MAKALAH
ILMU PENDIDIKAN ISLAM
METODE Examples non examples, picture and picture,
and numbered heads together
Dosen Pengampu: Nurlaila
, S.Ag.M.Pd. I
Disusun
Oleh Kelompok 1:
·
Ali
Mursyid : (1532100081)
·
Berenda
Permata Sari
: (1532100093)
·
Dhona
Arba :
(1532100105)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TAHUN
AJARAN 2015/2016
METODE
EXAMPLES NON EXAMPLES, PICTURE AND PICTURE
DAN NUMBERED HEADS TOGETHER
A.
METODE
EXAMPLES NON EXSAMPLES
1. Pengertian Metode Examples Non Examples
Examples
non examples adalah metode belajar yang menggunakan
contoh-contoh. Contoh-contoh dapat dari kasus/gambar yang relevan dengan
kompetensi dasar.[1]
Metode examples non exsamples adalah metode pembelajaran yang menggunakan
gambar dapat melalui OHP, Proyektor, ataupun yang paling sederhana adalah
poster.[2]
Metode pembelajaran exsamples non exsamples atau juga biasa disebut exsamples
dan non-exsamples merupakan model pembelajaran yang menggunakan
gambar sebagai media pembelajaran.[3]
Menurut
Kusuma, exsamples non exsamples adalah salah satu model pembelajaran
kooperatif yang menyampaikan materinya berupa contoh-contoh metode ini dapat
meningkatkan kerjasama siswa dalam pembelajaran dan memperlancar penyampaian
materi pelajaran.[4]
Metode exsamples non exsamples adalah metode belajar yang menggunakan
contoh-contoh. Metode ini mendorong siswa dapat berfikir krisis dalam
memecahkan masalah.
Berdasarkan
pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa istilah exsamples non
exsamples yang di maksud dalam penelitian ini adalah suatu model
pembelajaran kooperatif yang metode belajarnya menggunakan contoh-contoh dapat
berupa gambar, bagan, skema yang relevan dengan kompetensi dasar yang dapat
membangkitkan siswa untuk belajar berfikir krisis dengan memecahkan
masalah-masalah yang terkandung dalam contoh-contoh yang diberikan. Relevan
dengan kompetensi dasar meningkatkan
wawasan siswa melalui contoh-contoh suatu peristiwa yang terjadi.[5]
Gambar
yang digunakan haruslah jelas dan kelihatan dari jarak jauh, sehingga anak yang
berada dibelakang dapat juga melihat dengan jelas. Examples non examples
merupakan metode belajar yang menggunakan media-media atau non media sebagai
contoh. Melalui contoh-contoh yang digunakan diharapkan siswa dapat mudah
memahami materi pelajaran. Contoh sederhana bisa berupa kasus yang ada di koran
atau media lain seperti televisi, ataupun bisa lebih sederhana lagi berupa isu-isu
yang sedang berkembang didalam masyarakat yang tentunya tetap sesuai dengan
bobot materi yang diberikan.
Tipe
pembelajaran ini mengaktifkan siswa dengan cara guru menempelkan contoh
gambar-gambar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan gambar lain yang
relevan dengan tujuan pembelajaran, kemudian siswa di suruh untuk
menganalisisnya dan mendiskusikan hasil analisisnya sehingga siswa dapat
membuat konsep yang esensial.[6] Metode
exsamples non exsamples yang mengunakan media gambar dalam penyampaian
materi pembelajaran yang bertujuan mendorong siswa untuk belajar berfikir
krisis dengan jalan memecahkan permasalahan-permasalahan yang terkandung dalam
contoh-contoh gambar yang disajian.[7]
Examples
non examples adalah metode belajar yang menggunakan
contoh-contoh dari kasus/gambar, bagan, skema yang relevan, metode ini dapat
meningkatkan kerjasama siswa dan membangkitkan siswa untuk belajar berfikir
krisis dengan memecahkan masalah-masalah yang terkandung dalam contoh-contoh
yang telah diberikan oleh guru.
2. Langkah-Langkah Penggunaan Metode Examples Non
Exsamples
Langkah-langkah
pengunaan metode exsamples non exsamples jika diterapkan pada proses
pembelajaran pendidikan Agama Islam adalah sebagai berikut:
a.
Guru mempersiapkan gambar-gambar
sesuai dengan tujuan pembelajaran.
b.
Guru menempelkan gambar dipapan
atau ditayangkan di OHP.
c.
Guru memberi petunjuk dan
kesempatan kepada siswa untuk memperhatikan atau menganalisis gambar.
d.
Melalui diskusi kelompok 2-3
orang siswa, hasil diskusi dari analisis gambar tersebut dicatat pada kertas.
e.
Setiap kelompok diberi kesempatan
untuk membacakan hasil diskusinya.
f.
Mulai dari komentar atau hasil
diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.
g. Kesimpulan.[8]
Senada
dengan yang dinyatakan oleh kokom Komalasari, langkah-langkah metode exsamples
non exsamples, sebagai berikut :
a.
Guru menyiapkan gambar dan
menempelkan gambar dipapan atau ditayangkan di OHP/Proyektor.
b.
Guru memberi petunjuk dan
kesempatkan kepada siswa menganalisis gambar.
c.
Melalaui diskusi kelompok 2-3
orang siswa, hasil diskusi dari hasil analisis. gambar tersebut dicatat pada
kertas dan setiap kelompok diberi kesempatan untuk membacakan hasil diskusinya.
d.
Mulai dari komentar atau hasil diskusi
siswa, guru mulai memperjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai dan
akhirnya kesimpulan.[9]
Sedangkan
pendapat lain menyatakan bahwa langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai
berikut :
a.
Siswa dibagi beberapa kelompok,
masing-masing kelompk terdiri dari 3-4 orang siswa.
b.
Guru mempersiapkan gambar-gambar
sesuai dengan tujuan pembelajaran/KD.
c.
Guru menempelkan gambar di papan
tulis, ditayangkan melalui OHP atau LCD proyektor melalui komputer/laptop.
d.
Guru memmberikan petunjuk dan
memberikan kesempatan kepada para siswa untuk memperhatikan dan menganalisa
gambar.
e.
Melalui diskusi kelompok 3-4
orang siswa, hasil diskusi dari analisia gambar tersebut dicatat pada
kertas/lembar kerja.
f.
Tiap kelompok diberi kesempatan
membacakan lembar kerja hasil diskusinya.
g.
Mulai dari komentar/hasil diskusi
siswa, guru mulai memperjelaskan materi sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai.
h. Kesimpulan.[10]
Senada dengan
yang dinyatakan Kusuma bahwa langkah-langkah metode exsamples non exsamples
dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut.
a.
Guru mempersiapkan contoh yang
akan dipelajari (bisa berupa kasus atau gambar seperti yang dijelaskan
sebelumnya).
b.
Guru menempelkan gambar didepan
kelas atau bisa menggunakan media OHP/proyektor.
c.
Guru memberikan arahan bagi siswa
untuk memperhatikan dan menganalisa maksud dari gambar tersebut.
d.
Guru membagi siswa dalam beberapa
kelompok yang beranggotakan 2-3 siswa.
e.
Tugas kelompok adalah
menyampaikan laporan analisa gambar berdasarkan diskusi kelompoknya.
f.
Tiap kelompok diberikan
kesempatan untuk menyampaikan hasil diskusinya.
g.
Dari hasil yang dibacakan guru
mulai mengembangkan nateri sesuai dengan tujuan awal.
h. Siswa
dibantu guru untuk membuat kesimpulan.[11]
3. Kelebihan dan Kekurangan Examples Non Exsamples
Kelebihannya : Menurut
Buehl keuntungan dari metode examples non exsamples antara lain:
1)
Siswa berangkat
dari satu definisi yang selanjutnya digunakan untuk memperluas pemahaman
konsepnya dengan lebih mendalam dan lebih komplek.
2)
Siswa terlibat
dalam satu proses discovery (penemuan), yang mendorong mereka untuk membangun
konsep secara progresif melalaui pengalaman dari examples non examples.
