Kamis, 21 Juli 2016

Kel. 1 Metode Examples Non Examples


MAKALAH
ILMU PENDIDIKAN ISLAM
METODE Examples non examples, picture and picture,
and numbered heads together

Dosen Pengampu: Nurlaila , S.Ag.M.Pd. I




Disusun Oleh Kelompok 1:

·         Ali Mursyid                   :        (1532100081)
·         Berenda Permata Sari :        (1532100093)
·         Dhona Arba                  :        (1532100105)



UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TAHUN AJARAN 2015/2016

METODE EXAMPLES NON EXAMPLES, PICTURE AND PICTURE
DAN NUMBERED HEADS TOGETHER
A.           METODE EXAMPLES NON EXSAMPLES
1.    Pengertian Metode Examples Non Examples
Examples non examples adalah metode belajar yang menggunakan contoh-contoh. Contoh-contoh dapat dari kasus/gambar yang relevan dengan kompetensi dasar.[1] Metode examples non exsamples adalah metode pembelajaran yang menggunakan gambar dapat melalui OHP, Proyektor, ataupun yang paling sederhana adalah poster.[2] Metode pembelajaran exsamples non exsamples atau juga biasa disebut exsamples dan non-exsamples merupakan model pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media pembelajaran.[3]
Menurut Kusuma, exsamples non exsamples adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang menyampaikan materinya berupa contoh-contoh metode ini dapat meningkatkan kerjasama siswa dalam pembelajaran dan memperlancar penyampaian materi pelajaran.[4] Metode exsamples non exsamples adalah metode belajar yang menggunakan contoh-contoh. Metode ini mendorong siswa dapat berfikir krisis dalam memecahkan masalah.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa istilah exsamples non exsamples yang di maksud dalam penelitian ini adalah suatu model pembelajaran kooperatif yang metode belajarnya menggunakan contoh-contoh dapat berupa gambar, bagan, skema yang relevan dengan kompetensi dasar yang dapat membangkitkan siswa untuk belajar berfikir krisis dengan memecahkan masalah-masalah yang terkandung dalam contoh-contoh yang diberikan. Relevan dengan kompetensi dasar  meningkatkan wawasan siswa melalui contoh-contoh suatu peristiwa yang terjadi.[5]
Gambar yang digunakan haruslah jelas dan kelihatan dari jarak jauh, sehingga anak yang berada dibelakang dapat juga melihat dengan jelas. Examples non examples merupakan metode belajar yang menggunakan media-media atau non media sebagai contoh. Melalui contoh-contoh yang digunakan diharapkan siswa dapat mudah memahami materi pelajaran. Contoh sederhana bisa berupa kasus yang ada di koran atau media lain seperti televisi, ataupun bisa lebih sederhana lagi berupa isu-isu yang sedang berkembang didalam masyarakat yang tentunya tetap sesuai dengan bobot materi yang diberikan.
Tipe pembelajaran ini mengaktifkan siswa dengan cara guru menempelkan contoh gambar-gambar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan gambar lain yang relevan dengan tujuan pembelajaran, kemudian siswa di suruh untuk menganalisisnya dan mendiskusikan hasil analisisnya sehingga siswa dapat membuat konsep yang esensial.[6] Metode exsamples non exsamples yang mengunakan media gambar dalam penyampaian materi pembelajaran yang bertujuan mendorong siswa untuk belajar berfikir krisis dengan jalan memecahkan permasalahan-permasalahan yang terkandung dalam contoh-contoh gambar yang disajian.[7]
Examples non examples adalah metode belajar yang menggunakan contoh-contoh dari kasus/gambar, bagan, skema yang relevan, metode ini dapat meningkatkan kerjasama siswa dan membangkitkan siswa untuk belajar berfikir krisis dengan memecahkan masalah-masalah yang terkandung dalam contoh-contoh yang telah diberikan oleh guru.
2.    Langkah-Langkah Penggunaan Metode Examples Non Exsamples
Langkah-langkah pengunaan metode exsamples non exsamples jika diterapkan pada proses pembelajaran pendidikan Agama Islam adalah sebagai berikut:
a.       Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
b.      Guru menempelkan gambar dipapan atau ditayangkan di OHP.
