juli 1905.[15]
c. Sayyid Ahmad Khan
Sayyid Ahmad Khan lahir pada 17
Oktober 1817 M di Delhi, India. Menurut salah satu riwayat, ia berasal dari
keturunan Husein Cucu Nabi Muhammad melalui Fatimah dan Ali.Oleh karena itu ia
bergelar sayyid. Nenek moyangnya yang berasal dari semenanjung Arab hijrah ke
Heart, Persia, dan kemudian pindah ke India (Hindustan) akibat tekanan dari
penguasa Umayah ketika itu. Ayah Ahmad Khan, al-Muttaqi,adalah ulama yang
memilki pengaruh besar di Kerajaan Moghul masa Akbar Syah II (1806-1837),
sedangkan kakeknya pernah menjadi komandan militer pada masa pemerintahan
Alamgir II(1754-179). Ia memperoleh pendidikan agama secara tradisional, dan
juga mempelajari bahasa Persia dan Arab, Matematika, mekanika,sejarah,dan
ilmu-ilmu lain. Pada tahun 1838, Ahmad Khan bekerja pada Serikat India. Ia
bekerja sebagai hakim di Fatehpur dan kemudian pindah ke Bignaur. Tetapi pada
tahun 1846 ia pulang kembali ke Deihi untuk meneruskan studi.[16]
Dengan
beberapa pembaharuan sebelumnya yang menentang penjajahan, Ahmad Khan lebih
bersifat kooperatif dengan kolonial Inggris. Ia berupaya mendamaikan umat Islam
dengan penjajahan Inggris agar tidak saling curiga. Terhadap penjajahan Inggris
Ahmad Khan berusaha menjelaskan bahwa umat Islam tidak berperan aktif dalam
peristiwa 1857 itu. Untuk itu, dalam rangka membela umat Islam. Ahmad Khan
kemudian menulis dua buah buku yang berjudul Tarikhi Sarkhasi Baijnaur
(1858) yang berisi kronolgis pemberontakan, dan Asbab. Baghawat-i-Hind
(Sebab-sebab Revolusi India) yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris
dengan judul The Causes of The Indian Revolt. Ahmad Khan juga
menyebarkan pamplet-pamflet yang berisi hal-hal yang menjelaskan sebab-sebab
pemberontakan tahun 1857.[17]
Pada saat pemberontakan rakyat
terhadap Inggris di tahun 1875 ia dianggap berjasa oleh pihak Inggris, karena
berusaha mencegah pemberontakan itu, sehingga ia diberi hadiah gelar dengan Sir
dan hubungan dengan Inggris menjadi baik, hal itu diusahakannya dengan
sebaik-baiknya untuk kemajuan ummat Islam. Tetapi usaha Sayyid Ahmad Khan itu
tidak dipahami oleh kebanyakan kaum Muslim.
Menurut
pemikiran Sayyid Ahmad Khan kemajuan ummat Islam bukan cara memusuhi Inggris
dan bekerja sama dengan Hindu, tetapi harus dekat dengan orang-orang Inggris,
karena kemajuan Islam tidak terlepas dari penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi modern. Sedangkan ilmu pengetahuan dan teknologi modern lebih banyak
dihasilkan oleh orang-orang Inggris.[18]
Di
tahun 1861 ia dirikan Sekolah Inggris di Muradabad. Di tahun 1876 ia minta
berhenti sebagai pegawai pemerintah Inggris dan sampai akhir hayatnya di tahun
1898, ia mementingkan pendidikan umat Islam India.
Sebelumnya di tahun 1869/70 Sayyid
Ahmad Khan telah berkunjung ke Inggris, antara lain untuk mempelajari sistem
pendidikan Barat. Sekembalinya dari kunjungan itu ia membentuk panitia
peningkatan pendidikan Umat Islam. Salah satu tujuan panitia ialah menyelidiki
sebabnya umat Islam India sedikit sekali memasuki sekolah-sekolah pemerintah.
Di samping itu dibentuk lagi Panitia dana Pembentukan Perguruan Tinggi Islam.