3)
Siswa diberi
sesuatu yang berlawanan untuk mengekplorasi karakteristik dari suatu konsep
dengan mempertimbangkan bagian yang merupakan suatu karakter dari konsep yang
telah dipaparkan pada bagian exsamples.[12]
Disisi
lain dari kelebihan metode examples non exsamples sebagai bebagai
berikut
1)
Siswa lebih
krisis dalam menganalisa gambar.
2)
Siswa mengetahui
aplikasi dari materi berupa contoh gambar.
3)
Siswa diberi
kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.[13]
Kekuranganya :
1)
Tidak semua
materi dapat disampaikan atau disajikan dalam bentuk gambar.
2)
Kurangnya
efektifitas waktu karena memakan waktu yang lama.
B.
METODE PICTURE AND PICTURE
1. Pengertian Metode Picture And
Picture
Media gambar sebagai salah satu media pembelajaran dalam
pengajaran di taman kanak-kanak mempunyai peranan penting karena beberapa
alasan. Media pembelajaran membantu guru dalam mengatur proses pengajarannya
serta penggunaan waktu di kelas dengan bijak. Ketersediaan media di suatu kelas
akan mempengaruhi pembelajaran siswa dimana penempatan media yang sesuai akan
mendukung proses pencapaian pembelajaran itu sendiri.[14]
Diantara media pembelajaran, media gambar adalah media yang
paling umum dipakai. Hal ini dikarnakan siswa lebih menyukai gambar daripada
tulisan, apalagi jika gambar dibuat dan disajikan sesuai dengan persyaratan
yang baik. Sudah tentu akan menambah semangat siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran.
Alat peraga dapat memberikan gagasan dan dorongan kepada guru
dalam mengajar anak-anak TK/RA. Sehingga tidak tergantung pada gambar dalam
buku teks, tetapi dapat lebih kreatif dalam memperagakan alat peraga agar para
murid menjadi senang belajar.
Model
pembelajaran picture and picture adalah suatu model pembelajaran dengan
menggunakan media gambar. Dalam operasionalnya gambar-gambar dipasangkan satu
sama lain atau bisa jadi di urutakan menjadi urutan yang logis. model
pembelajaran ini mengandalkan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran.
Sehingga sebelum proses pembelajaran guru sudah menyiapkan gambar yang akan
ditampilkan baik dalam bentuk kartu atau dalam bentuk carta dalam ukuran besar.[15]
2. Langkah-Langkah Penggunaan Metode Picture And
Picture
Adapun
langkah-langkah dari pelaksaan picture and picture ini menurut Istani
adalah sebagai berikut :
a.
Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai. Di langkah ini guru diharapkan
untuk menyampaikan apakah yang menjadi kompetensi dasar mata pelajaran yang
bersangkutan. Dengan demikian maka siswa dapat mengukur sampai sejauh mana yang
harus dikuasainya. Disamping itu guru juga harus menyampaikan
indikator-indikator ketercapaian KD, sehingga sampai dimana KKM yang telah
ditetapkan dapat dicapai oleh peserta didik.
b.
Memberikan materi pengantar
sebelum kegatan. Penyajian materi sebagai pengantar sesuatu yang sangat
penting, dari sini guru memberikan momentum permulaan pembelajaran. Kesuksesan
dalam proses pembelajaran dapat dimulai dari sini. Karena guru dapat memberikan
motivasi yang menarik perhatian siswa selama ini belum siap. Dengan motivasi
dan teknik yang baik dalam pemberian materi akan menarik minat siswa untuk
belajar lebih jauh tentang materi yang dipelajari.
c.
Guru menyediakan gambar-gambar
yang digunakan (berkaitan dengan materi). Dalam proses penyampaian materi, guru
mengajak siswa ikut terlibat aktif dalam proses pembelajaran dengan mengamati
setiap gambar yang ditunjukan oleh guru atau oleh temannya. Dengan picture
atau gambar kita akan menghemat energi kita dan siswa akan lebih mudah memahami
materi yang diajarkan. Dalam perkembangan selanjutnya sebagai guru dapat
memodifikasikan gambar atau pengganti gambar dengan video atau demontrasi
dengan kegiatan tertentu.
d.
Guru menunjuk siswa secara
bergilir untuk mengurutkan atau memasangkan gambar-gambar yang ada. Di langkah
ini guru harus dapat melakukan inovasi, karena petunjukan secara langsung
kadang kurang efektif dan siswa merasa terhukum. Salah satu cara adalah dengan
undian, sehingga siswa merasa memang harus menjalankan tugas yang harus
diberikan. Gambar-gambar yang sudah ada diminta oleh siswa untuk diurutkan,
dibuat, atau dimodifikasi.
e.
Guru memberikan pertanyaan
mengenai alasan siswa dalam menentukan urutan gambar. Setelah itu ajaklah siswa
untuk menemukan rumus, tinggi, jalan cerita, atau tuntutan KD dengan indikator
yang akan dicapai. Ajaklah sebanyak-banyaknya peran siswa dan teman yang lain
untuk membantu sehingga proses diskusi dalam PBM semakin menarik.
f.
Dari alasan tersebut guru akan
mengembangkan materi dan menanamkan konsep materi yang sesuai dengan kompetensi
yang ingin dicapai. Dalam proses diskusi dan pembacaan gambar ini guru harus
memberikan penekanan-penekanan pada hal ini dicapai dengan meminta siswa lain
untuk mengulangi, menuliskan, atau bentuk lain dengan tujuan siswa mengetahui
bahwa hal tersebut penting dalam pencapaian KD dan indikator yang telah
ditetapkan. Pastikan bahwa siswa telah menguasai indikator yang telah
ditetapkan.
g.
Guru menyampaikan kesimpulan. Di
akhir pembelajaran, guru bersama siswa mengambil kesimpulan sebagai penguatan
materi pelajaran.[16]
3. Kelebihan Dan Kekurangan Metode Picture And
Picture
Kelebihan
dan kekurangan model pembelajaran picture and picture antara lain :
Kelebihannya
:
1)
Guru lebih mengetahui
kemampuan masing-masing siswa.
2)
Melatih berpikir
logis dan sistematis.
3)
Membantu siswa belajar
berpikir berdasarkan sudut pandang suatu subjek bahasan dengan memberikan
kebebasan siswa dalam praktik berpikir.
4)
Mengembangkan
motivasi untuk belajar lebih baik.
5)
Siswa dilibatkan
dalam perencanaan dan pengelolahan kelas.
Kekurangannya
:
1)
Memakan banyak
waktu.
2)
Banyak siswa
yang pasif.
3)
Guru khawatir
bahwa akan terjadi kekacauan dikelas.
4)
Banyak siswa
tidak senang apabila disuruh bekerja sama dengan yang lain.
5)
Dibutuhkan
dukungan fasilitas, alat, dan biaya yang cukup memadai.
Sedangan menurut
Istarani kelebihan dan kekurangan picture and picture adalah :
Kelebihannya :
1)
Materi yang
diajarkan lebih terarah karena pada awal pembelajaran guru menjelaskan
kompetensi yang harus dicapai dan materi secara singkat terlebih dahulu.
2)
Siswa lebih
cepat menangkap materi karena guru menunjukkan gambar-gambar mengenai materi
yangdipelajari.
3)
Dapat
meningkatkan daya nalar atau daya pikir siswa karena siswa disuruh guru untuk
menganalisa gambar yang ada.
4)
Dapat
meningkatkan tanggung jawab siswa, sebab guru menanyakan alasan siswa
mengurutkan gambar.
5)
Pembelajaran
lebih berkesan, sebab siswa dapat mengamati langsung gambar yang telah
dipersiapkan oleh guru.
Kekurangannya
:
1)
Sulit menemukan
gambar-gambar yang bagus dan berkualitas serta sesuai dengan materi pelajaran.
2)
Sulit menemukan
gambar-gambar yang sesuai dengan daya nalar atau kompetensi siswa yang
dimiliki.
3)
Baik guru
ataupun siswa kurang terbiasa dalam membahas suatu materi pelajaran.