c.       Guru memberi petunjuk dan kesempatan kepada siswa untuk memperhatikan atau menganalisis gambar.
d.      Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisis gambar tersebut dicatat pada kertas.
e.       Setiap kelompok diberi kesempatan untuk membacakan hasil diskusinya.
f.       Mulai dari komentar atau hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.
g.      Kesimpulan.[8]
Senada dengan yang dinyatakan oleh kokom Komalasari, langkah-langkah metode exsamples non exsamples, sebagai berikut :
a.       Guru menyiapkan gambar dan menempelkan gambar dipapan atau ditayangkan di OHP/Proyektor.
b.      Guru memberi petunjuk dan kesempatkan kepada siswa menganalisis gambar.
c.       Melalaui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari hasil analisis. gambar tersebut dicatat pada kertas dan setiap kelompok diberi kesempatan untuk membacakan hasil diskusinya.
d.      Mulai dari komentar atau hasil diskusi siswa, guru mulai memperjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai dan akhirnya kesimpulan.[9]  
Sedangkan pendapat lain menyatakan bahwa langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut :
a.       Siswa dibagi beberapa kelompok, masing-masing kelompk terdiri dari 3-4 orang siswa.
b.      Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran/KD.
c.       Guru menempelkan gambar di papan tulis, ditayangkan melalui OHP atau LCD proyektor melalui komputer/laptop.
d.      Guru memmberikan petunjuk dan memberikan kesempatan kepada para siswa untuk memperhatikan dan menganalisa gambar.
e.       Melalui diskusi kelompok 3-4 orang siswa, hasil diskusi dari analisia gambar tersebut dicatat pada kertas/lembar kerja.
f.       Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan lembar kerja hasil diskusinya.
g.      Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai memperjelaskan materi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
h.      Kesimpulan.[10]
Senada dengan yang dinyatakan Kusuma bahwa langkah-langkah metode exsamples non exsamples dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut.
a.       Guru mempersiapkan contoh yang akan dipelajari (bisa berupa kasus atau gambar seperti yang dijelaskan sebelumnya).
b.      Guru menempelkan gambar didepan kelas atau bisa menggunakan media OHP/proyektor.
c.       Guru memberikan arahan bagi siswa untuk memperhatikan dan menganalisa maksud dari gambar tersebut.
d.      Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang beranggotakan 2-3 siswa.
e.       Tugas kelompok adalah menyampaikan laporan analisa gambar berdasarkan diskusi kelompoknya.
f.       Tiap kelompok diberikan kesempatan untuk menyampaikan hasil diskusinya.
g.      Dari hasil yang dibacakan guru mulai mengembangkan nateri sesuai dengan tujuan awal.
h.      Siswa dibantu guru untuk membuat kesimpulan.[11]
3.    Kelebihan dan Kekurangan Examples Non Exsamples  
Kelebihannya : Menurut Buehl keuntungan dari metode examples non exsamples antara lain:
1)        Siswa berangkat dari satu definisi yang selanjutnya digunakan untuk memperluas pemahaman konsepnya dengan lebih mendalam dan lebih komplek.
2)        Siswa terlibat dalam satu proses discovery (penemuan), yang mendorong mereka untuk membangun konsep secara progresif melalaui pengalaman dari examples non examples.
3)        Siswa diberi sesuatu yang berlawanan untuk mengekplorasi karakteristik dari suatu konsep dengan mempertimbangkan bagian yang merupakan suatu karakter dari konsep yang telah dipaparkan pada bagian exsamples.[12]
Disisi lain dari kelebihan metode examples non exsamples sebagai bebagai berikut
1)        Siswa lebih krisis dalam menganalisa gambar.
2)        Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar.
3)        Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.[13]
Kekuranganya :
1)        Tidak semua materi dapat disampaikan atau disajikan dalam bentuk gambar.
2)        Kurangnya efektifitas waktu karena memakan waktu yang lama.




B.            METODE PICTURE AND PICTURE
1.    Pengertian Metode Picture And Picture
Media gambar sebagai salah satu media pembelajaran dalam pengajaran di taman kanak-kanak mempunyai peranan penting karena beberapa alasan. Media pembelajaran membantu guru dalam mengatur proses pengajarannya serta penggunaan waktu di kelas dengan bijak. Ketersediaan media di suatu kelas akan mempengaruhi pembelajaran siswa dimana penempatan media yang sesuai akan mendukung proses pencapaian pembelajaran itu sendiri.[14]
Diantara media pembelajaran, media gambar adalah media yang paling umum dipakai. Hal ini dikarnakan siswa lebih menyukai gambar daripada tulisan, apalagi jika gambar dibuat dan disajikan sesuai dengan persyaratan yang baik. Sudah tentu akan menambah semangat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
Alat peraga dapat memberikan gagasan dan dorongan kepada guru dalam mengajar anak-anak TK/RA. Sehingga tidak tergantung pada gambar dalam buku teks, tetapi dapat lebih kreatif dalam memperagakan alat peraga agar para murid menjadi senang belajar.
Model pembelajaran picture and picture adalah suatu model pembelajaran dengan menggunakan media gambar. Dalam operasionalnya gambar-gambar dipasangkan satu sama lain atau bisa jadi di urutakan menjadi urutan yang logis. model pembelajaran ini mengandalkan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran. Sehingga sebelum proses pembelajaran guru sudah menyiapkan gambar yang akan ditampilkan baik dalam bentuk kartu atau dalam bentuk carta dalam ukuran besar.[15]
2.    Langkah-Langkah Penggunaan Metode Picture And Picture
Adapun langkah-langkah dari pelaksaan picture and picture ini menurut Istani adalah sebagai berikut :
a.       Guru menyampaikan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai. Di langkah ini guru diharapkan untuk menyampaikan apakah yang menjadi kompetensi dasar mata pelajaran yang bersangkutan. Dengan demikian maka siswa dapat mengukur sampai sejauh mana yang harus dikuasainya. Disamping itu guru juga harus menyampaikan indikator-indikator ketercapaian KD, sehingga sampai dimana KKM yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh peserta didik.
b.      Memberikan materi pengantar sebelum kegatan. Penyajian materi sebagai pengantar sesuatu yang sangat penting, dari sini guru memberikan momentum permulaan pembelajaran. Kesuksesan dalam proses pembelajaran dapat dimulai dari sini. Karena guru dapat memberikan motivasi yang menarik perhatian siswa selama ini belum siap. Dengan motivasi dan teknik yang baik dalam pemberian materi akan menarik minat siswa untuk belajar lebih jauh tentang materi yang dipelajari.
c.       Guru menyediakan gambar-gambar yang digunakan (berkaitan dengan materi). Dalam proses penyampaian materi, guru mengajak siswa ikut terlibat aktif dalam proses pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang ditunjukan oleh guru atau oleh temannya. Dengan picture atau gambar kita akan menghemat energi kita dan siswa akan lebih mudah memahami materi yang diajarkan. Dalam perkembangan selanjutnya sebagai guru dapat memodifikasikan gambar atau pengganti gambar dengan video atau demontrasi dengan kegiatan tertentu.
d.      Guru menunjuk siswa secara bergilir untuk mengurutkan atau memasangkan gambar-gambar yang ada. Di langkah ini guru harus dapat melakukan inovasi, karena petunjukan secara langsung kadang kurang efektif dan siswa merasa terhukum. Salah satu cara adalah dengan undian, sehingga siswa merasa memang harus menjalankan tugas yang harus diberikan. Gambar-gambar yang sudah ada diminta oleh siswa untuk diurutkan, dibuat, atau dimodifikasi.
e.       Guru memberikan pertanyaan mengenai alasan siswa dalam menentukan urutan gambar. Setelah itu ajaklah siswa untuk menemukan rumus, tinggi, jalan cerita, atau tuntutan KD dengan indikator yang akan dicapai. Ajaklah sebanyak-banyaknya peran siswa dan teman yang lain untuk membantu sehingga proses diskusi dalam PBM semakin menarik.
f.       Dari alasan tersebut guru akan mengembangkan materi dan menanamkan konsep materi yang sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai. Dalam proses diskusi dan pembacaan gambar ini guru harus memberikan penekanan-penekanan pada hal ini dicapai dengan meminta siswa lain untuk mengulangi, menuliskan, atau bentuk lain dengan tujuan siswa mengetahui bahwa hal tersebut penting dalam pencapaian KD dan indikator yang telah ditetapkan. Pastikan bahwa siswa telah menguasai indikator yang telah ditetapkan.
g.      Guru menyampaikan kesimpulan. Di akhir pembelajaran, guru bersama siswa mengambil kesimpulan sebagai penguatan materi pelajaran.[16]
3.    Kelebihan Dan Kekurangan Metode Picture And Picture
Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran picture and picture antara lain :
Kelebihannya :                                    
1)        Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa.
2)        Melatih berpikir logis dan sistematis.
3)        Membantu siswa belajar berpikir berdasarkan sudut pandang suatu subjek bahasan dengan memberikan kebebasan siswa dalam praktik berpikir.
4)        Mengembangkan motivasi untuk belajar lebih baik.
5)        Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolahan kelas.
Kekurangannya :
1)        Memakan banyak waktu.
2)        Banyak siswa yang pasif.
3)        Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan dikelas.
4)        Banyak siswa tidak senang apabila disuruh bekerja sama dengan yang lain.
5)        Dibutuhkan dukungan fasilitas, alat, dan biaya yang cukup memadai.
Sedangan menurut Istarani kelebihan dan kekurangan picture and picture adalah :
Kelebihannya :                  
1)        Materi yang diajarkan lebih terarah karena pada awal pembelajaran guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai dan materi secara singkat terlebih dahulu.
2)        Siswa lebih cepat menangkap materi karena guru menunjukkan gambar-gambar mengenai materi yangdipelajari.
3)        Dapat meningkatkan daya nalar atau daya pikir siswa karena siswa disuruh guru untuk menganalisa gambar yang ada.
4)        Dapat meningkatkan tanggung jawab siswa, sebab guru menanyakan alasan siswa mengurutkan gambar.
5)        Pembelajaran lebih berkesan, sebab siswa dapat mengamati langsung gambar yang telah dipersiapkan oleh guru.
Kekurangannya :
1)        Sulit menemukan gambar-gambar yang bagus dan berkualitas serta sesuai dengan materi pelajaran.
2)        Sulit menemukan gambar-gambar yang sesuai dengan daya nalar atau kompetensi siswa yang dimiliki.
3)        Baik guru ataupun siswa kurang terbiasa dalam membahas suatu materi pelajaran.
4)        Tidak tersedianya dana khusus untuk menemukan atau mengadakan gambar-gambar yang diinginkan.[17]

