Kamis, 21 Juli 2016

Kel. 11 Pertumbuhan dan Perkembangan Pendidikan Isam di Indonesia



Pertumbuhan dan Perkembangan Pendidikan Isam di Indonesia

A.      Pendahuluan

            Pada era sekarang ini khususnya di Indonesia, Pendidikan Islam dapat diperoleh dari berbagai macam media dan tempat-tempat seperti, Pendidikan di Sekolah, Pesantren maupun Peguruan Tinggi dan media-media lain.Hal ini terlihat jelas bahwa Pendidikan Islam mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Semua ini tidak terlepasdari faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan Pendidikan Islam itu sendiri, yaitu faktor Internal dan Eksternal Pendidikan Islam. Selain itu metode Pendidikan Islam yang digunakan juga berpengaruh terhadap perkembangan Pendidikan Islam di Indonesia. Seperti Islam di dunia pada umumnya.

Dalam kurun waktu kurang dari satu abad dari kelahirannya, Islam telah disebar jauh sampai ke Tiongkok,ke Afrika bagian utara,ke Asia kecil dan ke Asia bagian utara (Lembah Sungai Everat dan Tigris). Sedangkan agama-agama lain memerlukan beberapa abad untuk dapat menyebar keluar negri nya dalam jarak yang jauh dan daerah yang luas atau untuk menjadi tuan di negerinya sendiri.

Akselarasi dan dinamika penyebaran islam tersebut disebabkanada nya faktor-faktor khusus yang dimiliki oleh islam pada periode permulannya.           Faktor-faktor positif itu antara lain ialah :[1]

1.        Faktor ajaran islam itu sendiri. Ajaran Islam,baik bidang akidah,syariah dan akhlaknya mudah dimengerti oleh semua lapisan Masyarakat, dapat diamalkan secara luwes dan ringan, selalu memberikan jalan keluar dari kesulitan.

2.        Faktor tempat kelahiran Islam, yaitu jazirah Arabiajazirah Arabia lokasinya sangat strategis yaitu ditengah persimpangan- persimpangan antara benua-benua Afrika, Eropa, Asia bagian sekitar   jazirah Arabia itu sudah terkenal memiliki kebudayaan yang maju, misalnya bangsa Mesir, Etiophia, Romawi Timur, Persia, India dan lain sebagainya.

B.    Masa masuk dan perkembangan Islam di Indonesia

1.        Akselerasi perkembangan Islam pada umumnya

Sejarah telah mencatat bahwa semua agama baik agama samawi atau agama wad’i disiarkan dan dikembangkan oleh para pembawanya yang disebut dengan utusan tuhan dan oleh para pengikutnya. Mereka yakin utusan tuhan dan oleh para pengikutnya. Mereka yakin bahwa kebenaran dari tuhan itu harus disampaikan kepada umat manusia untuk menjadi pedoman hidup. Para penyebar agama banyak yang menempuh perjalanan jarak jauh dari tempat kelahirannya sendiri demi untuk menyampaikan ajarannya.

Misalnya Nabi Ibrahim berhijrah dari daerah babylonia menuju Palestina, Mesir, dan Mekkah. Nabi Musa pulang balik dari Mesir dan Palestina, Nabi isa hijrah dari Bait Lahm ke Yerusalem, dan Nabi Muhammad hijrah dari Mekkah ke Madinah. Para pemeluk agama menyearkannya lagi ke tempat-tempat yang lebih jauh secara langsung atau secara beranting (estafet), sehingga agama-agama sekarang lebih tersebar ke seluruh pelosok dunia.[2]

Tampilnya dinasti Abasiyah yang menggantikan dinasti Umayyah dalam peradaban Islam membawa corak baru dalam budaya Islam dan terutama dalam bidang pendidikan Islam. Pada periode pertama dinasti Abasiyah (132 H/750 M-232 H/847 M), dunia pendidikan Islam mengalami masa kejayaannya (lahirnya sekolah-sekolah yang tak terhitung banyaknya yang tersebar dari kota-kota sampai desa-desa) dan sekaligus pada periode kedua dinasti Abasiyah (847 M-942 M) menjadi awal kemunduran intelektual Islam dan terlihat nyata pada periode kelima (akhir dinasti abasiyah 1258 M).[3] Diantara agama-agama besar didunia ini adalah Yahudi,Nasrani,Islam,Hindu dan Budha,tetapi yang paling luas dan paling banyak pengikutnya ialah Nasrani dan Islam.

Hal tersebut tentu berhubungan dengan usaha penyiarannya oleh para pemeluknya. Usaha penyiaran agama pasti menghadapi rintangan,hambatan,gangguan bahkan ancaman yang berat. Itulah sebabnya maka kadang-kadang penyiaran suatu agama berjalan dengan lancar,kadang-kadang tersendat-sendat dan kadang-kadang mengalami kemacetan walaupun tidak total. Pengembangan dan penyiaran agama islam termasuk paling dinamis dan cepat dibandingka dengan agama-agama lainnya.

Hal tersebut disusun dengan kurun waktu yang sebanding dan sikon,alat komunikasi dan transportasi yang sepadan. Catatan sejarah telah membuktikan bahwa islam dalam waktu 23 tahun darin kelahirannya sudah menjadi tuan di negrinya sendiri, yaitu Jazirah Arabia.

Pada zaman khalifah Umar bin Khattab, Islam telah masuk secara potensial Syam Palestina, Mesir dan Iraq. Pada zaman Ustman bin Affan, Islam telah masuk dinegri-negri bagian timur sampai ke Tiongkok dibawa oleh para pedagang zaman dinasti Tang.

Kesimpulannya ialah,bahwa dalam kurun waktu kurang dari satu abad dari kelahirannya, Islam telah disebar jauh sampai ke Tiongkok,ke Afrika bagian utara,ke Asia kecil dan ke Asia bagian utara (Lembah Sungai Everat dan Tigris). Sedangkan agama-agama lain memerlukan beberapa abad untuk dapat menyebar keluar negri nya dalam jarak yang jauh dan daerah yang luas atau untuk menjadi tuan di negerinya sendiri.

Akselarasi dan dinamika penyebaran islam tersebut disebabkanada nya faktor-faktor khusus yang dimiliki oleh islam pada periode permulannya.           Faktor-faktor positif itu antara lain ialah :[4]

Faktor ajaran islam itu sendiri. Ajaran Islam,baik bidang akidah,syariah dan akhlaknya mudah dimengerti oleh semua lapisan Masyarakat, dapat diamalkan secara luwes dan ringan, selalu memberikan jalan keluar dari kesulitan.

a.         Faktor tempat kelahiran Islam, yaitu jazirah Arabia

Jazirah Arabia lokasinya sangat strategis yaitu ditengah persimpangan- persimpangan antara benua-benua Afrika, Eropa, Asia bagian sekitar   jazirah Arabia itu sudah terkenal memiliki kebudayaan yang maju, misalnya bangsa Mesir, Etiophia, Romawi Timur, Persia, India dan lain sebagainya.

Arabia itu di sebut jazirah (pulau) karna hampir seluruh tanahnya dikelilingi oleh perairan secara langsung[5]. Yaitu oleh Laut Tengah, Laut Merah, Samudra India dan sungai besar yaitu Everat dan Tigris. Dengan demikian maka hubungan antara Arabia dengan dunia luar dapat ditempuh dengan jalan laut dan darat.

Arabia terdiri dari daerah padang pasir dan gunung-gunung batu yang tandus. Hanya sebagian kecil saja daerah yang subur. Keadaan yang demikian itu, memaksa kepada penduduknya untuk mencari penghidupan dengan jalan perdagangan. Pertanian dan perternakan tidak dapat mencukupi kebutuhan minimal dari penduduknya. Nabi Muhammad pada waktu masi muda pernah pergi keluar negeri dua kali (ke negeri Syam) untuk berdagang. Perdagangan dikuasai oleh bangsawan suku Quraisy yang berkuasa di bidang politik dan ekonomi.

Iklim jazirah Arabia pada umumnya panas dan kering. Perbedaan antara suhu udara siang dengan suhu udara malam agak besar. Oleh Karena itu bangsa Arab di jazirah Arabia sudah terbiasa hidup di dalam suhu udara yang bermacam-macam.

b.        Masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia

Ada dua faktor utama yang menyebabkan Indonesia mudah dikenal oleh bangsa-bangsa lain, khususnya oleh bangsa-bangsa di Timur Tengah dan Timur Jauh sejak dahulu kalah, yaitu :[6]

a.         Faktor letak geografisnya yang strategis. Indonesia berada di persimpangan jalan raya Internaionl dari jurusan Timur Tengah menuju Tiongkok, melalui lautan dan jalan menuju benua Amerika dan Australia.

 

b.        Faktor kesuburan tanahnya yang menghasilkan bahan-bahan keperluan hidup yang dibutuhkan oleh bangsa-bangsa lain, misalnya : rempah-rempah.

Bahwa kedatangan Islam pertama di Indonesia tidak identik dengan berdirinya kerajaan Islam pertama di Indonesia. Mengingat bahwa pembawa Islam ke Indonesia adalah para pedagang,bukan misi tentara dan bukan pelarian politik. Mereka tidak ambisi langsung mendirikan kerajaan Islam. Lagi pula di Indonesia pada zaman itu sudah ada kerajaan-kerajaan Hindu- Budha yang banyak jumlahnya dan berkekuatan besar. Jadi masa tenggang antara kedatangan orang Islam pertama di Indonesia dengan berdirinya kerajaan Islam pertama adalah sangat lama.

Ada beberapa teori untuk menjawab pertanyaan tersebut, antara lain sebagai berikut :

a.         Yang datang pertama kali ialah muballig dari Persi (Iran), pada pertengahan abad 12 M. Alasannya karena kerajaan Islam pertama di Indonesia bernama Pase (Pasai) berasal dari Persi[7]. Ditambah dengan kenyataan bahwa orang Islam Indonesia sangat hormat kepada keturunan sayid atau habib yaitu keturunan Hasan dan Husen putra Ali bin Abi Thalib.

b.        Yang datang pertama kali ialah muballig dari India Barat, tanah Gujarat. Alasannya, karena ada persamaan bentuk lisan dan gelar nama dari muballig yang oleh Belanda dianggap sebagai kuburan orang-orang Islam yang pertama di Indonesia. Kerajaan Islam yang pertama di Indonesia adalah Pase atau kerajaan Samudera di daerah Aceh yang berdiri pada abad ke 10 M dengan rajanya yang pertama Al Malik Ibrahim bin Mahdum, yang kedua bernama Al Malik Al Shaleh dan yang terakhir bernama Al Malik Sabar Syah (tahun 1444 M/abad ke 15 H).

2.     Berbagai kebijakan pemerintah Belanda dan Jepang dalam bidang pendidikan Islam

a.         Masa penjajahan Belanda

Penaklukan bangsa Barat atas dunia Timur dimulai dengan jalan perdagangan, kemudian dengan kekuatan militer. Selama zaman penjajahan Barat itu berjalanlah proses westernisasi Indonesia. Kedatangan bangsa Barat memang telah membawa kemajuan teknologi. Tetapi tujuannya adalah untuk meningkatkan hasil penjajahannya, bukan untuk kemakmuran bangsa yang dijajah.

Begitu pula dibidang pendidikan. Mereka memperkenalkan sistem dan metode baru tetapi sekedar untuk menghasilkan tenaga yang dapat membantu kepentingan mereka dengan upah yang murah dibandingkan dengan jika mereka harus mendatangkan tenaga dari Barat. Itulah gambaran dari motif keagamaan orang Barat terhadap Timur.[8]

b.        Masa penjajahan Jepang

Pada babak pertamanya pemerintah Jepang menampakkan diri seakan-akan membela kepentingan Islam, yang merupakan suatu siasat untuk kepentingan Perang Dunia ke II. Perang dunia ke II menghebat dan tekanan pihak sekutu kepada jepang makin berat. Beberapa tahun menjelang berakhirnya perang itu tanpa semakin jelas betapa beratnya Jepang menghadapi musuh dari luar dan oposisi dari rakyat Indonesia sendiri.

c.         Berbagai kebijakan Pemerintah Republik Indonesia dalam bidang Pendidikan Islam.

Pada tanggal 17-8-1945 Indonesia merdeka. Tapi musuh-musuh Indonesia tidak diam, bahkan berusaha untuk menjajah kembali. Pada bulan Oktober 1945 para ulama di Jawa memproklamasikan perang jihad fisabilillah terhadap Belanda/Sekutu. Hal ini berarti memberikan fatwa kepastian hukum terhadap perjuangan umat Islam.[9]


3.        Kekuatan dan kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia

Kekuatan pendidikan Islam di Indonesia dapat kita simak dalam berbagai periode dari masaNabi Muhammad, masa Khulafaurrasyidin, dinasti Umayyah, sampai masa keemasan dinasti Abbasiyah, sampai dengan abad ke 14 M. Pengaruhnya sampai abad-abad kemudian jelas nampak dalam perkembangan peradaban bangsa-bangsa di negara barat Spanyol, Perancis dan sebagainya.

Disamping itu dapat pula dikenali para pujangga muslim dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan seperti filsafat, kimia, astronomi, aljabar, kedokteran, arsitektur dan lain-lain, dalam sepanjang sejarah kebudayaan Islam pada abad-abad tersebut. Dengan pola kurikulum ini mobilitas peserta didik antar sekolah umum setingkat dengan madrasah yang setingkat dengan madrasah yang setingkat dapat berlangsung dengan mudah, apalagi jika siswa-siswa ingin melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi. Oleh karena itu mutu sekolah umum madrasah yang setingkat memiliki derajat sama dalam hal pengetahuan. Kekuatan ini merupakan kekuatan khas Indonesia yang signifikan dengan kekutatan peradaban dunia.[10]

Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia Secara eksternal, sistem pendidikan nasional ketinggalan kereta api globalisasi, dan secara internal, sistem pendidikan nasional berjalan semakin jauh menyimpang dari cita-cita semula, yaitu mengembangkan sistem sifat-sifat pendidikan yang nasional dan demokratis. Sistem pendidikan Islam masih bersifat konvensional, karena hanya mengandalkan sistem pendidikan tradisional.

Oleh karena itu perlu adanya kesiapan lembaga pendidikan islam dalam memasuki era globalisasi. Berdasarkan kenyataan tersebut, maka dalam hal yang bersipat normatif-filosofis dilakukan dengan cara menguji ulang terhadap nukhtah-nukhtah ilahiyah dalam al-Quran yang berhubungan dengan masalah pendidikan, seperti tentang manusia, ilmu, nilai yang berhubungan dengan tujuan pendidikan, dan sebagainya.[11]

Dan pendidikan Islam dituntut melakukan fungsi yang bersifat reflektif, yaitu , harus mampu menggambarkan corakl dan arus kebudayaan yang sedang berlangsung dan juga harus bersifat progresif yaitu, pendidikan Islam dituntut mampu memperbaharui dan pengembangkan kebudayaan agar tercapainya kemampuan.

4.        Metode Pendidikan Islam di Indonesia.

a.    Pengertian Metode

Secara etimologi, istilah metode berasal dari bahasa Yunani “metodos”. Kata ini terdiri dari dua kata: yaitu metha yang berarti melalui atau melewati dan hodos yang berarti jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan. Dalam bahasa Arab metode disebut thariqah. Dalam kamus besar bahasa indonesia, metode adalah cara yang teratur dn berpikir baik-baik untuk mencapat maksud. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan metode pendidikan ilsam adalah cara yang dilakukan oleh pendidik secara sistematis dalam menyampaikan materi pendidikan, untuk mencapai tujuan pendidikan Islam.[12]

b.        Macam-Macam Metode Pembelajaran Dalam Pendidikan Islam.

