Kamis, 21 Juli 2016

Kel. 2 Cooperative Script, Kepala Bernomor



MODEL PEMBELAJARAN
ILMU PENDIDIKAN ISLAM
COOPERATIVE SCRIPT, KEPALA BERNOMOR STRUKTUR,
DAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS
Di susun oleh kelompok 2 :

Bagus hidayattullah  ( 1532100091 )
Desi ambarwati         ( 1532100098 )

Dosen Pembimbing :
Nurlaila, S.Ag M.Pd.I

Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan
UIN Raden Fatah Palembang
Tahun 2016/2017


A.    Model Pembelajaran Cooperative Script
1.      Pengertian Cooperative
Pembelajaran cooperative merupakan strategi pembelajaran melalui kelompok kecil siswa yang saling bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.[1] Pembelajaran cooperative adalah suatu strategi pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompokkelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 2 sampai 5 orang dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen.[2] Jadi pembelajaran cooperative terdiri dari 2 sampai 5 siswa yang heterogen yang saling bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar.
Abdulhak mengatakan bahwa pembelajaran cooperative dilaksanakan melalui sharing proses antara peserta belajar, sehingga dapat mewujudkan pemahaman bersama diantara peserta belajar itu sendiri.[3] Nurul Hayati berpendapat bahwa pembelajaran cooperative adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi.[4] Dalam pembelajaran cooperative akan tercipta sebuah diskusi dan interaksi, yaitu interaksi dan komunikasi yang dilakukan antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Dengan demikian model pembelajaran cooperative akan sangat membantu siswa dalam mengungkapkan pendapat atau ide dalam diri siswa serta siswa tidak malu bertanya dengan temannya sendiri tentang suatu permasalahan atau materi yang belum dipahami ketika proses pembelajaran.
2.      Pengertian Cooperative Script
Metode Cooperative Script ini berasal dari kata Methodos, Cooperative dan Script, yang memiliki arti masing-masing diantarannya: Metode berasal dari Bahasa Yunani “Methodos’’ yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Ada juga pengertian tentang metode yaitu cara kerja yang sistematis untuk mencapai suatu maksud tujuan. Cara yang teratur dalam menjelaskan suatu fenomena dengan menggunakan landasan teori. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan. Ada juga yang mengartikan metode yaitu: Cara yang telah di atur dan berfikir baik-baik untuk mencapai tujuan.[5]
Pembelajaran cooperative script merupakan salah satu bentuk atau model pembelajaran kooperatif. Dalam perkembangan pembelajaran cooperative script telah mengalami banyak adaptasi sehingga melahirkan beberapa pengertian dan bentuk yang sedikit berbeda yang satu dengan yang lainnya, namun pada intinya sama. Beberapa pengertian pembelajaran cooperative script diantaranya cooperative script adalah skenario pembelajaran kooperatif.[6] Pembelajaran cooperative script adalah pembelajaran yang mengatur interaksi siswa seperti ilustrasi kehidupan sosial siswa dengan lingkungannya sebagai individu, dalam keluarga, kelompok masyarakat, dan masyarakat yang lebih luas.[7] Cooperative script merupakan metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari.[8]
Berdasarkan pengertian-pengertian yang diungkapkan diatas,antara satu dengan yang lainnya memiliki maksud yang sama yaitu terjadi suatu kesepakatan antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa untuk berkolaborasi memecahkan suatu masalah dalam pembelajaran dengan cara-carayang kolaboratif seperti halnya menyelesaikan masalah yang terjadidalam kehidupan sosial siswa.
3.      Kelebihan Dan Kelemahan Dari Model Pembelajaran Cooperative Script
a. Kelebihan model pembelajaran cooperative script diantanya adalah sebagai berikut:[9]
1). Melatih pendengaran, ketelitian/kecermatan.
2). Setiap siswa mendapatkan peran.
3). Melatih mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan.
b. Kelemahan model pembelajaran cooperative script diantanya adalah sebagai berikut :[10]
1).    Hannya digunakan untuk mata pelajaran tertentu.
2). Hanya dilakukan dua orang (tidak melibatkan seluruh kelas sehingga koreksi hannya sebatas pada dua orang tersebut).
4.      Manfaat Model Pembelajaran Cooperative Script