Di tahun 1886 ia bentuk Muhammedan Educational Conference dalam usaha
mewujudkan pendidikan nasional dan seragam untuk Islam India. Progam dari
lembaga ini ialah menyebarluaskan pendidikan Barat di kalangan Umat Islam,
menyelidiki pendidkan agama yang diberikan di sekolah-sekolah Inggris yang
didirikan oleh golongan Islam dan menunjang pendidikan agama yang diberikan di
sekolah-sekolah swasta.[19]
Ahmad
Khan sangat berjasa dalam bidang pendidikan dan pengajaran demi kemajuan uamt
Islam India. Namun dalam masalah politik praktis, Ahmad Khan membatasi
geraknya. Ia bahkan tidak mau terlibat dalam pertemuan-pertemuan politik atau
menggabungkan diri dengan partai politik manapun. Bahkan ketika pada tahun 1835
terbentuk Partai Kongres Nasional India, Ahmad Khan lebih memilih untuk tidak
terlibat didalamnya. Ia lebih memilih menjadi real politik loyalis, yaitu sikap
loyal (Kepada Inggris) berdasarkan politik sepanjang kenyataan.[20]
d. Sultan Muhammad Al-Fatih - Mehmed II
Sultan
Muhammad Al-Fatih atau juga dikenal sebagai Sultan Mehmed II. Beliau
dikenal sebagai tokoh yang penakluk kerajaan Byzantium atau Konstantinopel.
Nama Muhammad Al-Fatih (الفاتح)
yang berarti “Sang Penakluk” yang lahir pada tanggal 30 Maret 1432 dan wafat
tanggal 3 Mei 1481. Ia merupakan seorang sultan Turki Utsmani yang menaklukkan
Kekaisaran Romawi Timur. Mempunyai kepakaran dalam bidang ketentaraan, sains,
matematika & menguasai 6 bahasa saat berumur 21 tahun. Seorang pemimpin
yang hebat, pilih tanding, dan tawadhu’ setelah Sultan Salahuddin Al-Ayyubi
(pahlawan Islam dalam perang Salib) dan Sultan Saifuddin Mahmud Al-Qutuz
(pahlawan Islam dalam peperangan di ‘Ain Al-Jalut melawan tentara Mongol). Kejayaannya
dalam menaklukkan Konstantinopel menyebabkan banyak kawan dan lawan kagum dengan
kepimpinannya serta taktik & strategi peperangannya yang dikatakan
mendahului pada zamannya dan juga kaedah pemilihan tenteranya.
Ia
merupakan anak didik Syekh Syamsuddin yang masih merupakan keturunan Abu Bakar
As-Siddiq. Ia jugalah yang mengganti nama Konstantinopel menjadi Islambol
(Islam keseluruhannya). Kini nama tersebut telah diganti oleh Mustafa Kemal
Ataturk menjadi Istanbul. Untuk memperingati jasanya, Masjid Al Fatih telah
dibangun di sebelah makamnya. Diceritakan bahwa tentara Sultan Muhammad Al
Fatih tidak pernah meninggalkan solat wajib sejak baligh & separuh dari
mereka tidak pernah meninggalkan solat tahajjud sejak baligh. Hanya Sulthan
Muhammad Al Fatih saja yang tidak pernah meninggalkan solat wajib, tahajud
& rawatib sejak baligh hingga saat kematiannya.[21]
4. Usaha-Usaha Pembaharuan Pendidikan Islam
Setelah
warisan filsafat dan ilmu pengetahuaan islam diterima oleh bangsa Eropa dan
umat Islam sudah tidak memperhatikannya lagi, maka secara berangsur-angsur
telah membangkitkan kekuatan di Eropa dan menimbulakn kelemahan dikalangan umat
Islam. Secara berangsur tetapi pasti, Kekuasan umat Islam ditunjukan oleh
kekuasan bangsa Eropa, dan terjadilah penjajahan di mana-mana di seluruh
wilayah yang pernah di kuasai oleh kekuasan Islam. Eksploitasi kekayaan dunia
Islam oleh bangsa Eropa semakin memperlemah kedudukan kaum muslimin dalam
segala segi kehidupannya.[22]
Kesadaran
akan kelemahan dan ketertinggalan kaum muslimin dari bangsa-bangsa eropa dalam
berbagai bidang , telah imbul dari abad ke 11 H./17 M. Dengan kekalahan-kekalahan
yang diderita oleh kerajaan Turki Utsmani dalam peperangan dengan Negara-negara
Eropa. Kekalahan tersebut mendorong Raja-Raja dan pemuka-pemuka kerajaan untuk
menyelidiki sebab-sebab kekalahan mereka dan rajasia keunggula lawan. Mereka
mulai memperhatikan kemajuan yang dicapai oleh Eropa, terutama Perancis yang
merupakan pusat kemajuan kebudayaan Eopa pada asa itu. Kemudian dikirim
duta-duta untuk mempelajari kemajuan Eropa, terutama dibidang militer dan
kemajuan ilmu pengetahuan. Didatangkan pelatih-pelatih militer dari eropa dan
didirikan sekolah tekhnik militer pada tahun 1734 M. Untuk pertama kalinya.[23]
Dalam
bidang pengembengan ilmu pengetahuaan ilmu modern dari barat, untuk pertama
kali dalam dumia islam di buka suatu percetakan di istambul pada tahun 1727 M.
