Kamis, 21 Juli 2016

Kel. 13 Lembaga dan Sistem Pendidikan Islam di Indonesia



LEMBAGA DAN SISTEM PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA

A.      Lembaga pendidikan di indonesia
Saat ini umat islam dihadapkan pada pola kehidupan yang selalu mengalami perubahan akibat globalisasi dan arus informasi. Ada beberapa kecendrungan global yang berkaitan dengan tantangan pendidikan di masa kini, yang perlu mendapat perhatian serius. Kalau dilihat secara fungsional paedagogis, masalah pendididkan utama yang dihadapi bangsa Indonesia dewasa ini ialah bagaimanamenyiapkan generasi mudahnya, agar memiliki kemempuan untuk dapat menjawab segalah tantangan yang mereka hadapi dikemudian hari.
Persoalan pokok yang kita hadapi adalah bagaimana cara menyiapkan sumber daya manusia yang modern dan relegius, yang mampu bersaing dan tidak tersesat dalam menghadapi kehidupan yang diwarnai budaya ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan islam sangat besar dan sangat berpengaruh pada perkembangan dan kemajuan bangsa untuk membangun paradigma baru profil pendidikan islam yang ideal di Indonesia pada masa kini, perlu dilakukan analisis SWOT (Strenght, Weaknes, Opportunity and Treath).[1]
a)        Kekuatan (Strenght) Pendidikan Islam Di Indonesia
Perkembangan ilmu pengetahuan Islam dapat kita simak dalam berbagai periode dari masa Nabi Muhammad, masa Khulafaurrasyidin, dinasti Umayyah, sampai masa keemasan dinasti Abbasiyah, sampai dengan abad ke 14 M. Dalam sejarah pendidikan islam, sejak nabi melaksanakan tugas dakwah agama secara aktif, di kota Mekkah telah didirikan lembaga di mana nabi memberikan pelajaran tentang agama Islam menyeluruh di rumah-rumah dan masjid-masjid. Di dalam masjid berlangsung proses belajar dan mengajar berkelompok dalam halaqah masing-masing gurunya terdiri dari paea sahabat nabi.[2]
 Kemudian berkembang dalam bentuk institusi kependidikan Islam secara formal (madrasah) semua jenjang sampai dengan universitas (al jam’ah) dan bentuk non-formal (Majlis ta’lim, Pesantren) dan pendidikan individual (langsung dengan guru/ ulama). Islam telah mengembangkan basis-basis ku;tural yang luas di bumi Indonesia dan membangun kebudayaan pesisir yang bersifat kosmopolitan, para penganjur agama mendekati masyarakat dengan cara persuasive dan memberikan pengertian tentang dasar-dasar agama islam. Kemudian dengan memanfaatkan masjid, surau, dan langgar mulailah secara bertahap berlangsung pengajian mengenai baca tulis Al-Qur’an dan wawasan keagamaan. Namun demikian pelembagaan khusus untuk pelaksanaan pendidikan bagi umat Islam di Indonesia baru terjadi dengan pendirian pesantren lembaga ini diperkirakan muncul pada abad ke 18, dan merupakan lembaga pendidkan Islam tertua di Indonesia.[3]
b)        Kelemahan (Weaknes) Pendidikan Islam Di Indonesia
Secara eksternal, sistem pendidikan nasional ketinggalan kereta api globalisasi, dan secara internal, sistem pendidikan nasional berjalan semakin jauh menyimpang dari cita-cita semula, yaitu mengembangkan sifat-sifat pendidikan yang nasional dan demokratis. Sistem pendidikan Islam masih bersifat kenvensional, karena hanya mengandalkan sistem pendidikan tradisional sistem tersebut tidak mampu menjawab tantangan agama yang berasal dari konsep sekuler tidak mampu melestarikan konsep spiritual oleh karena itu perlu adanya kesiapan lembaga pendidikan Islam dalam memasuki era globalisasi.
Hal senada juga dikemukakan oleh Malik Fadjar tentang beberapa kelemahan pelaksanaan pendidikan agama islam:
1.        Masalah materi atau muatan (content) pendidikan agama.
2.        Persoalan yang berhubungan dengan metodelogi.
3.        Pendidikan agama kurang terintegrasi atau terjadi dualisme dikotomi dengan disiplin keilmuan yang lain.[4]