Berdasarkan manfaat pembelajaran cooperative script yang diungkapkan para ahli, manfaat pembelajaran cooperative script sebagai berikut:[11]
a.       Dapat meningkatkan keefektifan pelaksanaan pembelajaran, dalam hal ini
bahwa materi yang terlalu luas cakupannya dapat dibagikan siswa untuk mempelajarinya melalui kegiatan diskusi, membuat rangkuman, menganalisis materi baik yang berupa konsep maupun aplikasinya.
b.      Dapat memperluas cakupan perolehan materi pelajaran, karena siswa akan mendapatkan transfer informasi pengetahuan dari pasangannya untuk materi yang tidak dipelajarinya di kelas.
c.       Dalam melatih ketrampilan berpikir kritis siswa dalam menganalisis, merangkum, dan melalui kegiatan diskusi siswa akan terlatih menggunakan kemampuan berpikir kritisnya untuk memperoleh pengetahuan melalui pembelajaran yang dirancang pada cooperative script.
5.      Langkah-Langkah Model Pembelajaran Cooperative Script
Langkah-langkah pembelajaran dengan model cooperative script adalah sebagai berikut: [12]
a.       Membagi siswa untuk berpasangan
b.      Guru membagikan materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan
c.       Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar
d.      Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya. Sementara pendengar: Menyimak/ mengoreksi ide-ide pokok yang kurang lengkap dan Membantu mengingat/ menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya
e.       Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya. Serta lakukan seperti di atas
f.       Kesimpulan siswa bersama-sama dengan guru
g.      Penutup
Demikian merupakan salah satu cara atau kegiatan untuk mengaplikasikan model pembelajaran cooperative script yang disajikan oleh penulis. Pada dasarnya tujuan dari  pembelajaran cooperatif script yaitu untuk memberikan para siswa pengetahuan, konsep, kemampuan, dan pemahaman yang mereka butuhkan supaya bisa menjadi anggota masyarakat yang bahagia dan memberikan kontribusi.
B.     Model Pembelajaran Kepala Bernomor Struktur
1.      Pengertian Kepala Bernomor Struktur
Kepala  Bernomor  Struktur  pada  dasarnya merupakan  sebuah  varian  diskusi   kelompok,   dengan   ciri   khasnya   adalah   guru   memberikan  penugasan    pada    masing-masing    siswa    berdasarkan    nomor    yang dimilikinya.  Cara  ini  menjamin  keterlibatan  otak  semua  siswa  karena Kepala  Bernomor  Struktur  merangsang  kemampuan  berpikir  siswa  untuk memecahkan   masalah   yang   diberikan   guru.   Teknik   ini   memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling berbagi ide dengan seluruh anggota kelompoknya  dan  dapat  mempertimbangkan  jawaban  yang  paling  tepat untuk   menjawab   pertanyaan   atau   memecahkan   permasalahan   yang diberikan guru.[13]
Model Pembelajaran Kepala Bernomor Struktur merupakan modifikasi dari model pembelajaran Numbered Heads Togetheryang dipakai oleh Spencer Kagan. Kepala Bernomor Terstruktur ini memudahkan pembagian tugas. Dengan pembelajaran seperti ini, siswa belajar melaksanakan tanggung jawab pribadinya dalam saling keterkaitan dengan rekan-rekan kelompoknya.[14]
Siswa dikelompokkan dengan diberi nomor dan setiap nomor mendapat tugas berbeda dan nantinya dapat bergabung dengan kelompok lain yang bernomor sama untuk bekerjasama. Pembelajaran berkelompok seperti kepala bernomor struktur bisa meningkatkan keaktifan siswa, karena masing-masing siswa memiliki bertanggungjawab terhadap tugasnya. Kepala bernomor struktur juga bisa menciptakan suasan belajar yang menyenangkan dan membuat siswa tidak merasa tertekan. [15]
2.      Langkah – langkah Kepala bernomor struktur
Langkah-langkah dala melaksanakan metode KBS ini adalah sebagai berikut :[16]
a.   Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor
b.   Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomorkan terhadap tugas yang berangkai Misalnya : siswa nomor satu bertugas mencatat soal. Siswa nomor dua mengerjakan soal dan siswa nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya
c.   Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar kelompok. Siswa disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerja sama mereka
d.   Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain
3.      Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran kepala bernomor struktur
