Kamis, 21 Juli 2016

Kel. 2 Historiografi Arab Pra-Islam



HISTORIOGRAFI ARAB PRA-ISLAM (AL-AYYAM AL-ANSAB)
 





BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

                        Bangsa Arab pra-Islam dikenal dalam sejarah dengan sebutan Arab Jahiliyah. Istilah ini biasa diartikan sebagai masa kebodohan dan identik dengan kehidupan nomaden, kurang beradab dan sering digandrungi dengan peperangan dan pertumpahan darah. Bangsa Arab pra-Islam merupakan suatu masyarakat primitif yang mempunyai kepercayaan serba dewa. Kehidupan mereka nomaden serta mempunyai  etnis dan genealogis tersendiri juga menghasilkan historiografi genealogis pula, mereka menyebutkan dengan  nasab.
                        Karena masyarakat Arab pra-Islam tidak mempunyai budaya tulis, maka sumber-sumber sejarah yang menjelaskan periode ini hanyalah riwayat, legenda, peribahasa, dan terutama syair-syair . Arab pra-Islam terkenal dengan syair-syair yang menceritakan kisah-kisah peperangan gerilya, kehidupan digurun pasir yang tandus, pertumpahan darah karena masalah  lahan,  peternakan,  dan antar suku.
1.      Bagaimana Historiografi Pada Masa Pra-Islam?
2.      Bagaimana Tradisi Al-Ayam Pada masa Pra-Islam?
3.      Bagaiman Tradisi Al-Anshab pada Masa Pra-islam?
1.      Mengetahui Historiografi Pada Masa Pra-Islam
2.      Mengetahui Tradisi Al-Ayyam Pada Masa Pra-Islam
3.      Mengetahui Tradisi Al-Anshab Pada Masa Pra-Islam


PEMBAHASAN

Sekilas pengertian Historiografi Islam

            Secara etimologi, kata “histografi merupakan gabungan dari dua kata yaitu  history yang berarti sejarah dan grafi yang berate deskripsi penulisan.
            History berasal dari kata benda Yunani “ istoria” yang berarti ilmu. Akan tetapi dalam perkembangan zaman, kata Latin yang sama artinya, yakni “scientia” lebih seing digunakan untuk menyebutkanpemaparan sisitematis non-kronologis mengenai gejala alam, sedangkan kata “istoria” diperuntukkan bagi pemaparan megenai gejala-gejala, terutama hal ihwal manusia, daam urutan kronologis. Sekarang “history” menurut definisi yang paling umum berarti “masa lampau manusia”.[1]