Materi pendidikan agama yang bersumber dari ajaran islam dinilai hanya menekankan pada demensi teologis dalam pengertian yang sempit dan ritual ajaran agama. Kajian teologis berhentipada persoalan ketuhanan yang bersifat mistik-ontologis yang tidak berhubungan sama sekali dengan realitas kemanusian, Pelaksanaan pendidikan agama islam masih tradisional yaitu hanya menggunakan metode ceramah yang bersifat monolog disisi lain Mochtar Buchori melihat kelemahan pendidikan di indonesia dewasa ini pada “formasi guru dan kurikulum”merupakan dua masalah kritikal dalam upaya reformasi dan modernisasi sistem pendidikan yang ada selama ini bahwa yang menentukan dan membuat suatu sekolah benar-benar hidup atau mati adalah interaksi antara guru dan kurikulum.       Berdasarkan kenyataan tersebut maka dalam hal yang bersifat normatif-filosofis, rcoricntasi dilakukan dengan cara menguji ulang terhadap nuktah-nuktah Ilahiyah dalam Al-Qur’an yang berhubungan dengan masalah pendidikan seperti tentang manusia, ilmu, nilai yang berhubungan dengan tujuan pendidikan, dan lain sebagainya. Dan pendidikan Islam dituntut melakukan fungsi yang bersifat reflektif yaitu harus mampu menggambarkan corak dan arus kebudayaan yang sedang berlangsung dan juga harus bersifat progresif yaitu pendidikan islam dituntut mampu memperbaharui dan mengembanggakan kebudayaan agar tercapainya kemajuan.[5]
c)         Peluang (opportunity) Pendidikan Islam Di Indonesia
Berbagai pendapat antara pro kontra dan kontra terhadap sistem pendidikan nasional dan sistem pendidikan Islam terus berlangsung dalam perkembangan pendidikan di indonesia sebagai bagian dari proses pencarian rumusan system pendidikan nasional yang lebih utuh, pertentangan pendapat tersebut secara bertahap menghasilkan kesatuan pendapat yang cukup signifikan. Melalui proses yang panjang dan terjadinya ketegangan politik antara eksponen yang berbeda pandangan, kecendrungan untuk menyatukan dua kutub pendidikan Islam semakin terbukti ketika prses perumusan dan penetapan undang-undang tentang sistem pendidikan nasional baik Undang-undang No. 2/1989 maupun Undang-Undang No. 20/2003. Sistem pendidikan Islam Indonesia mampu menjadi sub sistem pendidikan nasional, dan mempunyai kesempatan luas untuk mengembangkan diri.[6]
 Pancasila sebagai landasan dasar pendidikan nasional, secara filosofis merupakan bagian dari filsafat Islam. Sistem pendidikan nasional adalah satu kesatuan dari jalur dan satuan pendidikan yang beraneka ragam dengan dasar dan tujuan pendidikan yang bersifat nasional, dalam sistem pendidikan nasional lembaga pendiidkan madrasah diakui dalam jalur pendidikan sekolah. Pendidikan madrasah menggunakan kurikulum yang sama dengan kurikulum sekolah sebagai konsekuensinya lulusan madrasah mempunyai kesempatan yang sama dengan lulusan sekolah, persamaan status ini tidak berarti telah menghilangkan identitas dan watak keislaman dari lembaga pendidikan madrasah karena madrasah tetap dapat mengembangkan kekuatan dan ciri keagamaannya sesuai dengan ketentuan dan sistem pendidikan nasional. Dalam hal ini madrasah berarti sekolah yang berciri khas keagamaan islam, kurang lebih sama dengan sekolah-sekolah yang diselenggarakan oleh organisasi dan yayasan keagamaan islam seperti sekolah Muhammadiyah, sekolah Al-Azhar, dan sebagainya.[7]
 Perlu disadari bahwa pendidikan tidak berdiri sendiri tanpa upaya bidang-bidang lain yang secara sistematis harus bergerak harmonis menuju tujuan yang sama yaitu cita-cita nasional maka kearifan dan keahlian dalam bekerja sama dengan berbagai pakar dari berbagai disiplin ilmu dan aliran sangat diperlukan. Masa reformasi merupakan suatu kesempatan yang amat tepat bagi kelompok mayoritas (sumber daya umat manusia) untuk mengisi dan mengembangkan sistem pendidikan Islam, adanya sumber daya yang kreatif dalam meningkatkan eksistensi pendidikan Islam di Indonesia sangat dibutuhkan “Political wil” dari pemerintah terhadap perkembangan lembaga pendidikan islam merupakan satu sisi yang dapat dijadikan peluang dan dicermati oleh para pakar pendidikan Islam untuk mengembangkan pendidikan Islam di Indonesia.[8]
d)        Tantangan (Threat) Pendidikan Islam Di Indonesia
Abad ke-21 merupakan abad kompetitif, Indonesia yang merupakan satu kesatuan bangsa dan tanah air akan menghadapi kompetisi yang ketat di dunia internasional dalam banyak hal yang menyangkut kehidupan manusia. Untuk itu bangsa ini secara intern perlu mempersiapkan diri menjadi bangsa yang kokoh dan kuat kokoh aqidahnya dan kuat fisiknya dalam segalah bidang kehidupan yang menjadi problematika dan tantangan pendidikan Islam dewasa ini antara lain; globalisasi, meningkat ilmu pengetahuan dan teknologi, pengaruh informasi yang menguat serta vitalitas agama dalam kehidupan manusia.
Globalisasi yang dimaksud adalah kecendrungan perilaku hidup dan kehidupan manusia untuk saling terkait, baik antara individu maupun antar bangsa yang dihubungkan oleh sarana dan prasarana yang semakin canggih perkembangan kecendrungan itu begitu pesat, dan itu disebabkan oleh dorongan kemajuan iptek dan sarana-sarana komunikasi serta transportasi antar benua dan antar bangsa. Persoalan pokok dalam menghadapi hal tersebut adalah “bagaimana cara menyiapkan sumber daya manusia yang modern dan religius yang mampu bersaing dan tidak tersesat dalam menghadapi kehidupan yang diwarnai budaya iptek”. Jika dikaitkan dengan pendidikan Islam timbul suatu pertanyaan, apakah sistem pendidikan Islam yang ada sekarang masih akomodatif terhadap tantangan itu? Pembicaraan tentang pengembangan sumber daya manusia sebagai suatu investasi tidak bisa dilepaskan dengan pendidikan. [9]
Secara teoritik dan empirik pendidikan telah diakui menjadi kekuatan institusional bagi suatu bangsa dalam mencapai kemajuan, Chirstoper J. Lucas menyimpulkan sebagaimana yang dikutip oleh Malik Fadjar bahwa ”pendidikan mengandung siknifikansi bagi kehidupan manusia dan masyarakat karena pertama pendidikan menyediakan wahana yang telah terpuji untuk mengimpletasikan nilai-nilai dan hasyat masyarakat yang berubah, kedua pendidikan dapat dipakai untuk menanggulangi masalah sosial, ketiga pendidikan telah memperlihatkan kemampuan yang meningkat untuk menerima dan menimplemasikan nilai-nilai baru, keempat pendidikan merupakan cara terbaik untuk membimbing perkembangan manusia”.[10]
 Dengan melihat negara-negara maju dapat ditemukan suatu empirik tentang pandangan teoritik tersebut, contoh yang paling bersejarah dan spektakuler adalah jepang setelah mengadakan reformasi pendidikan secara besar-besaran jepang mempunyai infrastruktur yang bermutu. Dan hasilnya jepang meskipun pernah hancur total dalam perang dunia ke II kini menjadi kekuatan ekonomi Asia Pasifik dan dunia. Pendidikan di Indonesia dihadapkan pada persoalan penyediaan sumber daya manusia pada semua jenjang pendidikan formal mulai dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi dinilai terjadi ketidak cocokkan.[11] atau ketidak sepadanan dengan tuntunan masyarakat (sosial demands) dalam dunia kerja, keadaan ini sangat problematik karena pendidikan masih memperlihatkan sebagai suatu badan dibanding sebagai suatu kekuatan dalam pembangunan dipandang dari perspektif human capital theory pendidikan Islam dihadap pada persoalan underinvesment in human capital yakni kurang dikembangkannya seluruh potensi sumber daya manusia yang sangat dibutuhkan bagi pembangunan. Akibatnya pendidikan Islam di Indonesia masih belum menunjukkan tingkat balik (rate of relurn) yang dapat diukur dari besarnya jumlah lulusan lembaga pendidikan Islam dapat mandiri dan terserap dalam dunia kerja.[12]
e)         Reorientasi Dan Reformulasi Pendidikan Islam Di Indonesia
Berdasarkan analisis tersebut di atas, maka harus dilakukan reorientasi dan reformulasi pendidikan Islam di Indonesia. Saat ini penampilan ilmu pengetahuan dan teknologi lebih didasari oleh kepentingan untuk memenuhi kebutuhan materil manusia oleh karena itu pendidikan islam memiliki tantangan untuk mampu membudayakan generasi muda yang relegius yang memiliki peradaban modern, sekaligus mampu berperan sebagai penghasil iptek artinya paradigma sistem pendidikan Islam yang mampu mengembangkan budaya iptek mampu mengaktualisasi nilai-nilai Islam yang akhirnya mampu mewarnai profil peradaban manusia modern.[13]