dan juga di adakan percetakan Al-Qur’an, dan ilmu pengetahuan agama yang
lainnya juga. Pendudukan Mesir oleh Napoleon Bonaparte tahun 1798 M, merupakan
tonggak sejarah bagi umat Islam untuk mendapatkan kembali kesadaran akan
kelamahan mereka. Ekspedisi Napoleon tersebut bukan hanya menunjukan akan
kelamahan umat Islam. Tetapi juga sekaligus menunjukan kebodohan mereka. Dalam
ekspedisi itu Napoleon membawa sepasukan tentara dan para ilmuan dengan
seperangkat peralatan ilmiah. Untuk mengadakan penelitian di Mesir.[24]
Eksploitasi
dan intervensi barat lama kalamaan menyadarkan akan keterbelakangan umat Islam.
Mereka sadar kuatnya control barat terhadap mereka terhadap kemajan modern yang
di miliki oleh barat. Inilah yang menyadarkan mereka dari keterbelakangan
mereka dan kelemahannya. Sehingga timbul usaha pembaharuan dalam segala aspek
kehidupan yang di pelopori oleh penguasa, kaum bangsawan, elit, dan
intelegensia.
Usaha-usaha
pembaharuan pendidikan islam ini merupakan kesadaran akan kelemahan dan
ketertinggalan kaum muslimin dari bangsa-bangsa eropa dalam berbagai bidang.
Sehingga mereka mulai memperhatikan kemajuan yang dicapai oleh Eropa sehingga timbul usaha pembaharuan dalam segala
aspek kehidupan. Langkah pertama dengan mengirim duta-duta untuk
mempelajari kemajuan Eropa, terutama dibidang militer dan kemajuan ilmu
pengetahuan. Kemudian didatangkan pelatih-pelatih militer dari eropa dan
didirikan sekolah tekhnik militer, dibuka
suatu percetakan di istambul dan juga di adakan percetakan Al-Qur’an, dan ilmu
pengetahuan agama yang lainnya.