Kelebihan dari model pembelajaran kepala bernomor struktur, adalah sebagai berikut :[17]
a.   Dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
b.   Mampu memperdalam pamahaman siswa.
c.   Melatih tanggung jawab siswa.
d.   Menyenangkan siswa dalam belajar.
e.   Mengembangkan rasa ingin tahu siswa.
f.    Meningkatkan rasa percaya diri siwa.
g.   Mengembangkan rasa saling memiliki dan kerjasama.
h.   Setiap siswa termotivasi untuk menguasai materi.
i.    Menghilangkan kesenjangan antara yang pintar dengan tidak pintar.
j.    Tercipta suasana gembira dalam belajar. Dengan demikian meskipun saat pelajaran menempati jam terakhir pun,siswa tetap antusias belajar.
Kelemahan dari model pembelajaran kepala bernomor struktur, adalah sebagai berikut :[18]
a.   Ada siswa yang takut diintimidasi bila Memberi nilai jelek kepada anggotanya (bila kenyataannya siswa lain kurang mampu menguasai materi)
b.   Ada siswa yang mengambil jalan pintas dengan meminta tolong pada temannya untuk mencarikan jawabnya.Solusinya mengurangi poin pada siswa yang membantu dan dibantu .
c.   Apabila pada satu nomer kurang maximal mengerjakan tugasnya, tentu saja mempengaruhi pekerjaan pemilik tugas lain pada nomer selanjutnya.
C.    Model Pembelajaran Student Teams Achievement Divisions
1.      Pengertian Student Teams Achievement Divisions
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang membagi siswa menjadi beberapa kelompok kecil dengan anggota 4-5 orang yang memiliki beragam kemampuan, jenis kelamin, dan sukunya. Guru memberikan suatu pelajaran dan siswa-siswa dalam kelompok memastikan bahwa semua anggota kelompok itu bisa menguasai pelajaran tersebut dengan saling berdiskusi. Akhirnya semua siswa menjalani kuis perorangan tentang materi tersebut dan pada saat itu mereka tidak boleh saling membantu satu sama lain. Nilai-nilai hasil kuis siswa diperbandingkan dengan nilai rata-rata mereka sendiri yang diperoleh sebelumnya, dan nilai-nilai itu diberi hadiah berdasarkan pada seberapa tinggi peningkatan yang bisa mereka capai atau seberapa tinggi nilai itu melampaui nilai mereka sebelumnya atau yang sering disebut skor kemajuan. Nilai-nilai ini kemudian dijumlahkan untuk mendapat nilai kelompok yang dapat mencapai kriteria tertentu mendapat sertifikat, atau hadiah-hadiah lainnya.[19] Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang dirancang untuk membelajarkan kecakapan akademik (academic skill), sekaligus keterampilan social (social skill) termasuk interpersonal skill.[20]
2.      Tahap Pelaksanaan Pembelajaran Model STAD
Terdapat  6  langkah  pembelajaran kooperatif  model  STAD,  yaitu:  a. penyampaian  tujuan  dan  motivasi,  b. pembagian kelompok, c. presentasi dari guru, d. kegiatan belajar dalam tim (kerjatim), e. kuis (evaluasi) dan f. penghargaan prestasi tim. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai berikut :[21]
a.       Penyampaian Tujuan dan MotivasiMenyampaikan    tujuan    pelajaran    yang   ingin    dicapai    pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar.
b.      Pembagian KelompokSiswa   dibagi   ke   dalam   beberapa   kelompok,   dimana   setiap kelompoknya  terdiri  dari  4-5  siswa  yang  memprioritaskan heterogenitas (keragaman)  kelas  dalam  prestasi  akademik,  gender/jenis kelamin,  ras atau etnik.
c.       Presentasi dari GuruGuru   menyampaikan   materi   pelajaran   dengan   terlebih   dahulu menjelaskan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pertemuan tersebut serta   pentingnya   pokok   bahasan   tersebut   dipelajari.   Guru   memberi motivasi  siswa  agar  dapat  belajar  dengan  aktif  dan  kreatif.  Di  dalam proses  pembelajaran guru  dibantu  oleh  media,  demonstrasi,  pertanyaan atau masalah nyata  yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Dijelaskan juga  tentang  keterampilan  dan  kemampuan  yang  diharapkan  dikuasai siswa,   tugas   dan   pekerjaan   yang   harus   dilakukan   serta   cara-cara mengerjakannya.
d.      Kegiatan Belajar dalam Tim (Kerja Tim)Siswa   belajar   dalam   kelompok   yang   telah   dibentuk.   Guru menyiapkan   lembaran  kerja  sebagai  pedoman  bagi  kerja  kelompok, sehingga  semua  anggota  menguasai  dan  masing-masing  memberikan kontribusi.    Selama    tim    bekerja,    guru    melakukan  pengamatan, memberikan bimbingan, dorongan dan bantuan bila diperlukan.Kerja tim ini merupakan ciri terpenting dari STAD.
e.       Kuis (Evaluasi)Guru  mengevaluasi  hasil  belajar  melalui  pemberian  kuis  tentang materi  yang dipelajari dan  jugamelakukan penilaian terhadap presentasi hasil   kerja   masing-masing   kelompok.   Siswa   diberikan   kursi   secara individual  dan  tidak  dibenarkan   bekerja   sama.  Ini  dilakukan  untuk menjamin  agar  siswa  secara  individu  bertanggung  jawab  kepada  diri sendiri dalam  memahami  bahan  ajar  tersebut.  Guru  menetapkan  skor batas penguasaan  untuk  setiap  soal,  misalnya  60,  75,  84,  dan  seterusnya sesuai dengan tingkat kesulitan siswa.
f.       Penghargaan Prestasi TimSetelah  pelaksanaan  kuis,  guru  memeriksa  hasil  kerja  siswa  dan diberikan angka    dengan    rentang    0-100. 
3.      Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif tipe STAD
Kebaikan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Metode STADSetiap model pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangan, begitu juga dengancooperative learning, secara rinci kelebihan model ini ialah:[22]
a.       Dalam model ini, siswa memiliki dua bentuk tanggung jawab belajar. Yaitu belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok untuk belajar.
b.   Dalam model ini, siswa saling membelajarkan sesama siswa lainnya atau pembelajaran oleh rekan sebaya (peerteaching) yang lebih efektif daripada pembelajaran oleh guru.
c.       menambahkan keunggulan model ini yaitu, siswa memiliki dua bentuk tanggung jawab belajar. Yaitu belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok untuk belajar.
d.      Siswa dapat saling membelajarkan sesama siswa lainnya atau pembelajaran oleh rekan sebaya (peerteaching) yang lebih efektif daripada pembelajaran oleh guru.
e.       Model ini dapat mengurangi sifat individualistis siswa. Belakangan ini, siswa cenderung berkompetisi secara individual, bersikap tertutup terhadap teman, kurang memberi perhatian ke teman sekelas, bergaul hanya dengan orang tertentu, ingin menang sendiri, dan sebagainya. Jika keadaan ini dibiarkan tidak mustahil akan dihasilkan warga negara yang egois, introfert (pendiam dan tertutup), kurang bergaul dalam masyarakat, acuh tak acuh dengan tetangga dan lingkungan, kurang menghargai orang lain, serta tidak mau menerima kelebihan dan kelemahan orang lain. Gejala seperti ini kiranya mulai terlihat pada masyarakat kita, sedikit-sedikit demonstrasi, main keroyokan, saling sikut dan mudah terprovokasi.
Selain berbagai kelebihan, model STAD ini juga memiliki kelemahan. Semua model pembelajaran memang diciptakan untuk memberi manfaat yang baik atau positif pada pembelajaran, tidak terkecuali model STAD ini. Namun, terkadang pada sudut pandang tertentu, langkah-langkah model tersebut tidak menutup kemungkinan terbukanya sebuah kelemahan, seperti yang dipaparkan di bawah ini :[23]
a.       Berdasarkan karakteristik STAD jika dibandingkan dengan pembelajaran konvensional (yang hanya penyajian materi dari guru), pembelajaran menggunakan model ini membutuhkan waktu yang relatif lama, dengan memperhatikan tiga langkah STAD yang menguras waktu seperti penyajian materi dari guru, kerja kelompok dan tes individual/kuis. Penggunaan waktu yang lebih lama dapat sedikit diminimalisir dengan menyediakan lembar kegiatan siswa (LKS) sehingga siswa dapat bekerja secara efektif dan efisien. Sedangkan pembentukan kelompok dan penataan ruang kelas sesuai kelompok yang ada dapat dilakukan sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Dengan demikian, dalam kegiatan pembelajaran tidak ada waktu yang terbuang untuk pembentukan kelompok dan penataan ruang kelas.
b.      Model ini memerlukan kemampuan khusus dari guru. Guru dituntut sebagai fasilitator, mediator, motivator dan evaluator. Dengan asumsi tidak semua guru mampu menjadi fasilitator, mediator, motivator dan evaluator dengan baik. Solusi yang dapat di jalankan adalah meningkatkan mutu guru oleh pemerintah seperti mengadakan kegiatan-kegiatan akademik yang bersifat wajib dan tidak membebankan biaya kepada guru serta melakukan pengawasan rutin secara insindental. Disamping itu, guru sendiri perlu lebih aktif lagi dalam mengembangkan kemampuannya tentang pembelajaran.