C.           METODE NUMBER HEADS TOGETHER
1.    Pengertian Model Pembelajaran NHT (Number Heads Together)  
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe number heads together merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran dan mengembangkan motivasi dan prestasi belajar yang lebih baik.[18] Metode ini menunjang keterlibatan semua anggota kelompok dalam memecahkan suatu masalah. Setiap anggota kelompok mempunyai tanggung jawab dan kesempatan yang sama untuk menyampaikan ide dan pendapat dalam diskusi kelompok. Dalam tipe NHT ini, guru menunjuk salah satu siswa dari tiap kelompok tanpa memberitahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompok masing-masing dalam menjelaskan apa yang telah mereka pelajari.
Keungulan pada Model Pembelajaran Kooperatif Tipe number heads together yaitu untuk menumbuh kembangkan kedisiplinan, minat, kerjasama, keaktifan dan tanggung jawab siswa karena metode diskusi kelompok model pembelajaran kooperatif  tipe number heads together menekankan kemampuan siswa secara individual meskipun dilaksanakan secara berkelompok, dan kegiatan pembelajaran benar-benar berpusat pada siswa, guru hanya sebagai fasilitator. Sedangkan kelemahannya adalah penerapan yang akan di lakukan butuh waktu yang lebih lama.[19]
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe number heads together adalah suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok dalam menyelesaikan permasalahan untuk menumbuh kembangkan kedisiplinan, minat, kerjasama, keaktifan dan tanggung jawab siswa.
2.    Sejarah, Penemu, dan Tahun Metode Pembelajaran Tipe Numbered Heads Together
Number Heads Together pertama kali dikenalkan oleh Spencer Kagan dkk (1993). Model NHT adalah bagian dari model pembelajaran kooperatif struktural, yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur ini menghendaki agar para siswa bekerja saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif. Struktur tersebut dikembangkan sebagai bahan alternatif dari sruktur kelas tradisional seperti mangacungkan tangan terlebih dahulu untuk kemudian ditunjuk oleh guru untuk menjawab pertanyaan yang telah dilontarkan. Suasana seperti ini menimbulkan kegaduhan dalam kelas, karena para siswa saling berebut dalam mendapatkan kesempatan untuk menjawab pertanyaan peneliti (Tryana, 2008).
Menurut Kagan (2007) model pembelajaran NHT ini secara tidak langsung melatih siswa untuk saling berbagi informasi, mendengarkan dengan cermat serta berbicara dengan penuh perhitungan, sehingga siswa lebih produktif dalam pembelajaran.[20]
Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Meskipun memiliki banyak persamaan dengan pendekatan yang lain, namun pendekatan ini memberikan penekanan pada penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola perilaku siswa. NHT adalah suatu pendekatan yang dikembangkan untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan memastikan pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut sebagai gantinya mengajukan pertanyaan kepada seluruh siswa.[21]