5. Tokoh-Tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam
Pembaruan pendidikan Islam banyak dilakukan
oleh para tokoh Islam yang terdapat di berbagai wilayah. Terutama pola
pembaruan bercorak modernis yang pernah dilakukan pada tiga wilayah kerajaan
besar, yaitu kerajaan Turki Utsmani, Mesir dan India.[25]
a. Wilayah Turki Utsmani (Muhammad Al-Fatih)
Tokoh yang mencoba melakukan upaya
pembaruan pendidikan di antaranya adalah Sultan Ahmad III. Adanya
kekalahan-kekalahan yang dialami Turki Usmani menyebabkan Sultan
Ahmad III sangat prihatin. Dia lalu melakukan introspeksi yang kemudian
membuahkan sebuah pemikiran, yaitu jika umat Islam ingin maju, maka harus
menghargai dan bersedia menjalin kerjasama untuk mengejar ketinggalan Islam
dengan Barat. Sultan Ahmad III kemudian melakukan pengiriman duta-duta ke Eropa
untuk mengamati keunggulan Barat. Dia mendirikan Sekolah Teknik Militer,
percetakan buku di Istambul di tahun 1727 M dan mendirikan lembaga terjemah di
tahun 1717 M. Upaya ini terus dilakukan sampai wafat. Sultan Mahmud II juga
mencoba memperbaiki kondisi sistem pendidikan madrasah yang saat itu hanya
mengajarkan ilmu pengetahuan agama dengan mencoba memasukkan ilmu pengetahuan
umum. Namun karena sangat sulit dilakukan, maka dia mendirikan dua sekolah
umum.[26]
Sultan Mahmud II juga mencoba mendirikan
model-model sekolah Barat, misalnya Sekolah Kedokteran atau Tilahane-I Amire
dan Sekolah Teknik atau Muhendisane di tahun 1827 serta Sekolah
Akademi Militer pada tahun 1834.[27] Sultan
Mahmud II berprinsip bahwa upaya pembaruan tidak akan pernah
terwujud jika fondasi dasar yang menjadi tujuan pembaruan, yaitu pola berpikir
masyarakat belum berubah. Perubahan pola berpikir dilakukan dengan memperbaharui
kondisi pendidikan Islam sendiri.[28]
Pembaharuan di turki ini dimulai dengan
melakukan pengiriman duta-duta ke Eropa untuk mengamati keunggulan Barat, dan
kemudian menirunya. Sehingga didirikan model-model sekolah
Barat, Sekolah Kedokteran , Sekolah Akademi
Militerdan lain-lain. Selain itu dalam upaya memperbaiki kondisi
sistem pendidikan madrasah yang saat itu hanya mengajarkan ilmu pengetahuan
agama maka mencoba melakukan pembaharuan dengan memasukkan ilmu pengetahuan
umum di madrasah-madrasah tersebut. Seperti kedoteran, militer dan lain-lain.
b. Wilayah Mesir (Muhammad Abduh)
Tokoh
yang melakukan upaya pembaharuan khususnya pendidikan adalah Muhammad Ali Pasya
dan Muhammad Abduh. Muhammad Ali Pasya
melakukan pembaruan pendidikan Islam di Mesir salah satunya adalah
Kebijakan dan gebrakan yang diambil Muhammad Ali Pasya lebih banyak mengadopsi
tata cara dan model yang dilakukan Barat. Kecenderungan ini bisa dilihat dari
model sistem pendidikan yang diterapkan di Mesir, guru-gurunya bahkan tenaga
ahli untuk memajukan pendidikan pun lebih banyak diimpor dari negeri Barat.[29] Dia mendirikan kementerian pendidikan dan
lembaga-lembaga pendidikan serta
mengirim siswa-siswa untuk belajar ke Italia, Perancis, Inggris dan Austria.[30]
Muhammad Abduh juga
ikut mencoba melakukan upaya pembaruan pendidikan di Universitas al-Azhar
Kairo.15 Menurut pandangan Abduh, al-Azhar perlu dimasukkan ilmu-ilmu
modern agar ulama-ulama Islam mengerti kebudayaan modern dan dengan demikian
dapat mencari penyelesaian yang baik bagi persoalan yang timbul dalam jaman modern.[31]
Tidak berbeda jauh dengan pembaharuan di
turki yang melakukan pengiriman
duta-duta ke Eropa untuk mengamati keunggulan Barat. di mesir juga melakukan
pembaharuan dengan mengirim duta-duta untuk mengamati kemajuan barat. hal ini
terlihat jelas dari kebijakan Muhammad Ali Pasya yang banyak mengadopsi tata
cara dan model yang dilakukan Barat, yang mendirikan kementerian pendidikan dan
lembaga-lembaga pendidikan seperti barat.