Masa depan pendidikan Islam di Indonesia ditentukan baik oleh faktor internal maupun faktor eksternal secara internal dunia pendidikan Islam pada dasarnya masih menghadapi problem pokok berupa rendahnya kualitas sumber daya manusia pengelolah pendidikan, secara eksternal masa depan pendidikan Islam di pengaruhi oleh tiga isu besar yaitu globalisasi, demokratisasi, dan liberalisasi Islam. Sistem pendidikan Islam di Indonesia harus melakukan perubahan dan pembaharuan pendidikan Islam harus lebih antisipatoris lebih berorientasi kepada masa depan sebagaimana yang dikemukakan Mochtar Buchori bahwa “Modernisasi suatu bangsa tidak cukup dengan modernisasi di bidang-bidang lain/sistem ekonomi, peradilan, sistem pemerintahan dan perwakilan; Persoalannya sekarang ialah bagaimana merancang modernisasi sistem pendidikan yang mampu merangsang proses modernisasi dibidang-bidang lain. Inilah yang menjadi tantangan bagi para pemikir pendidikan di Indonesia baik sekarang maupun di masa mendatang”.[14]
 Dalam menghadapi dampak-dampak yang ditimbulkan oleh modernisasi, pendidikan Islam harus membuka diri dan negara melakukan reorientasi dan reformasi terhadap sistem pendidikannya, disamping itu memperkuat keahlian di bidang keagamaan, juga harus menciptakan keahlian di bidang industri dan manajerial yang profesional sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman.
Lembaga pendidikan Islam harus menjadikan dirinya sebagai centerof exellence pengembangan iptek berwawasan moral islami, demokratisasi merupakan isu yang mempengaruhi masa depan pendidikan Islam di Indonesia tuntutan demokratisasi yang pada awalnya ditunjukkan pada sistem politik di negara, akhirnya berdampak pada sisitem pendidikan sebelumnya sistem pendidikan bersifat sentralistik, seragam, dan dependen, maka berkembang tuntutan pengelolaan pendidikan secara otonom dan beragam. Selain itu pengawasan masyarakat khususnya dalam penyelenggaraan mutu pendidikan semakin meningkat yang menuntut pengelolaan pendidikan yang transparan dan bertanggung jawab termasuk juga menggeser paradigma pendidikan sehingga lebih menekankan kepada peran serta peserta didik secara aktif.[15]
Dalam mengatasi masalah tersebut, maka salah satu ciri pendidikan islam yang dapat dijadikan sebagian visi pendidikan Islam adalah sistem pendidikan islam yang bermutu sesuatu dikatakan bermutu jika terdapat kecocokkan antara syarat-syarat yang dimiliki oleh benda yang dikehendaki dengan maksud dari orang yang menghendakinya, misalnya mutu proses belajar cocok dengan apa yang diharapkan mahasiswa makin jauh melampaui apa yang diharapkan makin bermutu jika terjadi sebaliknya makin tidak bermutu. Dalam lembaga pendidikan mutu dapat dilihat dari masukan, proses, dan hasil. Masukan melewati siswa, tenaga pengajar, administrator, dana, prasarana, kurikulum, buku-buku perpustakaan, alat-alat pembelajaran baik perangkat keras, dan laboratorium. Proses meliputi pengelolaan lembaga, pengelolaan program studi, pengelolaan kegiatan belajar-mengajar, interaksi akademik, antara civitas akademika, seminar, dialog, penelitian, wisata ilmiah, evaluasi, dan akreditasi. Hasil meliputi lulusan, penerbitan-penerbitan, temuan-temuan ilmiah, dan hasil-hasil kinerja lainnya. [16]
Dalam upaya mewujudkan pendidikan Islam yang bermutu sesuai dengan visi pendidikan Islam, maka sebagai contoh dibentuk suatu Lembaga Pendidikan Islam Terpadu mulai dari jenjang TK, SD, SMP, SMA, dalam satu komplek dibawah satu wadah (yayasan). Sekolah atau madrasah dalam berbagai jenjang mulai dari TK sampai SMA pada dasarnya mengandung potensi dan kekuatan yang berbeda-beda antara yang sati dengan yang lainnya, sementara itu dalam waktu yang bersamaan tersedia peluang dan tantangan yang menjanjikan selain masalah-masalah yang problematik.[17]
 Penanganan masalah dan pengelolaan potensi secara sendiri-sendiri tidak akan mampu mencapai hasil pendidikan yang optimal sebaliknya jika potensi dan kekuatan yang ada pada ketiga jenjang itu dipadukan maka akan dapat memanfaatkan peluang dan tantangan secara maksimal, konsep lembaga pendidikan islam terpadu dikembangkan untuk dapat menerapkan pendidikan secara berkesinambungan mulai dari TK sampai SMA dan berupaya memadukan mata pelajaran umum dan mata pelajaran agama secara tuntas releven dengan kurikulum berbasis kompetensi (KBK).