4)
Tidak
tersedianya dana khusus untuk menemukan atau mengadakan gambar-gambar yang
diinginkan.[17]
C.
METODE
NUMBER HEADS TOGETHER
1.
Pengertian Model Pembelajaran NHT (Number Heads Together)
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe number
heads together merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya
kelompok-kelompok dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan
dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran dan mengembangkan
motivasi dan prestasi belajar yang lebih baik.[18]
Metode ini menunjang keterlibatan semua anggota kelompok dalam memecahkan suatu
masalah. Setiap anggota kelompok mempunyai tanggung jawab dan kesempatan yang
sama untuk menyampaikan ide dan pendapat dalam diskusi kelompok. Dalam tipe NHT
ini, guru menunjuk salah satu siswa dari tiap kelompok tanpa memberitahu
terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompok masing-masing dalam
menjelaskan apa yang telah mereka pelajari.
Keungulan pada Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe number heads together yaitu untuk menumbuh kembangkan
kedisiplinan, minat, kerjasama, keaktifan dan tanggung jawab siswa karena
metode diskusi kelompok model pembelajaran kooperatif tipe number
heads together menekankan kemampuan siswa secara individual meskipun
dilaksanakan secara berkelompok, dan kegiatan pembelajaran benar-benar berpusat
pada siswa, guru hanya sebagai fasilitator. Sedangkan kelemahannya adalah
penerapan yang akan di lakukan butuh waktu yang lebih lama.[19]
Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe number heads together adalah suatu model
pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok dalam menyelesaikan
permasalahan untuk menumbuh kembangkan kedisiplinan, minat, kerjasama,
keaktifan dan tanggung jawab siswa.
2. Sejarah, Penemu,
dan Tahun Metode Pembelajaran Tipe Numbered Heads Together
Number Heads Together pertama kali dikenalkan oleh Spencer Kagan dkk
(1993). Model NHT adalah bagian dari model pembelajaran kooperatif struktural,
yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi
pola interaksi siswa. Struktur ini menghendaki agar para siswa bekerja saling
bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif. Struktur tersebut
dikembangkan sebagai bahan alternatif dari sruktur kelas tradisional seperti
mangacungkan tangan terlebih dahulu untuk kemudian ditunjuk oleh guru untuk
menjawab pertanyaan yang telah dilontarkan. Suasana seperti ini menimbulkan
kegaduhan dalam kelas, karena para siswa saling berebut dalam mendapatkan
kesempatan untuk menjawab pertanyaan peneliti (Tryana, 2008).
Menurut
Kagan (2007) model pembelajaran NHT ini secara tidak langsung melatih siswa
untuk saling berbagi informasi, mendengarkan dengan cermat serta berbicara
dengan penuh perhitungan, sehingga siswa lebih produktif dalam pembelajaran.[20]
Tipe ini
dikembangkan oleh Kagen dalam dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan
yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi
pelajaran tersebut. Meskipun memiliki banyak persamaan dengan pendekatan yang
lain, namun pendekatan ini memberikan penekanan pada penggunaan struktur
tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola perilaku siswa. NHT adalah
suatu pendekatan yang dikembangkan untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam
menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan memastikan pemahaman
mereka terhadap isi pelajaran tersebut sebagai gantinya mengajukan pertanyaan
kepada seluruh siswa.[21]
3. Langkah-langkah model pembelajaran
NHT (Number Head Together)
Adapun
Langkah-langkah model pembelajaran NHT (Number Head Together) adalah
sebagai berikut[22] :
a.
Fase 1 : Penomeran Dalam fase ini, kegiatan yang
dilakukan guru ialah membagi siswa ke dalam beberapa kelompok yang terdiri
antara 4-5 siswa. masing-masing anggota kelompok memperoleh nomor yang
berbeda-beda.
b.
Fase 2 : Mengajukan Pertanyaan Dalam fase yang kedua
ini, kegiatan guru selanjutnya adalah memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada
siswa. dengan memberikan pertanyaan yang diharapkan bervariasi dan juga dapat
berupa pertanyaan yang spesifik dan tentunya dalam bentuk kalimat tanya.
Misalnya, “Ada berapa provinsi di indonesia?” atau pertanyaan guru dapat berupa
pertanyaan yang mengarahkan siswa. Seperti, “pastikan setiap orang dapat
mengetahui 5 suku yang ada di jawa timur”. Tujuan pemberian pertanyaan ini
adalah untuk mentransformasikan pengetahuan baru ke arah situasi pembelajaran
atau mengarahkan siswa untuk menanggapi materi yanga akan dipelajarinya. Dengan
demikian, akan membentuk sebuah situasi penalaran terhadap pengalaman baru yang
akan dipelajari dengan lebih siap untuk dipahami dan diterimanya.
c.
Fase 3 : Berpikir Bersama Dari pertanyaan tersebut,
siswa bersama kelompoknya membahas dan menyatukan pendapatnya. tiap anggota
dalam tim kelompoknya mengetahui jawaban tersebut.
d.
Fase 4 : Menjawab Pada kegiatan ini, guru memanggil
suatu nomor tertentu dengan cara acak. kemudian siswa yang bersangkutan yang
sesuai dengan nomor panggil guru mengacungkan tangan dan menjawab pertanyaan
guru tadi untuk dijawab kepada seluruh kelas.
e.
Fase 5 : Penilaian dan Pemberian Tanggapan Pada
langkah ini, guru meminta siswa yang lain untuk memberikan tanggapan, jawaban
dan masukannya terhadap hasil jawaban siswa pada fase 4. Selanjutnya guru
memanggil dan menunjuk nomor yang lain. Kegiatan ini dilakukan berulang-ulang
sampai berakhirnya nomor pada siswa.
f.
Fase 6 : Kesimpulan Agar tidak menimbulkan kerancuan
atau salah persepsi pada siswa. pada fase ini langkah guru adalah memberikan
kesimpulan dan penjelasan atas pertanyaan dari jawaban yang disampaikan siswa.
g.
Fase 7 : Evaluasi Pemberian evaluasi bertujuan untuk
mengetahui dan memberikan umpan balik dari hasil kegiatan yang sudah dilakukan.
Pemberian evaluasi ini dapat berupa penilaian secara lisan dan tulisan.
Pemberian tes sebagai hasil akhir dari bentuk kegiatan pembelajaran dapat
dilakukan oleh guru sesuai dengan keinginan guru yang bersangkutan. Pemberian
tes pada akhir kegiatan pembelajaran menjadi hal terpenting untuk mengetahui
dan menelaah pengunaan model pembelajaran NHT (Number head Together) itu
sendiri dan perkembangan belajar siswa.
4.
Kelebihan
dan Kekurangan Model Pembelajaran
NHT (Number Head Together)
Kelebihan
dan Kekurangan Metode Numbered Heads Together[23]
:
Kelebihannya
:
1)
Menumbuhkembangkan kedisiplinan,
minat, kerjasama, keaktifan dan tanggung jawab
2)
Setiap siswa menjadi siap semua.
3)
Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
4)
Siswa yang pandai dapat mengajari
siswa yang kurang pandai.
5)
Tidak ada siswa yang mendominasi
dalam kelompok.
Kelemahannya
:
1)
Kemungkinan nomor yang dipanggil,
dipanggil lagi oleh guru.
2) Tidak semua
anggota kelompok dipanggil oleh guru.
3) Siswa yang
pandai akan cenderung mendominasi sehingga dapat menimbulkan sikap minder dan
pasif dari siswa yang lemah.
4) Waktu yang
dibutuhkan banyak.
5) Pengelompokkan
siswa memerlukan pengaturan tempat duduk yang berbeda-beda serta membutuhkan
waktu khusus.
D.
SIMPULAN
Exsamples
non exsamples adalah metode pembelajaran yang
menggunakan gambar dapat melalui OHP, Proyektor, ataupun yang paling sederhana
adalah poster, dan salah satu model pembelajaran kooperatif yang menyampaikan
materinya berupa contoh-contoh metode ini dapat meningkatkan kerjasama siswa
dalam pembelajaran dan memperlancar penyampaian materi pelajaran. Metode ini
juga mendorong siswa dapat berfikir krisis dalam memecahkan masalah yang
terkandung dalam contoh-contoh yang diberikan.
Picture and picture
adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan/diurutkan
menjadi urutan logis. Pembelajaran ini memiliki ciri Aktif, Inovatif, Kreatif
dan Menyenangkan. Model pembelajaran ini mengandalkan gambar sebagai media
dalam proses pembelajaran dan gambar-gambar ini menjadi faktor utama dalam
proses pembelajaran.
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe number
heads together merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya
kelompok-kelompok dalam menyelesaikan permasalahan untuk menumbuh kembangkan
kedisiplinan, minat, kerjasama, keaktifan dan tanggung jawab siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah.
Rumus lengkap Matematika. 2010. Jakarta: Pustaka Ilmi.
Buehl.
Metode Pembelajaran Efektif. 1996. Jakarta: Media Group.
Hamdani.
Srategi Belajar Mengajar. 2011. Bandung: Pustaka Setia.
Isjoni. Pembelajaran Kooperatif
2009. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Istarani. 58 Model Pembelajaran
Inovatif (Referensi Guru Dalam Menentukan Model Pembelajaran). 2011.
Medan: Media Persada.
Kiranawati.
Metode Pembelajaran. 2007. Bandung: Kencana.
Kusuma.
Metode dan Media Pembelajaran. 2008.Yogyakarta: Pustaka Relajar.
Muslimin.
Pembelajaran Kooperatif. 2004. Surabaya: Dirjen Depdiknas.
Rahayu. Model Pembelajaran Kooperatif.
2006. Jakarta: Pustaka Ilmu.
Siavin.
Metode Pembelajaran. 1994. Jakarta: Balai Pustaka.
Standar Kompetensi. Kurikulum
Taman Kanak-Kanak. 2008. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Badan
Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum.
Yadi,
Rochyandi. Metode Pembelajaran. 2014. Bandung: Rama Widia.
http//ras-eko.blogspot.com/2011/05/model-pembelajaran-picture-and-picture./20-05-2012
[1]Kiranawati, Metode Pembelajaran,
(Bandung: Kencana, 2007), hlm. 32
[2]Siavin, Metode Pembelajaran,
(Jakarta: Balai Pustaka, 1994), hlm. 59
[3]Buehl, Metode Pembelajaran
Efektif, (Jakarta: Media Group, 1996), hlm. 61
[4]Kusuma, Metode dan Media
Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka Relajar, 2008), hlm. 40
[5]Kiranawati, Op. Cit., hlm.
32
[6]Rochyandi, Yadi, Metode
Pembelajaran, (Bandung: Rama Widia, 2014), hlm. 11
[7]Kiranawati, Op.Cit., hlm.
33
[8]Hamdani, Srategi Belajar
Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), hlm. 94
[9]Ibid.,
[10]Rochyandi, Yadi, Op. Cit.,
hlm. 12
[11]Kusuma, Metode dan Media
Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka Relajar, 2008), hlm. 46
[13]Hamdani, Op. Cit., hlm. 94
[14]Standar Kompetensi, Kurikulum
Taman Kanak-Kanak, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Badan
Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum, 2008), hlm. 28
[15]http//ras-eko.blogspot.com/2011/05/model-pembelajaran-picture-and-picture./20-05-2012
[16]Istarani, 58 Model
Pembelajaran Inovatif (Referensi Guru Dalam Menentukan Model
Pembelajaran). (Medan: Media Persada, 2011), hal 5
[18]Abdullah, Rumus lengkap
Matematika, (Jakarta: Pustaka Ilmi, 2010), hlm. 143
[21]Muslimin, Pembelajaran
Kooperatif, (Surabaya: Dirjen Depdiknas, 2004), hlm. 14
[22]Rahayu, Model Pembelajaran
Kooperatif, (Jakarta: Pustaka Ilmu, 2006), hlm. 5
[23]Isjoni, Pembelajaran
Kooperatif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 36
Tidak ada komentar:
Posting Komentar