c. Wilayah India (Sayyid Ahmad Khan)
Tokoh pembaruan pendidikan Islam di India
adalah Sayyid Ahmad Khan (1817- 1898 M).[32] yang
berpendapat bahwa peningkatan kedudukan umat Islam di India dapat diwujudkan
hanya dengan bekerjasama dengan Inggris (penjajah India). Menurut Khan, mutu
pendidikan umat Islam harus ditingkatkan dengan menerapkan sistem modern yang
cukup. Selanjutnya Khan juga mendirikan lembaga pendidikan modern. Pertama kali
didirikan Sekolah Inggris Murādabab tahun 1860 kemudian
mendirikan Scientific Society dan Sekolah Modern di Ghazipurth tahun
1864 serta membentuk Komite Pendidikan di beberapa daerah di India Utara
sekitar tahun 1868. Selanjutnya untuk menghindari kesenjangan antara lembaga
pendidikan agama (madrasah) dan sekolah-sekolah sekuler, Khan mendirikan
lembaga pendidikan yang mengajarkan ilmu umum dan ilmu-ilmu agama,
yaitu Muhammedan Anglo Oriental College atau MAOC pada tahun 1878.[33]
Sayyid Ahmad Khan melakukan pembaharuan dengan
menerapkan sistem modern yang cukup. Khan juga mendirikan lembaga pendidikan
modern serta membentuk Komite Pendidikan di beberapa daerah di India Utara.
Inilah pembaharuan yang dilakukan Sayyid Ahmad Khan di India.
C. Simpulan
Kemunduran pendidikan
Islam secara meyeluruh baik di dunia Islam bagian Timur yang berpusat di
Baghdad dan dunia Islam bagian Barat yang berpusat di Cordova adalah disebabkan
oleh hancurnya kekuasaan pemerintah Islam yang meliputi sosial, politik, dan keagamaan.
Kemerosotan intelektual ini ditandai dengan bergesernya tradisi Islam yang
dulunya bersifat mementingkan akal
pemikiran yang dapat menimbulkan pola pendidikan empiris rasional, serta
memperhatikan pendidikan intelektual dan penguasaan material ke tradisi
tradisional yang bersifat fatalistik dan bertaklid buta.
Usaha-usaha pembaharuan
pendidikan islam dimulai dengan menterjemah karya-karya Arab ke bahasa latin. dikirim
duta-duta untuk mempelajari kemajuan Eropa, terutama dibidang militer dan
kemajuan ilmu pengetahuan. Kemudian didatangkan pelatih-pelatih militer dari
eropa dan didirikan sekolah tekhnik militer, dibuka suatu percetakan di istambul dan juga di adakan percetakan
Al-Qur’an, dan ilmu pengetahuan agama yang lainnya.
D. Daftar Pustaka
Asrahah, Hanun.
1999. Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta:
Logos
Asmuni, Yusran 1998. Pengantar
Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan dalam
Dunia Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Dasoeki, Hafidz.
1993. Ensiklopedi Islam, Jilid I,
Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve
http://www.biografiku.com/2009/12/biografi-sultan-muhammad-al-fatih.html?m=
1 diakses pada tanggal
30/04/2016 pukul 16:25
Kurniawan, Syamsul dan Mahrus, Erwin. 2011. Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam, Jakarta: Ar-Ruzz Media
Nasution, Harun. 1987. Muhammad Abduh dan Teologi Rasional
Mu'tazilah Jakarta: UI Press
Nasir, Sahilun A. 2012. Pemikiran Kalam (Teologi Islam) Sejarah,
Ajaran, dan Perkembangannya, Jakarta:
Rajawali Pers
Nasution, Harun. 1982.
Pembaharuan Dalam Islam, Jakarta: Bulan Bintang
Nizar, Samsul. 2009. Sejarah
Pendidikan Islam., (Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Suwito. 2005. Sejarah Sosial Pendidikan Islam, Jakarta: Prenada Media
Saefudin, Didin. 2003. Pemikiran Modern dan Postmodern Islam, Jakarta:
PT Grasindo
Wibisono,
Fatah. 2009. Pemikiran Para Lokomotif Pembaharuan di Dunia Islam, Jakarta: Rabbani Press
Zuhairini dkk. 2013. Sejarah
Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi
Aksara
[21]http://www.biografiku.com/2009/12/biografi-sultan-muhammad-al-fatih.html?m=1
diakses pada
tanggal 30/04/2016 pukul 16:25
Tidak ada komentar:
Posting Komentar