Lembaga pendidikan Islam terpadu berupaya untuk menginteregrasikan dan menyelaraskan kurikulum dari setiap jenjang pendiidkan karena selama ini dirasakannya adanya kesenjangan antara kurikulum pendidikannya sehingga dapat mendorong terjadinya proses pembelajaran yang efektif.
Beban pendidikan antar jenjang dapat diukur sedemikian rupa dengan tetap tidak mengurangi kandungan kurikulumnya, perwujudan lembaga pendidikan islam terpadu menuntut adanya manajemen pada setiap jenjang yang solid, dan satu sama lain saling mendukung dengan konsep lembaga pendidikan islam terpadu perencanaan kebutuhan pendidikan dari berbagai jenjang dalam satu lokasi itu dapat dilakukan secara bersama. Dari perencanaan bersama ini dapat ditentukan  prioritas yang disepakati bersama dengan masing-masing pihak memenuhi bagian-bagian tertentu dan saling melengkapi, para penyelenggaraan pendidikan dituntut memiliki visi, misi, tujuan, strategi, prinsip engembangan sistem pendidikan yang releven dengan nilai-nilai islami.
Dengan demikian lembaga pendidikan tersebut mampu menghasilkan sumber daya umat islam yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT menguasai ipteksi, mendesiminasi, mengembangkan dan menciptakan ipteksi melalui riset, dn mengaplikasikan ipteksi untuk mensejahterahkan umat di dunia dan akhirat. Upaya pengembangan untuk dapat memperdayakan umat melalui proses pendidikan secara berkesinambungan (lifelong education) melalui jalur-jalur informal, non formal, dan formal.[18]
B.     Macam-macam Lembaga  pendidikan di Indonesia
1.        Masjid sebagai lembaga pendidikan islam Indonesia
Masjid diartikan sebagai tempat sujud atau setiap tempat yang dipergunakan untuk beribadah. Masjid sangat berperan penting dalam pendidikan Islam di Indonesia karena masjid dianggap lembaga pendidikan islam tertua di Indonesia sebelum adanya pesantren. Masjid merupakan lembaga pendidikan setelah keluarga.[19] Oleh sebab itu implikasi masjid sebagai lembaga pendidikan Islam adalah :
a)        Mendidik untuk taat beribadah kepada Allah Swt.
b)        Menanamkan rasa cinta terhadap ilmu pengetahuan dan menanamkan solidaritas sosial serta menyadarkan hak dan kewajiban.
c)        Memberikan rasa ketenangan, kekuatan dan kemakmuran potensi-potensi rohani manusia melalui pendidikan kesabaran, keberanian, kesadaran, perenungan optimisme  dan pengadaan penelitian.
Masjid merupakan institusi pendidikan Islam pertama yang dibentuk dalam liungkungan masyarakat muslim yang pada dasarnya memiliki fungsi yang tidak terlepas dqari kehidupan keluarga. Agar mampu melaksanakan tugas hidup dalam masyarakat dan lingkungannya.
Cara belajar di Masjid yaitu dengan cara mengelilingi gurunya yang berada ditengah dengan duduk bersila tanpa mempergunakan meja atau bangku. Materi yang diberikan sesuai dengan lkemampuan anak-anak. Dengan tahap awal belajar dsengan mempelajari huruf hijaiyah setelah itu pendek baru diperkenankan untuk membaca al-qur’an secara berturut-turut sampai khatam. Bukan dengan megaji saja  tapi ada pula diajarkan tentang cara berwudhu dan sholat secara langsung dilakukan peroraqngan dan langsung dipraktikan pada waktu sholat.[20]
 Fungsi masjid Masjid merupakan tempat khusus yang berfungsi ganda sejak pertama kali keberadaannya. Secara garis besar masjid berfungsi sebagai tempat ibadah dan pendidikan. Dari waktu ke waktu mengalami bentuk dan sifat fungsi masjid sangat beragam dan bervariasi. Dalam hal ini fasilitas fungsi masjid akan lebih efektif bila di dalamnya disediakan fasilitas proses ngajar-mengajar seperti perpustakaan dan ruang diskusi.[21]
2.        Pesantren sebagai lembaga pendidikan islam di Indonesia
Pesantren merupakan bapak pendidikan islam di indonesia, didirikan dikarenakan adanya tuntutan dan kebutuhan zaman, dapat dilihat dari perjalanan sejarah, dimana bila diingat kembali, sesungguhnya pesantren didirikan atas kesadaran kewajiban dakwah islamiyah, sekaligus mencetak kader ulama-ulama atau da’i, dimana pesantren adalah tempat belajar para santri. Pembangunan pesantren didorong oleh kebutuhan masyarakat akan adanya lembaga pendidikan lanjut. Namun demikian, harus ada pengakuan masyarakat tentang seorang guru atau kyai yang mengajar di pesantren tersebut. Guru atau kyai harus mempunyai ilmu yang tinggi secara otomatis santri-santri dari luar daerah akan berdatangan untuk belajar dengannya.[22]
Pesantren dapat dibedakan menjadi dua :
1.        Pesantren tradisional
Pesantren yang tradisional menggunakan model sistem pendidikan dengan metode pengajaran sorongan atau bendungan. Sorongan disebut cara mengajar perkepala. Para santri mendapatkan pengajaran langsung dari kyai.
Dengan cara bendungan atau halaqah, para santri duduk di sekitar kyai dengan membentuk lingkaran, kyai hanya mengajarkan kitab tertentu kepada sekelompok santri. Metode ini juga dikatakan sebagai proses beljar secara kolektif.
2.        Pesantren modern
Pesantren modern umumnya memakai sistem klasikal, namun pesantren modern tidak hanya mempelajari ilmu salaf tapi juga ilmu umum atau formal, di pesantren-pesantren modern pun bangunan yang memadai dan fasilitas-fasilitas modern sudah tersedia seperti komputer, laboratorium dan multimedia. Pemakaian bahasa asing seperti arab dan inggris juga lebih ditekankan dan pesantren modern juga memiliki kurikulum pembelajaran.
Arah perkembangan pesantren dititik beratkan pada tujuan peningkatan kurikulum, menggalakkan pendidikan keterampilan dilingkungan dan menyempurnakan bentuk.[23]
3.        Madrasah sebagai lembaga pendidikan islam di Indonesia
Lahir dan berkembangannya madrasah di indonesia sebagai lembaga pendidikan islam setidaknya mempunyai latar belakang, diantaranya:[24]
a)        Sebagai manifestasi dan realisai pembahuan sistem pedidikan islam
b)        Usaha penyempurnaan terhadap sistem pesantren kearah suatu
c)        System pesantren yang lebih memungkinkan lulusannya
d)       Memperoleh kesempatan yang sama dengan sekolah umum
e)         Adanya sikap mental pada sementara golongan umat islam khususnya para santri yang terpukau pada barat sebagai system pendidikan mereka
f)         Sebagai upaya untuk memjembatani antara system pendidikan tradisional dan system pendidikan modern
Sistem pendidikan dan pengajaran di madrasah perpaduan antara system pesantren dan sistem modern merupakan sistem pendidikan dan pengajaran yang dipergunakan di madrasah. Proses ini berlangsung secara berangsur-angsur, system pengajian kitab dilakukaqn sekarang diganti dengan bidang-bidang tertentu walaupun masih menggunakan kitab lama, dan kenaikan tingkat ditentukan oleh penguasaan terhadap sejumlah bidang pelajaran. Dikarenakan pengaruh ide-ide pembaharuan, sedikit demi sedikit pelajaran umum masuk ke madrasah, buku-buku tentang agama banyak disusun sesuai dengan tingkatan madrasah, bahkan lahirlah madrasah yang mengikuti system sekolah-sekolah modern. Selain pelajaran agama dan bahasa arab, ada juga diajarkan pengetahuan umum dimadrasah di antaranya adalah :[25]
a.         Membaca dan menulis (huruf latin) bahasa indonesia
b.        Berhitung/matematika
c.         Ilmu bumi
d.        Sejarah indonesia dan dunia
e.         Olahraga dan kesehatan
bukan ini saja di madrasah juga diajarkan keterampilan sebagai bekal lulusannya ketika terjun kemasyarakat.
4.        PTAI (Pergguruan Tinggi Agama Islam)
Sejarah perguruan tinggi agama islam di indonesia bermula pada awal tahun 1945 ketika Masyumi memutuskan untuk mendirikan Sekolah Tinggi Islam (STI) di Jakarta. Pada april 19456 Masyumi menyelenggarakan pertemuan di jakarta yang dihadiri oleh organisasi-organisasi islam, kalangan intelektual dan ulama’ serta unsur pemerintah (shumubu). Tokoh-tokoh yang hadir yaitu KH. Wahid Hasyim, KH.Abdul Wahab, KH.Bisri Samsurim, KH.Mas Mansur, KH. A.Halim , KH. Imam Zarkasyi, Mr. Moh. Rom. Rapat tersebut berhasil mewujudkan rencana mendidikan Sekolah Tinggi Islam dibawah pimpinan Moh.Hatta. STI dibuka secara resmi pada tanggal 8 juliu 1945 di jakarta.[26]
Adapun tujuan didirikannya STI adalah untuk memberikan pelajaran dan pendidikan tinggi tentang ilmu-ilmu agama islam dan ilmu-ilmu kemasyarakatan, agar menjadi pesiar dan memberikan pengaruh islam di indonesia.
Macam –macam Perguruan Tinggi Agama Islam [27]
a)        Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri ( PTAIN)
b)        Akademi Dinas Ilmu Agama (ADIA)
c)        Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
d)       Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN)
e)        Universitas Islam Negeri (UIN)
f)         Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta (PTAIS)
5.        Majelis Ta’lim
Menurut akar katanya majelis ta’lim terdiri dari dua kata : majelis yang berarti tempat dan ta’lim yang berarti pengajaran. Majelis ta’lim suatu lembaga pendidikan agama nonformal yang bertujuan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah swt dan akhlak mulia bagi jamaahnya.[28]
Majelis ta’lim adalah lembaga pendidikan islam yang merupakan salah satu wadah berlangsungnya proses penyampaian dan peralihan ajaran-ajaran islam. tujuan majlis ta’lim adalah untuk membina dan mengembangkan hubungan yang  santun dan serasi antara manusia dan Allah, manusia dan sesamanya, dam manusia dan lingkungannya dalam rangka membina masyarakat yang bertaqwa kepada Allah swt. Dan berfungsi sebagai taman rekreasi rohaniah.
Dalam prakteknya majelis ta’lim tempat pengajaran atau pendidikan agama islam yang bersifat terbuka terhadap segala usia, lapisan atau srata sosial dan jenis kelamin. Waktu penyelenggaraanya tidak terikat, bisa pagi siang sore atau malam. Tempat pengelenggaraanya pun bisa dilakukan dimasjid, gedung, rumah dan halaman.
Eksistensi majelis ta’lim beserta perangkatnya sebagai lembaga pendidikan dan dakwah serta lembaga kemasyarakatan telah tumbuh dan berkembang bersama warga masyarakatnya sejak berabad-abad. Oleh karena itu secara kultural lembaga ini bisa diterima, tetapi juga ikut serta membentuk dan memberikan corak serta nilai kehidupan kepada masyarakat yang senantiasa tumbuh dan berkembang. Majelis ta’lim senantiasa dikelilingi oleh sebuah kultur yang bersifat keaagamaan.[29]
Simpulan
·         Saat ini umat islam dihadapkan pada pola kehidupan yang selalu mengalami perubahan akibat globalisasi dan arus informasi. Ada beberapa kecendrungan global yang berkaitan dengan tantangan pendidikan di masa kini, yang perlu mendapat perhatian serius. masalah pendididkan utama yang dihadapi bangsa Indonesia dewasa ini ialah bagaimana menyiapkan generasi mudanya, agar memiliki kemampuan untuk dapat menjawab segala tantangan yang mereka hadapi dikemudian hari.         
·         Persoalan pokok yang kita hadapi adalah bagaimana cara menyiapkan sumber daya manusia yang modern dan relegius, yang mampu bersaing dan tidak tersesat dalam menghadapi kehidupan yang diwarnai budaya ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk itu bangsa ini secara intern perlu mempersiapkan diri menjadi bangsa yang kokoh dan kuat kokoh aqidahnya dan kuat fisiknya dalam segalah bidang kehidupan yang menjadi problematika dan tantangan pendidikan Islam dewasa ini antara lain: globalisasi, meningkat ilmu pengetahuan dan teknologi, pengaruh informasi yang menguat serta vitalitas agama dalam kehidupan manusia.
·      Untuk menjawab tantangan tersebut, diperlukan sebuah visi dan misi agar terciptanya suatu generasi muda yang kedepannya yang bisa terus membangun sebuah peradaban islam di dunia ini. Visi dan misi tersebut tentunya dilakukan dengan sebuah proses. Proses tersebut dilakukan dengan cara membangun sebuah lembaga pendidikan islam yang bertujuan agar terciptanya suatu tujaun dari pendidikan islam. Lembaga pendidikan islam yang dimaksud diantaranya masjid, pondok pesantren, madrasah, PTAI, dan majelis ta’lim. Dengan demikian lembaga pendidikan tersebut mampu menghasilkan sumber daya umat islam yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT menguasai ipteksi, mendesiminasi, mengembangkan dan menciptakan ipteksi melalui riset, dan mengaplikasikan ipteksi untuk mensejahterahkan umat di dunia dan akhirat.
Daftar pustaka
Abdurrahman, Moeslim. 1997. Islam Transformatif. Jakarta: Pustaka Firdaus.

Ahmadi, Abu dan Uhbiyati Nur. 1991. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Rineka Cipata.

Al-Hasyimi, Ali M. 2003. Muslim Ideal. Jakarta: Pustaka Belajar.

Al-Jumbulati, Ali. 1994. Perbandingan Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.

Ariefin, M. 1994. Pendidikan Islam dalam Arus Dinamika Masyarakat. Jakarta:
Golden Trayong Press.

Arifin, M. 2000. Ilmu Pendidikan Islam, Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis berdasarkan  Interdisipliner. Jakarta: Bumi Aksara.

Azizy, Qadri A. 2001. Pendidikan untuk Membangun Etika Sosial. Semarang : Aneka Cipta.

Buchori, Mochtar. 1999. Transformasi Pendidikan. Jakarta: Pustaka Sinar

Daulay, Putra Haidar. 2002. Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional. Medan: IAIN Press.

Fajar, Malik. 1999. Reorientasi Pendidikan Islam. Jakarta: Fajar Dunia

Hasbullah. 1996. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo.

Kuntowijoyo. 1994. Dinamika Sejarah Umat Islam Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Mastuhu. 1999. Memperdayakan Sistem Pendidikan. Jakarta: Logos.

Mujib, A. 2006. Intelektualisme Pesantren. Jakarta: Diva Pustaka

Nizar, Samsul. 2008. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana.

Pasha, Kamal Musthafa. 2003. Fiqih Islam. Yogyakarta : Citra Kirana Mandiri.

Rahim, Husni. 2001. Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

Rusmaini. 2014. Ilmu Pendidikan. Palembang: Grafika Telindo Press.

Shaleh, Rachman Abdul. 2000. Pendidikan Agama dan Keagamaan. Jakarta: PT. Gema Windu Nanca Perkasa.




                [1] Rusmaini, Ilmu Pendidikan,(Palembang: Grafika Telindo Press, 2014),  hal. 155
                [2] Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1996),  hal. 38-39
[3]Moeslim Abdurrahman,  Islam Transformatif, (Jakarta: Pustaka Firdaus,1997),  hal. 144
[4]Moeslim Abdurahman,  Islam Transformatif...., hal. 145
[5]Malik Fajar, Reorientasi Pendidikan Islam, (Jakarta: Fajar Dunia, 1999),  hal. 51-53
                [6] Malik Fajar, Reorientasi...., hal. 54
[7]Mochtar Buchori, Transformasi Pendidikan, (Jakarta: Pustaka Sinar,1999),  hal. 26
[8]Mochtar Buchori, Transformasi Pendidikan...., hal. 27
                [9] Mastuhu, Memperdayakan Sistem Pendidikan, (Jakarta: Logos, 1999), hal. 41
                [10] Malik Fajar, Reorientasi Pendidikan Islam...., hal. 53
                [11]M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis berdasarkan  Interdisipliner, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000),  hal. 173
                [12]Abu Ahmadi dan Nur uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Rineka Cipata, 1991), hal. 171-172
                [13] Husni Rahim, Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2001), hal. 13
[14]Husni Rahim, Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia...., hal. 14
                [15] Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional, (Medan: IAIN Press, 2002), hal. 167
                [16] Rusmaini, Ilmu Pendidikan...., hal. 163
[17]Rusmaini, Ilmu Pendidikan...., hal. 165
[18]Rusmaini, Ilmu Pendidikan...., hal. 165

                [19] Ali Al-Jumbulati, Perbandingan Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1994), hal. 24
                [20] Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2008),  hal. 281.
                [21] Kuntowijoyo, Dinamika Sejarah Umat Islam Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 1994),  hal. 132
                [22] Kuntowijoyo, Dinamika Sejarah Umat Islam Indonesia...., hal. 39-40
                [23] A. Mujib, Intelektualisme Pesantren: Potret Tokoh dan Cakrawala Pemikiran di Era
Perkembangan Pesantren, (Jakarta: Diva Pustaka, 2006), hal. 1
            [24] A. Mujib, Intelektualisme Pesantren: Potret Tokoh dan Cakrawala Pemikiran di Era
Perkembangan Pesantren...., hal. 45
                [25] Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan, (Jakarta: PT. Gema Windu Nanca Perkasa, 2000), hal. 85
                [26] M. Ariefin, Pendidikan Islam dalam Arus Dinamika Masyarakat, (Jakarta: Golden Trayong Press, 1994), hal. 123
                [27]A. Qadri Azizy, Pendidikan untuk Membangun Etika Sosial, (Semarang : Aneka Cipta, 2001), hal. 56

            [28] Musthafa Kamal Pasha,  Fiqih Islam, (Yogyakarta : Citra Kirana Mandiri, 2003), hal. 73.
                [29] Muhammad Ali al-Hasyimi, Muslim Ideal, (Jakarta: Pustaka Belajar,  2003),  hal. 64

1 komentar:

  1. Thanks Sangat bermanfaat...
    Semangat buat Mahasiswa Uin Rafah 😁

    BalasHapus