Sejarah Arab Pra-Islam

            Bangsa Arab sebelum islam biasanya disebut Arab Jahiliah bangsa yang belum berperadaban, bodoh, dan tidak mengenal aksara. Namun, bukan berarti tidak seorang pun dari penduduk Jazirah Arab yang mampu membaca dan menulis, karena beberapa orang sahabat Nabi diketahui sudah mampu membaca dan menulis sebelum mereka masuk Islam.Hanya saja baca tulis ketika itu belum menjadi tradisi, tidak dinilai sebagai sesuatu yang penting, tidak pula menjadi ukuran kepandaian dan kecendikiaan.[2]
            Akan tetapi, Bangsa Arab, terutama Arab bagian Utara, dikenal sebagai orang-orang yeng memiliki kemampuan tinggi dalam menggubah syair, dan syair-syair itu diperlombakan dan yang unggul diantaranya ditulis untuk digantung di Ka’bah. Melalui tradisi sastera tersebut, diketahui bahwa peristiwa-peristiwa besar dan penting secara faktual ikut memberi pengaruh dan mengarahkan perjalanan sejarah mereka. Nilai-nilai yang menyertai peristiwa-peristiwa penting itu mereka abadikan dengan berbagai cara, seperti kisah, dongeng, nasab, nyanyian, syair, dan sebagainya.[3]
            Orang Arab sebelum Islam dan pada awal kebangkitan Islam, tidak atau belum menulis sejarah.Peristiwa-peristiwa sejarah disimpan dalam ingatan.Bukan hanya karena mereka buta aksara, tetapi juga karena mereka beranggapan bahwa kemampuan mereka lebih terhormat. Semua peristiwa sejarah itu diingat dan diceritakan berulang-ulang. Demikian pula dengan hadist-hadist Nabi.[4]
Dunia Arab pra-Islam merupakan kancah peperangan terus menerus. Akibat peperangan yang terus menerus kebudayaan mereka tidak berkembang. Karena itu bahan-bahan sejarah Arab pra-Islam sangat langkah didapatkan di dunia Arab dan dalam bahasa Arab. Pengetahuan tentang Arab pra-Islam diperoleh melalui syair-syair yang beredar di kalangan para perawi syair.[5]
Jadi, Bangsa Arab pra-Islam mempunyai tradisi tersendiri untuk mengabadikan sejarah-sejarah yang ada pada zaman itu, mereka tidak menggunakan tulisan untuk mengabadikan sejarah-sejarah tersebut, melainkan dengan tradisi lisan.
Untuk mengetahui secara mendalam sejarah perjalanan dan warisan asli penduduk Jazirah Arab pada masa Jahiliyah itu, perhatian harus diarahkan kepada tradisi lisan itu.Orang-orang Arab sebelum Islam memang telah mengenal tradisi yang menyerupai bentuk sejarah lisan itu.Itulah yang disebut dengan al-Ayyam (hari-hari penting) dan al-Ansab (silsilah).
            Kabilah-kabilah Arab meriwayatkan al-Ayyam yang terdiri dari perang-perang dan kemenangan-kemenangan, untuk tujuan membanggakan diri terhadap kabilah-kabilah yang lain, baik dalam bentuk syair maupun prosa yang diselang-selingi syair.Syair itulah yang melestarikan perpindahan dan mendiseminasikan berita itu.Apabila syair itu terlupakan, maka riwayat-riwayat itu juga terlupakan.[6]         
            Ayyam al-‘Arab berasal dari bahasa arab yang berarti perang-perang ampar kabilah Arab. Di kalangan masyarakat Arab pra-Islam (Jahiliyah) sering terjadi konflik antar kabilah karena perselisihan dalam mencapai kepemimpinan, perebutan sumber-sumber air dan padang rumput untuk pengembalaan ternak. Konflik itu sering menyebabkan peperangan yang menumpahkan darah. Hari-hari perang itu dikenal dengan Ayyam al-‘Arab yang  secara etimologis berarti  hari-hari penting bangsa Arab. Disebut “hari-hari penting karena peperangan itu berlangsung  pada siang hari. Ketika malam tiba, peperangan dihentikan sampai fajar menyingsing.[7]
Peperangan antar kabilah-kabilah arab itu, karena demikian sering terjadi sehingga dapat dikatakan tidak pernah berhenti dan sudah menjadi tradisi. Oleh karena itulah, undang-undang tak tertulis (konvensi) yang ditaati Bangsa Arab, baik yang kuat maupun yang lemah, waktu itu adalah “pembalasan dendam” (al-akhz-bi al-tsa’r) yang sudah menjadi hukum suci bagi mereka apabila anggota satu kabilah membunuh anggota kabilah lainnya, maka kabilah yang terakhir “berhak” membunuh anggota kabilah pembunuh. Peperangan baru berakhir setelah didamaikan oleh pihak ketiga, biasanya, dengan menetapkan denda yang harus dibayar oleh pihak yang bersalah.Seringkali juga, pihak yang dirugikan tidak bersedia menerima denda, sebelum di pihak bersalah ada yang terbunuh, karena itu dapat menjatuhkan reputasi kabilah.Inilah yang biasanya menyebabkan berkelanjutannya peperangan antar kabilah sampai beberapa generasi.Peperangan juga bisa disebabkan oleh perkara sepeleh misalnya seseorang dari satu kabilah menghina anggota kabilah lainnya, atau perbedaan pendapat berkenaan dengan hak-hak perorangan yang segera melibatkan kabilah masing-masing.Perperangan antara dua kabilah sering diperdahsyat oleh terlibatnya kabilah-kabilah lain yang menjadi sekutu dua kabilah yang terlibat perperangan.[8]

