Kamis, 21 Juli 2016

Kel. 8 Explicit Intruction, Cooperative Integrated Reading



METODE EXPLICIT  INTRUCTION (PENGAJARAN LANGSUNG) AND COOPERATIVE INTEGRATED READING (KOOPERATIF TERPADU MEMBACA DAN MENULIS )



Makalah Ini Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Pendidikan Islam
Disusun Oleh Kelompok 8:
Anggun Violita          ( 1532100085)
Apri Wibowo             (1532100086)
Dewi Shintawati        (1532100103)

Dosen Pembimbing:
Nurlaila, S.Ag.M.Pd.i

Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan
Uin Raden Fatah Palembang
Tahun 2016/2017

A.    EXPLICIT  INTRUCTION (Pengajaran Langsung )

1.      Sejarah

            Selain itu, rosenhina, dkk ( dikutip yasa,2012) mengemukakan bahwa explicit instruction merupakan suatu model pembelajaran secara langsung agar siswa dapat memahami serta bener-benar mengetahui pengetahuan secara menyeluruh dan aktif dalam suatu pembelajaran.
            Arend dalam trianto (2010:41) menjelaskan bahwa model inplincit inruction disebut juga dengan direct instruction merupakan salah satu mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses mengajar siswa yang berkaitan dengan penegtahuan producedural yang tersruktur dengan baik yang dapat di ajakan dengan pola kegiatan yang bertahap selangkah demi selangkah.
            Kemudian anurrahman (2009:169) mengemukakan bahwa explincit instruction atau yang dikenal dengan pengajaran langsung merupakan sustu model kegiatan terfokus pada aktifitas-aktifitas akademik sehingga didalam implentasi kegiatan pembelajaran guru melakukan control yang ketat terhadap kemajuan siswa, pendayaan waktu serta iklim kelas yang dikontor secara ketat pula.
            Berdasarkan pendapat-pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa model explincit instruction merupakan suatu pendekatan atau model pembelajaran yang dirancang untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedur dan pengetahuan deklaratif sehingga siswa dapat memahami serta benar-benar mengetahui pengtahuan secara menyeluruh dan aktif dalam suatu pembelajaran dengan pola selangkah demi selangkah.
            Tujuan model pembelajaran explicit intruction agar siswa dapat memahami serta benar-benar mengetahui pengetahuan secara menyeluruh dan aktif dalam suatu pembelajaran. Jadi model pembelajaran ini sangat cocok diterapkan di kelas dalam materi tertentu yang bersifat dalil pengetahuan agar proses berpikir siswa dapat mempunyai keterampilan procedural.
            Model pembelajaran ini pertama kali di perkenalkan oleh prosenshine dan steven pada tahun 1986. Explincit instruction menekankan strategi demonstrasi dari guru, strategi latihan terpadu, dan praktek mandiri atau penerapan strategi dalam belajar.

2.      Langkah-langkah Explicit Instruction ( Pengajaran Langsung ) :

a)      Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa.
b)     Mendemontrasikan pengetahuan dan keterampilan.
c)      Membimbing pelatihan.
d)     Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik.
e)      Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan.

3.      Kelebihan model Explicit Instruction ( Pengajaran Langsung ) :

a)      Dengan model pembelajaran langsung, guru mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang di terima oleh siswa sehingga dapat mempertahankan fokus mengenai apa yang harus di capai oleh siswa.
b)      Dapat di terapkan secara efektif dalam kelas yang besar maupun kecil.
c)      Dapat digunakan untuk menekan kan poin-poin penting atau kesulitan-kesulitan yang di hadapi siswa sehingga hal-hal tersebut dapat di ungkapkan.
d)     Dapat menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan informasi dan pengetahuan factual yan g sangat tersruktur.
e)      Merupakan cara yang efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilan-keterampilan yang eksplesit kepada siswa yang berprestasi rendah.
f)       Dapat menjadi cara untuk menyampaikan informasi yang banyak dalam waktu yang relative singkat yang dapat di akses secara setara oleh seluru siswa.
g)      Memungkinkan guru untuk menyampaikan ketertarikan pribadi mengenai mata pelajaran (melalui prestasi yang antusias) yang dapat merangsang ketertarikan dan atusiasme siswa.

4.      Kelemahan Explincit Instruction

a)      Model pembelajaran langsung bersandar pada kemampuan siswa untuk mengasimilasikan informasi melalaui kegiatan mendengar, mengamati, dan mencatat. Karena tidak semua siswa memiliki keterampilan dalam hal-hal tersebut, guru masih harus mengajarkan nya kepada siswa.
b)      Dalam model pembelajaran langsung, sulit untuk mengatasi perbedaan dalam hal kemampuan, pengetahuan awal, tingkat pembelajaran dan pemahaman, gaya belajaran, atau ketertarikan siswa.
c)      Karena siswa hanya memiliki sedikit kesempatan untuk terlibat secara aktif, sulit bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial dan interpersonal mereka.
d)     Karena guru memainkan peran pusat dalam model ini, kesuksesan startegi pembelajaran ini bergantung pada imege guru. Jika guru tidak tampat siap, berpengetahuan, percaya diri, antusias, dan tersetruktur, siswa dapat menjadi bosen, teralikan perhatiannya, dan pembelajaran mereka akan terlambat.
e)      Terdapat beberapa bukti penelitian bahwa tingkat sstruktur dan kendali guru yang tinggi dalam kegiatan pembelajaran yang menjadi kerakteristik modepembelajaran langsung,
dapat berdampak negative bterhadap kemampuan penyelesaian masalah, kemandirian,dan keingin tahuan siswa.