3.    Langkah-langkah model pembelajaran NHT (Number Head Together)
Adapun Langkah-langkah model pembelajaran NHT (Number Head Together) adalah sebagai berikut[22] :
a.         Fase 1 : Penomeran Dalam fase ini, kegiatan yang dilakukan guru ialah membagi siswa ke dalam beberapa kelompok yang terdiri antara 4-5 siswa. masing-masing anggota kelompok memperoleh nomor yang berbeda-beda.
b.        Fase 2 : Mengajukan Pertanyaan Dalam fase yang kedua ini, kegiatan guru selanjutnya adalah memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa. dengan memberikan pertanyaan yang diharapkan bervariasi dan juga dapat berupa pertanyaan yang spesifik dan tentunya dalam bentuk kalimat tanya. Misalnya, “Ada berapa provinsi di indonesia?” atau pertanyaan guru dapat berupa pertanyaan yang mengarahkan siswa. Seperti, “pastikan setiap orang dapat mengetahui 5 suku yang ada di jawa timur”. Tujuan pemberian pertanyaan ini adalah untuk mentransformasikan pengetahuan baru ke arah situasi pembelajaran atau mengarahkan siswa untuk menanggapi materi yanga akan dipelajarinya. Dengan demikian, akan membentuk sebuah situasi penalaran terhadap pengalaman baru yang akan dipelajari dengan lebih siap untuk dipahami dan diterimanya.
c.         Fase 3 : Berpikir Bersama Dari pertanyaan tersebut, siswa bersama kelompoknya membahas dan menyatukan pendapatnya. tiap anggota dalam tim kelompoknya mengetahui jawaban tersebut.
d.        Fase 4 : Menjawab Pada kegiatan ini, guru memanggil suatu nomor tertentu dengan cara acak. kemudian siswa yang bersangkutan yang sesuai dengan nomor panggil guru mengacungkan tangan dan menjawab pertanyaan guru tadi untuk dijawab kepada seluruh kelas.
e.         Fase 5 : Penilaian dan Pemberian Tanggapan Pada langkah ini, guru meminta siswa yang lain untuk memberikan tanggapan, jawaban dan masukannya terhadap hasil jawaban siswa pada fase 4. Selanjutnya guru memanggil dan menunjuk nomor yang lain. Kegiatan ini dilakukan berulang-ulang sampai berakhirnya nomor pada siswa.
f.         Fase 6 : Kesimpulan Agar tidak menimbulkan kerancuan atau salah persepsi pada siswa. pada fase ini langkah guru adalah memberikan kesimpulan dan penjelasan atas pertanyaan dari jawaban yang disampaikan siswa.
g.        Fase 7 : Evaluasi Pemberian evaluasi bertujuan untuk mengetahui dan memberikan umpan balik dari hasil kegiatan yang sudah dilakukan. Pemberian evaluasi ini dapat berupa penilaian secara lisan dan tulisan. Pemberian tes sebagai hasil akhir dari bentuk kegiatan pembelajaran dapat dilakukan oleh guru sesuai dengan keinginan guru yang bersangkutan. Pemberian tes pada akhir kegiatan pembelajaran menjadi hal terpenting untuk mengetahui dan menelaah pengunaan model pembelajaran NHT (Number head Together) itu sendiri dan perkembangan belajar siswa.
4.    Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran NHT (Number Head Together)   
Kelebihan dan Kekurangan Metode Numbered Heads Together[23] :
Kelebihannya :
1)   Menumbuhkembangkan kedisiplinan, minat, kerjasama, keaktifan dan tanggung jawab
2)   Setiap siswa menjadi siap semua.
3)   Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
4)   Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
5)   Tidak ada siswa yang mendominasi dalam kelompok.
Kelemahannya : 
1)   Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.
2)   Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.
3)   Siswa yang pandai akan cenderung mendominasi sehingga dapat menimbulkan sikap minder dan pasif dari siswa yang lemah. 
4)   Waktu yang dibutuhkan banyak.
5)   Pengelompokkan siswa memerlukan pengaturan tempat duduk yang berbeda-beda serta membutuhkan waktu khusus.

D.           SIMPULAN 
Exsamples non exsamples adalah metode pembelajaran yang menggunakan gambar dapat melalui OHP, Proyektor, ataupun yang paling sederhana adalah poster, dan salah satu model pembelajaran kooperatif yang menyampaikan materinya berupa contoh-contoh metode ini dapat meningkatkan kerjasama siswa dalam pembelajaran dan memperlancar penyampaian materi pelajaran. Metode ini juga mendorong siswa dapat berfikir krisis dalam memecahkan masalah yang terkandung dalam contoh-contoh yang diberikan.
Picture and picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan/diurutkan menjadi urutan logis. Pembelajaran ini memiliki ciri Aktif, Inovatif, Kreatif dan Menyenangkan. Model pembelajaran ini mengandalkan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran dan gambar-gambar ini menjadi faktor utama dalam proses pembelajaran.
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe number heads together merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok dalam menyelesaikan permasalahan untuk menumbuh kembangkan kedisiplinan, minat, kerjasama, keaktifan dan tanggung jawab siswa.


























DAFTAR PUSTAKA
Abdullah. Rumus lengkap Matematika. 2010. Jakarta: Pustaka Ilmi.

Buehl. Metode Pembelajaran Efektif. 1996. Jakarta: Media Group.

Hamdani. Srategi Belajar Mengajar. 2011. Bandung: Pustaka Setia.

Isjoni. Pembelajaran Kooperatif 2009. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Istarani. 58 Model Pembelajaran Inovatif (Referensi Guru Dalam Menentukan Model Pembelajaran). 2011. Medan: Media Persada.

Kiranawati. Metode Pembelajaran. 2007. Bandung: Kencana.

Kusuma. Metode dan Media Pembelajaran. 2008.Yogyakarta: Pustaka Relajar.

Muslimin. Pembelajaran Kooperatif. 2004. Surabaya: Dirjen Depdiknas.

Rahayu. Model Pembelajaran Kooperatif. 2006. Jakarta: Pustaka Ilmu.
Siavin. Metode Pembelajaran. 1994. Jakarta: Balai Pustaka.

Standar Kompetensi. Kurikulum Taman Kanak-Kanak. 2008. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum.

Yadi, Rochyandi. Metode Pembelajaran. 2014. Bandung: Rama Widia.

http//ras-eko.blogspot.com/2011/05/model-pembelajaran-picture-and-picture./20-05-2012




[1]Kiranawati, Metode Pembelajaran, (Bandung: Kencana, 2007), hlm. 32
[2]Siavin, Metode Pembelajaran, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), hlm. 59
[3]Buehl, Metode Pembelajaran Efektif, (Jakarta: Media Group, 1996), hlm. 61
[4]Kusuma, Metode dan Media Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka Relajar, 2008), hlm. 40
[5]Kiranawati, Op. Cit., hlm. 32
[6]Rochyandi, Yadi, Metode Pembelajaran, (Bandung: Rama Widia, 2014), hlm. 11
[7]Kiranawati, Op.Cit., hlm. 33
[8]Hamdani, Srategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), hlm. 94
[9]Ibid.,
[10]Rochyandi, Yadi, Op. Cit., hlm. 12
[11]Kusuma, Metode dan Media Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka Relajar, 2008), hlm. 46
[12]Ibid., hlm. 12
[13]Hamdani, Op. Cit., hlm. 94
[14]Standar Kompetensi, Kurikulum Taman Kanak-Kanak, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum, 2008), hlm. 28
[15]http//ras-eko.blogspot.com/2011/05/model-pembelajaran-picture-and-picture./20-05-2012
[16]Istarani, 58 Model Pembelajaran Inovatif (Referensi Guru Dalam Menentukan Model Pembelajaran). (Medan: Media Persada, 2011), hal 5
[17]Ibid., hlm. 10
[18]Abdullah, Rumus lengkap Matematika, (Jakarta: Pustaka Ilmi, 2010), hlm. 143
[19]Ibid.,
[20]Ibid.,
[21]Muslimin, Pembelajaran Kooperatif, (Surabaya: Dirjen Depdiknas, 2004), hlm. 14
[22]Rahayu, Model Pembelajaran Kooperatif, (Jakarta: Pustaka Ilmu, 2006), hlm. 5
[23]Isjoni, Pembelajaran Kooperatif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 36

Tidak ada komentar:

Posting Komentar