Metode-metode tersebut antara lain sebagai berikut:

1)        Metode Cerita ( Kisah )

Metode kisah adalah suatu cara dalam menyampaikan materi pelajaran secara kronologis tentang bagaimana terjadinya sesuatu hal yang sebenarnya ataupun hanya rekayasa saja.

2)        Metode Ceramah

Metode ceramah adalah suatu metode di dalam pendidikan dimana cara penyampaian materi-materi pelajaran kepada anak didik dilakukan dengan cara penerangan dan penuturan secara lisan.

3)        Metode tanya jawab( Dialog )

Metode tanya jawab adalah metode yang dilakukan oleh pendidik dalam menyampaikan materi pendidikan dengan melakukan sebuah pertanyaan kepada peserta didik dam mereka menjawab atau sebaliknya.

4)        Metode Diskusi
Metode diskusi adalah suatu metode pendidikan yang merupakan percakapan ilmiah yang dilakukan untuk membahas suatu maslah dlam kelompok.
5)        Metode Pemberian Tugas

Pemberian tugas atau resitasi adalah yaitu mengutip atau mengambil sendiri bagian-bagian pelajaran itu dari buku-buku tertenttu lalu blajar sendiri sebagaimana mestinya.

6)        Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah metode pembelajaran dengan melakukan peragaan langsung terhadap peserta didik.

7)        Metode Imstal ( Perumpamaan )

                                                Imstal dapat diterapkan sebagai metode dalam pendidikan.

8)        Metode Karya Wisata

Metode karya wisata adalah metode pembelajaran dengan jalan mengajak yang berhubungan dengan materi yang akan diberikan.[13]


C.       Simpulan

            Sejarah telah mencatat bahwa semua agama baik agama samawi atau agama wad’i disiarkan dan dikembangkan oleh para pembawanya yang disebut dengan utusan tuhan dan oleh para pengikutnya. Mereka yakin bahwa kebenaran dari tuhan itu harus disampaikan kepada umat manusia untuk menjadi pedoman hidup.Tampilnya dinasti Abasiyah yang menggantikan dinasti Umayyah dalam peradaban Islam membawa corak baru dalam budaya Islam dan terutama dalam bidang pendidikan Islam. Diantara agama-agama besar didunia ini adalah Yahudi,Nasrani,Islam,Hindu dan Budha,tetapi yang paling luas dan paling banyak pengikutnya ialah Nasrani dan Islam.
Daftar Pustaka

Nizar, Samsul. 2009. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada  Media Group. Cet: Ke-3
Rusmaini, 2014. Ilmu Pendidikan Islam, Palembang: Grafika Telindo Press
Zuhairini dkk., 2013. Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: PT Bumi Aksara


                [1]Zuhairini dkk, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara , 2013), hlm. 127
                [2]Ibid.
                [3]Samsul Nizar. editor. 2009. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Cet: Ke-3, hlm. 183.
                [4] Zuhairini, oc. Cit.
                [5]Zuhairini, Op. Cit., hlm. 130
                [6]Zuhairini, Op. Cit., hlm. 132
                5Zuhairini, Op. Cit., hlm. 146
                [8]Zuhairini, Op. Cit., hlm. 150
                7Zuhairini, Op. Cit., hlm. 152-153
                [10]Rusmaini, Ilmu Pendidikan Islam, (Palembang: Grafika Telindo Press, 2014), hlm. 155-157
[11]Rusmaini, Op. Cit., hlm. 157-158
[12]Rusmaini, Op. Cit., hlm. 115
                [13]Rusmaini, Op. Cit., hlm. 117-123

Tidak ada komentar:

Posting Komentar