B.     COOPERATIVE INTEGRATED READING (CIRC) (KOOPERATIF TERPADU MEMBACA DAN MENULIS )

1.      Sejarah

            Meningkatkan prestasi siswa sangat tergantung bagaiman proses belajar yang dilakukan oleh siswa itu sendiri. Menurut Fontana dalam Suherman (2003;7) belajar adalah “ proses perubahan tingkah laku individu yang relative tetap sebagai hasil dari pengalaman”. Sedangkan menurut Sadiman, dkk (2009;2) menjelaskan bahwa” belajar suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi hingga keliang lahat nanti. Salah stu petanda bahwa seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya.Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (fisokomotor) maupun menyangkut nilai dan sifat (afektif) “. Kemudian Slameto (2003;2) menerangkan pula bahwa” belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalan intraksi dengan lingkungannya’’. Lebih di pertegas lagi oleh Gagne dalam mulyardi (2002;39)” belajar merupakan proses yang memungkinkan manusia memodifikasi tingkah lakunya secara permanen, sedemikian sehingga modifikasi yang sama tidak akan terjadi lagi pada situasi yang baru”.
            Dari pendapat diatas dapat kita simpulkan bahwa belajar adalah suatu perubahan tingka laku yang dilakukan secara sadar, bersifat permanen, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam intraksi dengan lingkungannya, dengan kata lain seseorang dikatakan belajar apa bila pada dirinya terjadi perubaha tingkah laku, pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan kearah yang lebih baik dibandingkan dengan sebelum ia mengalami proses belajar. Jadi hasil belajar adalah adanya perubahan tingkah laku.
            Dalam hubungannya dalam pembelajaran matematika menurut Nikson dalam Mulyardi (2002;3) mengemukakan bahwa : “ pembelajaran matematika upaya membantu siswa untuk mengkontruksi konsep atau prinsip matematika dengan kemampuannya sendiri melalui proses internalisasi sehingga konsep dan prinsip itu terbangun kembali”.
            Namun pada dasarnya seseprang tidak mengetahui model pembelajaran yang coccok digunakan olehnya ataupun digunakan untuk orang lain.
            Menurut Arends (2007) semua model pembelajaran memiliki struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur reward. Begitupun halnya dengan model pembelajaran kooperatif. Sruktur tugas melibatkan cara pelajaran diorganisasiakan dan jenis pekerjaan yang diperintahkan kepada siswa. Struktur tujuan mengacu pada banyaknya interdependensi yang dibutuhkan dari siswa ketika mereka melaksanakan tugasnya sedangkan struktur reward tergantung dari struktur tujuan dari pembelajaran tersebut.

2.      Langkah-langkah CIRC (Kooperatif Terpadu Membaca dan Menulis ) :

a)      Siswa dibentuk kelompok 4-5 orang secara heterogen.
b)      Guru memberikan wacana atau kliping yang sesuai dangan pembelajaran.
c)      Siswa bekerjasama saling membacakan dan menemukan jawaban atau ide pokok dari pemasalahan yang tersedia kemudian memberikan tanggapan terhadap wacana atau kliping tersebut dan ditulis diselembar kertas.
d)     Siswa mempresentasikan atau membacakan hasil kelompok.
e)      Guru memberikan penguatan.
f)       Guru dan siswa membuat kesimpulan secara bersama-sama.
g)      Penutup (Suprijono,2009:130).

3.      Kelebihan CIRC

a)      Dalam proses belajar mengajar, siswa dapat memberikan tanggapannya secara bebas.
b)      Siswa dilatih untuk dapat berkerjasama dan menghargai pendapat orang lain.
c)      CIRC amat tepat untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah.
d)     Dominasi guru dalam pembelajaran berkurang.
e)      Siswa termotivasi pada hasil secara teliti, karena bekerja dalam kelompok.
f)       Para siswa dapat memahami makna soal dan saling mengecek pekerjaannya.
g)      Membantuh siswa yang lemah.
h)      Meningkatkan hasil belajar khususnya dalam menyalesaikan soal yang berbentuk pemecahan masalah.
i)        Pengalaman dan kegiatan belajar anak didik akan selalu relavan dengan tingkat  perkembangan anak.
j)        Seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi anak didik sehingga hasil belajar anak didik dapat bertahan lebih lama.
k)      Membangkitkan motivasi belajar,memperluas wawasan dan aspirasi guru dalam proses pembelajaran (Suprijono,2009:131).

4.      Kekurangan CIRC

a)      Pada saat dilakukan persentasi terjadi kecenderungan hanya siswa pintar yang secara aktif tampil menyampaikan dan gagasan.
b)      Siswa yang pasif akan merasa bosan sebagai tanggu jawab bersama (Suprijono,2009:132).
c)      Dalam model pembelajaran ini hanya dapat dipakai untuk pelajaran yang menggunakan bahasa, sehingga model ini tidak dapat dipakai untuk mata pelajaran seperti matemkatika dan mata pelajaran lain yang menggunakan prinsip menghitung.
d)     Tidak semua siswa bisa mengerjakan dengan teliti.
e)      Adanya pendapat yang sama sehingga hanya sebagian saja yang tampil, dan bnyak siswa yang kurang aktif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar