MODEL PEMBELAJARAN
ILMU PENDIDIKAN ISLAM
COOPERATIVE SCRIPT, KEPALA
BERNOMOR STRUKTUR,
DAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS
Di
susun oleh kelompok 2 :
Bagus
hidayattullah ( 1532100091 )
Desi
ambarwati ( 1532100098 )
Dosen
Pembimbing :
Nurlaila,
S.Ag M.Pd.I
Jurusan
Pendidikan Agama Islam
Fakultas
Tarbiyah Dan Keguruan
UIN
Raden Fatah Palembang
Tahun
2016/2017
A. Model
Pembelajaran Cooperative Script
1.
Pengertian
Cooperative
Pembelajaran cooperative merupakan
strategi pembelajaran melalui kelompok kecil siswa yang saling bekerjasama
dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.[1]
Pembelajaran
cooperative adalah suatu strategi pembelajaran dimana siswa belajar dan
bekerja dalam kelompokkelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri
dari 2 sampai 5 orang dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen.[2]
Jadi
pembelajaran cooperative terdiri dari 2 sampai 5 siswa yang heterogen
yang saling bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai
tujuan belajar. Pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk
dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar.
Abdulhak mengatakan bahwa pembelajaran cooperative
dilaksanakan melalui sharing proses antara peserta belajar, sehingga dapat
mewujudkan pemahaman bersama diantara peserta belajar itu sendiri.[3]
Nurul Hayati berpendapat bahwa pembelajaran cooperative adalah strategi
pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk
saling berinteraksi.[4] Dalam
pembelajaran cooperative akan tercipta sebuah diskusi dan interaksi,
yaitu interaksi dan komunikasi yang dilakukan antara guru dengan siswa dan
siswa dengan siswa. Dengan demikian model pembelajaran cooperative akan sangat
membantu siswa dalam mengungkapkan pendapat atau ide dalam diri siswa serta
siswa tidak malu bertanya dengan temannya sendiri tentang suatu permasalahan
atau materi yang belum dipahami ketika proses pembelajaran.
2.
Pengertian
Cooperative Script
Metode Cooperative Script ini
berasal dari kata Methodos, Cooperative dan Script, yang memiliki arti
masing-masing diantarannya: Metode berasal dari Bahasa Yunani “Methodos’’ yang
berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode
menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran
ilmu yang bersangkutan. Ada juga pengertian tentang metode yaitu cara kerja
yang sistematis untuk mencapai suatu maksud tujuan. Cara yang teratur dalam
menjelaskan suatu fenomena dengan menggunakan landasan teori. Fungsi metode
berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan. Ada juga yang mengartikan metode
yaitu: Cara yang telah di atur dan berfikir baik-baik untuk mencapai tujuan.[5]
Pembelajaran cooperative script merupakan
salah satu bentuk atau model pembelajaran kooperatif. Dalam perkembangan
pembelajaran cooperative script telah mengalami banyak adaptasi sehingga
melahirkan beberapa pengertian dan bentuk yang sedikit berbeda yang satu dengan
yang lainnya, namun pada intinya sama. Beberapa pengertian pembelajaran cooperative
script diantaranya cooperative script adalah skenario pembelajaran
kooperatif.[6] Pembelajaran
cooperative script adalah pembelajaran yang mengatur interaksi siswa
seperti ilustrasi kehidupan sosial siswa dengan lingkungannya sebagai individu,
dalam keluarga, kelompok masyarakat, dan masyarakat yang lebih luas.[7]
Cooperative script merupakan metode belajar dimana siswa bekerja
berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari
materi yang dipelajari.[8]
Berdasarkan pengertian-pengertian yang diungkapkan diatas,antara satu
dengan yang lainnya memiliki maksud yang sama yaitu terjadi suatu kesepakatan
antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa untuk berkolaborasi memecahkan
suatu masalah dalam pembelajaran dengan cara-carayang kolaboratif seperti
halnya menyelesaikan masalah yang terjadidalam kehidupan sosial siswa.
3. Kelebihan Dan Kelemahan Dari Model
Pembelajaran Cooperative Script
a. Kelebihan model pembelajaran
cooperative script diantanya adalah sebagai berikut:[9]
1). Melatih pendengaran,
ketelitian/kecermatan.
2). Setiap siswa mendapatkan peran.
3). Melatih mengungkapkan kesalahan
orang lain dengan lisan.
b. Kelemahan model pembelajaran
cooperative script diantanya adalah sebagai berikut :[10]
1). Hannya
digunakan untuk mata pelajaran tertentu.
2). Hanya dilakukan dua orang (tidak
melibatkan seluruh kelas sehingga koreksi hannya sebatas pada dua orang
tersebut).
4.
Manfaat
Model Pembelajaran Cooperative Script
Berdasarkan manfaat pembelajaran cooperative script
yang diungkapkan para ahli, manfaat pembelajaran cooperative script sebagai
berikut:[11]
a.
Dapat meningkatkan keefektifan
pelaksanaan pembelajaran, dalam hal ini
bahwa materi yang terlalu luas cakupannya dapat dibagikan siswa untuk mempelajarinya
melalui kegiatan diskusi, membuat rangkuman, menganalisis materi baik yang
berupa konsep maupun aplikasinya.
b.
Dapat memperluas cakupan perolehan
materi pelajaran, karena siswa akan mendapatkan transfer informasi pengetahuan
dari pasangannya untuk materi yang tidak dipelajarinya di kelas.
c.
Dalam melatih ketrampilan berpikir
kritis siswa dalam menganalisis, merangkum, dan melalui kegiatan diskusi siswa
akan terlatih menggunakan kemampuan berpikir kritisnya untuk memperoleh pengetahuan
melalui pembelajaran yang dirancang pada cooperative script.
5. Langkah-Langkah Model Pembelajaran
Cooperative Script
Langkah-langkah
pembelajaran dengan model cooperative script adalah sebagai berikut: [12]
a.
Membagi siswa
untuk berpasangan
b.
Guru membagikan
materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan
c.
Guru dan siswa
menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang
berperan sebagai pendengar
d.
Pembicara
membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok
dalam ringkasannya. Sementara pendengar: Menyimak/ mengoreksi ide-ide pokok
yang kurang lengkap dan Membantu mengingat/ menghafal ide-ide pokok dengan
menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya
e.
Bertukar peran,
semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya. Serta
lakukan seperti di atas
f.
Kesimpulan siswa
bersama-sama dengan guru
g. Penutup
Demikian merupakan salah satu cara atau kegiatan untuk
mengaplikasikan model pembelajaran cooperative script yang disajikan oleh penulis.
Pada dasarnya tujuan dari pembelajaran
cooperatif script yaitu untuk memberikan para siswa pengetahuan, konsep,
kemampuan, dan pemahaman yang mereka butuhkan supaya bisa menjadi anggota
masyarakat yang bahagia dan memberikan kontribusi.
B.
Model Pembelajaran
Kepala Bernomor Struktur
1. Pengertian Kepala Bernomor Struktur
Kepala Bernomor Struktur
pada dasarnya merupakan sebuah
varian diskusi kelompok,
dengan ciri khasnya
adalah guru memberikan penugasan
pada masing-masing siswa
berdasarkan nomor yang dimilikinya. Cara
ini menjamin keterlibatan
otak semua siswa
karena Kepala Bernomor Struktur
merangsang kemampuan berpikir
siswa untuk memecahkan masalah
yang diberikan guru.
Teknik ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk
saling berbagi ide dengan seluruh anggota kelompoknya dan
dapat mempertimbangkan jawaban
yang paling tepat untuk
menjawab pertanyaan atau
memecahkan permasalahan yang diberikan
guru.[13]
Model Pembelajaran Kepala Bernomor Struktur merupakan modifikasi dari
model pembelajaran Numbered Heads Togetheryang dipakai oleh Spencer Kagan.
Kepala Bernomor Terstruktur ini memudahkan pembagian tugas. Dengan pembelajaran
seperti ini, siswa belajar melaksanakan tanggung jawab pribadinya dalam saling
keterkaitan dengan rekan-rekan kelompoknya.[14]
Siswa dikelompokkan dengan diberi nomor dan setiap nomor mendapat tugas
berbeda dan nantinya dapat bergabung dengan kelompok lain yang bernomor sama
untuk bekerjasama. Pembelajaran berkelompok seperti kepala bernomor struktur
bisa meningkatkan keaktifan siswa, karena masing-masing siswa memiliki
bertanggungjawab terhadap tugasnya. Kepala bernomor struktur juga bisa
menciptakan suasan belajar yang menyenangkan dan membuat siswa tidak merasa
tertekan. [15]
2. Langkah – langkah Kepala bernomor
struktur
Langkah-langkah dala melaksanakan metode KBS ini adalah sebagai berikut :[16]
a. Siswa dibagi dalam kelompok,
setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor
b. Penugasan diberikan kepada setiap
siswa berdasarkan nomorkan terhadap tugas yang berangkai Misalnya : siswa nomor
satu bertugas mencatat soal. Siswa nomor dua mengerjakan soal dan siswa nomor
tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya
c. Jika perlu, guru bisa menyuruh
kerja sama antar kelompok. Siswa disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung
bersama beberapa siswa bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini
siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerja
sama mereka
d. Laporkan hasil dan tanggapan dari
kelompok yang lain
3. Kelebihan dan kelemahan model
pembelajaran kepala bernomor struktur
Kelebihan dari model pembelajaran kepala bernomor struktur, adalah sebagai
berikut :[17]
a. Dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
b. Mampu memperdalam pamahaman siswa.
c. Melatih tanggung jawab siswa.
d. Menyenangkan siswa dalam belajar.
e. Mengembangkan rasa ingin tahu siswa.
f. Meningkatkan rasa percaya diri siwa.
g. Mengembangkan rasa saling memiliki dan kerjasama.
h. Setiap siswa termotivasi untuk menguasai
materi.
i. Menghilangkan kesenjangan antara yang pintar
dengan tidak pintar.
j. Tercipta suasana gembira dalam belajar.
Dengan demikian meskipun saat pelajaran menempati jam terakhir pun,siswa tetap
antusias belajar.
Kelemahan
dari model pembelajaran kepala bernomor struktur, adalah sebagai berikut :[18]
a. Ada siswa yang takut diintimidasi
bila Memberi nilai jelek kepada anggotanya (bila kenyataannya siswa lain kurang
mampu menguasai materi)
b. Ada siswa yang mengambil jalan
pintas dengan meminta tolong pada temannya untuk mencarikan jawabnya.Solusinya
mengurangi poin pada siswa yang membantu dan dibantu .
c. Apabila pada satu nomer kurang maximal
mengerjakan tugasnya, tentu saja mempengaruhi pekerjaan pemilik tugas lain pada
nomer selanjutnya.
C. Model Pembelajaran Student Teams
Achievement Divisions
1. Pengertian Student Teams Achievement
Divisions
Model
pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah salah satu model pembelajaran
kooperatif yang membagi siswa menjadi beberapa kelompok kecil dengan anggota
4-5 orang yang memiliki beragam kemampuan, jenis kelamin, dan sukunya. Guru
memberikan suatu pelajaran dan siswa-siswa dalam kelompok memastikan bahwa
semua anggota kelompok itu bisa menguasai pelajaran tersebut dengan saling
berdiskusi. Akhirnya semua siswa menjalani kuis perorangan tentang materi
tersebut dan pada saat itu mereka tidak boleh saling membantu satu sama lain.
Nilai-nilai hasil kuis siswa diperbandingkan dengan nilai rata-rata mereka
sendiri yang diperoleh sebelumnya, dan nilai-nilai itu diberi hadiah
berdasarkan pada seberapa tinggi peningkatan yang bisa mereka capai atau
seberapa tinggi nilai itu melampaui nilai mereka sebelumnya atau yang sering
disebut skor kemajuan. Nilai-nilai ini kemudian dijumlahkan untuk mendapat
nilai kelompok yang dapat mencapai kriteria tertentu mendapat sertifikat, atau
hadiah-hadiah lainnya.[19] Pembelajaran
kooperatif adalah model pembelajaran yang dirancang untuk membelajarkan
kecakapan akademik (academic skill), sekaligus keterampilan
social (social skill) termasuk interpersonal skill.[20]
2.
Tahap Pelaksanaan
Pembelajaran Model STAD
Terdapat 6 langkah
pembelajaran kooperatif
model STAD, yaitu:
a. penyampaian tujuan dan
motivasi, b. pembagian kelompok,
c. presentasi dari guru, d. kegiatan belajar dalam tim (kerjatim), e. kuis
(evaluasi) dan f. penghargaan prestasi tim. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif
tipe STAD sebagai berikut :[21]
a.
Penyampaian
Tujuan dan MotivasiMenyampaikan
tujuan pelajaran yang
ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi
siswa untuk belajar.
b.
Pembagian
KelompokSiswa dibagi ke dalam beberapa
kelompok, dimana setiap kelompoknya terdiri
dari 4-5 siswa
yang memprioritaskan
heterogenitas (keragaman) kelas dalam
prestasi akademik, gender/jenis kelamin, ras atau etnik.
c.
Presentasi
dari GuruGuru menyampaikan materi
pelajaran dengan terlebih
dahulu menjelaskan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pertemuan
tersebut serta pentingnya pokok
bahasan tersebut dipelajari.
Guru memberi motivasi siswa
agar dapat belajar
dengan aktif dan kreatif. Di
dalam proses pembelajaran
guru dibantu oleh
media, demonstrasi, pertanyaan atau masalah nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Dijelaskan juga tentang keterampilan
dan kemampuan yang
diharapkan dikuasai siswa, tugas
dan pekerjaan yang
harus dilakukan serta
cara-cara mengerjakannya.
d.
Kegiatan
Belajar dalam Tim (Kerja Tim)Siswa
belajar dalam kelompok
yang telah dibentuk.
Guru menyiapkan lembaran kerja
sebagai pedoman bagi
kerja kelompok, sehingga semua
anggota menguasai dan
masing-masing memberikan
kontribusi. Selama tim
bekerja, guru melakukan
pengamatan, memberikan bimbingan, dorongan dan bantuan bila
diperlukan.Kerja tim ini merupakan ciri terpenting dari STAD.
e.
Kuis
(Evaluasi)Guru mengevaluasi hasil
belajar melalui pemberian
kuis tentang materi yang dipelajari dan jugamelakukan penilaian terhadap presentasi
hasil kerja masing-masing kelompok.
Siswa diberikan kursi
secara individual dan tidak
dibenarkan bekerja sama.
Ini dilakukan untuk menjamin agar
siswa secara individu
bertanggung jawab kepada
diri sendiri dalam memahami bahan
ajar tersebut. Guru
menetapkan skor batas
penguasaan untuk setiap
soal, misalnya 60, 75, 84,
dan seterusnya sesuai dengan
tingkat kesulitan siswa.
f.
Penghargaan
Prestasi TimSetelah pelaksanaan kuis,
guru memeriksa hasil
kerja siswa dan diberikan angka dengan
rentang 0-100.
3. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif tipe
STAD
Kebaikan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Metode STADSetiap
model pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangan, begitu juga
dengancooperative learning, secara rinci kelebihan model ini ialah:[22]
a.
Dalam model ini, siswa memiliki dua
bentuk tanggung jawab belajar. Yaitu belajar untuk dirinya sendiri dan membantu
sesama anggota kelompok untuk belajar.
b. Dalam model
ini, siswa saling membelajarkan sesama siswa lainnya atau pembelajaran oleh
rekan sebaya (peerteaching) yang
lebih efektif daripada pembelajaran oleh guru.
c.
menambahkan keunggulan model ini
yaitu, siswa memiliki dua bentuk tanggung jawab belajar. Yaitu belajar untuk
dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok untuk belajar.
d.
Siswa dapat saling membelajarkan
sesama siswa lainnya atau pembelajaran oleh rekan sebaya (peerteaching) yang lebih efektif daripada pembelajaran oleh guru.
e.
Model ini dapat mengurangi sifat
individualistis siswa. Belakangan ini, siswa cenderung berkompetisi secara
individual, bersikap tertutup terhadap teman, kurang memberi perhatian ke teman
sekelas, bergaul hanya dengan orang tertentu, ingin menang sendiri, dan
sebagainya. Jika keadaan ini dibiarkan tidak mustahil akan dihasilkan warga
negara yang egois, introfert (pendiam dan tertutup), kurang bergaul dalam
masyarakat, acuh tak acuh dengan tetangga dan lingkungan, kurang menghargai
orang lain, serta tidak mau menerima kelebihan dan kelemahan orang lain. Gejala
seperti ini kiranya mulai terlihat pada masyarakat kita, sedikit-sedikit
demonstrasi, main keroyokan, saling sikut dan mudah terprovokasi.
Selain
berbagai kelebihan, model STAD ini juga memiliki kelemahan. Semua model
pembelajaran memang diciptakan untuk memberi manfaat yang baik atau positif
pada pembelajaran, tidak terkecuali model STAD ini. Namun, terkadang pada sudut
pandang tertentu, langkah-langkah model tersebut tidak menutup kemungkinan
terbukanya sebuah kelemahan, seperti yang dipaparkan di bawah ini :[23]
a.
Berdasarkan karakteristik STAD jika
dibandingkan dengan pembelajaran konvensional (yang hanya penyajian materi dari
guru), pembelajaran menggunakan model ini membutuhkan waktu yang relatif lama,
dengan memperhatikan tiga langkah STAD yang menguras waktu seperti penyajian
materi dari guru, kerja kelompok dan tes individual/kuis. Penggunaan waktu yang
lebih lama dapat sedikit diminimalisir dengan menyediakan lembar kegiatan siswa
(LKS) sehingga siswa dapat bekerja secara efektif dan efisien. Sedangkan
pembentukan kelompok dan penataan ruang kelas sesuai kelompok yang ada dapat
dilakukan sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Dengan demikian, dalam
kegiatan pembelajaran tidak ada waktu yang terbuang untuk pembentukan kelompok
dan penataan ruang kelas.
b.
Model ini memerlukan kemampuan
khusus dari guru. Guru dituntut sebagai fasilitator, mediator, motivator dan
evaluator. Dengan asumsi tidak semua guru mampu menjadi fasilitator, mediator,
motivator dan evaluator dengan baik. Solusi yang dapat di jalankan adalah
meningkatkan mutu guru oleh pemerintah seperti mengadakan kegiatan-kegiatan
akademik yang bersifat wajib dan tidak membebankan biaya kepada guru serta
melakukan pengawasan rutin secara insindental. Disamping itu, guru sendiri
perlu lebih aktif lagi dalam mengembangkan kemampuannya tentang pembelajaran.
Daftar Pustaka
Adam, Sri.
2013. Pengaruh Model Pembelajaran. Jakarta. Bumi Aksara.
B Uno,
Hamzah. 2011. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta. PT Bumi Aksara.
Isjoni. 2010. Cooperative Learning
Efektifitas Pembelajaran Kelompok.
Bandung. Alfabeta.
Komalasari, Kokom. 2011. Pembelajaran Kontekstual: Konsep Dan Aplikasi.
Bandung. PT Refika Aditama.
Lie, Anita. 2002. Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta.
PT Grasindo.
Riyanto, Yatim. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta. Kencana
Prenada Media Group.
Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran:Mengembangkan Profesionalisme
Guru. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.
[1]Kokom
Komalasari, Pembelajaran Kontekstual: Konsep Dan Aplikasi, (Bandung:
PT.Refika Aditama, 2011), Hlm. 62
[2]Ibid.,
[3]Rusman, Model-Model
Pembelajaran:Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta:PT Raja Grafindo
Persada, 2011), Hlm. 201
[4]Ibid.,
[5]http://ijahnurhadijah.blogspot.co.id/2013/03/model-pembelajaran-cooperative-script.html, di akses pada
tanggal 29 April 2016, pukul 15.34
[7]Ibid.,
[8]Hamzah B. Uno, Teori
Motivasi dan Pengukurannya, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011), Hlm. 81
[9]http://ijahnurhadijah.blogspot.co.id/2013/03/model-pembelajaran-cooperative-script.html, pada tanggal
29 April 2016, pukul 15.37
[10]http://ijahnurhadijah.blogspot.co.id/2013/03/model-pembelajaran-cooperative-script.html, pada tanggal
29 April 2016, pukul 15.40
[12] Ibid.,
[13]Anita Lie, Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas, (Jakarta :
PT. Grasindo, 2002), Hlm. 58
[15]http://learning-with-me.blogspot.com/2006/09/pembelajaran.html, di akses pada
tanggal 29 April 2016, pukul 16.07
[16]Yatim Riyanto, Paradigma
Baru Pembelajaran (Jakarta: Kencana Prenada MediaGroup, 2010), Hlm. 275.
[17]http://www.scribd.com/doc/44922128/metodepembelajaran, di akses pada
tanggal 29 April 2016, pukul 16.17
[18]http://www.scribd.com/doc/44922128/metodepembelajaran, di akses pada
tanggal 29 April 2016, pukul 16.17
[19]Rusman, op.
Cit., Hlm. 213
[20]Yatim Riyanto, op.
Cit., Hlm. 271
[21]Rusman, op.
Cit., Hlm. 215
[23]Isjoni, Cooperative Learning Efektifitas
Pembelajaran Kelompok, (Bandung:Alfabeta,2010), Hlm.62
Tidak ada komentar:
Posting Komentar