Daftar Pustaka
Adam, Sri. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran. Jakarta. Bumi Aksara.
B Uno, Hamzah. 2011. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta. PT Bumi Aksara.
Isjoni. 2010. Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Bandung. Alfabeta.
Komalasari, Kokom. 2011. Pembelajaran Kontekstual: Konsep Dan Aplikasi. Bandung. PT Refika Aditama.
Lie, Anita. 2002. Mempraktikkan Cooperative  Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta. PT Grasindo.
Riyanto, Yatim. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta. Kencana Prenada Media Group.
Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran:Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.



[1]Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual: Konsep Dan Aplikasi, (Bandung: PT.Refika Aditama, 2011), Hlm. 62
[2]Ibid.,
[3]Rusman, Model-Model Pembelajaran:Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2011), Hlm. 201
[4]Ibid.,
[6]Sri Adam, Pengaruh Model Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), Hlm. 14
[7]Ibid.,
[8]Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011), Hlm. 81
[11]Ibid., Hlm.17
[12] Ibid.,
[13]Anita  Lie, Mempraktikkan Cooperative  Learning di Ruang-ruang Kelas, (Jakarta : PT. Grasindo, 2002), Hlm. 58
[14]Ibid., Hlm. 60
[15]http://learning-with-me.blogspot.com/2006/09/pembelajaran.html, di akses pada tanggal 29 April 2016, pukul 16.07
[16]Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran (Jakarta: Kencana Prenada MediaGroup, 2010), Hlm. 275.
[17]http://www.scribd.com/doc/44922128/metodepembelajaran, di akses pada tanggal 29 April 2016, pukul 16.17
[18]http://www.scribd.com/doc/44922128/metodepembelajaran, di akses pada tanggal 29 April 2016, pukul 16.17
[19]Rusman, op. Cit., Hlm. 213
[20]Yatim Riyanto, op. Cit., Hlm. 271
[21]Rusman, op. Cit., Hlm. 215
[22]Ibid., Hlm. 203
[23]Isjoni, Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok, (Bandung:Alfabeta,2010), Hlm.62

Tidak ada komentar:

Posting Komentar