            Peristiwa-perisiwa perang antar kabilah-kabilah Arab itu diabadikan dalam gubahan syair atau kisah yang diselang-selingi dengan dengan syair, yang dimaksudkan untuk tujuan membangga-banggakan kabilah-kabilah lainnya.Syair atau kisah yang diselang-selingi syair itu, pada masa pra-Islam, diwariskan secara turun-temurun secara lisan.Syair-syair dan prosa itu, pada masa awal Islam dihimpun secara tertulis pada abad ke-2 Hijrah (ke-8 M) dalam buku-buku terutama sastra.[9]
            Kadang-kadang peperangan itu dinamakan dengan nama lokasi peperangan atau nama sumber air yang menyebabkan peperangan, seperti Yaum ‘Ayn Abagh (Perang/Peristiwa/Hari Sumber Air Abagh), Yaum Dzi Qiar (Perang/Peristiwa/ Hari Dzi Qar, nama kampong) dan Yaum Syi’b Jabalah (Perang/Peristiwa/Hari Syi’b Jabalah, nama kampong), dan kadang-kadang dinamakan dengan nama orang atau hewan atau apa saja yang menjadi latar belakang terjadinya perperangan itu, seperti Yaum al-Basus (nama seorang wanita tua) dan Yaum Dabis al-Ghabra’ (nama kuda jantan dan unta betina).[10]
            Disini kami akan memberikan sebuah kisah yang berhubungan dengan syair yang membanggakan kabilah atau kaum yang bersangkutan.
            Hassan adalah penyair Rasulullah dan penyair Islam.Dan Tsabit adalah juru bicara Rasulullah dan juru bicara Islam. Kalimat dan kata-kata yang keluar dari mulut Tsabit bin Qais kuat, padat, keras, tegas, dan mempesonakan.
            Pada tahun datangnya utusan-utusan dari berbagai penjuru semenanjung Arabia, datanglah ke Madinah perutusan Bani Tamim yang mengatakan kepada Rasulullah SAW, “kami datang akan berbangga diri kepada anda, maka izinkanlah kepada penyair dan juru bicara kami menyampaikannya!”. Maka Rasulullah SAW tersenyum, lalu katanya, “telah kuizinkan bagi juru bicara kalian, silahkanlah!”.
            Juru bicara mereka Utharid bin Hajib pun berdirilah dan mulai membanggakan kelebihan-kelebihan kaumnya. Dan sewaktu menyatakannya telah selesai, Nabi pun berkata kepada Tsabit bin Qais, “berdirilah dan jawablah!”.
            Tsabit bangkit menjawabnya, “Alhamdulillah, segala puji bagi Allah”.
            “Langit dan bumi adalah ciptaan-Nya, dan titah-Nya telah berlaku pada-Nya”.
            “Ilmu-Nya meliputi kerajaan-Nya, tidak ada satu pun yang ada, kecuali dengan karunia-Nya.”
            “kemudian dengan kodrat-Nya juga, dijdikan-Nya kita golongan dan bangsa-bangsa.”
            “dan ia telah memilih dari makhluk-Nya yang terbaik seorang Rasul-Nya. Berketurunan, berwibawa dan jujur kata tuturnya.Dibekali-Nya Al-Quran dibebani-Nya amanat membimbing kejalan persatuan umat.Dialah pilihan Allah dari yang ada di alam semesta. Kemudian ia menyeru manusia agar beriman kepadanya, maka berimanlah orang-orang Muhajirin dari kaum dan kerabatnya, yakni orang-orang yang termulia keturunannya dan yang paling baik amal perbuatannya. Dan setelah itu, kami orang-orang Anshar, adalah yang pertama pula memperkenalkan seruannya.Kami adalah pembela-pembela agama Allah dan penyokong-penyokong Rasul-Nya.”[11]
            Kisah-kisah yang berhubungan dengan peristiwa penting bangsa Arab yang terekam dalam adab al-ayyam ini menyatakan pada kita bahwa tradisi al-ayyam ini sudah berlangsung sangat lama.Hal itu ditunjukan oleh kenyataan adanya bagian-bagian sejarah tertua yang tertuang dalam Taurat juga dipisahkan adab al-ayyam itu.Peristiwa itu kelihatannya pada mulanya lebih merupakan cerita legenda sebelum masuk kepada kisah-kisah historis.Dengan menunjuk kepada contoh-contoh yang terdapat di dalam Taurat itu, terlihat bagaimana pentingnya makna kesasteraan al-ayyam itu bagi bangsa Arab, baik dalam bentuk syair maupun dalam bentuk prosa. Akan tetapi, dari sana terlihat pula bahwa sastera al-ayyam itu tidak disandarkan pada sumber-sumber tertulis.[12]
            Kisah al-Ayyam ini terus berlangsung sampai awal kebangkitan Islam.Kisah-kisah al-ayyam pada prinsipnya lebih merupakan karya sastra daripada karya sejarah.Kisah-kisah itu diriwayatkan untuk menghibur dan menimbulkan rasa gembira bagi para pendengar, di samping untuk pewarisan nilai-nilai tertentu.[13]
            Sebagai sebuah karya, tentukan Ayyam al-‘Arab mempunyai cirri tersendiri jika dibandingkan dengan karya sastra lainnya, yaitu:[14]
1.      al-madh (pujian), yaitu memuji-muji kepahlawanan seseorang. Terutama dari kabilah penggubah itu sendiri,
2.      al-haja’ (hinaan), yaitu merendahkan kabilah musuh,
3.      al-ghazl (rayuan),
4.      fanatisme kabilah.
            Pada masa pra islam, bangsa Arab tidak memiliki kalender yang tetap. Mereka memakai ingatan atau catatan sejarah yang berhubungan dengan kejadian penting di masa mereka.[15]
            Melalui kisah-kisah  al-Ayyam itu, kita dapat mengetahui keadaan bangsa Arab di masa sebelum Islam sebagai sumber sejarah Haji Khalifah, sejarawan Arab, dikutip oleh Muhammad Fathi Utsman mengatakan: “Ilmu Ayyam al-Arab adalah ilmu yang membahas peristiwa-peristiwa besar di antara kabilah-kabilah Arab. Ilmu ini selayaknya menjadi salah satu cabang dari Ilmu sejarah.”[16]
            Secara umum, ciri-ciri khas al-Ayyam sebagai karya sastera yang mengandung informasi sejarah, di antaranya:[17]
1.      Perhatian khususnya terletak pada kehidupan masyarakat kabilah,
2.      penggubah syair-syair dalam kisah al-ayyam tidak dikenal lagi, sehingga menjadi milik bersama kabilah bersangkutan,
3.      kronologi peristiwa-peristiwa sangat ruwet,
4.      objektivitasnya diragukan.
            Jadi, pada tradisi al-Ayyam al-‘Arab ini prinsipnya lebih merupakan karya sastera daripada sejarah. Dan kisah-kisah yang berhubungan dengan peristiwa penting bangsa Arab yang terekam dalam gubahan syair, legenda maupun prosa.
            Penting diketahui pula bahwa tradisi al-Ayyam masih tetap berlangsung pada awal kebangkitan islam dan banyak memengaruhui langgam sejarah penulisan islam pada masa berikutnya terutama pada aliran Irak.[18]

B. Al-Ansab

            Al-Ansab adalah jamak dari nasab yang berarti silsilah (gneologi) sejak masa jahiliyah oaring-orang arab sangat memperhatikan dan memelihara pengetahuan tentang nasab. Ketika itu, pengetahuan tentang nasab ini merupakan salah satu cabang pengetahuan yang dianggap penting.Setiap kabilah menghapal silsilahnya. Semua anggota keluarganya menghapalnya agar tetap murni, dan silsilah itu dibanggakan terhadap kabilah-kabilah lain.[19]
            Nasab juga dikaitkan dengan syair.Topik-topik utama syair orang-orang Arab bahkan berkenaan dengan masalah nasab ini, dan dengan syair-syair itu pula mereka membanggakan nasab mereka masing-masing, yang berhubungan dengan masa kejayaan dan kehormatan.Kehormatan suatu kabilah tergantung pada prestasi-prestasi yang pernah dicapai oleh nenek moyang mereka.Al-ayyam (hari-hari peperangan antar kabilah) sering kali mengandung informasi tentang nasab.
Namun hal ini bukan merupakan alasan mereka peduli akan sejarah, sebab:[20]
1.      pada masa sebelum Islam perhatian terhadap geneologi (silsilah,nasab) belum mengambil bentuk tradisi tulis, mereka hanya menghapal,
2.      banyak pengetahuan geneologi ini yang lenyap bila tidak ada yang menghapalkannya,
3.      hapalan tentang nasab-nasab dalam sejarah itu, terdapat mitos-mitos dan dongeng-dongen itu yang berkenaan dengan nasab yang bersangkutan.
 Secara garis besar  historiografi Islam al-Ansab ini adalah historiografi yang berkenaan kepada pengetahuan mengenai nasab (keturunan) masyarakat Arab pra-Islam.


A.    Historiografi Arab pra-Islam
Bangsa Arab pra-Islam memepunyai tradisi tersendiri untuk mengabadikan sejarah-sejarah yang ada pada zaman itu, mereka tidak menggunakan tulisan untuk mengabadikan sejarah-sejarah tersebut, melainkan dengan tradisi lisan.
B.     Historiografi al-Ayyam al-‘Arab
Tradisi al-Ayyam al-‘Arabini prinsipnya lebih merupakan karya sastera daripada sejarah. Dan kisah-kisah yang berhubungan dengan peristiwa penting bangsa Arab yang terekam dalam gubahan syair, legenda maupun prosa.
C.     Historiografi Islam al-Ansab
Historiografi Islam al-Ansab ini adalah historiografi yang berkenaan kepada pengetahuan mengenai nasab (keturunan) masyarakat Arab pra-Islam.



Badri, Yatim.Historiografi Islam.Ciputat:PT Logos Wacana Ilmu.1997.
Musyarof ,Ibtihad.Biografi Tokoh Islam.Jakarta Selatan:Tugu Publisher.2010.
K.Philip, Hitti.History of The Arabs.Jakarta:Serambi Ilmu Semesta.2005.



[1] Badri Yatim, Historiografi Islam, (Ciputat: PT Logos Wacana Ilmu, 1997), hal.1.
                [2] Ibid., hal. 27.
[3] Hitti, K. Philip, History of The Arabs, diterjemahkan oleh R. Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet Riyadi,( Jakarta : Serambi Ilmu Semesta, 2005). Hal. 31.
[4] Loc.cit.,hal 33.
[5] Ibid., hal. 18.
[6] Hadi fauzan, http://hadifauzan.blogspot.ae/2013/11/historiografi-arab-pra-islam-al-ayyam.html?m=1 , 10 maret 2016.14.32WIB. pakjo, angkatan 45. SumSel
[7] Loc.cit., hal. 30.
[8] Ibid., hal.31.
[9]Op.cit.,hal.31.
[10]ibit.,Hal.31.
                [11] Ibtihadj Musyarof, Biografi Tokoh Islam (Jakarta Selatan: Tugu Publisher, 2010) hal. 198.
[12]Hadi fauzan, http://hadifauzan.blogspot.ae/2013/11/historiografi-arab-pra-islam-al-ayyam.html?m=1 , 10 maret 2016.14.32WIB. pakjo, angkatan 45. SumSel.
[13] Loc.cit.,hal.20.
                [14] Ibid., hal.21.
[15] Ibid., hal.35.
[16] Ibid., hal.36.
                [17] Hadi fauzan, http://hadifauzan.blogspot.ae/2013/11/historiografi-arab-pra-islam-al-ayyam.html?m=1 , 10 maret 2016.14.32WIB. pakjo, angkatan 45. SumSel.
[18]Loc.cit., hal. 38.
[19]Op.cit., hal. 38.
                [20] Ibid., hal. 39.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar